Anda di halaman 1dari 25

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

Disusun Oleh:
Abdul Rahim, M. Farm & Tim

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan inayah-Nya, buku
petunjuk praktikum farmakognosi ini dapat diterbitkan. Buku ini ditujukan sebagai salah satu
pedoman dasar yang dapat digunakan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum
farmakognosi di program studi farmasi Universitas Hamzanwadi.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang kepada semua
pihak yang turut serta dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini. Buku petunjuk ini tentu
saja masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, kami berharap adanya
masukan dan saran yang membangun sehingga buku petunjuk ini lebih tersempurnakan, terima
kasih.

Selong, Januari 2019

Penyusun

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

1. Mahasiswa/pengguna laboratorium wajib mentaati semua tata tertib dan ketentuan yang
ada di Laboratorium.
2. Berlaku sopan, santun dan menjunjung etika akademik.
3. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum wajib membawa laporan sementara yang telah
disahkan pada saat pretes
4. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum wajib menggunakan jas laboratorium
5. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum wajib meletakkan barang di tempat yang
sudah ditentukan
6. Mahasiswa dilarang membawa makanan dan minuman kedalam ruang laboratorium
7. Mahasiswa dilarang menggunakan sandal, sepatu terbuka, dan sepatu/sandal hak tinggi
8. Mahasiswa dilarang menggunakan perhiasan dan aksesoris.
9. Mahasiswa/peneliti yang akan menggunakan Laboratorium Fakultas Kesehatan prodi
farmasi harus mendapatkan surat ijin terlebih dahulu dari kepala Laboratorium. Surat ijin
harus masuk seminggu sebelum penggunaan.
10. Persetujuan penggunaan fasilitas/peralatan ditanda tangani oleh kepala Laboratorium
11. Peminjaman alat harus terlebih dahulu mengisi form peminjaman alat dan diketahui
pembimbing dan teknisi Laboratorium.
12. Sebelum memulai praktikum:
a. Mahasiswa wajib meminjam alat laboratorium pada laboran
b. Mahasiswa wajib melakukan pengecekan alat dengan daftar yang sudah disediakan, jika
ada alat yang tidak sesuai harus segera dilaporkan kepada laboran
c. Mahasiswa wajib meminta lembar laporan sementara pada laboran
13. Selama proses praktikum:
a. Mahasiswa harus memahami cara kerja materi praktikum
b. Mahasiswa harus mengembalikan bahan-bahan praktikum yang telah digunakan
ketempat semula
c. Mahasiswa dilarang makan dan minum selama praktikum berlangsung
d. Mahasiswa dilarang bermain-main pada saat praktikum
e. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan laboratorium
14. Setelah selesai melakukan praktikum:
a. Mahasiswa wajib membersihkan peralatan yang telah digunakan
b. Mahasiswa wajib mengembalikan peralatan yang telah dipinjam kepada laboran
c. Mahasiswa wajib membersihkan meja yang digunakan
d. Sebelum meninggalkan laboratorium mahasiswa wajib mengisi absensi dan meminta
pengesahan pada lembar laporan sementara
15. Pengembalian peralatan/bahan kepada laboran dalam keadaan baik, sesuai dengan form
peminjaman.
16. Kerusakan/kehilangan peralatan/bahan selama waktu peminjaman menjadi tanggung
jawab peminjam, dan penggantian di sesuaikan dengan peralatan/bahan yang dipinjam
dalam waktu yang ditentukan oleh pihak laboratorium.
17. Kegiatan penelitian/praktikum mahasiswa harus didampingi oleh pembimbing/asisten
praktikum.
18. Penggunaan Laboratorium di luar jam kerja harus sepengetahuan pihak Laboratorium
19. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.

Koordinator
Praktikum Farmakognosi

iii
DAFTAR ISI

COVER BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ..............................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iv
PENGENALAN UMUM PRAKTIKUM ..................................................................................... 5
PRAKTIKUM 1 PENGENALAN DAN PEMBUATAN SIMPLISIA ........................................ 9
PRAKTIKUM II ANALISIS MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS DAUN (FOLIUM) ... 12
PRAKTIKUM III ANALISIS MIKROSKOPIS DAN HISTOKIMIA HERBA ....................... 14
PRAKTIKUM IV ANALISIS MIKROSKOPIS DAN HISTOKIMIA RADIX ........................ 16
PRAKTIKUM V PEMBUATAN EKSTRAK............................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 18

iv
PENGENALAN UMUM PRAKTIKUM

A. ALAT-ALAT PRAKTIKUM
1. MIKROSKOP
Mikroskop ialah alat optik, biasanya terdiri dari kombinasi lensa-lensa, berguna
untuk memberikan bayangan diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil jika dilihat
dengan mata biasa. Secara umum bagian-bagian mikroskop terdiri dari :
1. Statip
Statip terdiri dari :
A. Kaki
Kaki biasanya berbentuk seperti tapal kuda.
B. Tiang
Tiang berfungsi sebagai penghubung kaki dengan tangkai.
C. Tangkai
Tangkai merupakan pendukung teropong. Diantara tiang dan tangkai mungkin
terdapat engsel, sehingga teropong dapat dibuat bersikap miring dan enak bagi pemakai
mikroskop. Dalam hal ini meja benda juga akan miring, maka akan ada bahaya cairan (air
atau zat-zat yang dipakai pada sediaan) akan mengalir dan membasahi meja benda. Oleh
karena itu, apabila dipakai cairan-cairan pada sediaan, maka meja benda harus dalam sikap
mendatar. Pada beberapa mikroskop tidak terdapat engsel ini, sedang teropong mempunyai
bagian bawah tegak dan bagian atas miring. Dengan demikian dapat dihindarkan
mengalirnya cairan pada meja benda dan kita dapat melihat dalam teropong dengan posisi
senyaman mungkin.
D. Meja Benda
Meja benda berfungsi sebagai tempat meletakkan sediaan yang dilihat dengan
mikroskop. Meja benda mungkin terletak pada tangkai atau pada tiang. Pada meja benda ini
terdapat lubang yang berguna untuk meneruskan sinar dari bawah meja benda melalui
sediaan terus ke teropong.
E. Sekrup Penggerak Sediaan
Jumlahnya ada dua, terletak pada atau disamping meja benda, berguna untuk
menggerakkan sediaan ke kiri dan kanan, ke muka atau ke belakang, sehingga sediaan dapat
terletak tepat dibawah teropong, supaya bayangannya dapat terlihat. Sediaan tersebut dijepit
oleh penjepit yang terletak pada bagian yang digerakkan oleh sekrup-sekrup tersebut.
Mungkin seluruh meja benda dapat bergerak ke muka dan ke belakang dan penjepit hanya
dapat digerakkan ke kiri dan kanan. Pada mikroskop model lama tidak terdap sekrup ini dan
sediaan hanya dijepit dengan penjepit yang menetap pada meja benda.

5
F. Sekrup Pengatur Jarak Antara Teropong dengan Sediaan Terdapat
dua macam sekrup pengatur jarak :
1. Sekrup makrometer (sekrup kasar)
Sekrup kasar memberikan gerakan cepat. Sekrup ini tidak boleh digunakan jika kita
menggunakan pembesaran 450X.
2. Sekrup mikrometer (sekrup halus)
meja benda tetap pada tangkai dan teropong dapat dinaik dan turunkan oleh sekrup-
sekrup tersebut, meja benda tetap pada tiang, teropong bersama tangkai dapat dinaik
turunkan oleh sekrup-sekrup tersebut, meja benda dapat dinaik turunkan oleh sekrup-
sekrup tersebut, dan teropong tetap pada tangkai.

a. Teropong
Teropong terdiri dari :
A. Obyektif
Merupakan lensa atau susunan lensa yang terdapat pada bagian bawah teropong,
menghadap pada sediaan. Biasanya terdapat 2, 3, atau 4 buah obyektif. Obyektif ini terdapat
pada bagian yang disebut revolver dan dapat berputar, sehingga dapat dipilih obyektif yang
lurus dengan buluh teropong. Obyektif ini mempunyai perbesaran yang berlainan, biasanya
:10X 45X dan 100X. Bilangan-bilangan ini tertulis pada obyektif-obyektif yang
bersangkutan. Yang biasa dipakai ialah obyektif dengan perbesaran 10X atau perbesaran
lemah dan obyektif dengan perbesaran 45X atau perbesaran kuat.
B. Okuler
Merupakan lensa atau susunan lensa yang terdapat dibagian teropong, menghadap
pada mata kita. Perbesarannya 5X, 6X, 10X atau 12X. Okuler terdapat lepas pada tabung
okuler. Dengan demikian tidak dibenarkan membawa mikroskop dengan sikap terbalik,
karena okuler akan jatuh. Jumlah okuler pada suatu mikroskop dapat satu atau mikroskop
monokuler, dapat juga 2 atau mikroskop binokuler.
C. Buluh Teropong
Buluh teropong ialah pembawa okuler (dengan tabung okuler) dan obyektif (dengan
revolver). Pada mikroskop tertentu buluh teropong dapat dinaik turunkan, sehingga jarak
okuler dan pangkal obyektif dapat diatur. Tetapi ada juga mikroskop yang tabung okulernya
tak dapat dinaik turunkan, sehingga jarak okuler dan obyektif telah ditentukan sedemikian
rupa, sehingga sesuai dengan pemakaian semua obyektif yang tersedia.

2. Alat Penerangan
Alat penerangan terdiri dari :

6
a. Cermin
Dipergunakan untuk menangkap sinar. Terdapat 2 macam cermin, ialah cermin datar
dan cekung. Kalau keadaan cukup terang, maka cukup dipakai cermin datar dan jika keadaan
kurang terang, dipakai cermin cekung. Sumber cahaya disini matahari atau lampu. Tidak
diperbolehkan menangkap sinar sinar secara langsung, karena akan menyilaukan mata.
Cermin ini dapat berputar-putar ke segala arah, sehingga dapat dipilih sikap yang paling
tepat pada cermin dan diperoleh sinar yang cukup sehingga memberikan bayangan yang
jelas.
b. Gelas Filter
Merupakan gelas berwarna biru/hijau atau warna lain dan dipasang dibawah lensa
kondensor atau diatas cermin. Gelas filter ini dipergunakan, apabila sinar yang dipakai
adalah sinar lampu. Gelas ini berguna untuk mengurangi silau, menegaskan batas-batas
sediaan dan sebagainya.
c. Diafragma
Merupakan bagian yang dapat ditutup atau dibuka, berguna untuk mengatur
banyaknya sinar yang masuk ke dalam mikroskop. Membuka atau menutupnya dapat diatur
dengan menggerakkan tangkai di tepi kondensor. Apabila diaframa membuka, sinar yang
masuk banyak dan makin menutup makin sedikit sinar yang masuk.
d. Kondensor
Terdiri dari lensa-lensa, berguna untuk mengatur pemusatan sinar. Kondensor dapat
dinaikturunkan dengan memutar sekrup di bawah meja benda. Makin tinggi letak kondensor,
makin terpusat sinar yang melalui sediaan.

Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)

Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Alat ini dapat
digunakan untuk mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada
umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm.
Berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan bagian dan spesifikasi mikroskop
cahaya :

7
Prosedur Operasi
a. Mengatur Letak Mikroskop
1. Mikroskop diletakkan dengan hati-hati di atas meja yang terjangkau badan pengamat (tidak
terlalu ke tepi atau ke tengah)
b. Mengatur Pencahayaan
1. Mikroskop dengan sumber cahaya matahari, lebih baik digunakan di meja dekat jendela.
Jangan meletakkan mikroskop di bawah sinar matahari langsung.
2. Mikroskop dengan sumber cahaya lampu dari luar dipakai dengan memasang lampu 15
cm di muka mikroskop.
3. Mikroskop dengan sumber cahaya tetap di dasar alat lebih mudah digunakan dengan cara
menekan tombol untuk menyalakan lampu.
4. Banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata pengamat dan untuk menerangi objek diatur
dengan memutar tombol pengatur diafragma. Makin lebar lubang diafragma, makin banyak
jumlah cahaya yang masuk, begitu juga sebaliknya
c. Menemukan Objek
1. Letakkan slide/preparat (sediaan bahan/spesimen) di atas meja mikroskop, tepat di atas
lubang. Jepitlah slide dengan penjepit. Pada saat itu, posisi tabung berada pada jarak terjauh
dengan meja mikroskop.
2. Pasanglah dengan tepat sampai terdengar bunyi “klik”.
3. Turunkan tabung sampai berjarak 1 cm dari atas objek dengan pemutar kasar. (Ketika
melakukan hal ini, jangan mengintai pada lensa okuler lebih dahulu).

5
4. Tempatkan lampu di depan cermin, jika memakai sumber cahaya dari luar. Tempatkan
mikroskop dekat jendela, jika memakai cahaya matahari. Nyalakan tombol untuk menyalakan
lampu, jika mikroskop sudah dipasangi lampu.
5. Aturlah banyaknya cahaya yang masuk dengan membuka diafragma iris dan mengatur
cermin (jika perlu).
6. Lihatlah melalui lubang pengamat. Carilah objek yang jelas dengan memutar tombol pemutar
halus naik atau turun.
7. Setelah didapatkan objek dengan bidang pandang yang jelas, putarlah cakram mikroskop
untuk mengarahkan lensa objektif perbesaran kuat tepat di atas objek.
8. Agar diperoleh pandangan yang jelas, atur kembali melalui pemutar halus, sambil mengamati
melalui lubang pengintai.
d. Menyiapkan Preparat
1. Objek-objek mikroskopis (berukuran kecil) dapat langsung diamati di bawah mikroskop.
Namun, untuk objek makroskopis (berukuran besar) harus mengambil sebagaian dari objek itu.
Objek yang diamati tersebut selanjutnya diwujudkan dalam sebuah preparat.
2. Preparat (spesimen) merupakan sediaan bahan yang akan diamati. Preparat dibagi menjadi
dua, yaitu preparat basah dan preparat kering. Pembuatan preparat membutuhkan alat berupa
kaca benda (slide), kaca penutup, objek pengamatan, dan medium.
3. Medium yang dipakai disesuaikan dengan tujuannya, antara lain air, cairan pewarna, atau
gliserin. Air dipakai sebagai medium bagi mikroorganisme air yang ingin diamati gerakannya.
Pewarna dipakai sebagai medium bagi objek yang ingin diamati bagian-bagiannya.
4. Jenis pewarna disesuaikan dengan kebutuhan. Bagian jaringan yang akan diamati sajalah
yang diharapkan akan menyerap pewarna tertentu dan memberikan warna kontras dengan
struktur lain di sekelilingnya.
5. Gliserin dipakai sebagai medium untuk mengamati objek yang akan diperbesar dengan lensa
berkekuatan tinggi. Medium yang diteteskan di atas kaca benda tidak terlalu banyak atau terlalu
sedikit, cukup untuk menenggelamkan objek.
6. Spesimen dibuat dengan mengiris bahan setipis mungkin, melintang atau membujur.
Spesimen diletakkan di atas kaca benda tepat di tengah dengan memakai pinset.
7. Di atas spesimen, ditetesi medium dengan memakai pipet. Selanjutnya, spesimen ditutup
dengan kaca penutup. Salah satu sisi kaca ditekan perlahan dengan jari, sedangkan sisi yang
lain diturunkan perlahan-lahan dengan jarum.

2. ALAT-ALAT KHUSUS

A. Gelas benda/gelas obyek (object glass)


Gelas benda ialah sepotong gelas bangun persegi panjang biasanya dengan ukuran
25 X 75 mm, tempat menaruh sediaan berupa : irisan, serbuk atau bentuk lain yang akan
diperiksa dibawah mikroskop. Sediaan biasanya berada dalam cairan (air atau zat kimia) dan
ditutup dengan gelas penutup.

6
B. Gelas penutup (dek glass/cover glass)
Gelas penutup ialah gelas tipis, biasanya bangun bujur sangkar, berukuran: 18 X 18
mm, 22 X 22 mm, atau 24 X 24 mm, juga ada bangun persegi panjang atau lingkaran. Gelas
penutup berguna untuk sediaan yang terletak diatas gelas benda, agar lensa obyektif tidak
bersentuhan dengan sediaan atau cairan dimana sediaan berada. Harus dijaga agar cairan
jangan sampai terdapat berlebihan diluar atau diatas gelas penutup.
C. Gelas jam/gelas arloji
Gelas arloji ialah gelas bulat dan cekung, dengan berbagai macam ukuran. Gunanya
untuk menaruh dan mengumpulkan irisan yang telah dibuat untuk dipilih mana yang cukup
tipis untuk ditaruh di atas gelas benda dan untuk diperiksa. Untuk pengumpulan irisan dalam
gelas jam harus selalu diisi air.
D. Pipet tetes
Pipet tetes yang dipakai biasanya kecil. Pipet tetes berguna untuk memindahkan air /
zat-zat kimia dari botol ke atas gelas benda.
E. Batang gelas
Berguna untuk memindahkan zaat-zat kimia. Tiap kali sehabis dipakai harus dicuci
dengan air dan dikeringkan dengan lap.
F. Lap katun
Berguna untuk membersihkan gelas benda, gelas penutup, gelas arloji dan sebagainya.
G. Papan tetes
Papan tetes umumnya berbentuk seperti palet untuk cat air/minyak pada seni lukis. Papan
tetes umumnya terbuat dari keramik yang tahan terhadap asam/basa kuat. Pada praktikum
ini, papan tetes digunakan untuk uji histokimia.

B. BAHAN-BAHAN KIMIA
Beberapa reagen kimia yang sering digunakan dalam praktikum farmakognosi,
diantaranya :
1. ALKOHOL.
Alkohol digunakan untuk :
a. Menghilangkan gelembung-gelembung udara
b. Melarutkan lemak, misalnya melihat aleuron biji jarak (Ricinus communis);
sediaan akan lebih jelas jika ditambahkan alkohol dan kemudian diperiksa
dalam gliserin.

7
2. ASAM KLORIDA (HCl)
HCl pekat dengan larutan floroglusin merupakan pereaksi untuk zat kayu
(lignin). Selain itu, HCl juga digunakan untuk melarutkan kristal kalsium
oksalat.
3. FLOROGLUSIN
Larutan floroglusin dibuat dengan cara melarutkan 100 mg floroglusin dalam
10 ml alkohol 90%.
4. SUDAN III.
Larutan Sudan III dibuat dengan cara melarutkan 100 mg Sudan III dalam
campuran 10 ml alkohol 95% dan 10 ml gliserin. Larutan Sudan III digunakan
untuk menunjukkan zat gabus (suberin).
5. KLORALHIDRAT
Larutan pekat (50 g kloralhidrat dalam 20 ml air) digunakan untuk menjernihkan
sediaan (melarutkan isi sel). Untuk mempercepat kerjanya dapat sedikit
dipanaskan, tetapi kalau terlalu lama dapat merusakkan dinding sel. Kloralhidrat
juga dapat merusak meja benda mikroskop dan pemegang lensa, oleh karena itu
jangan terlalu banyak menggunakannya.
6. LARUTAN IODIUM
Larutan iodium dibuat dengan cara melarutkan 2,6 g I2 dan 3 g KI dalam 100 ml
air. Larutan iodium digunakan untuk menunjukkan amilum. Larutan I2-KI
dengan H2SO4 digunakan untuk menunjukkan selulosa.

8
PRAKTIKUM 1
PENGENALAN DAN PEMBUATAN SIMPLISIA

A. Tujuan Praktikum

Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam contoh
simplisia dan memahami prinsip dan melakukan pembuatan simplisia.

B. Teori

Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bahan alam yang
digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan
lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia terbagi atas 3 golongan yaitu :


1. Simplisia Nabati
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman atau gabungan
antara ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat
atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/ diisolasi dari
tanamannya.
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.

Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati, merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi mutu simplisia. Tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa
tanaman budidaya. Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:
Pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering,
pengepakan dan penyimpanan.
a. Pengumpulan Bahan Baku
Pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu
panen. Waktu panen yang tepat adalah pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa
aktif dalam jumlah besar.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lainnya dari bahan
simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan
asing seperti tanah, kerikil, rumput, daun, akar yang telah rusak serta pengotor lainnya harus
dibuang.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainya yang melekat pada
simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih. Bahan simplisia yang mengandung zat yang
mudah larut dalam air, pencucian dilakukan dalam waktu yang singkat.

9
d. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan. Tanaman
yang baru diambil jangan langsung dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama satu
hari.
e. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air
dan menghentikan reaksi enzimatik akan dapat dicegah penurunan mutu atau pengrusakan
simplisia.

C. Alat dan Bahan


Alat :
- Pisau
- Nampan
- Bak Cuci
- Kain Hitam
Bahan :
- Rimpang Temulawak
- Rimpang Kunyit
- Rimpang Jahe
- bunga Cengkeh
- buah naga
- Daun jambu biji
- buah Cabe Jawa
- Kayu Manis
- Daun cabe rawit
- tanaman Kumis Kucing
- buah mahoni
-tanaman meniran
- tanaman sambiloto
- tanaman kumis kucing
- daun cocor bebek

D. Cara Kerja Mengenal Simplisia


1. Sediakan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum
2. Siapkan bahan-bahan simplisia yang dibutuhkan
3. Pada Laporan sementara/Hasil praktikum :
- Tuliskan Nama Simplisia yang diamati (Nama latin, Nama resmi,Taksonomi tanaman)
4. Pada Laporan resmi :
- Lampirkan Laporan sementara/Hasil praktikum
- Tuliskan Nama simplisia yang diamati (nama latin, nama resmi, family/ taksonomi
tanaman,Kegunaan, kandungan kimia) dan lampirkan pula gambar dari simplisia tersebut.

Cara Kerja Pembuatan Simplisia

10
1. Rimpang temulawak/rimpang kunyit/rimpang jahe disortasi basah, dilakukan terhadap tanah
dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tumbuhan lain atau bagian tumbuhan lain dan bagian
tumbuhan yang rusak.
2. Timbang dengan seksama sebanyak 250 gram, catat dan tempatkan diatas nampan.
3. Cuci dengan air mengalir hingga bersih, biarkan hingga tiris.
4. Ubah bentuk meliputi perajangan (rimpang, daun, herba), pengupasan (buah, biji-bijian yang
besar), pemotongan (akar, batang, ranting).
5. Keringkan dengan cara yang sesuai berdasarkan jenis bagian tumbuhan dan kandungan zat
aktifnya.
6. Timbang lagi dengan seksama dan catat beratnya.
7. Lakukan sortasi kering.
8. Lakukan pengepakan, masukkan kedalam kertas payung, diberi label dan disimpan ditempat
kering.
9. Hitung rendemen simplisia.

11
PRAKTIKUM II
ANALISIS MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS DAUN (FOLIUM)
A. Tujuan:
I. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri spesifik cacahan daun.
II. Mahasiswa dapat mengidentifikasi fragmen-fragmen spesifik pada serbuk daun.

B. Dasar Teori

Ada 5 macam cara pemeriksaan untuk menilai simplisia


1. Secara Organoleptik

Adalah cara pemeriksaan dengan panca indera dan meliputi pemeriksaan terhadap bentuk, bau,
rasa pada lidah dan tangan, kadang- kadang pengamatan dengan pendengaran, dalam hal ini
diperhatikan bentuk, ukuran, warna bagian luar dan bagian dalam, retakan- retakan atau
gambaran–gambaran dan susunan bahannya (berserat-serat, bergumpal, dan lain sebagainya).
Pemeriksaan secara organoleptik harus dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan pemerikaan
dengan cara lain, karena pada umumnya pemeriksaan baru dilanjutkan jika penilaian
organoleptik memberikan hasil baik . Pada simplisia bentuk serbuk, pemeriksaan secara
mikroskopik dapat dilakukan secara serentak dengan cara organoleptik.

2. Secara Mikroskopik
Umumnya meliputi pengamatan terhadap irisan melintang dan terhadap serbuk.

3. Secara Fisika
Meliputi penetapan daya larut , bobot jenis, rotasi optik, titik lebur, titik beku, kadar air, sifat-
sifat simplisia di bawah sinar ultra violet, pengamatan mikroskopik dengan sinar polarisasi dan
lain sebagainya.

4. Secara Kimia
Pemeriksaan yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan pada umumnya berupa reaksi
warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi tersebut dilakukan terlebih dahulu diadakan
isolasi terhadap zat yang dikehendaki , misalnya isolasi dengan cara pelarutan, penyaringan
dan mikrosublimasi. Pemeriksaan secara kimia yang bersifat kuantitatif disebut penetapan
kadar.

5. Secara Hayati / Biologi


Pada umumnya bersifat penetapan potensi zat berkhasiat.

C. Bahan:

Tanaman segar & Simplisia serbuk:


Rimpang Temulawak
- Rimpang Kunyit
- Rimpang Jahe
- bunga Cengkeh
- Kayu manis
- Daun jambu biji
- buah Cabe Jawa
- Kayu Manis

12
- Daun cabe rawit
- tanaman Kumis Kucing
- buah mahoni
-tanaman meniran
- tanaman sambiloto
- tanaman kumis kucing
- daun cocor bebek

D. Cara Kerja:
1. Lengkapi identitas simplisia dan amati ciri-ciri organoleptis serta ciri-ciri
spesifik makroskopis dari masing-masing simplisia cacahan daun dan catat
pada buku laporan simplisia!
2. Amati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia serbuk daun!
3. Buatlah sediaan dalam media air dari masing-masing simplisia serbuk daun,
amati di bawah mikroskop lalu gambar!
4. Buatlah sediaan dalam media kloralhidrat dari masing-masing simplisia
serbuk daun dengan cara :
a). Ambil sedikit simplisia serbuk daun, letakkan pada gelas obyek.
b). Tambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, hangatkan di atas nyala
spiritus (jangan sampai mendidih!).
c). Tutup dengan gelas penutup.
d). Tambahkan kloralhidrat kembali, jika diperlukan.
e). Setelah dingin amati di bawah mikroskop
5. Pada analisis mikroskopis, amati dan gambar fragmen-fragmen berikut :
a) sel-sel epidermis dengan rambut penutup
b) rambut penutup bentuk bintang (spesifik)
c) jaringan mesofil dan kristal kalsium oksalat bentuk prisma
d) stomata tipe anomositik

13
PRAKTIKUM III
ANALISIS MIKROSKOPIS DAN HISTOKIMIA HERBA

Tujuan:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi fragmen-fragmen spesifik serbuk herba.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi serbuk herba dengan penambahan reagen
kimia.
Bahan:
1. Serbuk herba Meniran (Phyllanthi Herba).

Cara Kerja :
1. Lengkapi identitas simplisia dan amati ciri-ciri organoleptis serta ciri-ciri
spesifik makroskopis dari masing-masing simplisia cacahan kulit dan kayu dan
catat pada buku laporan simplisia!
2. Amati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia serbuk kulit dan kayu
3. Buatlah sediaan dalam media air dari masing-masing simplisia serbuk kulit dan
kayu, amati di bawah mikroskop lalu gambar!
4. Buatlah sediaan dalam media kloralhidrat dari masing-masing simplisia serbuk
kulit dan kayu dengan cara :
a). Ambil sedikit simplisia serbuk herba, letakkan pada gelas obyek.
b). Tambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, hangatkan di atas nyala
spiritus (jangan sampai mendidih!).
c). Tutup dengan gelas penutup.
d). Tambahkan kloralhidrat kembali, jika diperlukan.
e). Setelah dingin amati di bawah mikroskop
5. Amati dan gambarkan hasil pengamatan No. 4 dalam buku laporan! Warnai
sediaan No. 4 dengan pereaksi floroglusin-HCl, amati dan gambarkan fragmen
yang berwarna merah seperti : sklereida dan sklerenkim!
Hal-hal yang perlu diamati pada simplisia serbuk kulit dan kayu
a) Parameriae Cortex, tanaman asal : Parameria laevigata (Apocynaceae)
Perhatikan :
- jaringan gabus, parenkim korteks dan sel batu
- fragmen sel batu
- serabut sklerenkim
- hablur kalsium oksalat bentuk prisma

14
b) Alyxiae Cortex, tanaman asal: Alyxia reinwardtii (Apocynaceae)
Perhatikan :
- parenkim cortex dengan sel batu
- Hablur kalsium oksalat bentuk prisma
- jaringan gabus

c) Granati fructus cortex, tanaman asal : Punica granatum (Punicaceae).


Perhatikan :
- parenkim cortex
- sel batu
- fragmen gabus mengandung lignin berpori
- hablur kalsium oksalat bentuk roset

- butir amilum

4. Sappan Lignum, tanaman asal Caesalpinia sappan (Caesalpiniaceae)


Perhatikan :
- serabut xylem
- serabut xylem dengan kalsium oksalat bentuk prisma
- serabut xylem dengan pembuluh noktah

2. Pada analisis histokimia, amati perubahan warna ± 2 mg serbuk herba yang


ditambah dengan 5 tetes reagen berikut :
Asam sulfat
Natrium hidroksida 5 %
Kalium hidroksida 5 %
Amonia 25 %
Feri klorida 5 %

15
PRAKTIKUM IV
ANALISIS MIKROSKOPIS DAN HISTOKIMIA RADIX

Tujuan:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi fragmen-fragmen spesifik serbuk akar.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi serbuk akar dengan penambahan reagen
kimia.

Bahan:
Simplisia serbuk :
Calami Rhizoma
Curcumae Rhizoma
Zingiberis Rhizoma
Rhei Radix
Glycyrrhizae Radix
Cara Kerja:
1. Lengkapi identitas simplisia dan amati ciri-ciri organoleptis serta ciri-ciri
spesifik makroskopis dari masing-masing simplisia cacahan rimpang dan akar
dan catat pada buku laporan simplisia!
2. Amati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia serbuk rimpang dan
akar!
3. Buatlah sediaan dalam media air dari masing-masing simplisia serbuk
rimpang dan akar, amati di bawah mikroskop! Gambarkan hasil pengamatan
pada buku laporan!
4. Buatlah sediaan dalam media kloralhidrat dari masing-masing simplisia
serbuk rimpang dan akar dengan cara :
a). Ambil sedikit simplisia serbuk herba, letakkan pada gelas obyek.
b). Tambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, hangatkan di atas nyala
spiritus (jangan sampai mendidih!).
c). Tutup dengan gelas penutup.
d). Tambahkan kloralhidrat kembali, jika diperlukan.
e). Setelah dingin amati di bawah mikroskop.
5. Amati dan gambarkan hasil pengamatan dalam buku laporan!
6. Warnai sediaan no. 4 dengan pereaksi floroglusin-HCl, amati dan
gambarkan fragmen yang berwarna merah seperti : sklereida dan sklerenkim!

Hal-hal yang perlu diamati pada simplisia serbuk rimpang dan akar :

16
1. Calami Rhizoma, tanaman asal : Acorus calamus (Araceae)
Perhatikan :
- butir amilum
- fragmen aerenkim
- fragmen parenkim dengan sel sekret
- fragmen berkas pembuluh dengan kristal kalsium oksalat

2. Curcumae Rhizoma, tanaman asal Curcuma xanthorrhiza (Zingiberaceae)


Perhatikan :
- serabut sklerenkim
- butir amilum
- fragmen parenkim korteks
- fragmen jaringan gabus
- fragmen rambut penutup

3. Zingiberis Rhizoma, tanaman asal Zingiber officinale (Zingiberaceae)


Perhatikan :
- serabut sklerenkim
- butir amilum
- parenkim korteks dengan sel minyak
- jaringan gabus

2. Pada analisis histokimia, amati perubahan warna ± 2 mg serbuk akar yang


ditambah dengan 5 tetes reagen berikut :
Asam sulfat P
Asam sulfat 10N
Asam klorida P
Asam asetat encer
Natrium hidroksida 5 %
Kalium hidroksida 5 %
Amonia 25 %
Kalium iodida 6 %
Feri klorida 5 %

17
PRAKTIKUM V
PEMISAHAN MINYAK ATSIRI
A. Tujuan

Untuk mengetahui sifat minyak atsiri dan dapat melakukan cara-cara

mengidentfikasi bahan alami nabati yang mengandung minyak atsiri secara organoleptik

mikroskpik, maupun kimia.

B. Tinjauan pustaka

Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan tumbuhan

dengan beberapa sifat, antara lain: sangat mudah menguap apabila dibiarkan pada udara

terbuka, memiliki bau khas seperti pada tumbuhan aslinya, umumnya tidak berwarna tetapi

semakin lama menjadi gelap karena mengalami oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya

yang mudah menguap, minyak atsiri sering pula disebut sebagai minyak menguap (volatil

oil) atau minyak eteris. Di dalam tumbuhan, minyak atsiri terutama terdistribusi pada daun

dan bunga (Anonim, 2012).

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential

oil, volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman. Bersifat mudah

menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, serta berbau wangi sesuai dengan bau

tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air

(Sudaryani dan sugiharti, 1990).

Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik,

parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak sebagai

bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri

sebagai bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif, sebagai contoh bahan anti

radang, hepatoprotektor, analgetik, anestetik, antiseptik, psikoaktif dan anti bakteri

(Arniputri dkk., 2007).

18
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang

terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya

komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1) Hidrokarbon, yang

terutama terdiri dari persenyawaan terpen dan 2) Hidrokarbon teroksigenasi. Senyawa

terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam alkohol encer dan jika disimpan

dalam waktu lama akan membentuk resin. Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan

senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi.

Fraksi terpen perlu dipisahkan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan parfum,

sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen (Ketaren dan Djatmiko, 1978).

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol kedua istilah ini berarti

triester gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang: pada

temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida

pada hewan adalah berupa lemak sedangkan gliserida dalam tumbuhan cendrung berupa

minyak (Fessenden, 1982).

Minyak mentah seringkali mengandung garam-garam inorganik sepertinatrium

klorida, magnesium klorida, dan kalsium klorida dalam bentuk suspensi atau terlarut dalam

air laut. garam-garam ini harusdihilangkan atau dinetralisasi sebelum diolah untuk

mencegah peracunan katalis, korosi pada peralatan, dan fouling.Korosi garamdisebabkan

oleh hidrolisis beberapa logam klorida dan pembentukanasam hidroklorik pada saat

minyak mentah dipanaskan. HCl juga dapatbergabung dengan ammonia membentuk

amonium klorida (NH4Cl) (Cahyono, 2007).

C. Alat dan bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet tetes, gelas kimia, cawan

petri, tabung reaksi, kertas saring dan lemari asam.

2. Bahan

19
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak kelapa (coconut oil),

minyak jagung (corn oil), minyak kayu putih (cajuputi oil), larutan NaCl jenuh, etanol,

dietil eter, Kloroform, Feri klorida (FeCl3) dan NaOH.

D. Prosedur kerja

1. Identifikasi minyak atsiri secara umum

A. Uji minyak atsiri di atas permukaan air

1. Minya atsiri diteteskan 1-2 tetes di atas permukaan air


2. Diamati apakah terbentuk gumpalan atau menyebar?
3. Diulangi perlakuan pada minyak goreng dan minyak jagung

B. Uji minyak atsiri pada kertas saring


1. Minya atsiri diteteskan 1-2 tetes di atas kertas saring
2. Diamati
3. Diulangi perlakuan pada minyak goreng dan minyak jagung

C. Uji minyak atsiri dengan NaCl jenuh


1. 1 mL minyak atsiri dimasukkan dalam tabung reaksi reaksi
2. Ditambahkan 1 mL NaCl jenuh
3. Diamati volume minyak atsiri
4. Dikocok
5. Diamati volume minyak atsiri Volume minyak atsiri tetap sebelum dan sesudah
dikocok ?
D. Uji kelarutan minyak atsiri

1. Minyak atsiri diteteskan 1-2 tetes Dimasukkan dalam 3 tabung reaksi berbeda
2. Ditambahkan etanol pada tabung I, dietil eter pada tabung II, & kloroform pada
tabung III
3. Diamati kelarutan pada masing-masing pelarut
4. Dihitung volume pelarut yang digunakan

E. Uji deteksi senyawa fenol dalam minyak atsiri


1. 2 mL minyak atsiri 25% dalam etanol dimasukkan dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan beberapa tetes larutan ferri klorida (FeCl3)
3. Diamati warna yang terbentuk warna kuning?

20
F. Uji reduksi volume minyak atsiri
1. 2 mL minyak atsiri 25% dalam etanol dimasukkan dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan natrium hidroksida
3. Dikocok pelan-pelan
4. Diamati tidak terjadi reduksi volume minyak atsiri

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.
Anonim, 1978. Materia Medika Indonesia, Jilid II. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1980. Materia Medika Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 2008. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 2010. Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Claus EP.,1961. Pharmacognosy, 4th Ed. Philadelpia: Lea and Febiger.
Stahl, E., 1973. Drug analysis by Chromatography and Microscopy. Ann Arbor
Science Publisher, Inc.

22

Anda mungkin juga menyukai