BAB 1 PENDAHULUAN
mikroorganisme dikategorikan menjadi virus, bakteri, dan jamur. Infeksi ini harus
segera diatasi agar tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih serius.
perubahan suhu dan kelembaban udara. Keadaan ini dapat memicu perubahan
paling sering di dunia. Tingkat keparahan infeksinya bervariasi, mulai dari infeksi
minor di kulit (furunkulosis dan impetigo), infeksi traktur urinarius, infeksi traktus
respiratorius, infeksi pada mata, dan central nervous system (CNS). Bakteri ini
sering ditemukan berkolonisasi sebagai flora normal pada kulit rongga hidung.
Keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada
aureus dapat terjadi ketika sistem imun melemah, yang disebabkan oleh
perubahan hormon, luka, penggunaan steroid atau obat lain yang mempengaruhi
kerja insulin atau keduanya. Diabetes melitus adalah suatu penyakit degeneratif,
2
ditandai dengan kadar glukosa tinggi dalam darah. Walaupun tubuh mampu
kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi. Hal lain yang dapat memicu DM,
karena tubuh tidak menghasilkan insulin akibat sel β pankreas rusak. Diabetes
pada hewan dapat terjadi karena obesitas, diet, paparan bahan kimia beracun atau
dimediasi kekebalan tubuh dan kerusakan sel islet akibat pankreatitis (Anggraini,
mekanisme. Salah satunya yaitu peningkatan kadar gula darah akan mengganggu
fungsi fagosit dalam kemotaksis dan imigrasi sel - sel inflamasi yang akan
melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler seperti enzim dan toksin. Jika
keadaan ini tidak segera ditangani maka dapat memperparah penyakit (Chodijah,
dkk., 2013).
protein sistem imun. Kerusakan sel juga dapat menyebabkan produksi sitokin
inflamasi yang tinggi dan kemudian menghasilkan ROS (reaktif oksigen spesies)
ini mengakibatkan tubuh tidak dapat menangkal radikal bebas yang ada dan dapat
(Hewitt et al., 1989; Iheidioha et al., 2012). Tikus (Rattus norvegicus) albino atau
yang dikenal sebagai “tikus putih” adalah hewan yang paling sering digunakan
sebagai model dalam penelitian biomedis. Oleh karena dapat mewakili sistem
biologis mamalia, maka hewan ini tepat untuk dijadikan sebagai hewan coba
mortalitas pada keadaan diabetes melitus. Maka perlu diketahui cara penanganan
SOD?
NF-KB?
4
dibatasi pada:
1. Hewan yang digunakan adalah tikus galur Wistar jantan dengan berat badan
2. Parameter yang diamati adalah SOD dan NF-KB pada organ limpa
serbuk yang dilarutkan dalam 0,01M buffer sitrat, diberikan dengan dosis 45
gram, penanaman pada media mannitol salt agar (MSA), dan uji resistensi
1. Mengetahui kadar relatif SOD pada tikus yang diinduksi streptozotosin dan
Staphylococcus aureus.
2. Mengetahui kadar relatif NF-KB pada tikus yang diinduksi streptozotosin dan
Staphylococcus aureus.
mengenai kadar relatif SOD dan NF-KB limpa pada tikus induksi