390 1357 1 PB
390 1357 1 PB
Oleh:
H. Wanto Rivaie
(Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)
Boeree (2005) dalam Yusuf & (Scholastic Assessment Test), dan ACT
Nurihsan mengartikan bahwa teori (American College Test) serta tes
sebagai model tentang kenyataan yang lainnya, yang dirancang bagi
membantu kita untuk memahami, mahasiswa di Amerika.
menjelaskan, memprediksi, dan Konsep IQ yang menyatakan
mengontrol tentang kenyataan tersebut. bahwa semakin tinggi IQ semakin
Sementara itu, Yusuf & Nurihsan sukses seseorang mulai diperdebatkan.
(2007:2) mengartikan teori sebagai (1). Salah satu pakar psikologi yang vokal
sekumpulan atau seperangkat asumsi mengkritik adalah Howard Gardner,
(dugaan, perkiraan, atau anggapan) yang kemudian meluncurkan konsep
yang relevan, dan secara sistematis multiple intelligence, yaitu:
saling berkaitan, (2). hipotesis (a). kecerdasan logis matematis,
atau spekulasi tentang kenyataan (b). kecerdasan linguistik verbal
(realitas) yang belum diketahui (kebahasaan), (c). kecerdasan spasial
kebenaran secara pasti, sebelum visual, (d). kecerdasan musikal,
diverifikasi melalui pengujian dalam (e). kecerdasan kinestetik ragawi,
kenyataan, dan (3). sekumpulan (f). kecerdasan naturalis,
asumsi tentang keterkaitan antara (g). kecerdasan intrapersonal,
peristiwa-peristiwa empiris (h). kecerdasan interpersonal,
(fenomena). (i). kecerdasan eksistensial.
Untuk memahami kecerdasan Gardner menegaskan bahwa
manusia, maka teori kecerdasan mutlak “manusia sukses tidak ditentukan oleh
dipahami secara benar. Gardner IQ semata, melainkan oleh banyak
(1993:215) mengemukakan bahwa “the jenis kecerdasan lainnya. Goleman
word intelligence has been used by dalam Syahmuharnis & Sidharta
ordinary individuals in an effort to (2007:15) mengemukakan bahwa
describe their own mental powers and “keberhasilan seseorang dalam
those of other persons”. Sementara di hidupnya bukan ditentukan oleh IQ
Barat kata “cerdas” dimaknai bila seperti yang selama ini diyakini,
orang itu pakar (scientifically status) melainkan karena memiliki Emotional
atau cekatan (quick witted) atau bijak Quotient (EQ) yang tinggi. IQ hanya
(wise). menentukan 20% dari perjalanan hidup
Menurut Syahmuharnis & seseorang”. Untuk menunjukkan idea
Sidharta (2007:14) dalam buku atau konsepnya, Goleman menulis
“Transcendental Quotient: Kecerdasan beberapa buku antara lain: EQ: Why It
Diri Terbaik” mengemukakan bahwa Can matter More Than IQ; Working
konsep Intelligentia Quotient (IQ) With EQ; dan Prime Leadership
pertama kali dikembangkan oleh Realizing the Power of EQ.
psikolog asal Stanford Lewis Terman. Kecerdasan seringkali
Seseorang yang memiliki IQ tinggi (di dikaitkan dengan sifat dan perilaku
atas 100) dianggap cerdas dan rasional seseorang, maka perlu juga
sehingga diyakini akan semakin sukses. pemahaman mengenai kepribadian
Konsep ini telah memunculkan atau “personality”. Allport
berbagai konsep untuk mengukur IQ, mengemukakan bahwa “personality
yakni tes IQ seperti: GMAT (Graduate is the dynamic organization within
Management Admission Test), SAT the individual those psychological
Faktor Intelektual Yang Menentukan Kepribadian (H. Wanto Rivaie) 69