Tikus putih (Rattus norvegicus) atau disebut juga disebut juga tikus
norwegia adalah salah satu hewan yang umum digunakan dalam eksperimental
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Tikus putih yang biasanya dijadikan percobaan terdiri atas lima macam
yaitu Long Evans, Osborne Mendel, Sherman, Sprague-Dawley dan Wistar. Tikus
beraktivitas di malam hari dan tidur pada siang hari, tidak mempunyai gall blader
(kantung empedu), dan tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak
Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih galur Wistar
(Gambar 2.1) berjenis kelamin jatan dengan berat badan sekitar 150-250 gram.
7
Tikus dengan jenis kelamin betina tidak digunakan karena kondisi hormonal yang
akan memberikan respon yang berbeda dan dapat mempengaruhi hasil penelitian
(Safitri, 2005).
poliuria, banyak makan namun bobot menurun, gatal-gatal, dan mudah merasa
lelah (Lehninger, 2001). Salah satu penyebab diabetes melitus yaitu ditandai
dengan menurunnya hormon insulin yang diproduksi oleh sel β Langerhans dalam
jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak (Garret and Grisham,
2002).
kelompok berdasar fungsi organ pankreas sebagai penghasil insulin dan kerja
8
normal tetapi sensitivitas reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
diet tinggi lemak, kurang gerak dan herediter (Gutrie and Gutrie, 2003).
glukosa yang terganggu dapat terjadi setelah kehamilan (Gutrie and Gutrie,
2003).
b. Gejala Klinis
panas, kram, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah
c. Patogenesis
dari luar (virus, zat kimia, dan lainnya); 2) Penurunan sensitivitas reseptor
d. Patofisologi
tipe I, dan (2) Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM = non-
2006).
badan merupakan ciri khas dari penderita DM tipe 1 yang tidak terkontrol.
benda keton dalam urin. Lebih lanjut, diuresis osmotik tersebut akan
mengakibatkan kondisi dehidrasi, kelaparan dan shock. Gejala haus dan lapar
Pada DM tipe 1, kadar glukosa darah sangat tinggi, tetapi tubuh tidak
peningkatan kadar asam lemak bebas dan gliserol darah. Dalam hal ini terjadi
2006).
2 tersebut cenderung terjadi pada individu usia lanjut dan biasanya didahului
oleh keadaan sakit atau stres yang membutuhkan kadar insulin tinggi. Pada
11
dengan itu, terjadi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh yang diikuti dengan
dehidrasi berat. Lebih lanjut, terjadi penurunan ekskresi glukosa dan pada
karena dua hal yaitu: 1) penurunan respon jaringan perifer terhadap insulin,
telah terjadi defek pada reseptor maupun postreseptor insulin. Pada resistensi
Sedangkan pada DM tipe 2 akhir telah terjadi penurunan kadar insulin plasma
Thevenod, 2008).
e. Peneguhan Diagnosa
polifagia (banyak makan), maka pemeriksaan gula darah abnormal satu kali
sudah dapat menegakkan diagnosis DM. Sedangkan bila tanpa gejala, maka
diperlukan paing tidak dua kali pemeriksaan gula darah abnormal yang
dkk., 2010)
13
Tes darah kapiler merupakan cara screening yang lebih cepat dan
murah. Pemerikaan ini dilakukan dengan cara menusuk ujung ekor untuk
diambil darahnya. Tes ini disebut gula darah stick. Pada alat stick yang
dipakai ini sudah terdapat bahan kimia yang bila ditetesi darah akan beraksi
dalam 1-2 menit. Setelah itu akan muncul hasil pengukuran gula darah pasien.
Pemeriksaan ini dapat dipakai untuk memeriksa gula darah puasa, 2 jam
adalah:
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
(Gambar 2.2) berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk
14
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat
berwarna abu-abu sampai kuning keemasan berbentuk bulat, halus, menonjol, dan
Gambar 2.2 Staphylococcus aureus yang dilihat dari mikroskop elektron (Todar, 2008).
(Rachmachandran, 2014).
zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa
a. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap
b. Koagulase
karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan
c. Hemolisin
terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisin, dan delta hemolisisn. Alfa
Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta
diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah domba
dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel
darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel
d. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan.
e. Toksin eksfoliatif
g. Enterotoksin
suasana basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam
dan protein.
2.3 Steptozotosin
langerhans pada pankreas mampu mengubah sel β menjadi rusak melalui proses
mempengaruhi sel hidup pada semua siklus sel mamalia ( Tormo, et al., 2006).
hewan coba model DM yang lebih baik daripada aloksan karena rentang dosisnya
lebih lebar, selain itu tikus bisa mempertahankan hiperglikemia lebih lama.
dengan adanya pembengkakan pada kelenjar pancreas setelah 2-4 hari yang bisa
denyut jantung dapat digunakan sebagai indikator fisiologis tikus yang terpapar
mekanisme yakni antara lain : 1) Penumpulan atau hilangnya respon insulin tahap
gula darah prandial dalam waktu yang normal, 2) Penurunan sensitifitas insulin
3) Gagal memberikan stimulasi terhadap respon insulin yang wajar (Firdaus, dkk.,
2016).
2.4 Limpa
organisme atau toksik yang dapat merusak jarinan dan organ tubuh. Kemampuan
18
ini disebut kekebalan yang merupakan hasil produktif dari jaringan limfoid di
kelompok yaitu organ limfoid primer dan sekunder. Organ limfoid primer
merupakan organ yang berfungsi mengatur produksi dan diferensiasi limfosit dan
organ limfoid sekunder. Limpa memilki kapsula dan trabekula yang mengandung
patogen atau antigen (bakteri, virus, dan parasit) yang masuk. Sistem limfoid
mencakup semua sel, jaringan, dan organ yang mengandung kumpulan sel imun.
dan trombosit serta pelaksanakan eritropoiesis pada fetus. Karena itu, limpa
terbagi atas dua bagian: satu bagian untuk menyimpan eritrosit, penjeratan
antigen, dan eritropoiesis, yang disebut pulpa merah, dan bagian lain yang di
Parenkim limpa terdiri dari dua bagian yaitu pulpa merah dan pulpa
putih yang merupakan komponen utama limpa. Sebagian besar dari pulpa
dalam jalinan retikuler. Pulpa merah terdiri dari arteriol pulpa, kapiler
selubung serta kapiler terminal, sinus venous atau venula, dan bingkai limpa.
Pulpa putih terdapat di dalam pulpa merah berbentuk oval dan berwarna putih
kelabu. Pulpa putih terdiri atas periarteriolar limphoid sheats (PALS), folikel
19
limfoid, dan zona marginal. Folikel limfoid umumnya tersusun atas sel
limfosit B, makrofag, dan sel debri. Pulpa putih terdiri atas jaringan limfoid
pada selubung. Sel - sel limfoid yang mengelilingi arteri sentralis terutama
(Khasanah, 2009).
ini banyak terdapat makrofag dan populasi limfosit khusus. Semua unsur dari
sel darah, demikian juga antigen, mengadakan kontak dengan makrofag dan
secara efisien oleh makrofag, dan merupakan kondisi ideal untuk penampilan
atom tembaga, seng atau besi yang dibentuk dalam sitosol dan yang mengandung
Selanjutnya hidrogen peroksida diubah menjadi molekul air oleh enzim katalase
20
antioksidan yang berefek sangat kuat dan merupakan pertahan tubuh pertama
sel. Stres oksidatif adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara radikal bebas
dengan antioksidan, dimana jumlah radikal bebas lebih banyak bila dibandingkan
potensial menyebabkan kerusakan sel. Sering kali kerusakan ini disebut sebagai
untuk mencegah kerusakan komponen makromolekul sel. Sistem ini dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu: sistem pertahanan preventif seperti enzim superoksida
bekerja dengan cara membersihkan radikal bebas atau spesies oksigen reaktif
(ROS) dengan reaksi enzimatis dan mengubahnya menjadi produk yang lebih
21
menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen sehingga tidak berbahaya bagi
dengan spektrum kerja yang luas, antara lain menginduksi pertahanan sel,
proliferasi serta berperan dalam regulasi sistem imun dan respons inflamasi.
Aktivasi NF-KB pada sel normal akan mengaktifkan beberapa gen yang terlibat
dalam supresi kematian sel melalui jalur mitokondria maupun reseptor kematian.
(IAPs) dan beberapa anggota famili anti-apoptosis Bcl-2. Nuclear Factor kappa
apoptosis yang diinduksi oleh p53. Selain itu, NF-KB mempromosikan progresi
siklus sel melalui pengaturan gen yang terlibat dalam siklus sel seperti cyclin D1,
D2, D3 dan cyclin E, c-myc dan c-mycb. Nuclear Factor kappa Beta (NF-KB)
diduga berhubungan pula dengan aktivitas pRb melalui cyclin D1. Mekanisme