Anda di halaman 1dari 17

ARSITEKTUR MASJID MENARA

KUDUS

Di Susun Oleh :
Aufa BIma Fawaz

FAkultas Teknik
Arsitektur
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah tentang arsitektur masji Menara Kudus dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
dapat menginsparasi seni dalam mendesain suatu bangunan Bagi saya sebagai
1
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

pati, 20 April 2021

Aufa Bima Fawaz

2
DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................................1
BAB 1......................................................................................................4
Pendahuluan...........................................................................................4
Objek dan Persoalan.............................................................................5
BAB II Pembahasan...............................................................................9
BAB III Kesimpulan.............................................................................14
SARAN..................................................................................................15
Penutup.................................................................................................16

3
BAB 1

Pendahuluan

Islam masuk ke Pulau Jawa melalui kegiatan perdagangan di kota-kota


pelabuhan yang terdapat di Pulau Jawa bagian utara. Islam mulai dikenal oleh
masyarakat Pulau Jawa diperkirakan pada abad 11-12 M dengan Kota Gresik
sebagai pusat perkembangan Islam. Persebaran Islam di Pulau Jawa tidak lepas dari
peran sembilan wali atau yang lebih dikenal sebagai walisanga. Pada akhir abad 15
kerajaan Hindu-Majapahit merupakan kerajaan yang paling berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat Pulau Jawa. Hingga akhirnya Islam masuk dan Kota Demak
menjadi pusat perkembangan agama Islam dengan bimbingan Sunan Kalijaga.
Sunan Kudus memutuskan berpisah dari Sunan Kalijaga dan menyebarkan ajaran
Islam di Kota Kudus. Kota Kudus pun berkembang seiring dengan berkembangnya
Kota Demak.

Ajaran Islam diterima dengan mudah oleh masyarakat setempat karena


ajaran Islam pada saat itu memberikan toleransi terhadap kebudayaan Hindu-Budha
dan animisme. Selain itu, budaya Islam yang diajarkan pada masa tersebut masih
menganut budaya-budaya Jawa yang berkaitan dengan budaya Hindu. Sunan Kudus
memperkenalkan Islam dengan beberapa metode. Metode pertama dengan cara
pendekatan kepada masyarakat Kudus dengan membiarkan adat istiadat yang sudah
ada tetap berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan konfrotasi secara
langsung dalam menyebarkan agama Islam.

Kota Kudus yang merupakan ibukota Kabupaten Kudus memiliki luas 422,21 km 2.
Kudus berjarak 24 km ke arah timur laut dari Kota Demak dan berada dekat dengan
Gunung Muria. Kudus dan Demak dihubungkan melalui Semarang yang pada saat
itu merupakan ibukota dari Jawa Tengah dan

4
menjadi pusat kota di Jawa Tengah. Di bagian tengah Kota Kudus mengalir Sungai
Gelis dari arah utara ke selatan. Sungai Gelis ini secara tidak langsung membagi
Kota Kudus menjadi dua bagian yaitu Kudus Kulon dan Kudus Wetan. Bagian barat
Kota Kudus (Kudus Kulon) diperuntukkan unutk administrasi kota, perdagangan,
dan industri. Sedangkan bagian timut Kota Kudus (Kudus Wetan) terdiri dari
permukiman masyarakat dan pabrik rokok. Bagian barat dan timur Kota Kudus ini
dihubungkan oleh satu jembatan. Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus
terletak di Kudus Kulon, tepatnya di Kampung Kauman. Pada masa pemerintahan
kolonial kampung ini berfungsi sebagai daerah pendidikan. Dahulu alun-alun Kota
Kudus terletak di sebelah
timur Masjid Menara Kudus.
Gambar 1. Denah kota
kudus

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya
Masjid Menara
Kudus sehingga timbul perpaduan budaya Islam dan Hindu dalam elemen-elemen
Masjid Menara Kudus, apa saja bagian dari Masjid Menara Kudus yang menjadi
bukti penerapan budaya Hindu, dan apa saja bagian dari Masjid Menara Kudus
yang menjadi bukti penerapan budaya Islam.

Objek dan Persoalan

Pada perkembangan Islam pada masa tersebut Masjid Menara Kudus


diklasifikasikan sebagai masjid komunitas. Masjid Menara Kudus diklasifikasikan
menjadi masjid komunitas karena fungsinya sebagai tempat pelaksanaan ibadah
bagi komunitas-komunitas di sekitar masjid. Berbeda dengan Masjid Demak yang
5
diklasifikasikan sebagai masjid jami karena fungsinya sebagai masjid provinsi.
Masjid Menara Kudus terletak di Jalan Menara yang merupakan jalan kecil yang
menghubungkan langsung Kota Kudus dan Kota Jepara yang merupakan kota
pelabuhan. Masjid Menara Kudus tidak terletak di pusat kota. Walaupun begitu di
bagian timur masjid terdapat pohon beringin yang mengindikasikan bahwa bagian
timur masjid merupakan alun-alun pada zamannya.

Menurut inskripsi yang ada pada mihrab masjid, Masjid Menara Kudus
didirikan pada tahun 956 H. Sedangkan pada inskripsi di kori kembar Masjid
Menara Kudus didirikan pada tahun 1215 H. Dikarenakan kedua inskripsi tersebut
berbeda dan tidak bias dijadikan sebagai patokan maka pendirian Masjid Menara
Kudus didasarkan pada berdirinya masjid-masjid lain. Melihat dari perkembangan
Islam di Kota Kudus dapat disimpulkan bahwa Masjid Menara Kudus berdiri
setelah Masjid Demak (1468 M) didirikan dan sebelum Masjid Mantingan (1559
M) dan Masjid Sendang Duwur (1561 M) didirikan. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa Masjid Menara Kudus didirikan pada sekitar abad 15 dan abad
16 M.1)

Masjid Menara Kudus memiliki luas kurang lebih 5000 m2 dengan tembok-
tembok membatasi sekeliling masjid dengan perkampungan disekitarnya. Untuk
memasuki Masjid Menara Kudus dapat melalui dua gerbang yang disebut Gapura
Bentar. Gerbang ini terletak di bagian utara dan selatan. Gerbang utara merupakan
akses utama untuk langsung masuk ke dalam masjid. Sedangkan gerbang selatan
merupakan gerbang yang menuju kompleks pemakaman. Nama Gapura Bentar
diambil dari istilah Hindu yang berarti gerbang. Dalam memasuki Masjid Menara
Kudus tidak ada prosesi khusus. Berbeda dalam bangunan pura yang memiliki
aturan khusus dalam memasuki bangunan. Namun penamaan dua gerbang utama
dalam Masjid Menara Kudus menunjukkan masih kuatnya pengaruh kebudayaan
Hindu dalam pembangunan masjid.

6
Gambar 2 . Denah Masjid Menara Kudus .

Gambar 3. Tampak Masjid Menara Kudus .

:
.

Bagian menara dalam Masjid Menara Kudus menjadi hal yang dominan secara
visual. Menara Kudus dibangun dengan material bata merah dengan luas 100 m 2
dan tinggi 18 m. Di bagian bawah menara terdapat ukiran dengan motif Hindu.
Bagian atap menara terdiri dari atap tajug dua tingkat dengan empat kolom yang
menompangnya. Hal ini menunjukkan elemen-elemen Hindu yang diaplikasikan
dalam pembangunan menara. Selain dari material bangunan yang berbeda dengan
bangunan masjid, proporsi dan bentuk dari Menara Kudus juga menunjukkan
elemen Hindu yang mendominasi dalam kompleks Masjid Menara Kudus.

Gambar 4&5. Menara


Masjid Kudus pada
sekitar tahun 1941 dan
tahun 1900.

Sumber:

http://mediakitlv.library.leiden.edu.

Bagian menara dibagi menjadi tiga bagian yaitu, bagian kaki, badan, dan kepala.
Bagian kaki terdiri dari ornamen-ornamen motif Hindu. Bagian badan menara
memiliki ruang kecil (relung) yang

7
berukuran 1,4 m x 0,85 m. Relung ini menyerupai relung-relung yang ada
dalam bangunan Hindu seperti pura dan candi. Dalam bangunan Hindu relung ini
biasanya diisi oleh patung. Namun dalam Menara Kudus relung ini dibiarkan
kosong. Di bagian tengah terdapat ornamen-ornamen cina berupa piring yang
dilukis. Pintu masuk dari relung berupa pintu kayu jati dengan candi sudut di sisi
kanan dan sisi kirinya. Bagian atas menara atau puncak menara berupa ruangan
yang ditompang oleh 16 tiang. Di bawah menara atap tergantung sebuah bedug
yang menghadap ke utara-selatan. Bedug ini berfungsi untuk memanggil umat
muslim ketika waktu salat telah tiba. Peletakkan bedug di bawah atap menara ini
dikaitkan erat dengan peletakkan kentongan di bawah atap Bale Kulkul.

Atap menara yang berupa atap tajug dua tingkat menyerupai atap meru yang
berfungsi untuk mengatapi bangunan-bangunan suci di dalam pura. Jumlah
tingkatan atap yang genap menimbulkan beberapa spekulasi. Syafwandi
menuliskan dalam buku Menara Mesjid Kudus dalam Tinjauan Sejarah dan
Arsitektur bahwa atap dua tingkat tersebut mempunyai makna dua kalimat
syahadat, ini menunjukkan adanya tendensi untuk mengislamkan orang-orang yang
beragama Hindu. Selain itu disebutkan juga bahwa jumlah atap yang terdiri dari
dua tingkat merupakan pelengkap dari struktur empat tingkat dibawahnya sehingga
semua tingkat berjumlah enam tingkat yang mencerminkan Rukun Iman.`

Gambar 6. Tampak dan denah Menara


Kudus. Dapat dilihat Menara Kudus
dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
kaki, badan, dan kepala.

Sumber: Demak, Kudus, and Jepara


Mosques: A Study of Architectural
Syncretism, hlm. 69.

8
Pembahasan
Dalam budaya Hindu setiap bangunan atau tempat harus menghadap ke
arah-arah yang telah ditentukan dan berorientasi ke suatu titik pusat suatu kota atau
tempat, titik pusat ini disebut Bindu

atau Windu. Arah-arah ini ditentukan berdasarkan dewa-dewa Hindu.


Dalam Kerajaan Majapahit, istana terletak di sebelah selatan alun-alun, pasar di
sebelah utara alun-alun. Sedangkan candi Budha berada di sebelah barat alun-alun
dan candi Hindu di sebelah timur alun-alun. Pengaturan organisasi ruang ini juga
terlihat dalam pengaturan organisasi ruang di Kota Kudus. Dimana masjid berada di
sebelah barat alun-alun.

Elemen-elemen budaya Jawa Hindu dalam suatu bangunan dapat terlihat


dari pembagian candi menjadi tiga bagian, yaitu bagian kaki, badan, dan kepala.
Bagian atas dari bangunan berupa atap bangunan yang bertingkat. Bagian paling
atas dari atap akan dihias dengan ornamen-ornamen Hindu. Ornamen-ornamen
Hindu tersebut dapat berupa atap. Menara Kudus mengambil atap tajug bertingkat
dua yang mengambil dari budaya Hindu.

9
Axis utama dalam orientasi masjid dalam agama Islam selalu mengarah ke Ka’bah
yang berada di Kota Mekkah. Walaupun Masjid Menara Kudus mengadaptasi
beberapa budaya Hindu, namun orientasi utama bangunan masjid dan menara tetap
mengarah ke Ka’bah. Hal ini menunjukkan walaupun terdapat penerapan budaya
Hindu dalam Masjid Menara Kudus namun pedoman utama dalam membangun
Masjid Menara Kudus tetaplah pedoman-pedoman yang berasal dari agama Islam.

Gambar 7. Orientasi Masjid


Menara Kudus yang tetap
mengarah ke arah Ka’bah di
Mekkah.

Sumber: Demak, Kudus,


and Jepara Mosques: A
Study of Architectural
Syncretism, hlm. 109.

Prinsip penyebaran agama Islam menjelaskan bahwa untuk membuat orang-orang


mengikuti agama Islam tidak dengan cara memaksa tetapi harus dengan pendekatan
terhadap masyarakat terlebih dahulu agar nilai-nilai yang ada dalam agama Islam
dapat diserap dengan baik oleh masyarakat setempat. Prinsip tersebut juga
diterapkan dalam pembangunan Masjid Menara Kudus. Sang pendiri masjid tidak
langsung menghilangkan budaya Hindu yang sudah ada dalam diri masyarakat
Kudus. Namun ia menerapkan elemen-elemen budaya Hindu dalam Masjid Menara
Kudus agar masyarkat tertarik untuk mengikuti ajaran Islam tanpa merasa terpaksa.
Hal ini menunjukkan toleransi beragama dalam Islam yang ditunjukkan oleh para
tokoh Islam terdahulu.

Desain Karakter visual bangunan terdiri atas gaya bangunan, atap, dinding,
pintu, jendela, kolom. Variabel tersebut memiiki karakter sebagai berikut:

10
a) Gaya bangunanpada bangunandapat dilihat dari setiapelemen bangunan
penyusun fasad.Gaya yang ada pada elemen bangunan tersebut meliputi
gaya arsitektur yang ada pada masa pembangunan serta perkembangan
bangunan masjid. Secara visual terdapat 2 jenis pembagian dalam
menganalisis gaya bangunan masjid, yaitu:1. Bagian luar
bangunanyangmemiliki gaya arsitektur meliputi bentukan menara masjid
yang identik dengan gaya arsitektur Hinduberupa candi; jenis atap bangunan
utama masjid berupa atap tajug yang merupakan ciri khas atap bangunan
suci gaya arsitektur Jawa; serta bentukan atap serambi masjid berupa atap
kubah besar disertaidengan bentukan 2 buah kubah kecil dan bentukan-
bentukan setengah lingkaran dengan patahan di tengahnya merupakan ciri
khas gaya arsitektur Mughal India.2. Bagian dalam bangunan yang memiliki
gaya arsitektur meliputi bentukan elemen seperti berikut,

-mimbar yang memiliki gaya arsitektur yang identik dengan mimbar-


mimbar yang dibangun oleh walisongo dalam hal ini ialah Syekh Ja'far
Shodiq/Sunan Kudus
-menara masjid yang memiliki keidentikan dengan bangunan arsitektur Hindu,
selain tampilan secara fisik yang menyerupai candi, bangunanmenaraini
memiliki keunikan berupa peletakan bedug yang terletak di bagian atap
bangunan menara masjid yang identik dengan bangunan balai kul-kul
(tempat peribadatan bagi umat Hindu) di Bali

Gambar menara nasjid

gambar mimbar
11
- ancuran air wudhu yang memiliki gaya arsitektur Budha, berupa 8
buah pancuran berbentuk kepala arca bagian atasnya yang dikaitkan
dengan falsafah Budha, yaitu “Delapan jalan kebenaran” atau “Asta
Sanghika Marga”

-
- - gapura (lawang kembar) yang terdapat pada ruang utama masjid
serta serambi masjid, gapura ini memiliki keidentikan gaya arsitektur
Hindu.

-
-
b) Atap bangunan terdiri dari 5buah jenis atap, yaitu ataptajugsebagai
ataputama, atap kubahpada bagian serambi, atap pelana, atap melengkung,
dan atap datar

12
c) Pintu pada bangunan Masjid Menara Kudus ini terdapat 2 jenis. Jenis yang
pertama yaitu pintu ganda dengan dua buah daun pintu yang
merupakan salah satu ciri khas pintu pada gaya arsitektur Hindia
Belanda serta pintu jenis kedua yaitu pintu ganda dengan sistem geser
dan menggunakan material kaca transparan yang memiliki jenis gaya
arsitektur MughalIndia.

d) Jenis jendela yang terdapat pada bangunan adalah satu jenis yaitu
jenis jalusi (2 buah daun jendela) dengan material yang digunakan
yaitu kayu jati. Jendela pada bangunan masjid ini memiliki gaya
arsitektur Hindia Belanda.

e) Dindingpada bangunan Masjid Menara Kudus ini memiliki material


berjenia batu bata dengan warna catputih. Beberapa jenis ornamen
ditemukan pada dinding bangunan berupabentukan stilisasi tanaman
sulur-suluran berbahan batu alam berwarna putih kecoklatan.

f) Kolom pada bangunan memiliki tiga jenis yang berupa kolom soko
guru pada ruang utama masjid dengan bahan kayu jati dengan ukiran
dibagian atasnya yang sudah ada semenjak tahun 1918, kolom kedua
terdapat pada ruang serambi dalam masjid yang berupa kolom kayu
berdiameter ±15 cm dengan ornamen serta percabangan pada bagian
atas kolom, selanjutnya kolom jenis ketiga yaitu yang terdapat pada
bagian serambi bangunan yangberupa kolom dengan diameter ±35 cm
dengan material berupa beton

13
Kesimpulan
Perpaduan budaya dalam Masjid Menara Kudus terjadi karena cara
penyampaian ajaran Islam oleh Sunan Kudus yang tetap menghormati masyarakat
Kudus yang telah memeluk ajaran Hindu. Selain itu, perpaduan budaya juga terjadi
karena prinsip Islam yang melarang pemaksaan untuk mengikuti agama Islam dan
untuk menunjukka sifat toleransi beragama dalam agama Islam.

Penerapan budaya Hindu dalam Masjid Menara Kudus dapat dilihat dari
pengaturan organisasi ruang di Kota Kudus yang mengikuti pengaturan organisasi
ruang di Kerajaan Majapahit. Perpaduan budaya Hindu paling banyak dapat dilihat
dalam Menara Kudus. Pembagian bagian menara menjad tiga bagian, atap tajug
bertingkat dua, penggunaan ornamen-ornamen Hindu dan candi siku yang berada di
pintu masuk menjadi bukti penerapan budaya Hindu dalam Menara Kudus. Pintu
masuk yang ada di Masjid Menara Kudus (Gapura Bentar) juga masih menerapkan
budaya Hindu dilihat dari penamaannya. Walaupun Masjid Menara Kudus
menerapkan budaya Hindu dalam bangunannya. Namun, pembangunan masjid ini
tetap menggunakan prinsip agama Islam sebagai pedoman utamanya. Perpaduan
budaya Islam dan Hindu dalam Masjid Menara Kudus menunjukkan torelansi antar
agama Islam dan Hindu pada zamannya namun tetap berpedoman pada agama
Islam.

14
Saran

Saya harap dari membaca makalah ini dapat lebih lagi menggali Informasi tentang
arsitektur Menara kudus dan memberi sharing terhadap sesame pencita dan pra
pelaku dedain arsitektur yang ada serta meluangkan waktu untuk berkunjung ke
situs warisan ini karena memiliki kekentalan budaya dan sejarah yang kuat dan
menarik untuk dipelajari.

15
Penutup

Saya mengucapkan terimakasih sebanyak banyaknya telah membaca dan menggali


informasi lebih dalam dari makalah ini. Dan saya jiuga meminyta maaf apabila ada
kesalahan kata ataupun cara penulisan yang saya terpakan dalam makalah ini karena
setiap manusia tidak luput dari setiap kesalahan.

16
Daftar Pustaka

Ismudiyanto. & Parmono, A. (1987). Demak, Kudus, and Jepara Mosques: A


Study of Architectural Syncretism. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Seni Etnografi Indonesia no. 2.


Jakarta: Balai Pustaka.

Masjid Al-Aqsho Menara Kudus. (n.d.). Diakses dari http://www.


http://simas.kemenag.go.id. Masjid Menara Kudus. (n.d.). Diakses dari
https://id.wikipedia.org.

Menara van een Moskee in Koedoes. (n.d.). Diakses dari http://media-


kitlv.library.leiden.edu.

Moskee tee Koedoes. (n.d.). Diakses dari http://media-kitlv.library.leiden.edu.

Roes, A. (2014). Sejarah Peradaban Islam di Kudus (Abad XV-Abad XX). Diakses
dari http://www.academia.edu.

Rusmanto, T. (2013). Rupa Bentuk Menara Masjid Kudus, Bale Kulkul dan Candi.
Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung. Diakses dari
http://www.jurnal.ubl.ac.id.

Solichin, S. (1990). Menara Kudus The Minaret of Kudus. Jakarta: Pusat Studi dan
Penelitian Islam.

Syafwandi. (1985). Menara Mesjid Kudus Dalam Tinjauan Sejarah dan Arsitektur.
Jakarta: Bulan Bintang. Catatan 1

Syafwandi, Menara Mesjid Kudus dalam Tinjauan Sejarah dan Arsitektur,


(Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hlm. 46-48.

17

Anda mungkin juga menyukai