11 47 1 PB
11 47 1 PB
Abstrak. Respon imun pada penyakit kusta sangat kompleks yaitu melibatkan imunitas seluler dan
humoral. Sebagian besar gejala dan komplikasi penyakit ini disebabkan oleh reaksi imunologi terhadap
antigen yang ditimbulkan oleh Mycobacterium leprae. Ada tiga cara pemeriksaan kusta secara
serologi yaitu Pemeriksaan MLPA (MycobacterIum leprae particle angglutination, ELISA (Enzyme
Linked Immuno-Sorbent Assay) dan pemeriksaan Mycobacterium leprae dipstick (ML dipstick).
Pemeriksaan MLPA menggunakan antigen polisakarida sintetik yang sesuai dengan phenolic
glycolipid –I (PGL-I). Pada Pemeriksaan ELISA untuk mengukur kadar antibodi terhadap basil kusta
seperti antibodi PGL-I, antibodi anti protein 35kD dan lain-lain. Sedangkan pada pemeriksaan ML
dipstick ditujukan untuk mendeteksi antibodi IgM yang spesifik terhadap M.leprae.
(JKS 2006;3:115-122)
Abstract. Immune response in leprosy is very complex which involves cellular and humoral
immunities. Most of the symptoms and complications of this disease are caused by immunological
reactions to antigens caused by Leprae Mycobacterium. There are three ways of serological leprosy
examination; MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Agglutination, ELISA (Enzyme Linked
Immuno-Sorbent Assay) and dipstick examination of Mycobacterium leprae (ML dipstick). MLPA
examination is using the synthetic polysaccharide antigens correspond to phenolic glycolipid-I (PGL -
I). The ELISA examintaion is used to measure antibody levels against leprosy bacilli such as PGL-I
antibody, anti-protein antibodies 35kD, etc. On the other side, the ML dipstick examination is intended
to detect specific IgM antibodies against M. leprae. (JKS 2006;3:115-122)
115
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 6 Nomor 3 Desember 2006
116
Mudatsir, Imunodiagnostik Penyakit Kusta
akan mati dan pecah sehingga kuman penghancuran sel target oleh sel T
menyebar dan akan mencapai sel sitotoksik.9
Schwann di perinerium saraf tepi yang Makrofag yang telah menangkap dan
merupakan predileksi tempat hidupnya menyajikan antigen akan
Mycobacterium leprae.Mycobacterium mengaktifkan sel limfosit CD4+ dan
leprae adalah kuman yang tahan CD8+, menghasilkan proliferasi dan
terhadap lisosim dan kuman tersebut diferensiasi menjadi beberapa jenis sel
dapat berkembang biak di dalam sel limfosit yang aktif. Terbentuknya
Schwann. Sel ini tidak dapat beberapa jenis sel limfosit T sitotoksik
mengekspresikan molekul Major dan limfosit CD4+ yang memproduksi
Histocompatibility Complex (MHC) sitokin memperkuat penghancuran
kelas II sehingga sel Schwann yang kuman dalam makrofag.6
terinfeksi tidak bisa berkomunikasi Respon imun humoral terhadap
dengan sel limfosit T, akibatnya Mycobacterium leprae merupakan
kuman di dalam sel Schwann tidak aktifitas sel limfosit B yang berada
bisa terdeteksi oleh sistem imun.6,7 dalam jaringan limfoit dan sirkulasi
Bila sel Schwann mati dan pecah maka darah. Rangsangan dari komponen
Mycobacterium leprae akan keluar dan antigen kuman tersebut akan merubah
menyebar seluruhnya ditangkap sel limfosit B menjadi sel plasma yang
kembali oleh sel-sel fagosit lain akan menghasilkan antibodi yang akan
termasuk sel Schwann. Respon imun membantu proses opsonisasi. Tetapi
seluler akan bekerja bila kuman pada penyakit kusta fungsi respon
ditangkap oleh sel fagosit yang imun humoral ini tidak efektif malahan
profesional khususnya makrofag. justru menyebabkan timbulnya
Setelah dicerna dan disajikan ke MHC beberapa penyulit karena terbentuknya
klas II maka sel Th/CD4+ akan secara berlebihan.5 Hal ini tampak
mengenal dan selanjutnya dimulailah pada penderita kusta lepromatous yang
rangkaian imunitas seluler.7,8 mana akibat rangsangan yang cukup
lama oleh antigen Mycobacterium
Respon Imun Didapat leprae maka akan ditemukan antibodi
dalam jumlah yang berlebihan dalam
Setelah Mycobacterium leprae yang sirkulasi darah penderita. Selain
masuk dikenal oleh sistem imun tubuh, antibodi yang spesifik maupun non
maka dimulailah proses imunitas yang spesifik juga ditemukan auto antibodi
spesifik. Oleh karena Mycobacterium serta peningkatan komplemen.
leprae adalah kuman yang obligat Keadaan ini dianggap penyebab
intracellulair maka penghancuran terjadinya reaksi Erithema Nodosum
kuman yang efektif adalah melalui Leprosum. Terjadinya produksi yang
respon imun seluler. Pada individu berlebihan dari antibodi ini diduga
yang sehat rangkaian respon ini akan akibat lumpuhnya sistem imunitas
segera berlangsung dengan hasil akhir seluler, sehingga kontrol terhadap sel
penghancuran Mycobacterium leprae limfosit menjadi hilang dan akibatnya
dalam makrofag maupun sel B terus memproduksi antibodi.5
117
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 6 Nomor 3 Desember 2006
118
Mudatsir, Imunodiagnostik Penyakit Kusta
119
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 6 Nomor 3 Desember 2006
kusta subklinik di daerah endemik Uji ini merupakan uji laboratoris yang
kusta.1 memerlukan peralatan khusus serta
Antigen yang digunakan adalah keterampilan tinggi, sehingga dalam
antigen polisakarida sintetik yang penyakit kusta hanya dilakukan untuk
sesuai dengan phenolic glycolipid –I keperluan khusus misalnya untuk
(PGL-I) suatu antigen spesifik dari penelitian atau kasus tertentu.
dinding kapsul M.leprae. antigen ini Keuntungan, uji ELISA ini ialah
akan berikatan dengan antibodi anti sangat sensitif, sehingga dapat
PGL-I kelas IgM di dalam seruin mendeteksi antibodi dalam jumlah
pasien kusta. Hasil positif bila terjadi yang sangat sedikit. Berbagai antigen
aglutinasi pada sumur ke-3 dapat digunakan sehingga bermacam-
(pengenceran 1/32). Pemeriksaan ini macam antibodi dapat diukur dengan
bisa bersifat kualitatif saja (hasil pemeriksa ini, begitu pula dapat
positif negatif), tetapi dapat ditentukan kelas antibodi (IgG, IgM,
dilanjutkan dengan pemeriksaan semi- IgA dII) yang ingin diperiksa. Di
kuantitatif untuk melihat tingginya pasaran tersedia berbagai Kit untuk
kadar antibodi IgM PGL-I. Hasil pemeriksaan IgM total, interferon
pemeriksaan semi-kuantitatif gama dan lain-lain.1,9,10
dinyatakan dalam liter 1:32, 1:64, Prinsip uji ELISA adalah mengukur
1:128 dan seterusnya, yang banyaknya ikatan antigen-antibodi
menunjukkan derajat pengenceran yang terbentuk dengan memberi label
serum. Semakin besar pengenceran pada ikatan tersebut. Ikatan antigen
berarti semakin tinggi kadar antibodi antibodi yang telah diberi label
tersebut dalam darah. Uji MLPA telah (biasanya berupa enzim), dapat diukur
terbukti setara dengan uji ELISA yang dengan alat spektrofotometer
sifatnya lebih sensitif, sehingga, uji ini menggunakan panjang gelombang
diakui sebagai uji lapangan yang tertentu. Umumnya uji ini
cukup baik.10 menggunakan plat mikro (micro
Pada pasien kusta yang belum diobati, ELISA) yang meliki sumur-sumur
tipe pausibasilar (PB) sering untuk tempat terjadinya reaksi. Yang
memberikan hasil negatif atau positif dimasukkan pertama biasanya antigen
lemah (1:32), sedangkan pada tipe yang telah diketahui, selanjutnya
multibasilar hasilnya apositif kuat sampel serum dengan antibodi tertentu
(>1:1024). Bila mengikuti klasifikasi yang ingin diperiksa dan terakhir
Ridley-jopling, tipe TT dan BT sering dimasukkan zat untuk melabel ikatan
memberikan hasil negatif, sedangkan antigen-antibodi ini. Setelah terjadi
tipe BB, BL, dan LL memberikan hasil perubahan warna, selanjutnya
mulai dari positif lemah, sedang dilakukan pengukuran kepadatan optik
sampai positif kuat. atau Optical Density (OD) dengan
spektrofotometer. Hasil dinyatakan
2. Pemeriksaan ELISA (Enzyme dalam satuan OD atau unit/ml,
Linked Immuno-Sorbent Assay) bergantungan pada Kit yang
1,10
dipakai.
120
Mudatsir, Imunodiagnostik Penyakit Kusta
121
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 6 Nomor 3 Desember 2006
122