Anda di halaman 1dari 11

2

Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

ABSTRACT
Coronary disease is heart disease that caused by nerrowing coronaria arterial due
to aterosklerosis proces or vascular spasm, or both. There are some risk factors, 25% to
30% cases never found risk factors, while Homosistein level was increased.
Plasma homosistein level was be regulated by enzymes, cofactors and special
cosubtracts that role playing in metabolism. Increase homosistein level in blood to upper
normal limit as hiperhomosisteinemia, there is express disturbance at metabolism
pathway, so that homosistein release in blood, excessively.
Measure plasma or serum homosistein was be used to diagnostic or monitoring
folat or cobalamin deficiencies or congenital anomaly that cause homositinuria. There
are some test to detect homosistein, example cianida test or nitroprusid silver.

Key word : CHD, Homosistein


Hubungan peningkatan kadar
PENDAHULUAN homosistein dengan penyakit
Penyakit Jantung Koroner adalah kardiovaskuler pertama kali di teliti oleh
penyakit jantung yang disebabkan oleh Mc. Cully, dengan melakukan observasi
penyempitan arteri koronaria akibat proses melalui otopsi terhadap 2 orang anak yang
aterosklerosis atau spasme atau kombinasi mempunyai kadar homosistein sangat tinggi
keduanya.(1) Faktor-faktor risiko di sertai homosistinuria. Ia menemukan
konvensional untuk penyakit arteri koroner adanya aterosklerosis berat di sertai
antara lain hiper lipidemia, hipertensi, trombosis arteri pada kedua penderita ini.
diabetes dan riwayat keluarga dengan Berdasarkan observasi tersebut Mc.Cully
penyakit kardiovaskuler banyak ditemukan, membuat hipotesis adanya hubungan antara
namun terdapat sebagian penderita yang hiper homosisteinemia dengan aterogenesis.
(8,9)
mengalami ateros klerosis dini, tanpa di
sertai adanya faktor-faktor resiko tersebut.(2) Selanjutnya berbagai penelitian
Dilaporkan bahwa hampir 25%-35% epidemiologi dilakukan sebagai konfirmasi
penderita penyakit jantung koroner tidak terhadap hipotesis Mc. Cully tersebut. Hasil
mempunyai faktor resiko di atas, namun penelitian ini menunjukan bahwa hiper
mempunyai kadar homosistein di atas nilai homosisteinemia ringan juga dapat menjadi
normal.(3,4) faktor resiko untuk terjadinya penyakit
Hal ini menimbulkan ketertarikan vaskuler.(10) Hingga saat ini sekitar 25
para Dokter untuk mengetahui lebih banyak penelitian klinik telah dilakukan. Dari
homosistein sehubungan dengan perannya penelitian–penelitian tersebut tampak
pada infark miokard, stroke, penyakit bahwa kadar homosistein yang tinggi dalam
pembuluh darah perifer dan trombosis.(5) serum / plasma merupakan faktor resiko
Dilaporkan bahwa seorang laki-laki dengan yang independen untuk terjadinya penyakit
kadar homosistein di atas 15,8 umol/L, kardiovaskuler dini, tanpa tergantung pada
mempunyai kemungkinan untuk mengalami variable lain seperti merokok, diabetes
serangan jantung 3 kali lebih besar kadar kolesterol LDL (Low Density
dibandingkan dengan kadar di bawah 15,8 Lipoprotein) yang tinggi dan kolesterol
umol/L.(2,6,7) HDL (High Density Lipoprotein) yang
rendah.(2,6,7,11)

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


3
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Dalam makalah ini akan lain yaitu γ–sistasionase akan memecah


dikemukakan berbagai hal mengenai sistasionin menjadi sistein dan ketobutirat.
(12)
homosistein, antara lain struktur biokimia
homosistein, metabolisme, terjadinya hiper
homosisteinemia, patogenesis dan METABOLISME
mekanisme terjadinya penyakit dan metode Homosistein bukan merupakan
pemeriksaan. kontituen diet normal. Satu-satunya sumber
homosistein adalah metionin yaitu suatu
BIOKIMIA HOMOSISTEIN asam amino essensial yang mengandung
Istilah homosistein di perkenalkan sulfur yang di peroleh melalui asupan
oleh du vigneaud pada tahun 1932, saat protein. Biosistesis metionin akan
ditemukan senyawa ini untuk pertama menghasilkan produk antara asam folat,
kalinya.(2,8) Homosistein (2-amino-4 vitamin B6 dan B12 serta aktivitas berbagai
mercaptobutanic acid) merupakan non- enzim yang berperan pada jalur
(12)
protein sulfhydryl amino acid (gambar 1). metabolismenya.
Yang metabolismenya terletak pada Tahap pertama metabolisme
persimpangan antara jalur transulfurasi dan homosistein adalah pembentukan S-adenosil
remetilasi. metionin (Gambar 2) yang merupakan
donor metil terpenting pada reaksi
CH2 – CH2 – CH – COOH transmetilasi. S-adenosilmetinin,
selanjutnya mengalami demetilasi
membentuk S-adenosil homosistein, yang
SH NH kemudian dihidrolisis menjadi adenosin dan
homosistein. Homosistein selanjutnya
Gambar 1: Homosistein. memasuki jalur transsulfurasi atau jalur
remetilasi. Sekitar 50% homosistein yang
Homosistein di dalam sel akan memasuki transsulfurasi, secara irrevesibel
mengalami rematilasi menjadi metionin, berikatan dengan serin melalui pengaruh
mengalami perubahan menjadi sistasionin enzim sistasionin β-sintase, untuk
atau dikeluarkan dari dalam sel. Reaksi membentuk sistasionin. Sistasionin ini
pertama dikatalisir oleh enzim 5–metil selanjutnya di metabolisme menjadi sistein
tetrahidrofolat–homosistein metil dan α–ketobutirat melalui pengaruh γ-
transferase (metionin sintase) yang sistasionase. Sistein yang terbentuk dari
memerlukan kobalamin sebagai kafaktor, homosistein ini akhirnya di rubah menjadi
jalur alternatif remetilasi dikatalisir oleh sulfat dan di ekskresikan ke dalam urin.(11,12)
enzim betain-homosistein metiltransferase. Pada jalur remetilasi, homosistein
Dalam reaksi ini betain berperan sebagai akan mengalami daur ulang menjadi
donor metil.(12) Enzim sistasionin β-sintase metionin melalui 2 reaksi yang berbeda.
merupakan B6-dependent enzyme yang Reaksi pertama memerlukan enzim 5-metil
mengkatalisir kondensasi homosistein tetra hidrofolat homosistein-
dengan serin, membentuk sistasionin. metiltransferase (metionin sintase). Untuk
Dalam keadaan normal reaksi ini bersifat aktivitas enzim ini dibutuhkan
irrevesibel. Dari titik ini homosistein metikobalamin sebagai kofaktor dan metil
selanjutnya akan memasuki jalur
transsulfurasi. Suatu B6-dependent enzyme

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


4
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Gambar 2 : Siklus metionin dan Jalur Ueland menyatakan bahwa reaksi ini juga
metabolisme homosistein.(2) terjadi di ginjal.(12) proses daur ulang serta
tetrahidrofolat sebagai kosubtrat. Dapat di penyimpangan homosistein akan menjamin
lihat pada gambar 2. penyediaan metionin yang cukup.(2)
Pada keadaan kelebihan metionin,
DMG : dimeltoglisin, dimanfaatkan jalur transsulfurasi dengan
MTHF : metilentetrahidrofolat meningkatkan regulasi sistasionin–sintase
NADP : nikotinamid adenin dinukleotin fosfat dan mengurangi regulasi jalur remetilasi,
NADPH: nikotinamid adenin dinukleotid fosfat sedangkan bila terdapat defisiensi metionin
hidrogenase.
dimanfaatkan menjadi jalur remetilasi.(2,8,10 ,
11)
Dalam kadaan normal kadar
Metil tetrahidrofolat di bentuk dari
homosistein darah puasa relatif sangat
tetrahidrofolat oleh pengaruh enzim
sedikit, kadarnya antara 5 – 15 umol/L.
metiltetrahidrofolat reduktase (MTHFR).
Besarnya kadar homosistein ini di
Reaksi ini terjadi di semua jaringan. Jalur
kompartemen ekstrasel ditentukan oleh
kedua dikatalisir oleh enzim betain-
beberapa hal yaitu pembentukanya di dalam
homosistein metil transferase.(2,8,10,12) Reaksi
sel, metabolisme dan akskresinya. Bila
dengan betain ini terutama terbatas dalam
produksi homosistein intrasel melebihi
hati, namun Mc Keever seperti di kutip
kapasitas metabolisme maka homosistein

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


5
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

akan dilepaskan ke ruangan ekstra sel, hiper homosisteinemia berat bila kadarnya
sebaliknya bila produksi berkurang maka lebih dari 100 uml/L. Hiper
pengelepasan dari sel akan berkurang.(2,8,10,12) homosisteinemia ringan sampai sedang
Keadaan ini membantu mempertahankan selain disebabkan oleh defek genetik juga
agar kandungan homosistein intra sel tetap oleh kelainan di dapat atau kombinasi
rendah.(12) Jadi kadar homosistein dalam keduanya. Defek genetik bisanya
cairan ekstra sel seperti plasma dan urin menyebabkan hiper homosisteinemia
sangat di pengaruhi oleh keseimbangan sedang, yang sekitar 50% disebabkan
antara produksi dengan penggunaannya. berkurangnya aktivitas enzim akibat
Keseimbangan ini dapat terganggu pada defisiensi sistasionin β–sintase atau metil
keadaan-keadaan tertentu seperti gangguan tetrahidrofolat reduktase yang heterozigot.
aktivitas enzim atau akibat jumlah kofaktor Pervalensi kelainan ini dalam masyarakat
yang berperan dalam metabolismenya sekitar 0,4% - 1,5%.(2,6,8,19)
berkurang. Pengukuran kadar homosistein Hiper homosisteinemia di dapat
selanjutnya digunakan sebagai pertanda antara lain disebabkan oleh defisiensi asam
untuk berbagai penyakit pada manusia. folat, vitamin B6 dan B12 serta insufisiensi
Sekitar 70%-80% homosistein ginjal kronik. Hal ini sesuai dengan hasil
berikat dengan protein terutama albumin, penelitian Selhub seperti yang di kutip
melalui rangkaian disulfide dan sisanya Welch, yang menemukan 2/3 dari kasus
merupakan homosistein yang tidak terikat yang di teliti mempunyai kadar satu atau
protein yang bergabung sesamanya lebih vitamin B yang tidak adekwat.(8) Kang
membentuk dimer atau berikatan dengan juga mendapatkan adanya hubungan
sistein membentuk di sulfide campuran terbalik antara defisiensi vitamin B12
sistein dan homosistein. Hanya sejumlah dengan akumulasi homosistein serta
kecil (sekitar 1%) homosistein bentuk bebas terjadinya hiper homosisteinemia pada
di temukan dalam sirkulasi.(2,10,12) penderita defesiensi asam folat.(19)
HIPERHOMOSISTEINEMIA Selain vitamin, berbagai obat yang
Kadar homosistein plasma di atur mempengaruhi metabolisme asam folat.
oleh sejumlah enzim, tersedianya kofaktor – Vitamin B6 dan B12 juga dapat
kofaktor dan kosubtrat khusus yang menyebabkan terjadinya hiper
diperlukan dalam metabolisme. homosisteinemia sedang, seperti
Meningkatnya kadar homosistein dalam methotrexate, anti convulsan, nitrous oxide
darah melebihi kadar normal di sebut dan theophylline.(2,8)
2,8)
Wanita hamil dan
sebagai hiper homosistein. Adanya hiper wanita yang mengkonsumsi obat
homositenemia.(2) menunjukan bahwa telah kontrasepsi oral yang mengandung estrogen
terjadi gangguan pada salah satu jalur mempunyai kadar homosistein lebih rendah
metabolisme, sehingga terjadi pengelepasan dari wanita yang tidak hamil dan tidak
yang berlebihan ke dalam darah akibat mengkonsumsi obat kontrasepsi.
penumpukan di dalam sel. Hiper homosisteinemia berat
Peningkatan kadar homosistein terutama disebabkan oleh suatu kelainan
plasma bervariasi tergantung pada jalur metabolisme bawaan berupa defisiensi
mana dari metabolisme yang mengalami enzim sistasionin β– sintase dan metil tetra
gangguan. mengklafikasikan hiper hidrofolat rduktase homozigot. Bentuk
homosistein ringan bila kadar homosistein klasik adalah defisiensi sistasionin β-sintase
plasma pustaka antara 30 – 100 umol/L dan yang di tandai oleh kadar homosistein total

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


6
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

plasma puasa yang relatif sangat tinggi plasma sesuai dengan perubahan usia. Ini
hingga mencapai kadar 400 umol/L. kemungkinan dapat dikaitkan dengan
prevalensi kelainan ini dalam masyarakat beberapa faktor seperti asupan nutrien yang
sekitar 1 : 200.000-1 : 350.000 kelahiran. (2,8) tidak cukup atau penurunan aktivitas enzim
Penderita yang mengalami kelainan ini yang terlibat dalam metabolisme
(20)
memperlihatkan sidroma homosistunuria homosistein.
dengan karakteristik berupa retardasi PATOFISIOLOGI
mental, lensa ektopik, skeletal yang Penelitian secara klinik dan
abnormal, penyakit veskuler dini dan eksperimen menunjukan bahwa kadar
trombo emboli. Komplikasi trombo emboli homosistein yang tinggi cenderung untuk
biasanya terjadi pada usia muda dan memberikan respon aterogenik yang
berakibat fatal. Dari penelitian yang menimbulkan terjadinya trombisis.
dilakukan Mudd seperti yang di kutip oleh Mekanisme dari keadaan ini belum
Welch ternyata 50% penderita sepenuhnya dapat di ketahui, namun
homosistinuria yang tidak mendapat beberapa mekanisme yang mungkin
pengobatan akan mengalami berperan telah dapat di identifikasi.(2,5,10)
trombeombolin sebelum usia 30 tahun Efek terhadap endotel
dengan angaka kematian sekitar 20%.(8) In vitro
Faktor-faktor lain yang dapat Beberapa peneliti telah menguji
menyebabkan hiper homosisteinemia antara pengaruh homosistein terhadap
lain pertambahan usia, jenis kelamin di pertumbuhan sel-sel endotel pada jaringan
mana pria mempunyai kadar homosistein yang di kultur. Hasil dari penelitian tersebut
yang lebih tinggi, masa monopouse, membuktikan bahwa homosistein dapat
keganasan, penurunan fungsi ginjal dan memeberikan efek sitotoksis langsung
berbagai jenis obat. Terdapat korelasi terhadap endotel sehingga terjadi kerusakan
positif antara homosistein plasma puasa dan gangguan terhadap endoltel.(5) Dari
dengan kreatinin serum, namun penelitian secara in vitro tampak bahwa
mekanismenya tidak jelas. Hal ini mungkin untuk terjadinya kerusakan endotel oleh
di pengaruhi oleh arteriosclerosis homosistein diperlukan adanya copper dan
renovaskuler atau faktor-faktor per-renal. oksigen.(10) Menurut Starkebaum dan
Pada gagal ginjal kronik kadar homosistein Harlan, copper dapat menyebabkan
plasma dapat meningkat hingga 2 – 4 kali terjadinya oksidasi homosistein yang
nilai normal dengan penurunan sementar selanjutnya akan menghasilkan hydrogen
setelah dilakukan dialisis. Pada gagal ginjal, peroksida. Hydrogen peroksida
peningkatan kadar homosistein lebih menyebabkan trauma langsung sel endotel
disebabakan oleh ke gagalan metabolisme serta mengurangi pelepasan nitrik oksida
dari pada kegagalan ekskresi.(2) yang merupakan mediator utama
Anak mempunyai kadar homosistein vasodilatasi pembuluh darah.(22) Sehingga
plasma 30% lebih rendah dari orang dengan adanya copper, sel-sel endotel yang
dewasa. Robinson dalam penelitiannya terpapar dengan homosistein akan
mendapatkan hubungan positif antara mengalami lisis. Ini menunjukan bahwa
penderita hiper homosisteinemia usia tua hydrogen peroksida bertangguang-jawab
dengan resiko terjadinya penyakit jantung akan efek toksik terhadap sel-sel endotel.(10)
koroner. Belum ditemukan alasan yang jelas
terjadinya peningkatan kadar homosistein

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


7
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

In vivo faktor Von Willebrand oleh endotel dan


Pada penelitian yang dilakukan oleh mengurangi sintesis prostasiklin.(5,9,24)
Harker terhadap Baboon dengan Menurut pengalaman seperti di kutip
menyuntikan L-homosistein selama 5 hari, Mayer, karena prostasiklin merupakan
terlihat adanya bercak deskuamasi pada inhibitor yang penting terhadap agregasi
endotel pembuluh darah di sertai trombosit maka dengan berkurangnya
berkurangnya masa hidup trombosit. sintesis prostasiklin akan menyebabkan
Mereka juga mendukung pendapat bahwa terjadinya trombosis, namun hasil-hasil ini
thrombus arteri akibat trauma endotel yang masih di pertentangkan.(2) Akibat
terjadi pada penderita–penderita peningkatan homosistein juga dapat
homosistinuria disebabkan oleh pengaruh menyebabkan terjadinya gangguan sintesis
homosistein yang terus-menerus, sehingga DNA sel-sel endotel.(2)
menyebabkan terjadinya aterogenesis dan
meningkat konsumsi trombosit. Semakin STABILITAS HOMOSISTEIN.
tinggi kadar homosistein maka kerusakan Dalam plasma atau serum.
endotel akan semakin berat. Homosistein Homosistein stabil selama beberapa hari
juga dapat merangsang proliferasi sel otot bila ditempatkan pada suhu kamar, sehingga
polos endotel. Semua keadaan ini pengiriman dapat dilakukan tanpa
tergantung dari kadar homosistein dan pendinginan. Prosedur pembekuan dan
lamanya paparan.(10,21) pencairan yang berulang-ulang tidak
Pengaruh terhadap trombosit mempengaruhi kadar homosistein, demikian
Beberapa peneliti melaporkan pula bila dilakukan selama beberapa bulan.
(12)
bahwa homosistein akan meningkatkan Mengenai stabilitas homositein total
daya lekat dan agregasi trombosit.(5) Peneliti dalam darah, plasma dan serum pada
lain yang melakukan observasi terhadap beberapa keadaan dapat di lihat pada tabel
binatang percobaan menemukan gangguan 1. Homosistein total dalam plasma atau
pada masa hidup trombosit. Kelainan ini serum dapat meningkat bila pemisahan
juga ditemukan pada penderita defesiensi serum atau plasma dari sel–sel darah
sistasionin β-sintase. Greaber seperti yang terlambat dilakukan. Bila darah di simpan
di kutip Mayer menyatakan bahwa pada suhu kamar selama 1 jam maka kadar
homosistein meningkatkan metabolisme homosistein akan meningkat hingga 10%.
asam arakidonat trombisit normal, sehingga Stabler seperti yang di kutip Ueland,
terjadi peningkatan trobokson A2, akibatnya melaporkan bahwa darah yang dibiarkan
akan terjadi akumulasi yang berlebihan dari pada suhu kamar selama 4 jam dan 24 jam
agregator trombosit yang memungkinkan akan menyebabkan peningkatan kadar
untuk terjadinya trombisit.(2) homosistein berturut-turut 35% dan 75%.
Pengaruh terhadap pembekuan darah. Peningkatan palsu ini dapat di hindari bila
Homosistein kemungkinan darah yang di ambil segera ditempatkan
mempengaruhi beberapa faktor – faktor pada pendingin atau segera di buat plasma
yang terlibat dalam cascade pembekuan atau serum dalam 1 jam setelah
darah, seperti menurunkan aktivitas anti pengambilan.(12)
trombin.(2,11) Selain itu homosistein juga Respon terhadap makanan di
menghambat aktivitas kofaktor trombodulin pengaruhi oleh waktu yang diperlukan
dan aktivasi protein C, meningkat aktivitas untuk memecah protein – protein yang ada
faktor V dan faktor XII, menganggu sekresi dalam makanan menjadi asam amino bebas.

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


8
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Sesudah makan malam kadar miotinin Sebagian besar peneliti melakukan


peroral kadar miotin plasma mencapai penelitian terhadap homosistein total
puncak setelah 1 – 2 jam. Puncak kadar plasma yang meliputi homosisitein dalam
homosistein plasma biasanya di ukur setelah bentuk ikatan disulfida campuran,
4 – 8 jam. Sehingga pada kedua keadaan homositein thiolakton, homosistein yang
tersebut terdapat perbedaan waktu sekitar 3 terikat protein dan homosistein bebas.(2,8,10,12)
– 4 jam antara puncak kadar maksimum Pemeriksaan homosistein dapat dilakukan
metionin dan homosistein dalam plasma.(12) dengan 2 cara yaitu pemeriksaan setelah
Table 1: Stabilitas homosistein total puasa atau setelah pembebanan metionin
dalam darah lengkap dan plasma/serum oral. Pemeriksaan setelah puasa atau
Kondisi merupakan pemeriksaan yang di anjurkan
Sample Stabilitas
penyimpangan dan lebih di sukai karena sederhana dan
Darah Suhu kamar < 1 jam lebih mudah dilakukan, sedangkan
lengkap 0 – 2 C pemeriksan setelah pembebanan metionin
perlu biaya yang lebih mahal dan waktu
Plasma suhu kamar 4 – 12 jam pemeriksan lebih lama.(2,3) Untuk penderita
serum 0-2 C -20 C Min 4 hari yang di curigai mengalami gangguan
beberapa metabolisme homositein laten perlu
minggu dilakukan kedua pemeriksan ini karena
bertahun– dengan pemeriksaan homosistein plasma
tahun puasa saja biasanya akan menunjukan nilai
yang normal. Dengan pembebanan miotinin
PEMERIKSAAN LABOTORATORIUM akan terlihat peningkatan kadar
(2)
Pemeriksaan homosistein pertama homosistein.
kali diperkenalkan untuk diagnosis Tes pembebanan metionin.
laboratorium pada tahun 1962. Pada saat ini Prinsip pemeriksaan sama dengan
penentuan kadar homosistein dilakukan tes toleransi glukosa. pembebanan
dengan tes kimia sederhana atau analisa dilakukan dengan cara ini di peroleh waktu
asam amino. Selanjutnya penentuan yang bervariasi untuk mendapatkan kadar
homosistein plasma atau serum selain puncak homosistein.
digunakan untuk diagnosis juga untuk Homosistein bebas dapat mencapai
pemantauan terhadap kemungkinan adanya kadar puncak setelah 2 – 3 jam, sedangkan
defisiensi folat dan cobalamin serta kelainan homosistein yang terikat protein akan
bawaan yang menyebabkan homosistinuria. mencapai kadar puncak setelah 4 – 6 jam.
(14) Oleh karena itu dengan tes pembebanan
Di terimanya pemeriksaan kadar metionin, kadar homositein dapat di periksa
homosistein sebagai pertanda resiko setelah 2 jam, 4 jam, 6 jam atau 8 jam
penyakit atau gangguan nutrisi sangat kemudian.(2,10)
tergantung pada tes yang tersedia. Tes Untuk memeriksa homosistein total
harus dapat dilakukan dengan cepat, dengan baik dalam plasma perlu dilakukan proses
resiko paparan operator yang minimal reduksi dan derivatisasi. Reduksi dilakukan
terhadap bahan-bahan yang berbahaya dan terhadap ikatan disulfide homosistein
sesuai dengan kepentingan klinik.(12) sehingga dihasilkan homositein bebas.
Reduktan yang digunakan tergantung pada

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


9
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

system pemisahan dan system deteksi yang Precolumn derivatization, HPLC dan
pilih.(2,12) diteksi fluoresensi
Beberapa metode yang digunakan Metode ini pertama kali
untuk pemeriksaan homosistein antara lain dikembangkan oleh Araki dan Sako, yang
Radioenzymayic asssy, Gas melakukan derivatisasi homosistein dengan
chromatography–Mass Spectrometry, menggunakan ammonium-7 fluoro – 2,3,-
Precolumn derivatisazin dengan benzoksadiazol–4 sulfonat (SBDF).
HPLC(High Performance Liquid Selanjutnya metode ini di modifikasi untuk
Chromatography) dan deteksi fluoresensi, mempersingkat waktu pemeriksaan.
HPLC dengan deteksi lektrokimia serta Pemeriksan dengan cara ini menggunakan
amino acid analyzer dengan pastcolmn reduktan natrium borohidrat (Na BH4)
derivatization.(12) konsentrasi tinggi untuk mendapatkan hasil
fluoresensi yang maksimal dan untuk
Radioenzymatic assay derivatisasi digunakan monobromobiman
Penentuan homosistein plasma total (mBrB). Metode yang didasarkan atas SBD-
manusia pertama kali ditentukan secara F ini cukup sensitif dan spesifik.
radioenzikmatic yang didasarkan atas Kekurangan metode ini antara lain
perubahan homosistein menjadi rendahnya reaktivitas SBD-F dan
S-adenosil homosistein dengan bantuan memerlukan waktu pemeriksaan yang lama
adenosin yang di label C dan enzim serta suhu yang tinggi (600C).
S-adenosilhomosistein hidrolase. Sebagai HPLC dan diteksi elektrokimia
reduktan di gunakan di oeritritol, kemudian Prinsip ini didasarkan atas
radioaktivitas S-adenosilhomosistein di nilai penetesan mercury polarograph, di mana
dengan HPLC. Cara REA ini cukup potensial oksidasi dan reduksi ditentukan
sensitive dan spesifik dan dapat digunakan oleh sepasang lektrode untuk menghasilkan
untuk mengukur homosistein dalam urin. difusi. Pada penggunaan metode ini
Kekurangan cara ini adalah diperlukan digunakan Na BH4 sebagai reduktan dan
beberapa proses manual seperti inkubasi sampel tidak perlu di derivatisasi.
enzim, presipitasi protein, pemusingan dll. Homosistein yang di deteksi dengan gold –
mercury elektroda yang memberikan
Gas Chromatography- Mass sensifikasi yang tinggi terhadap komponen
Spectrometry (GC – MS) – komponen sulfhidril. Hal yang menarik
Metode ini dikembangkan oleh Stabler dari pemeriksaan elektrokimia ini antara
dan akhir–akhir telah mengalami modifikasi lain penanganan sampel yang sederhana,
menjadi metode yang sangat sederhana spesifik, waktu pemeriksaan yang singkat,
dibandingkan sebelumnya, namun metode kapasitas cukup besar dan digunakan untuk
ini memerlukan alat – alat yang mahal. Pada menentukan thiol-thiol lain seperti sistein.
metode ini reduktan yang di pakai Keburukan utama adalah terjadinya
ditiotreitol dan untuk derivatisasi digunakan kontaminasi dengan sel – sel lain yang ada
N-metil-N trifluoroasetamid. Metode ini dan buruknya elektroda. Stabilitas metoda
cukup sensitif dan spesifik dan dapat ini sangat tergantung dari pemeliharaan
digunakan untuk mengukur sampel urin. system detektor yang baik.(12)
Keburukan lain metode ini selain harga
yang cukup mahal, juga belum
menggunakan cara otomatisasi penuh.(12)

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


10
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Amino acid analyzer, dengan fase bergerak dan fase diam. Proses
Post column derivation penahan ini juga berlangsung secara
Penentuan homosistein total dengan selektif, sehingga jumlah yang tertahan
asam amino konvesional ini memerlukan akan berbeda untuk tiap molekul sampel.
konversi bentuk di sulfida yang tereduksi. Detector fluoresen merupakan tipe detector
Sebagai reduktan digunakan 2 yang sering di gunakan pada HPLC untuk
merkaptoetanol dan ditiotreitol. Metode ini senyawa - senyawa yang mempunyai
mempunyai posisi yang cukup tinggi. kemampuan berfluoresensi atau yang dapat
Baru – baru ini Shipchandler di buat berfluoresensi melalui derivatisasi.
mengembangkan suatu metoda pemeriksaan Detektor ini akan lebih spesifik dan selektif
FPIA (Fluorescnce Polarization dari semua detektor optik yang ada.(15)
Immunoassay) yaitu suatu metoda yang Fiskerstrand melakukan pemeriksaan
tepat dan sensitif yang biasanya digunakan homosistein dan thiol – thiol lain dalam
untuk mengukur molekul – molekul yang plasma dan urin yang menggunakan metode
kecil. Dalam mengukur homosistein secara HPCL dengan Fully automated column –
langsung dengan FPIA, harus digunakan switching. Dasar pemeriksan ini adalah
antibody yang dapat membedakan pemisahan dengan menggunakan single
homosistein dari asam amino yang serupa column. Pemisahan dikerjakan dengan
seperti L– siten dan L –metionin. Selain itu menggunakan pH fase bergerak sampai 3,65
juga terdapat pemeriksaan alternatif, yaitu (untuk pmeriksaan plasma) atau 3,50 (untuk
pemeriksan secara tidak langsung plasma yang di presipitasi dengan asam dan
didasarkan atas dasar konversi enzimatik urin ). Darah di ambil dengan melakukan
yang sangat selektif dari homosistein vena fungsi, kemudian dimasukan ke dalam
menjadi S-adenosil homosistein. S–adenosil vakuteiner yang mengandung EDTA.
homosistein hidrolase mengkatalisir Segera tempatkan pada es dan plasma harus
perubahan homosistein menjadi S– adenosil dipidahkan dari komponen – komponen
homosistein dengan penambahan adenosiln. darah dalam waktu 2 – 3 jam setelah
Di sini tahap reduksi dan enzimatik pengambilan darah. untuk mendapatkan
digabungkan untuk mempersingkat waktu plasma dilakukan pemusingan darah pada
pemeriksaan. Selanjutnya antibody 2000 g selama 5 menit pada suhu 0–2 0C.
monoklonal spesifik dan fluoresensi S- selanjutnya plasma di simpan pada –700C
adenosil homosistein di periksa dengan sampai dilakukan analisa pemeriksaan.
system FPIA.(14) Pemeriksaan dilakukan dengan
Metode HPLC menggunakan modifikasi komposisi reagen
Alat yang digunakan merupakan yang di pakai dalam proses reduksi dan
suatu alat fully automated yang derivatisasi. Derivitisasi dilakukan dengan
menggunakan komposisi buffer dan kondisi mencampurkan sampel dengan NaBH4
spesifik yang di rancang untuk memisahkan dalam NaOH dan dimetilsulfoksida
homosistein dari thiol – thiol lainya. Pada (DMSO), EDTA, ditioeritol (dTE). Oktanol
metode ini suatu tekanan untuk dan asam klorida ( HCL). Reduksi dengan
menggerakan fase bergerak. Fase bergerak menambahkan buffer etil morfolin, H2O
membawa molekul – molekul sampai dan mBrB. Lalu sampel disuntikkan ke
melewati fase diam. Di sini fase diam akan dalam column. Setelah mengalami proses di
menahan molekul sampel, penahanan ini dalam column selanjutnya di nilai
tergantung interaksi komponen sampel fluerensesi sampel. Kadar mBrB yang

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


11
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

dibutuhkan untuk memberikan fluoresensi sistein tetap dalam bentuk oksidasinya.


maksimal sistein dan glisin lebih besar dari Selanjutnya homosistein akan bereaksi
yang dibutuhkan untuk fluoresensi dengan sodium nitroprosid membentuk
(16)
homosistein. senyawa bewarna pink – purple.
Homosistein dalam keadaan normal
mengalami akulasi di dalam plasma karena Cara :
tidak stabil dalam cairan. Bila terdapat Dua meliliter urin terlebih dahulu
kelebihan homosistein, maka segera dijenuhkan dengan sodium klorida padat.
megalami oksidasi menjadi homosistein dan Kemudian di tambah 4 tetes larutan amonial
dikeluarkan ke dalam urin sebagai dari Ag 1g/dl. Setelah di campur, biarkan
homosistinuria. Kadar homositein dalam sekitar 1 menit, lalu masukan 4 tetes larutan
urin normal sangat rendah untuk dapat di sodium nitroprusid 1 g/dl dan 4 tetes Na CN
deteksi. Bila terjadi penurunan konversi 0,7 g.dl. adanya homosistein akan segera
homosistein atau terdapat gangguan jalur menunjukan hasil positif dengan
remetilasi maka akan terjadi homosistinuria. terbentuknya warna pink – purple. Dengan
Berbagai tes yang dapat mendeteksi pemberian sianida secara berlebihan, sistein
homosistinuria antara lain tes sianida dan dapat bereaksi dengan sangat lambat yang
tes silver nitroprusid.(18) akhirnya memberikan hasil positif.
Tes Sianida nitroprusid
Prinsip : Sodium nitroporosid bereaksi KEPUSTAKAAN
dengan senyawa sulfhidril menghasilkan 1. Trisnohadi HB. Penatalaksaan
suatu produk bewarna red – purple. Medik Penyakit Jantung Koroner. Dalam
Homosistein sulit bereaksi. Untuk dapat symposium dan temu ahli diagnosis dan
bereaksi terlebih dahulu harus mengalami penatalaksanaan penyakit jantung koroner.
Jakarta 1985;27-31.
reduksi dengan menggunakan sodium
sianida menjadi bentuk thiol bebas, sebelum 2. Mayer EL Jacobsen DW,
membentuk warna. Robinson K. Homocysteine and coronary
alherosclerosis. J Am Coll Cardiol 1996 ;
Cara : 27(3):517-27.
5 ml urin di tambah 5 tetes ammonium
hidrosida (NH4OH) serta 2 ml sodium 3. Boyce N Homocysteine Screenig For Heart
sianida (NaCN) g/dl. Setelah di campur, desease on horizon CLN 1996;3:1-3.
biarkan sekitar 10 menit,. Lalu teteskan
larutan sodium nitroprusid 5 g/dl. Urin 4. Genest J, Salem DN, Schaerfar EJ, Malinow
normal akan tetap berwarna kuning atau RM. Homocysteine levels in mean with
premature coronary artery disease J Am
kecoklatan. Hasil yang positif akan
Coll Cardiol 1990;15(2):18-54.
memberikan warna red – purple.
5. Duell PB, Malinow MR. Homocysteine an
Tes Silver Nitroprusid. important risk factor for atherosclerotic
Tes ini merupakan modifikasi tes vascular disiase. Current Opinion in
nitroprusid yang digunakan dalam Lipdology 1997;8:28-34.
membedakan sistin dan homosistein.
Dengan menggunakan AgNO3 homosistein 6. Genest J, Mc Namaria J, salem DN, Wilson
terlebih dahulu mengalami reduksi menjadi PF, Schaefer EJ, Malinow MR, Plasma
bentuk thiolnya (homosistein), sedangkan homocysteine levels in men with premature

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001


12
Hemosistein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

coronary artery diseae J Am Coll Cardiol 16. Fiskerstrand T Refsum H, Kvalheim G,


1990;16(5):1114-8. Ueland P. Homocysteine and other thiois in
plasma and urine. Automated determination
7. Stampfer MJ, Malinow MR, Willett WC, and sample stability. Clin Chem 1993.;
Newcomer LM et al. A porspective study of 39(2):263-71
plasma homocysteine and risk of
myocardial infraction in US Physicians. 17. Silvermen LM, Christenson RH. Amino
JAMA 1992;268(7):877-81. acids protein. In Tietz Texbook of Clinical
Chemistry. 2 nd ed. Philadelphia. WB
8. Welch GN, Loscado JL. Homocysteine and Saunders Co 1994. 625-734.
altherothrombosis. N Engl J Med
1998;338:15. 18. Sphichandler MT. Moore EG. Rapid fully
automated measurement of plasma
9. Loscaldo J. The oxidan stress of homocysteine with the Abbott Imx
hyperhomocysteinemie. J Clin Invest analyzer. Clin Chem1995; 41(7) : 991-4.
1996;98-1:5-7(1042-50).
19. Kang SS, Wong PWK, Norusis M.
10. Cattaneo M. Hyperhomocysteinemia and Homocysteine due to folate deficiency.
trombosits. Educational program book. Metabolism 1987; 35(5):458-62.
Combined Haematology Congress 27 th
Congress of internasional Society of 20. Robinson K, Mayer EL, Miller DP, Green R
hematology, 3 th Congress of the European et al. Hyperhomocysteinemia and low
Heamatology association. Amsterdam pyridoxalphosphate common and
1998;145-9. indenpendet reversible risk factors for
coronary artery desease. Circulation
11. D`Angelo A, selhub J, Homocysteine and 1995;92(10):2825-30.
thrombotic disease Blood 1997;98(1):1-11.
21. Harker LA. Homocysteine – induced
12. Ueland PM, refsumH, Stabler SP, Malinow arteriosclerosis: The role of endothelial cell
MR, nderson A, allen RH. Total injury and platelet response. J Clin Invest
homocysteine in plasma or serum methods 1976;58:731.
and clinical application Clin Chem
1993;39(9):1764-78. 22. Starkebaum G, Harlan JM, Endothelial cell
injury due to Copper-catalized hydrogen
13. Rodgers GM, Conn MT. Homocysteine an peroxide generation from homocysteine. J
aterogenetic stimulus reduces protein C Clin Invest 1986;77:1370 -6
activation by arterial and venous
endhothelial sells. Blood 1990;75(4):895-
901.

14. spichandler MT, moore EG. Rapid fully


automated measurement of plasma
homocystein with the Abbott Imx Analyzer.
Clin Chem 1995; 41(7): 991-4.

15. Yost RW, Ettre Ls, Conlon RD. Practical


Liquid chromatography. Amerika Perkin
Elmers Co 1988.

Majalah Kedokteran Andalas Vol.25. No. 1. Januari – Juni 2001

Anda mungkin juga menyukai