Anda di halaman 1dari 5

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrooganisme merupakan salah satu penyebab penyakit dengan cara

memperbanyak diri di dalam tubuh. Berdasarkan ukuran dan sifatnya,

mikroorganisme dikategorikan menjadi virus, bakteri, dan jamur. Infeksi ini harus

segera diatasi agar tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih serius.

Pemanasan global dan perubahan iklim dapat menyebabkan gangguan musim,

perubahan suhu dan kelembaban udara. Keadaan ini dapat memicu perubahan

kehidupan biologis berbagai agen patogen yang berperan dalam menularkan

penyakit ke hewan (Nugrahani, 2013; Bahri dan Syafriati, 2011).

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi

paling sering di dunia. Tingkat keparahan infeksinya bervariasi, mulai dari infeksi

minor di kulit (furunkulosis dan impetigo), infeksi traktur urinarius, infeksi traktus

respiratorius, infeksi pada mata, dan central nervous system (CNS). Bakteri ini

sering ditemukan berkolonisasi sebagai flora normal pada kulit rongga hidung.

Keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada

individu sehat jarang menyebabkan penyakit. Infeksi serius dari Staphylococcus

aureus dapat terjadi ketika sistem imun melemah, yang disebabkan oleh

perubahan hormon, luka, penggunaan steroid atau obat lain yang mempengaruhi

imunitas (Afifurrahman, dkk., 2014).

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi insulin,

kerja insulin atau keduanya. Diabetes melitus adalah suatu penyakit degeneratif,
2

ditandai dengan kadar glukosa tinggi dalam darah. Walaupun tubuh mampu

memproduksi insulin tetapi karena reseptor insulin mengalami kerusakan maka

kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi. Hal lain yang dapat memicu DM,

karena tubuh tidak menghasilkan insulin akibat sel β pankreas rusak. Diabetes

pada hewan dapat terjadi karena obesitas, diet, paparan bahan kimia beracun atau

obat-obatan yang menyebabkan retensi insulin, penghancuran sel islet yang

dimediasi kekebalan tubuh dan kerusakan sel islet akibat pankreatitis (Anggraini,

2016; Alwan, 2010; Guptill, et al., 2003).

Diabetes melitus dapat menginduksi defisiensi imun melalui beberapa

mekanisme. Salah satunya yaitu peningkatan kadar gula darah akan mengganggu

fungsi fagosit dalam kemotaksis dan imigrasi sel - sel inflamasi yang akan

terakumulasi di tempat peradangan. Adanya gangguan fungsi leukosit pada

kondisi hiperglikemia akan memperlambat respon imun ketika antigen seperti

Staphylococcus aureus masuk. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi

melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler seperti enzim dan toksin. Jika

keadaan ini tidak segera ditangani maka dapat memperparah penyakit (Chodijah,

dkk., 2013).

Inflamasi terjadi karena leptin mengaktifkan faktor trankripsi Nuclear

Factor kappa Beta (NF-KB) melalui jalur mitogen-activated protein kinase

(MAPK) dan NF-KB yang teraktifasi akan menginduksi terbentuknya protein-

protein sistem imun. Kerusakan sel juga dapat menyebabkan produksi sitokin

inflamasi yang tinggi dan kemudian menghasilkan ROS (reaktif oksigen spesies)

di jaringan, sedangkan pada kondisi stres produksi antioksidan seperti SOD


3

(superoksida dismutase) yang berguna untuk menetralisir ROS menurun. Keadaan

ini mengakibatkan tubuh tidak dapat menangkal radikal bebas yang ada dan dapat

menyebabkan kerusakan jaringan yang fatal (Fatmawati, dkk., 2010).

Keberadaan hewan model (hewan coba) sangat dibutuhkan untuk

menjawab permasalahan - permasalahan tersebut melalui penelitian in vivo

(Hewitt et al., 1989; Iheidioha et al., 2012). Tikus (Rattus norvegicus) albino atau

yang dikenal sebagai “tikus putih” adalah hewan yang paling sering digunakan

sebagai model dalam penelitian biomedis. Oleh karena dapat mewakili sistem

biologis mamalia, maka hewan ini tepat untuk dijadikan sebagai hewan coba

dalam kajian praklinik (Fitria, dkk., 2015).

Infeksi bakteri Staphylococcus aureus adalah faktor yang mempercepat

mortalitas pada keadaan diabetes melitus. Maka perlu diketahui cara penanganan

dan pengobatan yang tepat pada kondisi DM dengan infeksi Staphylococcus

aureus. Pada penelitian ini peneliti ingin membuat tikus DM infeksi

Staphylococcus aureus untuk keperluan penelitian lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kombinasi streptozotosin dan Staphylococcus aureus

pada tikus DM yang diinfeksi Staphylococcus aureus terhadap kadar relatif

SOD?

2. Bagaimana pengaruh kombinasi streptozotosin dan Staphylococcus aureus

pada tikus DM yang diinfeksi Staphylococcus aureus terhadap kadar relatif

NF-KB?
4

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini

dibatasi pada:

1. Hewan yang digunakan adalah tikus galur Wistar jantan dengan berat badan

150-250 gram berumur 6-8 minggu. Penggunaan tikus telah mendapat

persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya nomor: 973-

KEP-UB (Lampiran 1).

2. Parameter yang diamati adalah SOD dan NF-KB pada organ limpa

menggunakan metode flow cytometry.

3. Streptozotosin yang digunakan adalah merek Bio-world dalam sediaan

serbuk yang dilarutkan dalam 0,01M buffer sitrat, diberikan dengan dosis 45

mg/kg BB secara intraperitoneal.

4. Staphylococcus aureus yang didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Selanjutnya dilakukan

pembuatan suspensi bakteri, kekeruhan bakteri diukur menggunakan

spektrofotometer dan didapatkan nilai absorbansi 0,619 kemudian

diinjeksikan S. aureus dengan dosis 2 ml melalui intraperitoneal, dengan

mempertahankan prinsip aseptik.

5. Staphylococcus aureus dilakukan pengujian katalase, koagulase, pewarnaan

gram, penanaman pada media mannitol salt agar (MSA), dan uji resistensi

antibiotik (Lampiran 5).


5

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kadar relatif SOD pada tikus yang diinduksi streptozotosin dan

Staphylococcus aureus.

2. Mengetahui kadar relatif NF-KB pada tikus yang diinduksi streptozotosin dan

Staphylococcus aureus.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai kadar relatif SOD dan NF-KB limpa pada tikus induksi

streptozotosin dan Staphylococcus aureus.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi cara

pembuatan tikus diabetes melitus dengan infeksi Staphylococcus aureus

yang selanjutnya diharapkan dapat diketahui patomekanisme untuk

diberikan terapi yang tepat untuk penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai