Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum 03

BLOK FUNGSI SISTEM


STOMATOGNATI

Disusun oleh :

Dian Rizky Nugraheni

201610101121

BAGIAN BIOMEDIK – LAB. FISIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Fungsi Temporomandibular Joint
Mengunyah merupakan suatu proses dan kebiasaan yang tak pernah terlewatkan
ketika makan. Mengunyah juga merupakan hal terpenting dalam proses awal pencernaan
makanan dalam tubuh. Ketika makanan masuk ke mulut, hal pertama yang terpenting
adalah mengunyah, yang fungsinya untuk merubah makanan menjadi bolus, sehingga
makananpun mudah untuk ditelan, dan dicerna oleh sistem pencernaan tubuh.
Temporo mandibular joint merupakan persendian antara tulang temporal dan tulang
mandibular yang berletak di depan meatus akustikus, dan berjenis ball and socket joint.
Temporomandibular Joint merupakan sendi yang kompleks, sendi halus dan sangat
digunakan dalam tubuh manusia. Yang paling penting fungsi TMJ adalah pengunyahan
dan bicara.
1.2 Pergerakan Temporomandibular Joint
1. Gerakan Dasar Temporomandibular
a. Rotasi (glide)
Terjadi di kompartemen kaudal. Kondilus bergerak terhadap meniskus sesuai
dengan sumbu yang berjalan melalui kepala kondilus (sb. Artikularis)
b. Translasi
Yaitu merupakan gerakan meluncur terjadi di kompartmen cranial . menggerakkan
kondilus bersama-sama meniskus kearah anterior mengikuti lereng eminentia
artikularis. Kemungkinan dibatasi oleh elastisitas perlekatan temporal dari kapsul,
ligamen kolateral dan serat posterior muskulus temporalis
2. Pergerakan Sendi Temporomandibula
a. Rest position
Merupakan posisi awal sendi dan jaringan penyangganya dalam keadaan
relaksasi dan otot-otot dalam keadaan pasif.
b. Rotasi kecil
Sendi melakukan rotasi, rahang terbuka. Kondilus mandibula masih tetap
berada pada fossa mandibularis ossis temporalis. Caput superior muskulus
pterygoideus externus berkontraksi.
c. Sliding
Sendi melakukan gerakan meluncur kearah anterior mengikuti lereng dari
eminentia artikularis rahang membuka lebar. Caput inferior muskulus pterygoideus
externus berkontraksi.
d. Rotasi maksimum
Sendi dalam posisi sliding, sendi melakukan rotasi. Sehingga rahang
terbuka maksimal selain muskulus pterygoideus externus, muskulus
mylohyoideus dan muskulus geniohyoideus ikut berkontraksi.
3. Otot Mastikasi
a. M. Pterygoideus externus/lateral
b. M. Digastrikus
c. M. Mylohyoideus
d. M. Masseter
e. M. Pterygoideus medialis
f. M. Temporalis
4. Aspek Fungsional

Fungsi sendi yang normal seperti mengunyah, menelan dan berbicara


memerlukan mekanisme yang rumit. Pergerakan mandibula meliputi relaksasi dan
kontraksi semua otot kunyah yang teratur. Setiap pasang otot dapat bekerja secara
sinkron, seperti pada gerak membuka dan menutup, atau secara terpisah pada gerak
menyamping dari mandibula. Mandibula terdepresi dengan kontraksi kepala inferior
dan lateral pterygoid dan oleh otot digastrik dan suprahioid. Gerak mengangkat terjadi
melalui kontraksi pilateral dari temporal dan aktivitas kontra lateral pada kedua
pterygoid. Pada dasarnya ada dua gerakan kondilus yang menyebabkan terjadinya
variasi dan gerak tiga dimensi dari mandibula. Keduanya adalah gerak rotasi dan gerak
translasi dari sumbu kondilus. Gerak rotasi yang membuka dan menutup mulut
dibentuk oleh otot depressor dan elevator sedangkan gerak translasi dibentuk oleh otot
protractor dan retractor.
5. Gerak membuka
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil
daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis
berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis.
Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan
ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus
temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar.
Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal,
sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula
bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu
gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan
muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil,
ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya.
Mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak
ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari
prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.
6. Gerak menutup
Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan
muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari
menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus
kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak
menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis,
yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada
posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut
posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk
mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi
dapat saling berkontak pada oklusi normal .
Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan
akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus
pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung
menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi,
yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini
berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar
ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian
masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi
yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan
menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi
beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stress.
7. Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan
dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak
meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus
pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior
muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus
lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior
muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah
gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus
pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan
menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke
fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran
gerak protrusi ini .
8. Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan
meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus
temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada
keadaan tersebut .
Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi
dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior
discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan
agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika
prosesus kondiloideus bergerak ke belakang .
9. Luncuran Lateral (Gerak Bennete)

Ketika mandibula bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain, baik waktu membuka
atau menutup mulut, kondilus pada sisi tempat mandibula bergerak akan berotasi
minimal dan bergerak sedikit kedepan, kebawah dan ke lateral. Bila mandibula
bergerak ke kanan, kondilus kiri akan bergerak kebawah, kedepan dan ke dalam seraya
berkontak dengan meniskus dan eminensia. Kondilus kanan hanya sedikit berotasi
karena kutub lateralnya dibatasi oleh ligament temporomandibula dan tidak dapat
bergerak ke belakang lebih dari 1 mm. Oleh karena itu, kondilus akan bergerak ke
lateral dan sedikit kedepan serta kebawah karena aksi kombinasi dari otot pterygoideus
lateralis kiri dan pterygoideus dan fossa antagonis. Keadaan ini sebagai evasif dan
kondilus yang disebut dalam keadaan istirahat. Tentu saja, gaya yang menimbulkan
gerakan berasal dari sisi kiri dan kondilus kanan bergerak sebisa mungkin dalam
batasan. Bila gerakan ini terhalang atau berubah karena kontak gigi yang tidak terduga,
pola aktivitas otot akan berubah menjadi kurang menguntungkan. Ini hanya
merupakan salah satu komponen dari gerak membuka atau menutup mulut.
Dalam setiap sendi, gerak membuka rahang memiliki 2 komponen aktif. Yang
pertama, terdapat gerak rotasi hingga pada bagian bawah. Pergerakan yang kedua,
gerak meluncur kedepan dari kondilus, terjadi pada bagian atas. Disini kondilus
bergerak kebawah, kedepan dan ke eminantia artikularis. Selama gerak horizontal ke
samping dari rahang, kondilus ipsilateral berputar dengan sedikit perpindahan ke
lateral. Gerak ini dikenal sebagai bennete. Selain itu, juga terdapat pergeseran kedepan
dan gerak berputar dari kondilus kontralateral.
Postur dan pergerakan rahang meliputi gerak rahang meliputi gerak mengatur
yang sangat rumit dari semua otot pada sekelompok tersebut sehingga tidak dapat
dipisahkan menjadi kelompok agonistik dan antagonistik. Mungkin hasil
elektromiograf paling jelas berhubungan dengan aksi berlawanan dari kepala superior
dan inferior dari lateral pterygoideus. Kepala superior yang melekat pada meniskus,
tidak aktif selama gerak membuka ketika kepala inferior yang melekat pada kondilus
berkontraksi. Selama gerak menutup dan menggigit yang normal, kepala superior
menjadi aktif sedang kepala inferior tetap diam.
Selama gerak membuka yang normal, meniskus akan mengikuti gerak kondilus
ketika kondilus bergerak kedepan dengan kontraksi kepala inferior dari lateral
pterygoideus, lamela superior dari perlekatan posterior diskus yang elastik akan
merenggang. Pada saat menutup mulut dan menggigit, bila kepala inferior relaksasi,
lamela superior yang elastik kembali ketempatnya bersama dengan perlekatan lamela
inferior yang lebih kaku, lalu menarik meniskus ke belakang.
10. Gerak menutup
Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan
muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari
menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus
kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak
menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis,
yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada
posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut
posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk
mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi
dapat saling berkontak pada oklusi normal
Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan
akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus
pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung
menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi,
yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini
berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar
ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian
masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi
yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan
menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi
beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stress.
11. Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan
dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak
meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus
pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior
muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus
lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior
muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah
gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus
pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan
menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke
fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran
gerak protrusi ini .
12. Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan
meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus
temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada
keadaan tersebut .
Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi
dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior
discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan
agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika
prosesus kondiloideus bergerak ke belakang .
13. Luncuran Lateral (Gerak Bennete)
Ketika mandibula bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain, baik waktu
membuka atau menutup mulut, kondilus pada sisi tempat mandibula bergerak akan
berotasi minimal dan bergerak sedikit kedepan, kebawah dan ke lateral. Bila
mandibula bergerak ke kanan, kondilus kiri akan bergerak kebawah, kedepan dan ke
dalam seraya berkontak dengan meniskus dan eminensia. Kondilus kanan hanya
sedikit berotasi karena kutub lateralnya dibatasi oleh ligament temporomandibula dan
tidak dapat bergerak ke belakang lebih dari 1 mm. Oleh karena itu, kondilus akan
bergerak ke lateral dan sedikit kedepan serta kebawah karena aksi kombinasi dari otot
pterygoideus lateralis kiri dan pterygoideus dan fossa antagonis. Keadaan ini sebagai
evasif dan kondilus yang disebut dalam keadaan istirahat. Tentu saja, gaya yang
menimbulkan gerakan berasal dari sisi kiri dan kondilus kanan bergerak sebisa
mungkin dalam batasan. Bila gerakan ini terhalang atau berubah karena kontak gigi
yang tidak terduga, pola aktivitas otot akan berubah menjadi kurang menguntungkan.
Ini hanya merupakan salah satu komponen dari gerak membuka atau menutup mulut.
Dalam setiap sendi, gerak membuka rahang memiliki 2 komponen aktif.
Yang pertama, terdapat gerak rotasi hingga pada bagian bawah. Pergerakan yang
kedua, gerak meluncur kedepan dari kondilus, terjadi pada bagian atas. Disini kondilus
bergerak kebawah, kedepan dan ke eminantia artikularis. Selama gerak horizontal ke
samping dari rahang, kondilus ipsilateral berputar dengan sedikit perpindahan ke
lateral. Gerak ini dikenal sebagai bennete. Selain itu, juga terdapat pergeseran kedepan
dan gerak berputar dari kondilus kontralateral.
Postur dan pergerakan rahang meliputi gerak rahang meliputi gerak
mengatur yang sangat rumit dari semua otot pada sekelompok tersebut sehingga tidak
dapat dipisahkan menjadi kelompok agonistik dan antagonistik. Mungkin hasil
elektromiograf paling jelas berhubungan dengan aksi berlawanan dari kepala superior
dan inferior dari lateral pterygoideus. Kepala superior yang melekat pada meniskus,
tidak aktif selama gerak membuka ketika kepala inferior yang melekat pada kondilus
berkontraksi. Selama gerak menutup dan menggigit yang normal, kepala superior
menjadi aktif sedang kepala inferior tetap diam.
Selama gerak membuka yang normal, meniskus akan mengikuti gerak
kondilus ketika kondilus bergerak kedepan dengan kontraksi kepala inferior dari
lateral pterygoideus, lamela superior dari perlekatan posterior diskus yang elastik akan
merenggang. Pada saat menutup mulut dan menggigit, bila kepala inferior relaksasi,
lamela superior yang elastik kembali ketempatnya bersama dengan perlekatan lamela
inferior yang lebih kaku, lalu menarik meniskus ke belakang.
1.3 Kelainan Temporomandibular Joint
Nyeri yang dirasakan pada persendian ini dapat dikarenakan oleh beberapa factor
seperti, penggunaan yang berlebihan pada daerah yang bersangkutan, contohnya adalah pada
individu yang mempunyai kebiasaan buruk mengerat gigi (bruxism), sering menguap,
mengunyah cenderung pada satu sisi. Hal ini menyebabkan pemberian beban yang terus
menerus pada daerah persendian. Faktor lain yang terlibat adalah faktor maloklusi gigi
terutama pertumbuhan gigi geraham belakang yang tidak normal dapat menyebabkan
desakan yang terus menerus serta adanya kelainan anatomi rahang dapat berakibat
menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.
Penggunaan berlebih pada diskus dan ligament-ligamen yang berhubungan dengan
TMJ dapat menyebabkan fleksibilitas pada discus dan ligament tersebut menurun, dan bila
tidak ditanggulangi dan terus berlanjut akan menyebabkan inflamasi yang berakhir pada
rupture discus dan ligament yang akan menimbulkan sensasi nyeri pada individu. Selain
terjadinya inflamasi pada discus, dapat pula terjadi inflamasi dari otot akibat hiperfungsi dari
system musculoskeletal yang akan menimbulkan nyeri juga.
Sensasi nyeri juga dapat timbul oleh karena adanya iskemi lokal yang disebabkan
karena hiperfungsi dari kontraksi otot yang mengakibatkan mikrosirkulasi tidak adekuat. Hal
ini akan menyebabkan nutrisi pada jaringan akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik
pada jaringan tersebut yang akan menimbulkan sensasi nyeri.
Persendian pada temperomandibular ini sama seperti persendian di daerah tubuh
lainnya, dimana dapat juga terjadi hal-hal seperti osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan
jenis-jenis inflamasi lainnya didaerah persendian ini yang akan menimbulkan sensasi nyeri
juga. Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi yang
diakibatkan gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) merupakan
penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Sedangkan
rheumatoid arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun dengan karakteristik sinovitis
erosif simetris sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik hilang timbul dan
apabila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan persendian dan deformitas sendi
progresif yang berakhir pada disabilitas.

BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi

Jenis kelamin
Gerakan
Perubahan kondil
orang coba mandibula
• Membuka = kondilus menuju
depan, ramus belakang
• Menutup = kondilus kembali
ke fossa articularis
Antero-posterior • Anterior = kondilus dan ramus
kedepan
• Posterior = kondilus dan
mandibular kembali ke posisi
normal
Perempuan Kanan : Kondil kiri menonjol
Lateral
Kiri : Kondil kanan menonjol

Saat membuka kemudian menutup


mulut, kondil sebelah kanan
Koordinasi
bergerak ke belakang terlebih
gerakan
dahulu kemudian diikuti kondil
sebelah kiri (Asimetris)

Jenis Kelamin
Gerakan STM (sakit/krepitasi/clicking/poping/…)
orang coba
Normal, tidak sakit, tidak terdengar krepiasi,
Perempuan
clicking, poping

2.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi

Cara SUARA SENDI Mengapa?

Bunyi Tidak

Manual ֿ ✓ Karena TMJ pada orang coba


bekerja secara optimal tanpa
adanya gangguan

stetoskope ֿ ✓

2.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula


2.3.1 Gerakan Membuka Mulut Maksimal

Jumlah Jari yang Jarak maksimal


Jenis Kelamin masuk ke dalam (cm)
mulut
Perempuan 4 jari 4,5 cm

2.3.2 Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut

Lamanya membuka mulut Waktu sampai


secara maksimal timbul kelelahan
Jenis Kelamin (menit)
Waktu maksimal 1 menit 44 detik

Perempuan ISTIRAHAT 10 menit

½ dari waktu maksimal (0.5 2 menit 30 detik


dari X menit + pemijatan)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi
Pada hasil pemeriksaan orang coba yang berjenis kelamin perempuan, didapatkan hasil
pemeriksaan gerakan STM yang simetri antara bagian kanan dan kiri, normal, dan juga tidak
terdapat hambatan dalam melakukan pergerakan membuka dan menutup mulut.
Pada pengamatan dilakukan pergerakan mandibula ke antero-posterior, lateral dan
gerakan koordinasi. Saat membuka mulut, kondilus akan bergerak ke depan sedangkan
ramus mandibula bergerak ke belakang. Saat menutup mulut, kondilus akan kembali ke tepat
semula menuju fossa artikularis. Saat pergerakan anterior, kondilus dan ramus mandibula
akan bergerak ke depan. Saat pergerakan posterior, kondilus dan ramus mandibular akan
kembali ke posisi semula atau normal. Pada pergerakan lateral ke kanan, kondilus kiri akan
terlihat menonjol. Sedangkan saat pergerakan lateral ke kiri, kondilus kanan akan terlihat
menonjol. Koordinasi gerakan TM terjadi saat kita membuka kemudian menutup mulut ,
kondil sebelah kanan akan bergerak ke belakang terlebih dahulu kemudian akan diikuti
kondil sebelah kiri (Asimetris).
3.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi
Pada percobaan ini dilakukan dengan cara menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan bunyi yang timbul saat orang coba membuka dan menutup mandibula. Pada
pemeriksaan bunyi STM secara auskultasi bisa dilihat bahwa pada wanita juga sama yaitu
didapatkan hasil bahwa Normal, tidak sakit, tidak terdengar krepiasi, clicking, poping.
3.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula
3.3.1 Gerakan Membuka Mulut Maksimal
Pada pemeriksaan gerakana mandibula membuka mulut secara maksimal yaitu
dilakukan pada orang coba yang berjenis kelamin perempuan. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui jarak maksimal dan waktu maksimal pada saat orang coba
membuka mulut. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa pada wanita yaitu
sebesar 45 mm; 1 menit 44 detik. Pada umumnya jarak membuka mulut maksimal
yaitu 50 mm sampai 60 mm tergantung pada umur dan ukuran rahang masing-masing
individu. Sedangkan untuk perbedaan waktu antara orang coba . Berdasarkan jenis
kelamin laki-laki lebih kuat dan ketahanan otot lebih lama. Semakin ringan kegiatan
yang dilakukan STM sebelum melakukan percobaan maka menyebabkan ketahanan
otot dalam membuka mulut menjadi kuat dan maksimal dibandingkan dengan orang
yang melakukan kegiatan berat.
3.3.2 Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut

Pada percobaan ini dilakukan percobaan pemeriksaan kelelahan pada gerakan


mandibula saat membuka dan menutup mulut. Percobaan ini bertujuan unutk
mengetahui waktu kelelahan orang coba saat membuka dan menutup mulut pada saat
sebelum dan sesudah diberi pijatan dan pajaran sinar infra red. Pada percobaan ini
orang coba adalah orang coba wanita. Pada pengamatan dapat diketahui bahwa waktu
orang coba yang berjenis kelamin perempuan mampu membuka mulut secara
maksimal yaitu selama 1 menit 44 detik. Kemudian orang coba diistirahatkan sejenak
selama 10 menit. Setelah 10 menit percobaan dilakukan kembali dengan bersamaan
dilakukannya pemijatan pada setngah waktu timbul kelelahan pada percobaan awal
dan waktu yang diperoleh yaitu 2 menit 30 detik.
Hal ini sesuai teori bahwa waktu yang didapatkan orang coba lebih lama dari
pada percobaan pertama karena pemijatan pada region STM dapat memperlancar
sirkulasi darah sehingga meningkatkan supali oksigen dan nutrisi , sehingga
mempercepat proses pemulihan kelelahan yang dialami orang coba. Semakin ringan
kegiatan yang dilakukan STM sebelum melakukan percobaan maka menyebabkan
ketahanan otot dalam membuka mulut menjadi kuat dan maksimal diabandingkan
dengan orang yang melakukan kegiatan berat. Hal ini dapat terjadi karena pemaparan
sinar infra red dapat menimbulkan panas yang dapat mempengaruhi lancarnya suplai
oksigen dan nutrisi dalam otot yang berguna untuk memulihkan kelelahan otot yang
terjadi. Sehingga otot-otot pada region STM lebih tahan terhadap timbulnya kelelahan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Adanya kelainan intrakapsular memungkinkan terjadinya hambatan dan rasa sakit
ketika sendi temporomandibula bergerak.
2. Bunyi pada sendi terjadi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari
komponen sendi temporo-mandibula.
3. Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporomandibula
mengalami dislokasi, sehingga menimbulkan rasa sakit.
4. Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama.
5. Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena sinar infra
red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar
(vasodilatasi).
DAFTAR PUSTAKA

Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC.


Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.
Hamzah, Zahreni, dkk.2016.Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Oklusi Gigi dan Sendi
Temporomandibula.Jember: Unej
Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC
Suryonegoro, H. Pencitraan Temporo Mandibular Disorder. Klicking Jurnal PDGI:182-188
Thomson, Hamisah. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai