Anda di halaman 1dari 28

5 Rosul Allah

Rosul adalah seseorang yang mendapat wahyu dari Allah dengan suatu syari'at dan ia diperintahkan
untuk menyampaikannya dan mengamalkannya. Setiap rasul pasti seorang nabi, namun tidak setiap nabi
itu seorang rasul, dengan demikian, jumlah nabi jauh lebih banyak dibanding jumlah rasul. Seorang rasul
memiliki tingkatan lebih tinggi karena menjadi pimpinan ummat, sementara nabi tidak harus menjadi
pimpinan. Di antara rasul yang memiliki julukan Ulul Azmi adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan
Muhammad.

1. Nabi Nuh
Nabi Nuh merupakan nabi ketiga sesudah Adam, dan Idris. Ia termasuk dalam generasi
kesepuluh umat manusia atau keturunan kesembilan dari Adam melalui nabi Syits. Nuh adalah
putra Lamik bin Mutawasylah bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Ainusyi bin Syits bin
Adam.
Sebelum mendapat tugas kerasulan, Nuh merupakan seorang yang tekun, gemar bersyukur,
dan beriman kepada Allah. Sementara itu, sebagian besar umat manusia di zamannya
merupakan orang-orang kafir yang menganggap kedudukan sang nabi tidak lebih terhormat
dibanding diri mereka. Kaum kafir tersebut tidak mau memandang Nuh sebagai sosok nabi oleh
sebab mereka mempunyai lebih banyak harta maupun anak-anak, Menghadapi tantangan
semacam ini, Nuh tetap bertekun menyampaikan risalah Allah supaya kaumnya beriman kepada
Allah serta supaya kaumnya meninggalkan penyembahan dewa-dewa, selain itu Nuh
memperingatkan adanya ancaman dari Allah bahwa akan ada malapetaka dahsyat apabila kaum
tersebut tidak mau meninggalkan kebiasaan keji yang diwarisi dari para leluhur.
Kaum yang dihadapi Nuh merupakan salah satu generasi manusia yang diberi umur panjang
serta dilimpahi kemakmuran juga dianugerahi perawakan tubuh yang jauh lebih perkasa
daripada generasi manusia pada zaman sekarang.[6][7] Kemakmuran duniawi di generasi Nuh
menimbulkan sikap angkuh serta sikap sewenang-wenang memandang diri sebagai golongan
terkuat dan berkuasa,[8] yang kemudian berujung pada keengganan serta kecongkakan untuk
mengakui Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa maupun Yang lebih berwenang atas hidup mereka.
[9] Allah menyebut kaum Nuh sebagai kaum paling rusak di muka bumi.
Nabi Nuh sangat bertekun untuk mendakwahkan risalah Allah ke berbagai tempat di muka
bumi. Baik siang dan malam, Nuh berkeliling sambil berdakwah kepada agar kaumnya bersedia
menuruti ajaran Allah yang disampaikan melalui dirinya. Tetapi kaum itu tidak menerima risalah-
risalah tersebut, bahkan kaum itu menuduh Nuh sebagai seorang pendusta. Hal ini membuat
sang nabi berupaya dengan cara sembunyi-sembunyi untuk mengajak banyak orang menuruti
risalah Allah. Walaupun demikian, kaum Nuh justru menuduh ia merasa iri terhadap
kemewahan dan kekayaan mereka sehingga Nuh dianggap membutuhkan harta benda mereka;
akan tetapi Nuh menegaskan bahwa ia sama sekali tidak menghendaki uang mereka sebagai
upah sebab upahnya berasal dari Allah. Kaum kafir itu tetap berkeras melakukan tindakan keji,
meski ada nabi yang berdakwah di tengah-tengah mereka.
Perjuangan Nuh dalam menyampaikan risalah-risalah tidak disambut oleh kaumnya, akibat
kaum itu hanya memperhitungkan derajat nabi namun tidak sedikitpun mau memperhatikan
risalah-risalahnya. Kaum itu menilai Nuh sebagai seorang yang menyimpang terhadap tradisi
leluhur sehingga mereka menyebut ia sebagai orang sesat. Nuh membantah hal ini dengan
pernyataan bahwa Allah yang telah mengutus ia sebagai seorang rasul supaya menyampaikan
amanat-amanatNya sebagai nasihat-nasihat untuk mereka, bahwa Nuh mengetahui ajaran Allah
yang tidak diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi, kaum Nuh merasa ragu dan heran bahwa ada
seorang pemberi peringatan tentang ajaran Allah dari kalangan mereka sendiri, oleh sebab
mereka telah menganggap sosok Nuh setara dengan manusia biasa. Kaum itu mempertanyakan
pula mengapakah bukan sesosok malaikat, melainkan seorang manusia yang Allah utus kepada
umat manusia; orang-orang kafir menganggap Nuh hanya sebagai orang biasa yang hendak
menduduki kedudukan paling dihormati dalam masyarakat, lalu mereka enggan mengakui
kenabiannya bahkan menuduh Nuh membuat-buat risalahnya. Sewaktu mendengar tuduhan
bahwa ajarannya adalah hasil karangan, Nuh menyatakan apabila ia yang mengarang sendiri
risalah-risalah tersebut; tentulah ia akan membiarkan kaumnya berbuat sesuka hati dan ia
takkan berupaya keras sampai siang dan malam untuk mengajak mereka ke Jalan yang
dikehendaki Allah.
Sekalipun telah menegaskan bahwa ia adalah orang yang diperintah oleh Allah, kaum Nuh
mencari dalih untuk menentang risalah-risalah tersebut. Kaum itu menilai para pengikut Nuh
merupakan orang-orang bodoh yang didoktrin oleh ajakan Nuh, serta menuduh para pengikut
sang nabi merupakan orang-orang lemah, miskin dan bukan dari kalangan terpandang di
kaumnya. Golongan kaya raya di kaum Nuh menuduh bahwa tiada seorangpun yang mengikuti
ajaran Nuh selain orang-orang tak berwibawa yang lekas terbujuk. Nuh membela para
pengikutnya dengan menyatakan bahwa Allah tidak memandang kedudukan manusia, sebab
Allah sendiri yang menentukan kadar karunia untuk seluruh manusia. Nuh tidak mengetahui
mengapa para pengikutnya bukan berasal dari kalangan kaya ataupun kalangan terhormat,
sebab hal ini merupakan perkara ghaib yang berada pada sisi Allah. Oleh karena merasa tidak
sederajat dalam hal kedudukan duniawi, kaum Nuh menuntut sang nabi supaya mengusir orang-
orang rendahan dari kalangan pengikutnya. Hal ini ditolak oleh Nuh sebab orang-orang tersebut
bersedia ikut kepada dirinya karena memiliki keimanan kepada ajaran yang berasal dari Allah,
sedangkan tindakan mengusir orang-orang yang beriman merupakan tindakan berdosa yang
bertentangan dengan kewajiban seorang nabi, yakni mengabarkan risalah serta mengajak
siapapun supaya menerima seruan Allah.
Risalah yang disampaikan Nuh tidak lain merupakan Kehendak Allah sebagai bukti rahmat
Allah, Yang Maha Pengasih untuk umat manusia; supaya umat manusia tidak ditimpa
Malapetaka melainkan diselamatkan apabila bersedia untuk berserah diri kepada Kehendak
Allah, sehingga Allah melindungi segala yang berserah dalam kuasa KehendakNya. Sebaliknya,
jika manusia tersebut mengabaikan, meremehkan, bahkan sewenang-wenang melawan
Kehendak Allah; maka Yang Maha Kuasa berhak menyingkirkan ataupun melenyapkan makhluk
yang tidak pantas hidup di langit maupun bumiNya. Sikap penolakan kaum Nuh serupa keadaan
Iblis yang diusir dari surga akibat Iblis secara terang-terangan berani melawan Kehendak Allah
sewaktu Iblis diperintah bersujud terhadap Adam.
Nuh berjuang keras mengajak kaumnya bertobat serta beriman kepada Allah supaya Allah
mengampuni dosa-dosa mereka, melimpahkan rahmat dan menghindarkan mereka menghadapi
Malapetaka dahsyat. Namun orang-orang kafir tersebut mempertanyakan bahwa ajaran-ajaran
yang disampaikan Nuh tidak pernah ada dari leluhur mereka, sehingga mereka menuduh ajaran
Nuh adalah sesat. Kaum Nuh menantangnya untuk seketika mendatangkan azab yang telah ia
sebut-sebut; Nuh menjawab bahwa Allah yang berhak menimpakan azab, bukan dirinya; sebab
seorang nabi diperintah menyampaikan risalah beserta peringatan. Kegigihan Nuh dalam
berdakwah tidak berhenti meski telah didustakan berulang-ulang. Bahkan Nuh dituduh sebagai
orang gila yang pergi kesana-kemari untuk mengajak orang lain turut menjadi gila. Kemudian
kaumnya menyerukan ancaman rajam apabila ia tidak mau menghentikan dakwah tersebut. Nuh
tidak lekas takut terhadap ancaman ini, dengan berbalik menantang mereka melaksanakan
ancaman itu terhadap dirinya. Pada akhirnya kaumnya memutuskan berpaling terhadap Nuh.
Selama bertahun-tahun berdakwah di berbagai tempat untuk mengabarkan berbagai risalah,
Nuh mendapati sebagian besar umat manusia pada zaman itu merupakan orang-orang yang
berkeras diri dalam kekafiran. Mereka berusaha lari menghindar walaupun Nuh tetap mengejar
sambil menyampaikan berbagai risalah, tatkala orang-orang itu telah mengingkar dan muak,
mereka menutup kedua telinga dengan ujung jari agar tidak mendengar ajakan Nuh. Orang-
orang kafir tersebut lebih memilih mempercayai ajaran dari kalangan terpandang menurut
mereka daripada mempercayai risalah Allah melalui seorang nabi. Berbagai penentangan ini
membuktikan keangkuhan serta keengganan kaum Nuh untuk merendah diri serta menerima
pengajaran Allah; akibat kaum itu berlaku angkuh dan bersikap meninggikan diri supaya tidak
disebut sederajat dengan orang-orang rendahan di mata mereka ataupun supaya tidak menjadi
bawahan Nuh, seorang yang tidak lebih terhormat menurut kaum itu. Namun kaum Nuh secara
tak sadar telah melawan Kehendak Allah, kaum itu juga tidak menghargai kedudukan Allah yang
mengirimkan risalah melalui Nuh, bahkan kaum itu secara berani merendahkan kedudukan
hamba Allah yakni Nuh, yang pada akhirnya membuktikan bahwa kaum Nuh menolak
diselamatkan oleh Allah. Penentangan ini serupa dengan Iblis sewaktu menolak kehendak Allah
supaya bersujud terhadap Adam, dengan alasan bahwa Adam lebih rendah kedudukannya
menurut Iblis.
Berbagai penolakan kaum kafir yang sewenang-wenang menentang risalahnya membuat Nuh
memikirkan cara lain, yakni berdakwah kepada generasi penerus dari kaum kafir tersebut.
Walaupun demikian, terdapat tindakan keji diperbuat oleh generasi pada zamannya yakni
mengadakan sumpah larangan menyembah kepada selain dewa-dewa mereka; larangan ini yang
diwariskan secara turun-temurun sehingga kaum Nuh melarang seluruh keturunan mereka
untuk menyembah Allah sampai selama-lamanya. Tindakan keji ini mengakibatkan dari generasi
ke generasi pada zaman Nuh menolak mengakui Allah, yang berakibat banyak generasi hidup
sesuka hati di muka bumi tanpa aturan dari Allah. Keadaan ini mengecewakan Allah, sebab
kehidupan di muka bumi telah rusak dan perilaku umat manusia menjadi tanpa kendali.
Kesedihan juga dirasakan pula oleh Nuh, sebab hal ini menjadikan perjuangan dakwahnya
selama ini seakan berakhir sia-sia.
Nuh mengalami duka cita mendalam terhadap kekafiran maupun sikap keras kepala kaumnya
yang berlangsung turun-temurun meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga selama bertahun-
tahun untuk membimbing kaum itu supaya bertobat dan berserah diri kepada Allah. Nuh
meratapi nasib kaumnya kemudian ia mengadu kepada Allah:
Nuh berseru, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah menuruti
orang-orang yang harta maupun anak-anaknya tidak menambah apapun melainkan kejahatan
belaka, dan mereka melakukan tipu daya yang keterlaluan. dan mereka telah berpesan, "Jangan
pernah sekalipun kamu meninggalkan (penyembahan) dewa-dewa kamu dan jangan pernah
pula kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaguts, Ya'uq dan
Nasr." dan sesudahnya mereka telah menyesatkan banyak (manusia), dan janganlah Engkau
tambahkan terhadap orang-orang yang lalim itu selain kesesatan. disebabkan kesalahan-
kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke Neraka, maka tiada penolong
untuk mereka selain dari Allah." -Nuh 71:21-25
Dalam kepedihan kalbu, Nuh memohon kepada Allah supaya tidak meluputkan seorang pun
dari generasi-generasi kafir itu bertahan hidup di muka bumi, melainkan melenyapkan seluruh
orang kafir itu; sebab orang-orang kafir itu telah berani menantang azab Ilahi yang diancamkan
kepada mereka. Bahkan generasi-generasi tersebut akan seterusnya menjadi makhluk-makhluk
yang rusak di muka bumi sehingga Allah Yang Maha Kuasa dapat mengganti umat tak berkenan
bagiNya dengan umat yang lebih baik. Nuh juga memohonkan pengampunan kepada Allah
untuk dirinya beserta orang tuanya maupun orang-orang yang beriman, kemudian Allah
mengabulkan pengaduan ini.
Allah memerintahkan Nuh mendirikan sebuah bahtera sebagai tempat perlindungan
menghadapi air bah yang akan menenggelamkan seisi bumi serta melenyapkan segala makhluk
di muka bumi. Nuh juga diperintahkan supaya berhenti meratapi perilaku keji kaumnya.
Sewaktu Nuh bersama para pengikutnya sedang mendirikan bahtera, terdapat orang-orang dari
kaum kafir yang mencela; namun Nuh menyatakan bahwa kelak kaum kafir akan dicampakkan.
Setelah pembangunan bahtera terselesaikan, Allah mewahyukan kepada Nuh supaya
menempatkan berbagai jenis hewan secara berpasang-pasang ke dalam bahtera tersebut
supaya menyelamatkan keberlangsungan hewan-hewan tersebut di bumi. Selain itu, seluruh
penghuni bahtera diperintah supaya memuja seraya berdoa kepada Allah selama berada dalam
tempat tersebut. Orang-orang yang turut dalam bahtera, hanyalah Nuh dan para pengikutnya
yang berjumlah sedikit, namun mereka inilah para leluhur ras manusia sebagai golongan pewaris
kuasa, yang kemudian menjadi berbangsa-bangsa di bumi.
Badai yang sangat lebat disertai luapan air dari dalam tanah selama berhari-hari
menyebabkan permukaan bumi hilang tersapu air dan melenyapkan segala makhluk hidup
terkecuali para penghuni dalam bahtera Nuh. Air bah bahkan menutupi seluruh permukaan
bumi; baik bukit maupun pegunungan tidak luput tenggelam terhadap terjangan ombak yang
menjulang tinggi. Ketika air hampir menenggelamkan seluruh permukaan bumi, Nuh mendapati
salah satu putranya, Kan'an, sedang mencari perlindungan terhadap air bah dengan berlindung
ke sebuah puncak gunung. Kan'an sejak semula tidak percaya terhadap ajaran sang ayah, dan
Kan'an justru memilih ikut dengan generasi-generasi pembangkang yang dibinasakan. Didasari
rasa sayang terhadap sang anak, Nuh memanggil-manggil anak itu supaya masuk kedalam
bahtera, namun anak itu justru berlari menghindar lalu anak itu turut bersama-sama kaum kafir
tersebut. Nuh hendak meminta pengampunan untuk anaknya, namun Allah menegur supaya
nabi tidak melakukan hal ini.
Setelah air bah surut, Allah menempatkan bahtera Nuh berlabuh di bukit Judi, kemudian Nuh
beserta seisi makhluk hidup penghuni bahtera diselamatkan supaya meneruskan
keberlangsungan makhluk hidup di muka bumi. Allah juga memberkahi Nuh beserta keturunan
dari orang-orang yang menghuni bahtera tersebut. Allah menjadikan kejadian ini sebagai
pelajaran untuk seluruh umat manusia, sebab umat manusia mengalami hal serupa, sebagian
besar manusia memandang diri mereka dan agama mereka sendiri sebagai kebenaran sejati,
sehingga sulit menerima cara pandang dan kebenaran menurut Allah; maka sebagian besar
manusia akan berada dalam kesesatan kemudian tenggelam dalam neraka, sementara itu hanya
orang-orang tertentu yang sanggup memandang sebagaimana cara pandang Allah sehingga
mengorbankan pandangan diri sendiri supaya berkenan untuk Allah dan layak sebagai penghuni
surga.
Setelah kejadian banjir bah, Nuh masih hidup selama 300 tahun bahkan masih sempat mendidik
Ibrahim serta mewariskan risalah Allah kepadanya. Nabi Nuh mengambil gelas berisi air yang
diberi oleh malaikat pencabut nyawa itu dan kemudian meminumnya. Ketika nabi Nuh
meminumnya , jatuhlah ia dan meninggallah ia seketika itu juga . Ketika nabi Nuh meninggal
maka anak-anak Beliau merawatnya , memandikan ,mengkafani , menshalati serta
menguburkannya di dekat tanah turki dan dikatakan bahwa didekat kuburan nabi Nuh terdapat
sumber air yang mengalir .

2. Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim hidup dalam abad ke-18 atau 19 sebelum masehi. Pada mulanya ia bermukim di
negeri kelahirannya, Urkasdim (di Irak Selatan), kemudian di Harran (di Syiria Utara) dan terakhir
di Kan'an (Palestina atau Israel sekarang). Ia wafat dan di makamkan di Hebron (kurang lebih 30
kilometer di selatan Yerussalem).
Nabi Ibrahim adalah putra Azar, keturunan Syam bin Nuh. Pada masa itu raja Namrud yang
bertahta di negeri Mausul mengeluarkan undang-undang yang memerintahkan agar mmbnh
setiap anak laki-laki yang lahir di negeri Mausul. Keadaan ini sama dengan zaman Nabi Musa.
Namun berkat rahmat Allah, Nabi Ibrahim lahir dengan selamat.
Orang tuanya menyembunyikan Nabi Ibrahim di dalam gua. Atas izin Allah Nabi Ibrahim tidak
mati, padahal tidak seseorang pun yang memeliharanya. Tidak seekor binatang buas pun yang
mengganggunya. Bila lapar dan haus ia hanya menghisap ujung jarinya maka keluarlah air susu.
Sejak kecil, Nabi Ibrahim telah terpelihara dari segala perbuatan jahat. Ketika usianya
meningkat dewasa, Nabi Ibrahim mulai bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, mengapa
berhala-berhala yang terbuat dari batu dan tidak mampu berbuat apa-apa itu disembah dan
dipuja-puja oleh kaumnya, kemudian ia mulai berpikir tentang Tuhan.
Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang. Pada benaknya, inilah Tuhannya. Tetapi
setelah bintang itu hilang ketika hari menjadi siang, Ibrahim pun menetapkan keyakinannya,
bahwa ia tidak akan bertakwa kepada Tuhan yang terbenam.Demikian pula pada bulan dan
matahari. Setelah ia yakin pada bulan,bintang, dan matahari tiada kekal maka ia berseru kepada
kaumnya, "Hai Kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala apa yang kamu
persekutukan! Aku hanya akan menghadapkan diriku kepada Tuhan yang telah menjadikan
langit dan bumi dan aku sekali-kali tidak akan mempersekutukan-Nya.
Ketika Raja Namrud beserta orang-orangnya pergi berburu Nabi Ibrahim memasuki tempat
berhala-berhala mereka dan menghancurkan semua berhala itu, kecuali berhala yang tetap
ditinggalkan utuh, yaitu berhala yang paling besar. Di leher berhala yang paling besar itu
ditaruhkannya kampak yang digunakan untuk menghancurkan berhala-berhala lainnya.
Setelah Raja Namrud beserta pengiringnya pulang dari berburu dan mengetahui berhala-
berhala di tempat peribadahannya hancur mereka menjadi berang. Mereka menuduh Nabi
Ibrahim telah melakukannya karena beliaulah yang gigih menentang penyembahan berhala itu.
Nabi Ibrahim di tangkap dan dihadapkan pada Raja Namrud. Sang raja bertanya, "Hai
Ibrahim! Kamukah yang telah menghancurkan berhala-berhala itu?" Nabi Ibrahim tanpa ragu-
ragu menjawab, "Bukan aku yang menghancurkannya tetapi berhala yang paling besar itu.
Tentulah dia tidak mau kamu persekutukan dengan berhala-berhala yang lebih kecil, buktinya
kampak penghancur berhala itu masih bergantung dileherny."
Raja Namrud bukan main marahnya mendengar jawaban Nabi Ibrahim, dia merasa
dipermainkan. Raja Namrud berkata, "Mana mungkin berhala itu dapat melakukan seperti yang
kau katakan." Nabi Ibrahim menjawab, "Nah, kalau begitu mengapa kalian menyembah berhala
yang tidak mampu berbuat apa-apa itu?" Mendengarkan perkataan Nabi Ibrahim itu sebagian
orang-orang berbalik menjadi pengikutnya, sedangkan sebagian lainnya ragu-ragu.

Setelah terlihat pengaruh Nabi Ibrahim semakin besar di kalangan pengikutnya, Raja Namrud
merasa terdesak dan terjatuh harga dirinya. Oleh karena itu, untuk menjaga wibawanya,
Namrud memerintahkan para pegawainya dan pengikut setianya untuk menangkap Ibrahim
untuk dihukum mati, yaitu dengan cara dibakar.
Tetapi Allah SWT. kembali memperlihatkan kekuasaan-Nya. Allah berfirman kepada api "Hai
api! Hendaklah dingin dan selamatkan Ibrahim." (Q.S. Al-Anbiya: 69). Setelah api padam,
keluarlah Ibrahim tanpa mengalami cedera sedikit pun.

Dalam menjalankan tugas kerasulannya Nabi Ibrahim berusaha menyadarkan ayahnya, agar
tidak lagi menyembah berhala, dan tidak memperturutkan jalan setan, agar terlepas dari siksaan
Allah. Namun, ayah Ibrahim menjawab:
"Berkata ayahnya, "Adakah engkau membenci tuhan-tuhanku hai Ibrahim? Ingatlah, jika kau
hentikan hinaan-hinaan terhadap tuhan-tuhan niscaya aku akan menyiksamu! Dan tinggalkanlah
aku buat waktu yang lama." (Q.S. Maryam: 46)
Sementara itu Raja Namrud ingkar saja kepada Allah, maka Allah menghukum Raja Namrud
beserta pengikut-pengikutnya dengan nyamuk yang sangat luar biasa bnyaknya. Nyamuk-
nyamuk itu menggigit tubuh Raja Namrud dan pengikutnya memasuki lubang-lubang hidung,
dan lain-lain. Raja Namrud sendiri mati dengan cara siksaan yang demikian.
Nabi Ibrahim mempunyai istri dua orang, yaitu Siti Hajar dan Siti Sarah. Dari Siti Hajar beliau
mempunyai anak yang bernama Ishak, sedangkan Siti Sarah baru melahirkan anaknya setelah
usianya lanjut.
Setelah menyadari bahwa keadaannya kurang aman, Nabi Ibrahim pindah ke Negeri Syam,
meninggalkan Nabinya Babil, dengan istrinya yang bernama Sarah disertai Luth yang kemudian
menjadi nabi juga. Sejak dahulu Negeri Syam menjadi negeri yang aman dan sejahtera. Tidak
lama kemudian Nabi Ibrahim pergi ke Negeri Mesir. Ketika Raja Mesir mendengarkan tentang
kecantikan Sarah, ia menyuruh Ibrahim untuk menghadapnya. Setelah menghadap Raja Mesir,
Ia bertanya kepada Nabi Ibrahim, "Siapakah perempuan yang bersama denganmu?" Ibrahim
menjawab, "Saudaraku."

Nabi Ibrahim berdusta terhadap orang yang akan menganiayanya, atas izin Allah.
Dibolehkannya berdusta terhadap orang yang ingin menganiaya ini disebutkan dalam Al-Qur'an
surat An-Nisa ayat 148 dan hadis yang dikeluarkan oleh Imam Abu Daud dan Tirmidzi Ibnu
Mundir, Ibnu Abi Hattim, Ibnu Mirdawah, dari Abu Hurairah dari Rasulullah dan juga hadis
Bukhari Muslim. Nabi Ibrahim tidak pernah berdusta, kecuali dalam tiga hal:
 Ia mengatakan sakit sewaktu diajak ke tanah lapang.
 Kepada Raja Namrud waktu ditanya yang menghancurkan patung-patung berhalanya.
 Kepada Raja Mesir ia mengatakan bahwa Sarah adalah saudara. Kalau tidak demikian,
tentu istrinya akan dirampas oleh Raja Mesir, yaitu Fir'aun.

Siti Sarah mendapatkan hadiah seorang perempuan hamba sahayat bernama Hajar dari Raja
Mesir karena jasanya yang telah menyembuhkan kembali tangan Raja Mesir yang semula
terkatub keduanya dan tidak dapat membuka. Kemudian Hajar diberikan kepada Nabi Ibrahim
untuk dijadikan istrinya. Ketika Nabi Ibrahim kembali ke Syam, Siti Sarah telah berusia lanjut,
sedangkan beliau belum dikaruniai anak. Namun, tidak lama kemudian, Siti Hajar melahirkan
anak yang diberi nama Ismail. Demikian pula halnya dengan Siti Sarah yang melahirkan seorang
anak yang diberi nama Ishaq.
Dari kedua orang inilah terlahir beberapa kaum. Dari keturunan Ishaq, banyak yang menjadi
Nabi dan orang-orang besar ternama  yang disebut Bapak Kaum Bani Israil, sedangkan dari Nabi
Ismail, banyak menjadi orang mulia dan akhirnya menurunkan seorang rasul yang bernama
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa orang itu lebih cinta kepada anak kandungnya daripada anak
tirinya. Demikian pula halnya dengan Siti Sarah yang tidak begitu menyukai Ismail. Berkali-kali ia
menyuruh Nabi Ibrahim untuk memindahkan Ismail, tetapi permohonannya itu tidak juga
dituruti oleh Nabi Ibrahim.
Karena perintah Allah, Nabi Ibrahim pindah dengan membawa Siti Hajar dan anaknya Ismail
yang masih kecil dan masin menyusu. Setelah Nabi Ibrahim mengumpulkan perbekalan, beliau
mengajak Hajar dan Ismail untuk pindah atas perintah Allah.
Berjalan ketiga orang-orang itu menuju tanah-tanah yang pada masa itu masih kosong, dan
masih berupa padang pasir yang berbatu-batu.
Keinginan Nabi Ibrahim untuk Mengetahui Bagaimana Tuhan Menghidupkan Orang Mati
Sejak kecil Nabi Ibrahim selalu ingin mengetahui perihal sesuatu yang tidak dapat dimengerti.
Beliau terus-menerus mempertanyakannya dan mencari bukti yang nyata untuk memberikan
faedah dan hikmah. Apalagi terhadap suatu kejadian yang kurang berkenan (tak masuk akal),
beliau mencari alasan dan buktinya secara nyata, sehingga hatinya terasa puas. Ketika Allah
SWT. berfirman kepada Nabi Ibrahim, "Sesungguhnya semua orang yang mati kelak nanti akan
dihidupkan kembali dan akan dibalas sesuai dengan amal perbuatannya waktu di dunia."
Nabi Ibrahim ingin membuktikan bagaimana cara Allah SWT. menghidupkan kembali orang
yang telah mati. Beliau meminta bukti kepada Allah SWT. Dalam firman Allah SWT. dikatakan:
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana
Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim
menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)
Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya
olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-
bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Baqarah: 260)
Setelah Nabi Ibrahim menerima bukti yang sebenar-benarnya bahwa Allah SWT. dapat
menghidupkan kembali orang yang telah mati, maka Nabi Ibrahim merasa puas.
Nabi Ibrahim a.s. beserta istrinya (Siti Hajar) bertempat di Palestina, sedangkan Siti Hajar (istri
Ibrahim) dengan putranya (Ismail) bertempat tinggal di Mekah. Karena itu, Nabi Ibrahim
seringkali ke Mekah. Setelah Ismail dewasa, ia diajak oleh ayahnya untuk mendirikan Baitullah
(ka'bah) atas perintah dari Allah SWT. 
Ka'bah inilah yang hendaknya dijadikan kiblat semua kaum muslim di waktu salat.
Sebelumnya semua umat di dunia ini mempunyai sesembah yang bermacam-macam, ada yang
menyembah berhala (arca/patung), ada yang menyembah matahari, dan lain-lain, maka setelah
Nabi Ibrahim dan Ismail mendirikan Ka'bah, maka semua pengikut agama Allah SWT.
mempunyai kiblat yang sama yaitu Ka'bah di Mekah.
Sesudah Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail membangun Ka'bah, keduaya berdoa kepada Allah SWT.
agar perbuatannya diterima oleh Allah SWT. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 172-129, Allah
berfirman: "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami,
jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak
cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang
Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan
mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Baqarah: 127-
129)
Setelah itu Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT. agar memanggil serta
melaksanakan haji baik umat yang dekat maupun jauh dari Ka'bah, agar mereka semua datang
mengunjungi Ka'bah (berhaji). Dalam surat Al-Haj ayat 27 dan 28 Allah SWT. berfirman: "Dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang
jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut
nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka
berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir." (Q.S. Al-Haj: 27-28)
Nabi Ibrahim a.s. melaksanakan pada usia 99 tahun sebagian riwayat lagi mengatakan bahwa
beliau dikhitan pada usia 80 tahun. Sedangkan Ismail di khitan pada usia 13 tahun. Syariat khitan
dilaksanakan sejak zaman Nabi Ibrahim, yaitu ketika beliau sudah berusia lanjut.
Kitab Injil Barnabas disebutkan sebagai berikut, "Adapun adanya peraturan khitan
disebabkan dulu Nabi Adam a.s. berdosa memakan buah larangan Allah SWT. (buah khuldi)
beliau bernazar, apabila dosanya diampuni tuhan (Allah SWT.) beliau akan memotong sebagian
dagingnya. Setelah tobat Adam diterima dan diampuni dosanya, kemudian Malaikat
menunjukkan daging yang seharusnya dipotong, yaitu daging yang dipotong untuk dikhitan."
Sekarang khitan telah menjadi syari'at agama Islam.
Nabi Ibrahim a.s termasuk salah satu nabi yang selalu menghormati dan menghargai tamu.
Pada suatu hari beliau mendapatkan tamu tiga malaikat yang menyamar sebagai manusia.
Kemudian istri beliau memasak makanan untuk menghormati tamunya.
Ketika makanan dihidangkan kepada tamunya; mereka tidak mau menyentuh makan itu
sedikit pun. Nabi Ibrahim merasa takut kepada mereka, maka mereka pun memberitahu kepada
Nabi Ibrahim bahwa beliau itu adalah malaikat (tidak makan dan tidak minum) yang diutus oleh
Allah SWT.
Mereka mendatangi rumah Nabi Ibrahim untuk memberi tahu kepada beliau bahwa mereka
diutus Allah SWT. untuk menyiksa kaumnya Nabi Luth a.s. yang tidak mau mengikuti ajaran Nabi
Luth. Nabi Ibrahim takut apabila Nabi Luth dan orang-orang yang beriman kepada beliau juga
mendapat siksaan, tetapi para malaikat itu menjawab, "Aku sudah tahu di antara orang yang kfr
dan orang yang iman." Kemudian Nabi Ibrahim memohon agar kaumnya Nabi Luth tidak disiksa,
tetapi para malaikat itu menjawab, "Sesungguhnya kami telah mendapatkan perintah dari Allah
SWT. untuk menyiksa mereka yang kfr, sedangkan umat Nabi Luth yang beriman akan
diselamatkan oleh Allah SWT.

3. Nabi Musa
Nabi Musa Nabi Musa as. adalah anak laki-laki dari seorang ibu yang bernama Yukabad dan
seorang ayah yang bernama Imran. Beliau bersudara dengan nabi Harun as. Nabi Musa as.
dilahirkan ketika zaman pemerintahan Raja Fir’aun. Fir’aun merupakan seorang raja yang zalim,
takabur, bahkan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Siapa saja yang tidak menuruti semua
perintahnya, maka mati adalah hukumannya.
Suatu hari Fir’aun bermimpi bahwa negeri Mesir habis terbakar, semua rakyatnya mati
kecuali orang-orang Israil yang masih tetap hidup. Ketika fir’aun bangun, ia segera mencari ahli
nujum untuk menakwilkan arti mimpinya itu. Jawaban yang diperoleh dari para ahli nujum ialah
mimpinya merupakan pertanda akan datangnya seorang laki-laki dari Bani Israil yang akan
menjatuhkan kekuasaannya.
Mendengar jawaban itu, Fir’aun segera memerintahkan seluruh tentaranya untuk memeriksa
setiap rumah penduduk dan membunuh setiap bayi laki-laki dari Bani Israil. Keputusannya itu
diumumkan ke seluruh pelosok negeri agar semua rakyat mematuhi undang-undang itu.
Ketika Nabi Musa As. Lahir
Allah SWT memberi ilham kepada ibu Nabi Musa As. untuk menghanyutkan bayinya itu ke
sungai Nil. Dengan kekuasan-Nya, bayi Musa As. terapung di dalam sebuah peti dan berjalan
mengikuti arus sungai menuju kolam pemandian istana Fir’aun. Akhirnya, peti itu ditemukan
oleh Siti Asiah istri Raja Fir’aun yang kemudian dibawanya ke dalam Istana.
Melihat bayi di tangan istrinya, Fir’aun segera menghunus pedangnya untuk membunuh bayi
laki-laki yang berada di tangan istrinya itu. Kemudian, Siti Asiah melindunginya seraya berkata
“Bayi ini jangan dibunuh, sebaiknya kita jadikan ia sebagai anak angkat, karena aku sudah
menyayanginya dan bukankan kita tidak memiliki anak? ” Mendengar itu, Fir’aun akhirnya tak
bisa berbuat apa-apa, maka sejak itulah Nabi Musa diangkat sebagai anaknya.
Siti Asiah mencari wanita yang bisa menyusukan bayinya itu, kemudian atas iradat Allah,
maka terpilihlah ibu kandung Nabi Musa untuk menyusuinya. Karena saat itu, tidak ada satupun
air susu wanita yang mau diminum oleh Nabi Musa kecuali ibu kandungnya sendiri. Begitulah
cara Allah mempertemukan kembali Nabi Musa AS. ke pangkuan ibunya. Seperti telah dijelaskan
dalam Firman Allah: “Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan
tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya“. (QS. Al-Qashash: 13)
Alangkah gembiranya Siti Asiah bisa menemukan orang yang tepat yang dapat menyusukan
anak angkatnya yang tak lain ibu kandungnya sendiri. Selain memperoleh upah besar dari
kerajaan atas pekerjaannya itu, ibu Nabi Musa merasa tenang tanpa rasa takut akan dibunuhnya
Nabi Musa oleh tentara Fir’aun.
Setelah menginjak dewasa, Nabi Musa As. diberikan anugerah oleh Allah SWT. ilmu
pengetahuan dan pangkat kenabian serta diberi kitab Taurat untuk menghadap dan menaklukan
Fir’aun. Nabi Musa meninggalkan Istana Fir’aun karena mendapat kabar bahwa Fir’aun
berencana buruk terhadapnya dan memerintahkan tentaranya untuk menangkapnya. Hal itu
terjadi karena salah satu rakyatnya ada yang mati terbunuh oleh Nabi Musa saat ia
mendamaikan perkelahian dua orang, dari bangsa Bani Israil dan Qibthi (bangsa Fir’aun).
Denagan rasa cemas ia meninggalkan kota sebagaimana hal ini telah dijelaskan dalam QS. Al-
Qashash ayat 21: “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu
dengan khawatir, Ia berdoa: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu“.
Nabi Musa pergi tanpa tahu arah tujuan. Beliau hanya berjalan mengikuti langkah kakinya
dengan rasa cemas dan khawatir karena takut dikejar oleh tentara Fir’aun. Saat beliau
beristirahat, beliau melihat dua orang gadis yang tengah berebut air untuk hewan ternaknya.
Kemudian Nabi Musa membantunya untuk mengambil air dan meminumkannya kepada ternak-
ternaknya. Setelah kedua gadis itu pulang, ia kembali lagi menjumpai Nabi Musa dan
mengundangnya untuk ke rumah. Ternyata kedua gadis itu adalah putri Nabi Syu’aib.
Setelah bertemu dan dijamu dengan penuh hormat, kemudian beliau menceritakan apa yang
terjadi dengan dirinya, bahwa ia sedang dikejar oleh tentara Fir’aun, maka berkatalah Nabi
Syu’aib: “Janganlah takut, sesungguhnya engkau telah lepas dari kaum yang zalim“.
Nabi Syu’aib menawarkan kepada Nabi Musa untuk mengambil salah seorang dari putrinya
agar dijadikan sebagai istrinya.  Dalam Surat Al-Qashash ayat 27 dijelaskan:
Berkatalah dia (Syu’aib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah
seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika
kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak
hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
baik“. Akhirnya Nabi Musa menerima dan menyetujui tawaran Nabi Syu’aib. Maka kawinlah ia
dengan salah satu putri Nabi Syu’aib.
Dalam perjalanan kembali ke Mesir bersama keluarganya, Nabi Musa mendapatkan wahyu
dari Allah SWT. Dimana peristiwa itu terjadi dan diabadikan dalam QS. Al-Qashash ayat 29-32.
Ketika sampai di Mesir, beliau mengajak Fir’aun untuk kembali ke jalan yang benar seraya
menunjukkan kedua mukjizatnya yang baru ia peroleh dari Allah SWT. Melihat itu, Fir’aun sangat
murka dan memanggil semua tukang sihirnya agar bertanding dengan Nabi Musa.
Namun kemenangan berada di pihak Nabi Musa, sehingga para tukang sihir Fir’aun mengakui
kebenaran ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa As. Selain itu, Siti Asiah juga beriman kepada
Nabi Musa. Maka bertambahlah murka Fir’aun sehingga ia menghukum mati para tukang
sihirnya dan menyiksa istrinya hingga menemui ajalnya.
Nabi Musa beserta pengikutnya dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya hingga di tepi laut merah.
Sampai disanalah Nabi Musa dan para pengikutnya kebingungan karena menemui jalan buntu
sedangkan mereka sudah terkepung oleh Fir’aun dan tentaranya. Maka turunlah firman Allah
untuk menolongnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Dan (ingatlah), ketika Kami
belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-
pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan”. (QS. Al-Baqoroh : 50)
Dalam peristiwa itulah Allah mewahyukan kepada Nabi Musa As. agar memukulkan
tongkatnya ke permukaan laut, kemudian Nabi Musa segera memukulkan tongkatnya dan tiba-
tiba air laut itu terbelah menjadi dua bagian yang sekaligus di tengah-tengah (belahan) itu
menjadi jalan yang bisa dilewatinya dan para pengikutnya.
Tidak lama kemudian Fir’aun dan bala tentaranya menyusul melewati jalan tersebut sambil
merasa takut. Kemudian setelah Nabi Musa dan pengikutnya sampai di daratan, maka Allah
memerintahkan kepada Nabi Musa agar secepatnya memukulkan tongkatnya ke lautan dan
seketika itu pula Nabi Musa memukulkan tongkatnya, lalu tiba-tiba air lautan yang terbelah itu
kembali menjadi air laut seperti semula, maka tenggelamlah raja Fir’aun dan bala tentaranya di
laut merah. Menjelang dekatnya ajal beliau, Allah ‘azza wa jalla mengutus salah seorang hamba-
Nya yang mulia di kalangan para malaikat. Seorang malaikat yang menghancurkan semua
kelezatan dan memutuskan semua kesenangan hidup, Malaikat Maut. Makhluk suci yang
diciptakan Allah ‘azza wa jalla dari cahaya.
4. Nabi Isa
Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan mengarahkan
ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya.
Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat bahwa beliau lupa untuk menyirami
pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di luar mesjid.
Maryam menyelesaikan salatnya lalu ia keluar dari mihrab dan menuju pohon. Belum selesai
beliau siap-siap untuk keluar sehingga para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan
kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu
dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya.
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan
kekhusukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap pohon
mawar dan beliau kembali salat. Maryam merasakan bahwa sesuatu yang besar akan akan
terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin
menguat saat ini.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang mengguncang bumi. Orang asing
menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak
menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. Di
sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di kepala Maryam kalimat:
"Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul
Amin (Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.
Keheranan Maryam semakian bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di
perutnya ia telahmengetahui namanya. Bahkan ia menhetahui bahwa anaknya itu akan
berbicara dengan manusia saat ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakan lisannya untuk
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara ke arah
Maryam. Kemudian datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum pernah dilihat
sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak
sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah pergi tanpa
meninggalkan suara.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahwa sedang hamil dan ia akan melahirkan.
Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa
Maryam sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk
beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan sakit pada
dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia
berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak
berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini menimbulkan penderitaan-
penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusia akan menyambut anaknya ini?
Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka mengetahui bahwa ia adalah wanita
yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan? Apakah manusia
akan membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang pun yang
menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya. Maryam
berpikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya
sehingga hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan
meminta agar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu ahan
mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah kamu.
Jika kamu rnelihat seorang manusia, maka katakantah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang
manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan
rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia berkulit lembut dan
putih. Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara kepada Maryam
agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar menggoyangkan batang-
batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebagian buahnya yang lezat dan Maryam dapat
memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta
kegembiraan dan tidak berpikir tentang sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui
manusia, maka hendaklah ia berkata kepada mereka bahwa ia bernazar kepada Allah SWT untuk
berpuasa dan tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat
tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan
memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahwa wajah anak itu menyiratkan
tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahwa ia datang ke dunia bukan
untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya segala sesuatu. Maryam
mengulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia menyentuh batangnya
hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda dan lezat. Maryam makan dan minum
dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh kasih sayang.
melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan
menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana
tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api atau
memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang
wanita untuk membikin adonan roti atau seseorang anak kecil mencuci anjingnya. Nabi Musa
telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya untuk
beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang
sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan berbagai
macam tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk menjaga hari Sabtu
dan tidak meremehkannya. Nabi Isa pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan
kota menuju gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap yang
Maha Benar. Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan
memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan salat. Pada
malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah-Nya
agar ia memulai dakwahnya karena Nabi Yahya dan Nabi Zakaria dibunuh oleh penguasa.
Nabi Isa a.s. mulai berjuang menyiarkan ajaran Allah Swt., membeberkan kesalahan para
pemuka agama Yahudi, dan menyadarkan mereka tentang penyimpangan mereka dari ajaran
Nabi Musa. Karena itu, ia berseru kepada Bani Israil agar mereka mematuhi perintah dan
menjauhi larangan Allah Swt. (Q.19:31-36). Ia berdakwah supaya mereka bertobat, yakni
kembali ke jalan benar yang telah dirintis oleh para nabi sebelumnya. Namun, dakwah Nabi Isa
mendapat perlawanan dengan berbagai fitnah dan ejekan. Mereka memintanya untuk
membuktikan kenabian serta kerasulannya dengan maksud untuk menghilangkan pengaruh dan
wibawanya. Nabi Isa menunjukkan beberapa mukjizat kepada mereka, tetapi tetap saja ada
yang tidak percaya.
Nabi Isa a.s. dikaruniai oleh Allah Swt. beberapa mukjizat, antara lain menghidupkan orang
yang meninggal, menerima wahyu kitab Injil, menurunkan hidangan dari langit, menyembuhkan
sejumlah penderita penyakit serta orang gila, memulihkan orang pincang menjadi berjalan serta
orang bisu menjadi berbicara, memelekkan orang buta sejak lahir, dan membuat burung hidup
dari tanah liat (Q.3:49; 5:110).
"Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari
Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku
meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah..." (Q.3:49).
HIDANGAN DARI LANGIT
Dalam perjalanan dakwahnya, Nabi Isa a.s. dan para al- hawariyyun merasa lapar dan dahaga.
Untuk menenangkan dan meningkatkan iman para pengikutnya, Nabi Isa berdoa agar Allah Swt.
menurunkan nikmat- Nya. Doanya dikabulkan. Hidangan makanan dari langit (Q.5:112-114)
merupakan bukti nyata kekuasaan Allah Swt. dan kenabian Isa. Mereka menikmati hidangan
tersebut dan bersyukur atas rahmat-Nya.
Nabi Isa a.s. memiliki beberapa sahabat, murid, dan pengikut setia yang disebut al-
hawariyyun (Q.3:52; 5:111-115). Mereka meyakini dakwah Nabi Isa, berhati bersih, dan
beriktikad baik untuk membela serta membantu perjuangan Nabi Isa. Sebagian dari al-
hawariyyun berasal dari keluarga nelayan seperti Syim'un, Adrius, Ya'qub, dan Yuhanna. Ada
juga yang berasal dari keluarga pencuci pakaian, yaitu Lukas, Thomas, Markus, Yuhanna, dan
beberapa saudaranya yang masih kecil. Mereka mempercayai ajaran Nabi Isa dan mendapatkan
pelajaran darinya.
Salah satu pengikut Nabi Isa a.s. berkhianat. Dengan tuduhan palsu, ia mengadu kepada
penguasa Romawi bahwa Nabi Isa akan memberontak dan menggulingkan penguasa. Atas
petunjuk dari si pengkhianat (Yudas), tentara Romawi mengepung tempat persembunyian Nabi
Isa bersama murid-muridnya. Dalam keadaan berbahaya itu, Allah Swt. menyelamatkan Nabi
Isa. Nabi Isa tidak disalibkan dan tidak pula dibunuh, tetapi Allah Swt. mengangkatnya (Q.3:55;
4:157-158).
Allah S.W.T menyerupakan wajah Yudas serupa dengan Nabi Isa .as setelah Ia mengangkat
Nabi Isa, Dengan keadaan yang serupa itu yudas pun ditangkap oleh pasukan romawi yang
kemudia disaliblah yudas oleh bangsa romawi tersebut.
Sampai sekarang Nabi Isa masih hidup. Tetapi ia tidak berada di bumi. Ia akan turun ke bumi
saat hari kiamat, sesuai dengan hadist: "Demi Allah, sesungguhnya Nabi Isa AS sekarang masih
hidup di sisi Allah. Bila beliau nanti turun ke bumi, semua orang akan beriman kepadanya (tafsir
Ath-Thabari)."

5. Nabi Muhammad
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr
bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminah binti Wahab bin
Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan ibu
bertemu pada kakek beliau, Kilab.
Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Habasyah untuk
merobohkan Ka’bah. Maksud jahat mereka ini berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah Swt
yang mengirimkan burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung
wabah penyakit dan menimpakannya atas pasukan Abrahah. Perisitiwa ini terjadi pada
pertengahan abad ke 6 Masehi.
Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Senin, malam 12
Rabiul Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.
Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah 571 tahun,
antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As dan
Nabi Ibrahim As adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada masa
Nabi Nuh As adalah 1080 tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242
tahun. Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah 6155
tahun, berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.
Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah
wafat di Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir. Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang di
Syam dan singgah di Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari bani
Najjar. Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.
Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan penyusuan anak-anak
mereka kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut di kemudian hari
mempunyai tubuh yang kuat dan omongan yang fasih.
Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya Muhammad
Saw kepada Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah salah seorang perempuan dari Bani Sa’ad untuk
menyusui Beliau.
Pada saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah tempat
tinggal mereka. Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan menetap di sana
untuk disusui, lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur.
Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri Nabi
Muhammad Saw termasuk peristiwa “pembelahan dada”. Setelah disapih, Nabi Muhammad
pun dikembalikan kepada ibundanya Aminah. Saat itu, Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.
Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw
Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah untuk
menemui paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu desa
yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia. Maka beliau
Saw diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul Muthalib, dan ini
berlangsung selama dua tahun.
Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal dunia, maka
beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib. Abu Thalib ini adalah seorang yang
dermawan namun kehidupannya fakir yang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.
Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh
pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang pertama. Para
kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang pendeta
Yahudi bernama Buhaira dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani.
Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan berkata
kepada Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang tinggi,
maka jagalah dia baik-baik.” Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Muhammad Saw ke
Mekkah.
Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu
tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok
dimana beliau SAW berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua
kelompok yang berperang itu.
Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk kedua
kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita
ternama dan kaya yang dipercayakan kepada Beliau.
Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang bernama
Maisaroh. Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun
memahami adanya keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw sebagaimana
yang pernah dilihat oleh Buhaira.
Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke
rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu
itu 40 tahun.
Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib, yang
semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kultsum dan Fatimah.
Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka menikah dengan Abil
Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin abi Lahab, sedang Ummu
Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab.
Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan. Adapun yang
termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.
Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah dan
menauhidkan-Nya. Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah berhasil
menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat pemujaannya.
Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang melemahkan dinding
dan fondasinya. Banjir besar menggoyahkan bangunan Ka’bah beberapa tahun sebelum
nubuwwah.
Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut memanggul batu di atas
pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih, peristiwa itu terjadi
ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.
Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah pelik
yang menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit. Tak kunjung ada keputusan siapa yang
paling berhak untuk mendapatkan kehormatan mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula.
Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian. Beliau
memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing
kabilah memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya
bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad
dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah persoalannya.
Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya sebagai
Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya beliau
menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal
Nur. Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya
mimpi yang benar.
Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama dibawa oleh
Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah surat Al-Alaq ayat 1-5.
Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim serta
Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’ib. Maka pada
kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai makanan dan
kegiatan berniaga di pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Nabi
Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh.
Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di Kabah. Maka Nabi
Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah,
yakni hijrah untuk kedua kalinya.
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak menerima
makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan. Kemudian
orang-orang Quraisy  menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi
pengumuman biokot itu telah dimakan rayap. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari
tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu terjadi pada 10 tahun kenabian.
Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan kemudian
wafat pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh tahun.
Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan Quraisy
semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan
dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu Thalib
masih hidup.
Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan
Rasulullah Saw di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul
Maqdis di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah
menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt : ”Maha Suci Allah yang telah
memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah
Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di sana
diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah keras
dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke
Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah
dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk
memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher
orang. Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk
beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan
hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan diri
atas tindakan mereka.
Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang pernah disepakati di
Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di dalamnya. Menghadapi kenyataan
ini maka Nabi Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk
diberangkatkan ke Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan sebelah bawah,
sementara Khalid bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah
atas. Ketika Rasulullah Saw sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling Ka’bah
terdapat tiga ratus enam puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di tangan,
Beliau hancurkan patung-patung itu seraya mengatakan:
“Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)
“Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
memulai.” (Saba, 49).
Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di tengah-tengah
Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya
langit dan bumi, dan ia berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat.
Maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk melakukan
pertumpahan darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.
Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah Saw di kota Mekkah,
maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya
dan tidak memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku
pada saat diwaktu siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali,
sebagaimana kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada
saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir.
Nabi Muhammad SAW sedang mengerjakan wukuf di Arafah diatas unta, dan setelah ayat ini
tidak lagi turun ayat tentang kewajiban. Ketika turun ayat ini Nabi Muhammad SAW merasa
tidak kuat menanggung arti dari ayat tersebut. Beliau bertelekan (bersandar) pada untanya dan
unta pun tertunduk.

Turunlah Malaikat Jibril dan berkata :”Ya Muhammad, benar-benar telah sempurna hari ini
perihal agamamu dan telah selesai apa yang telah diperintahkan Tuhanmu kepadamu, dan apa
yang dilarangNya padamu.  Kumpulkan sahabat-sahabatmu dan kabarkan pada mereka bahwa
aku tidak akan lagi turun kepadamu setelah hari ini.” Lalu kembalilah Rasulullah dari Mekah ke
Madinah. Dikumpulkannya sahabat-sahabatnya dan dibacakannya ayat tersebut kepada mereka
serta menceritakan kepada mereka tentang apa yang dikatakan oleh Jibril AS.

Mendengar berita tersebut bergembiralah para sahabat dan mereka berkata :“Telah sempurna
Agama kita” Kecuali Abu bakar ra. Dia sangat bersedih dan kembali kerumahnya. Dia mengunci
pintu dan tenggelam dalam tangisnya siang malam. Para sahabat mendengar keadaan Abu
Bakar itu, mereka berkumpul dan mendatangi rumah Abu Bakar ra.

Mereka bertanya : ”Hai Abu Bakar, mengapa engkau menangis pada saat kita harus bergembira
dan senang? Karena Allah SWT telah
menyempurnakan Agama kita.”
Abu Bakar berkata : ”Hai para Sahabat,
kamu semua tidak mengetahui bencana yang akan menimpamu.
Bukankah kamu mendengar bahwa suatu perkara apabila telah sempurna maka
akan muncul kekurangannya? Ayat ini mengabarkan tentang perpisahan
kita, tentang keyatiman Hasan dan Husain dan tentang Istri-istri Nabi
Muhammad SAW yang akan menjadi janda.”

Maka terjadilah teriakan diantara para sahabat, mereka semua menangis,


dan Sahabat-sahabat lain yang tidak ikut hadir dirumah Abu Bakar
mendengar tangisan dari kamar Abu Bakar, lalu mereka datang kepada Nabi
Muhammad SAW. Tak lamanya Nabi Muhammad meninggal.
4 Sahabat Nabi Muhammad
1. Abu Bakar as Sidiq
Beliau lahir dua tahun beberapa bulan setelah kelahiran Rasulullah Saw di kota Mekkah.
Atau pada tahun 51 sebelum Hijriah (751 M). Nama lengkapanya Abdullah bin Utsman bin ‘Amir
bin Ka’ab at-Taimy al-Qursy. Dulunya bernama Abdul Ka’bah, kemudian Rasulullah mengantinya
dengan nama Abdullah. Gelarnya As-Sidiq; orang percaya. Ketika terjadi peristiwa Isro’ dan
Mi’roj, beliaulah termasuk orang pertama yang percaya dengan peristiwa itu. Maka beliau
digelari as-Siddiq. Nama panggilanya Abu Bakar. Ibunya bernama ummul Khoir Salma binti Shahr
bin ‘Amir .
Di kalangan kaumnya dikenal dengan al-‘Atiq. Konon ceritanya Rasulullah pernah berkata;
“Kamu adalah hamba Allah yang dijauhkan (‘Atiq) dari api neraka”. Maka sejak itulah terkenal di
kalangan sahabat dengan sebutan al-‘Atiq. Pendapat lain mengatakan karena wajahnya yang
ganteng. Pendapat lain karena banyak memerdekakan budak muslim seperti Bilal. Pendapat lain
karena tidak ada cacat dalam nasabnya.
Mengenai pribadinya, Ibn Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin az-Zubair, “Ketika para
sahabat sedang kumpul dalam suatu majlis, seseorang bertanya kepada Abu Bakar. “Apakah
kamu pernah minum khomer pada masa Jahiliyah?” kata orang itu. Beliau menjawab, “Aku
berlingung kepada Allah. “Kenapa” orang itu bertanya. “Saya dapat menjaga kehormatan diriku
dan muruah. Sebab orang yang minum khomer hilang kehormatannya dan muruahnya” jawab
Abu Bakar. Orang pun melaporkan kepada Rasulullah. Rasulullah berkata, “Abu Bakar benar.
Abu Bakar benar.” Dari Aisyah ‘Aisyah r.a. berkata, “Demi Allah, Abu Bakar r.a. belum pernah
membaca syair pada masa Jahiliyah dan Islam. Beliau dan Utsman bin ‘Affan tidak pernah
meminum khomer/arak.”
Pada waktu Rasulullah wafat, kaum muslimin mulai guncang dan kebinggungan akan
keberlangsungan Islam. Melihat kondisi yang sangat membahayakan ini, beliau dengan lantang
berkata; “ Siapa diantara kalian yang menyembah Muhammad (Rasulullah), maka Muhammad
sudah wafat. Tapi barangsiapa menyembah Allah SWT maka Allah SWT itu hidup dan tidak akan
mati.” Mendengar ucapan itu, maka tenanglah hati umat Islam. Hingga akhirnya Allah SWT
menguatkan keimanan mereka.
Selepas Rasululllah wafat, beliau diangkat menjadi kholifah oleh kaum muslimin pada tahun
11 H. inilah sejarah pergantian kempimpinan umat Islam untuk pertama kali yang didasarkan
pada syuro’ (musyawarah). Pada waktu dipilih menjadi kholifah beliau berkata; “Aku diangkat
menjadi pemimpin kalian tapi bukan berarti aku yang paling baik dari kalian. Sekiranya aku
melakukan kebaikan maka kalian harus menolongnya dan sekiranya aku berbuat salah maka
kalian wajib meluruskan dan mengingatkan. Kejujuran adalah amanah dan berdusta adalah
khianat dan pengingkaran terhadap yang benar. Orang-orang yang lemah diantara kalian, bagiku
adalah orang kuat hingga aku memberikan haknya. Dan orang-orang yang kuat diantara kalian,
bagiku adalah lemah hingga aku ambil hak-hak itu darinya.”
Istri-istri beliau; Ummu Rumman binti ‘Amir, Qutailah binti Abdul Izza, Asma’ binti ‘Umais
dan Habibah binti Khorijah. Lahir dari perkawinnya tiga anak laki-laki dan tiga perempuan. Tiga
anak laki-laki itu; Abdullah, Abdurrahman dan Muhammad. 3 anak perempuannya; Asma’,
Aisyah (istri Rasulullah) dan Ummu Kultsum.
Beliau menjabat sebagai kholifah selama dua tahun dan tiga bulan. Wafat pada tahun 12 H
berumur 63 tahun, seperti umur Rasulullah ketika wafat. Dikuburkan di dekat kuburan
Rasulullah di kamar Aisyah RA. Sebelum wafatnya, beliau pernah berwasiat kepada Umar bin
Khottob untuk menjadi kholifah.
Beliau sangat pandai dalam ilmu nasab (silsisah keturunan) suku dan juga penceritaannya.
Beliau termasuk dari ketua-ketua Quraisy di masa Jahiliyah yang disegani dan senangi karena
sikapnya yang bijak. Selama hidupnya belum pernah minum khomer dan menyembah patung.
Ketika di Yaman, seorang syeik dari al-Azd pernah memberitahu tentang hadirnya kenabian
Muhammad Saw. Beliau orang pertama yang meyakini dan mempercayai kenabian Muhammad.
Seperti halnya berita yang disampaikan Waroqoh bin Naufal kepada beliau mengenai kenabian
Muhammad Saw.
Pada waktu hijrah, beliau menjadi teman Rasulullah dalam perjalanan hijrah itu, begitu juga
ketika Rasulullah berada di gua Hira. Hal ini bisa dibaca dalam firman Allah; “…sedang ia salah
seorang dari dua sahabat pada waktu di gua Hiro..(QS.at-taubah:40). Ketika melakukan ibadah
haji beliau orang pertama menjadi amir (ketua) rombongan kaum muslimin dalam haji tersebut
dan orang pertama yang menjadi imam sholat setelah wafatnya Rasulullah.
Diantara orang-orang yang memeluk Islam atas jasanya adalah; az-Zubair bin al-Awwa,
Utsman bin Affan, Abdurrahman bin ‘Auf, Saad bin Abu Waqos, Tholhah bin Ubaidillah, Abu
‘Ubaidah bin Jarrah. Mereka termasuk 10 orang-orang yang diberitakan masuk surga. Termasuk
beliau juga.
Beliau telah memerdekakan 7 orang; Bilal, ‘Amir bin Fahiroh, Zanirah, Nahdiyah dan anak
perempuannya, Jariyah bani Muammal dan Ummu ‘Abis. Mengumpulkan mushaf yang tersebar
di pelbagai pelosok. Beliau juga orang yang sangat tegas memerangi orang-orang murtad (keluar
dari Islam) dan engan membayar zakat. Pada masa beliau memangku kholifah, syiar Islam
tersebar melalui penaklukan ke pelbagai negara. Inilah sejarah awal penaklukan dalam Islam.
Ada 142 hadits yang diriwayatkankan. Diantara riwayat hadits dari beliau; Suatu ketika Abu
Bakar bertanya kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku do’a dalam sholat.”
Rasulullah menjawab: “berdoalah dengan ini; “Allahumma inni dholamtu nafsi dhulman
katsiro…(Wahai Allah, aku banyak berbuat kedhaliman, tidak ada orang yang boleh berikan
ampunan dosa-dosa dholimku kecuali Engkau. Maka berilah ampunana atas semua dosa-dosaku
dan berilah kasih sayang dan rahmat. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pemberi
Ampunan dan Kasih sayang” (HR.Bukhori)
Apa kata Rasulullah mengenai pribadinya: “Tidak seorangpun diantara manusia yang lebih
banyak dari Abu Bakar dalam menjaga diriku denganm jiwa dan hartanya. Sekiranya dibolehkan
aku menjadikan teman baik diantara manusia niscaya saya jadikan Abu Bakar sebagai teman
baik. Akan tetapi pertemanan dan persaudaraan atas nama Islam itu lebih utama. Silahkan
kalian tutup setiap pintu untukku di masjid kecuali pintu Abu Bakar (HR.Bukhori).
Dalam hadits lain disebutkan,suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabat; “ Siapa
diantara kalian yang hari ini berpuasa.” Abu Bakar menjawab; “Saya, wahai baginda Rasul.
“Siapa diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin?” Abu Bakar menjawab; “Saya,
Wahai Rasul.” “Siapa diantara kalian telah mendoakan dan menjenguk orang sakit?” Abu Bakar
menjawab; “Saya, wahai baginda Rasul.” Setelah itu Rasulullah bersabda; “Sekiranya sifat dan
perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang maka kelak dia akan masuk surga.”
Wasiat Abu Bakar kepada Umar sebelum ajal menjemputnya sebagaimana diceritakan
Abdurrahman bin Abdullah bin Sabith “Pada waktu ajal hendak menjemputnya, beliau memangil
Umar. Beliau berkata, “Wahai Umar, ingatlah bahwa ada amalan untuk Allah yang dilakukan
siang hari yang Allah tidak akan menerima amalan itu di waktu malam. Dan ada amalan untuk
Allah yang di malam hari yang tidak akan diterima di waktu siang. Allah tidak menerima amalan
sunnah sehingga yang wajib dilaksanakan. Timbangan amal baik di akherat menjadi berat karena
mengikuti jalan kebenaran di dunia hingga Allah beratkan timbangan atas mereka. Dan
timbangan (baik) manusia berkurang di akherat karena manusia mengikuti jalan sesat/batil
selama di dunia.
Ketika beliau wafat, Ali bin Tholib berkata; “Semoga Allah memberikan rahmat kepada Abu
Bakar, Kamu adalah saudara Rasulullah, kawan dekat, penghibur duka lara, dan kawan dalam
bermusyawarah. Kamu adalah orang pertama yang berislam, yang paling ikhlas beriman kepada
Allah dan Rasulul-Nya, yang paling baik dalam persahabatan dan paling mulia diantara kaum
lainnya. Kamu juga yang paling serupa dengan Rasulullah ketika diam dan gerak. Allah telah
angkat derajat namamu, wahai Abu bakar dalam tingkatan yang paling tinggi. Allah berfirman; “
Dan orang yang percaya dengan kenabian Muhammad.
Dalam riwayat Asakir dari al-Ashma’y disebutkan bahwa Abu Bakar jika dipuji beliau berdo’a
“Ya Allah Engkau lebih tahu tentang diriku dan saya lebih tahu dari mereka. Ya Allah berikan
kebaikan padaku dari apa yang mereka sangkakan. Ampunilah aku dari apa yang mereka tidak
tahu dan jangan azab aku dari apa yang mereka katakan.”

2. Umar bin Khotob


Lahir 40 tahun sebelum hijrah Rasulullah. Nama lengkapnya Umar bin Khottob bin Nafail bin
Abdul ‘Izzy al-Qursy. Nama pangilannya adalah Abu Hafsh (anak singa). Ayahnya, al-Khottob bin
Nufail al-Adwy adalah seorang yang gagah berani. Ibunya, Hantamah binti Hasyim bin al-
Mughiroh. Gelarnya al-Faaruq (pembeda/pemisah antara yang benar dengan yang batil). Pada
masa jahiliyah menikah dengan kerabat dekatnya, Ummu Kultsum binti Jaruul. Sesudah masuk
Islam, menikah dengn Zaenab bin Ma’dhun, Ummu Kultsum binti Ali ra., Jamilah binti Tsabit,
Ummu Hakim binti al-Harits, ‘Atakah binti Zaid, Sabi’ah binti al-Harits. Dari perkawinannya lahir
12 anak. 6 anak laki-laki; Abdullah, Abdurrahman, Zaid, Ubaidillah, ‘Ashim dan ‘Iyadh. 7 anak
perempuan; Hafsah,Roqiyah, Fatimah, Shofiyah, Zainab dan Ummul Walid.
Beliau memeluk Islam pada tahun ke-enam dari kenabian Muhammad SAW pada waktu
berumur 27 tahun. Dari Ibn Umar diceritakan bahwa Rasulullah berdo’a, “Ya Allah muliakan
Islam dengan salah satu dari orang yang lebih Engkau cintai; Abu Jahal atau Umar bin Khottob.”
“Dan orang yang paling Allah cintai adalah Umar bin Khottob” kata Rasulullah (HR.Ahmad).
Sebab beliau orang pertama yang menyatakan secara terang-terang keislamannya.
Semasa remaja, beliau terkenal sangat keras dan kuat pendirianya di kalangan kaum Quraisy.
Pandai membaca dan menulis. Di masa jahiliyah beliau juga dikenal sebagai duta besar dan
sangat disegani. Mengenai pribadinya, as-Syifa’ binti Abdullah berkata; “Kalau sudah bicara,
suaranya terdengar kemana-mana, kalau jalan cepat, kalau mukul buat orang sakit.
Sesunguhnya beliau adalah seorang ahli ibadah (an-naasik).”
Dalam sejarah Islam permulaan tahun dan penanggalan dimulai dari peristiwa hijrahnya
Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Sebelum masuk Islam, beliau adalah orang yang sangat
benci dan menentang Islam. Maklum, beliau adalah orang yang disegani di kalangan Quraisy
karena wataknya yang keras dan susah kompromi. Disamping itu beliau adalah ‘ikon pejuang’
kebanggaan sukunya. Konon ceritanya “sekiranya keledai Umar masuk Islam, tidak mungkin
Umar akan ikut masuk Islam.”
Sejarah masuknya Umar dalam ajaran Islam sangatlah unik dan menarik. Disebutkan bahwa
suatu hari Umar sedang jalan. Tiba-tiba terdengar suara orang mengaji al-Qur’an. Didatangilah
suara aneh itu. Maklum suara itu belum pernah didengarnya sebalum itu. Sampailah Umar ke
sumber suara itu. Ternyata dilihatnya Khobab bin ar-Art sedang mengajari ngaji Fatimah,
saudaranya. Seketika Umar wajahnya sangat geram dan memukul Fatimah. Umar meminta
supaya mushaf itu diberikannya. Tapi Fatimah menolaknya kecuali dengan syarat kalau Umar
sudah bersuci dulu. Lalu Umar pun memenuhi syarat itu. Umar pun kemudian bersuci dengan
mandi. Setelah itu dibacanya mushaf al-Qur’an itu. Waktu itu yang dibaca surat Thoha. Tanpa
disadari Allah telah membukakan hatinya. Kemudian Umar pergi ke rumah al-Arqom bin ar-
Arqom dan menyatakan masuk Islam di depan Rasulullah tiga hari setelah Hamzah bin Abdul
Mutholib masuk Islam. Menurut pendapat yang masyhur, beliau masuk Islam pada tahun ke-6
kenabian Muhammad. Orang nomer 40 dalam urutan orang-orang yang masuk Islam. Masuknya
Umar dalam ajaran Islam adalah bukti dari kecintaan dan kemulian Allah. Begitu juga jawaban
atas do’a yang pernah dibacakan Rasulullah. Suatu ketika Rasulullah pernah berdoa; “Ya Allah,
tinggikan dan muliakan Islam salah satu dari orang yang paling Engkau cinta; Abu Jahal danUmar
bin Khotob.” (HR.at-Tirmidhi,hadits hasan sohih ghorib). Masuknya Umar dalam barisan orang-
orang Islam waktu itu merupakan kegembiraan dan menjadi penyemangat bagi yang lain. Sebab
beliau diantara orang yang berpengaruh di kaumnya. Maka dengan masuknya Islam, sedikit
banyak mempengaruhi ‘imej’ masyarakat. Dalam hal ini Ibn Mas’ud berkata; “Kami masih tetap
menjadi mulia sejak Umar masuk Islam.” Mengenai keislamanya Rasulullah
berkata; “Sesunguhnya Allah telah menjadi kebanaran agama (Islam) melalui lisan/ucapan Umar
dan (keteguhan) hatinya”(HR.Tirmidhi). Di hadits lain disebutkan; “ Dahulu kala umat-umat
sebelum kalian mempunyai pahlawan yang selalu menjadi buah bibir (pembicaraan), sekiranya
umatku dibandingkan dengan umat-umat terdahalu, maka Umar bin Khotob pahlawannya
(HR.Bukhori). Mengenai pribadinya Rasulullah berkata; “Demi Jiwaku yang ada di genggam-Nya,
syetan tidak akan mungkin dapat menghalangi jalanmu, melainkan jalan orang selain kamu” (HR.
Bukhori).
Dari situlah turun surah at-Tahrim dan menjadi bagian dari ayat-ayatnya. Begitupula diantara
pendapatnya adalah memerangi orang-orang yang murtad dan menunda memerangi orang-
orang yang engan membayar zakat karena kondisi negara yang sangat lemah. Tetapi
pendapatnya itu ditolak Abu Bakar. Akhirnya pun Umar menerima pendapat Abu Bakar setelah
Allah memberikan pencerahan dalam hatinya.
Setelah wafatnya Rasulullah, beliau orang yang pertama membaiat Abu Bakar menjadi
kholifah. Sebelum wafatnya Abu bakar, kholifah pertama, beliau pernah mencalonkan Umar
untuk mengantikannya. Setelah dipilih menjadi kholifah, pertama-tama yang dilakukan adalah
memerangi orang-orang murtad (keluar dari Islamm) hingga para tawanan tidak menjadi cacat
dan cela bagi bagi bangsa Arab. Pada masa kekholifannya, beliau berhasil mentaklukan Syam
(Syiria), Irak, Persia (Iran), Mesir, Barqoh, Barat Tripolis, Azarbaijan, Nahawan dan Jarjan. Begitu
juga pada masanya dibangun kota Kuffah, Basroh dan Fustat (kota Mesir kuno). Beliau adalah
sosok yang sangat penyayang dengan rakyatnya dan penuh perhatian terhadap kepentingan
rakyatnya. Diceritakan bahwa beliau datang menjumpai rakyatnya dengan menyamar sebagai
orang biasa. Beliau ingin mendengar langsung keluhan rakyat dan memenuhi kebutuhannya.
Dengan cara ini, beliau ingin mengajarkan kepada umat Islam bahwa penguasa adalah
pembantu rakyat. Hidupnya didedikasikan dan curahkan untuk membantu rakyat.
Sebelum wafatnya, beliau pernah mimpi melihat seekor ayam jago mematuk tubuhnya.
Mimpi itu ditakwilkan bahwa ajalnya sudah dekat. Tidak lama sesudah mimpi itu, tepatnya
tahun 23 H, ketika sedang sholat subuh, Abu Lukluk al-Fairuz menikam tubuhnya dengan pisau.
Abu Lukluk adalah anak al-Mughiroh bin Syu’bah, orang persia yang beragama Majusi. Lukanya
cukup parah hingga hanya bertahan tiga hari. Dan setelah itu wafat sebagai seorang syahid yang
berjuang di jalan Allah. Selama menahan sakit akibat tikaman pisau, beliau memilih dan
merekomendasi 6 sahabat supaya kaum muslimin memilih satu diantara calon kholifah itu.
Akhirnya terpilihlah Utsman sebagai pengantinya.
Beliau dimakamkan di kamar Aisyah berdampingan dengan makam Rasulullah dan Abu Bakar.
Masa kekhalifahnya 10 tahun,6 bulan dan 4 hari. Umur beliau ketika wafat 63 tahun seperti
umur Rasulullah dan Abu Bakar ketika wafat.
Diantara prestasi selama menjadi kholifah yaitu membuat pembukuan mengenai anggaran
negara dan pengunaan alat-alat negara untuk dipertanggungjawabkan di depan rakyat. Hingga
kemudian melahirkan undang-undang pengunaan alat negara (min aina hadha?). Dalam sejarah
Islam, beliau orang pertama yang mengunakan penanggakan Hijriah, orang pertama yang
digelari Amirul Mukminin, orang pertama yang berjalan kaki untuk menjenguk rakyatnya pada
waktu malam, orang pertama kali yang mengadakan muktamar para penguasa dan pemimpin
kaum pada musim tertentu, orang pertama kali yang mengunakan mutiara untuk perhiasan,
orang pertama yang melakukan sholat tarawih dengan berjamaah, orang pertama yang
menghidupkan malam-malam ramadhan, orang pertama yang melakukan sholat jenazah
berjamaah dengan 4 takbir, orang pertama yang memberi hadiah untuk penghafal al-Qur’an,
orang pertama yang menjadikan khilafah sebagai lembaga musyawarah. Disamping itu beliau
juga menyuruh umat Islam (waktu itu) untuk melakukan sholat sunnah tarawih di bulan
Ramadhan secara berjama’ah dengan tujuan untuk mengeratkan ukhuwah dan menjaga syiar
agama.
Mengenai wasiatnya. Hayyawah bin Syarih berkata bahwa pada waktu mengutus tentara ke
medan perang beliau berkata, “Hendaklah kalian tetap menjaga takwa kepada Allah.” Bismillah
dan atas pertolongan Allah. Tanda-tangani perjanjian ini dengan memohon pertolongan Allah
dan kemenangan. Dan selalu berlaku benar dan sabar. Perangilah orang kafir dan jangan kalian
melampui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang melampui batas. Kemudian
jangan kalian lari ketika bertemu musuh dan jangan berprilaku buruk, berlebih-lebihan dalam
bersikap, banyak ngobrol ketika berperang. Jangan bunuh wanita, orang tua, anak kecil…”
Beliau wafat setelah terkena tikaman pada pagi hari Rabu, Dzulhijjah 23 Hijriah. waktu itu
berumur 63 tahun seperti umurnya Rasulullah dan Abu Bakar ketika wafat. Masa
kekhalifahannya 10 tahun, 5 bulan dan 21 hari.
Selama hidupnya, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 527 hadits, diantara riwayat
haditsnya; suatu ketika Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya amalan (perbuatan) itu bergantung
pada niatnya. Dan setiap seseorang itu mendapatkan apa yang diniatkan. Barangsiapa berhijrah
karena ingin mendapatkan kenikmatan dunia atau wanita yang hendak dinikahi maka hijrahnya
itu tidak diniatkan untuk Allah tapi untuk kenikmatan dunia dan wanita.”

3. Utsman bin Affan


Dilahirkan di Mekkah, 5 tahun setelah kelahiran Rasulullah atau 5 tahun setelah terjadi
peristiwa gajah (peristiwa penyerbuan gajah terhadap Ka’bah yang dipimpin oleh Raja Abraha).
Peristiwa ini diabadikan dalam salah satu surah al-Qur’an yang dikenal dengan surah al-Feil
(gajah).
Nama lengapnya “Ustman bin Affan bin Abu al-‘Ashi bin Ummayah bin Abdussyam bin Abdul
Manaf. Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya).
Sebab digelari Dzunnurain karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untukny; Roqqoyah dan
Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “ Sekiranya kami punya anak
perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan
Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6
tahun pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah berumur 82 tahun. Menjabat
sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.
Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan
Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar,
Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.
Selama menjabat sebagai kholifah banyak wilayah yang ditaklukan yaitu Afrika, Ciprus,
Thabarstan, Khurosan, Armania, Qauqaz, Karman dan Sajastan. Masa kekhalifahannnya
merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji
berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah kholifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan
masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam
kelima (haji). Bagitu juga membangun armada pasukan laut (merine) untuk umat Islam,
mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah
dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh kholifah sebelumnya. Abu Bakar dan
Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adhan
pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk
menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Beliau adalah sosok laki-laki yang tampan dan gagah. Kulitnya berwarna agak hitam,
botak,berjenggot tegal dan pergelanggan tanggannya besar. Pribadinya sangat pemalu hingga
suatu ketika baju Rasulullah tersingkap hingga kelihatan pahanya. Kemudian Abu Bakar dan
Umar masuk rumahnya. Pada waktu Utsman hendak minta izin masuk, Rasulullah menutup
pahanya yang terbuka. Utsman berkata; “Ingat, aku betul-betul malu dengan seorang yang
malaikat sendiri merasa malu dengannya.”
Perjuangannya dalam membela Islam tidak hanya dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan
nyawanya. Beliau sangat senang mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga
pernah mengirimkan setengah pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah
mendermakan 300 unta dan 50 kuda tunggangan. Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang
diserahkan langsung kepada Rasulullah. Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari
ini, Utsman tidak akan merugi (di akherat)”(HR.Tirmidhi). pada waktu orang-orang
membutuhkan air untuk keperluan dirinya dan hewan ternaknya, Utsman membeli sumber
mata air dari Raimah, seorang yahudi, untuk diwakafkan kepada umum. Mengenai
kedermawannya, Abu Hurairah berkata; “Utsman bin Affan sudah membeli surga dari Rasulullah
dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya untuk mengirimkan pasukan ke medan perang.
Kedua ketika membeli sumber air (dari Raimah)”(HR.Tirmidhi).
Beliau termasuk 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Dalam menjalani hidupnya,
beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah. Hingga suatu ketika berkata; “Sekiranya diriku
berada di antara surga dan neraka dan saya tidak tahu mana diantara dua itu saya aka masuk,
niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana saya dimasukkan.” Rasulullah
pernah mengkabarkan bahwa dirinya termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal menghadapi
cobaan dan derita dari Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya hingga akhirnya terbunuh
secara kejam dan dholim.
Pada waktu perang Uhud, beliau berdiri bersama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Tiba-tiba
gunung itu bergetar, kemudian Rasulullah berkata; “Mohon jangan lari, tetap berada di Uhud.
Jangan takut, kamu bersama nabi, Abu Bakar dan dua orang saksi”(HR.Bukhori).
Pada masa kekhalifahanya, Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam,
mengumpulkan massa untuk melakukan protes terhadap Utsman. Mereka menuntut Utsman
agar tidak menunjuk orang-orang yang duduk di pemerintahannya dari keluarga Utsman.
Utsman bukanlah kholifah yang rakus akan harta benda dan kekuasaan. Ijtihad Utsman dalam
menentukan orang-orang yang menjabat di pemerintahnya didasarkan pada kompetensi dan
kecakapan. Mereka yang dipilih adalah orang-orang yang ahli di bidangnya. Lebih dari itu
mereka adalah orang-orang yang takwa. Dalam peristiwa ini, Utsman dibunuh ketika sedang
membaca al-Qur’an di rumahnya pada waktu pagi hari raya Idul Adha. Beliau mati syahid pada
tahun 35 Hijriah berumur 82.
Dari Abdullah bin ar-Rumy berkata, “Utsman bin Affan biasanya kalau berdiri di depan kubur
menangis hingga air matanya membasai jenggotnya. Seseorang bertanya, “Kamu ingat surga
dan neraka tapi kamu tidak menanggis. Kamu ingat kubur tapi kamu menanggis?” Beliau
menjawab, “Saya mendengar Rasulullah bersabda “Kubur adalah rumah pertama dari rumah-
rumah menuju akherat. Sekiranya orang selamat dari siksa kubur, maka setelahnya akan
menjadi mudah. Jika tidak selamat maka setelahnya akan terasa berat dan susah.”Dari al-Hasan
berkata, “Saya lihat Utsman tidur di masjid dengan berselimut. Tidak ada seorang pun di
sekitarnya. Padahal beliau adalah seorang amirul-mukminin”(al-Hilyah;1/60).
Inilah sejarah kali pertama darah mengalir bercucuran dari tubuhnya sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah; “Maka niscaya Allah akan cukupkan bagi kalian…(QS.Al-
Baqoroh;138). Beliau dimakamkan di kuburan Baqi’ (kuburan yang berada samping masjid
Nabawi) setelah melarang untuk ikut mengantar jenazah bagi orang-orang yang melakukan
protes.

4. Ali bin Abi Tholib


Dilahirkan di Mekkah 32 tahun sejak kelahiran Rasulullah dan 10 tahun sebelum kenabian
Muhammad bin Abdullah (Rasulullah). Nama lengkapnya Ali bin Abu Tholib bin Abdul Mutholib
bin Hasyim al-Qursy al-Hasyimy. Satu kakek dengan Rasulullah, yaitu kakek pertama; Abdul
Mutholin. Nama panggilannya Abul Hasan, kemudian Rasulullah memberikan nama panggilan
lain, yaitu Abu Turob. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf al-
Qursyiah al-Hasyimiah.
Mengenai pribadinya, wajahnya tampan, beliau berkulit sawo matang, kepalanya botak
kecuali bagian belakang, matanya lebar dan hitam, pundaknya lebar (kuat), tangan dan
lengannya kuat, badanya besar hampir-hampir gemuk dan tubuhnya tidak tinggi dan tidak
pendek (sedang). Beliau adalah sosok laki-laki ceria dan banyak tertawa.
Pada tahun 2 Hijriah, Rasulullah menikahkan dengan putrinya, Fatimah. Beliau belum pernah
menikah ketika menikahi Fatimah hingga wafatnya Fatimah. Fatimah wafat 6 bulan setelah
wafatnya Rasulullah. Selama hidupnya beliau menikahi 9 wanita dengan 29 anak; 14 laki-laki dan
15 perempuan. Diantara putra beliau yang terkenal adalah Hasan, Husain, Muhammad bin al-
Hanifah, Abbas dan Umar.
Pada masa jahiliyah(zaman sebelum kedatangan Islam), beliau belum pernah melakukan
kemusyrikan dan perbuatan yang dilarang oleh Islam. Dalam sejarah kemunculan Islam, beliau
termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari anak-anak. Umurnya waktu itu 10 tahun.
Pada waktu terjadi peristiwa hijrah umurnya 23 tahun dan ikut berhijrah bersama Rasulullah.
Setelah wafatnya Utsman akibat serangan yang dilakukan oleh pembrontak, beliau menjadi
kholifah yang keempat pada tahun 35 Hijriah. Selama 4 tahun, 8 bulan dan 22 hari beliau
memangku jabatan sebagai kholifah.
Beliau wafat pada tahun 40 Hijriah, tanggal 17 ramadhan, ketika hendak sholat subuh, di
Kuffah (Iraq) setelah dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam (pengikut Khawarij). Umurnya
ketika itu 63 tahun. Beliau wafat sebagai seorang syahid dan termasuk 10 orang yang dikabarkan
akan masuk surga sebagaimana disabdakan Rasulullah. Mengenai tempat dikuburkannya para
sejarawan berbeda pendapat. Ada yang mengatakan dikubur di Kuffah. Pendapat lain
dikuburkan di Madinah. Ada juga yang mengatakan bukan pada keduanya.
Betapa besar pengorbanan beliau dalam membela Islam. Ketika orang-orang musyrik
bersepakat hendak membunuh Rasulullah, beliau menempati tempat tidur Rasulullah di
rumahnya. Malam itu Rasulullah berhijrah.
Sebelum Rasulullah wafat, Rasulullah mengikat persaudaraan antara Ali dan Sahal bin Hanif.
Semua peperangan pada masa Rasulullah kecuali perang Tabuk, beliau tidak ikut. Waktu itu
beliau diperintahkan Rasulullah untuk mengurusi dan memimpin kota Madinah. Kemudian
orang-orang munafik menyebarkan fitnah atas pribadinya. Beliau pun akhirnya datang kepada
Rasulullah melaporkan fitnah orang munafik terhadapnya. “Wahai Rasulullah, Kamu suruh aku
memimpin bagi para wanita dan anak-anak?” tanya Ali.
Rasulullah menjawab; “ Tidakkah kamu ridho menempati kedudukan Harun bagi kekuasaan
Musa (untuk mengurusi perkara yang penting), padahal kamu tahu bahwa tidak ada nabi
setelahku”(HR.Muslim). Dalam banyak peperangan, beliaulah yang membawa bendera
Rasulullah (Islam).
Pada waktu terjadi perang Khoibar, Rasulullah bersabda; “ suatu saat nanti, niscaya aku akan
berikan bendera (islam) kepada seseorang yang tangganya terbuka, seseorang yang mencintai
Allah dan Rasul-Nya, seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Malam itu semua sahabat
bertanya-bertanya dalam hati, kepada siapa bendera itu diberikan. Paginya, mereka semua
berharap menjadi orang yang diberi bendera itu. Tiba-tiba Rasulullah berkata; “Di na
Ali?” seseorang menjawab;“Matanya sedang sakit.” Kemudian Rasulullah
mendatanginya. Rasulullah meludahi matanya sambil berdo’a. Dengan izin Allah, sakit matanya
hilang. Bendera itu pun diberikan padanya(HR.Bukhori).
Masa kekhalifannya banyak menghadapi perselisihan. Muawwiyah bin Abu Sufyan r.a. dan
beberapa sahabat menentangnya kerena beliau lambat memberikan hukum qisos pembunuh
Utsman. Hingga kemudian mereka enggan membaiat dan mengakui menjadi kholifah. Dari
sinilah muncul perselisihan antara para sahabat. Pada tahun 36 Hijriah terjadi peristiwa al-Jamal
yaitu perselisihan antara Ali dengan Aisyah. Pada tahun 37 Hijriah terjadi peristiwa Shiffin, yaitu
perselisihan antara Ali dengan Muawwiyah. Pada tahun 40 Hijriah terjadi peristiwa Nahrawan,
yaitu perselisihan antara Ali dengan kaum Khawarij.
Kurang lebih ada 586 hadits yang diriwayatkan beliau. Diantara riwayat hadits itu; ketika hari
kiamat, Rasulullah bersabda; “Allah mengisi rumah-rumah dan kuburan manusia dengan api.
Mereka sibuk hingga melupakan sholat wusto (ashar) hingga matahari terbenam (HR.Bukhori).

Anda mungkin juga menyukai