Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muh.

Berkah Heriyansyah
NIM : A031191173
RMK PERTEMUAN KEDUA SAMPAI KETUJUH

A. Definisi Audit
Auditing adalah “ Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti
secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan
dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.
Dari definisi tersebut ada tujuh (7) elemen yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Proses yang sistematis
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan
terorganisir.
2. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Proses sistematik yang dilakukan tersebut merupakan proses untuk menghimpun buktibukti
yang mendasari asersi-asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. Auditor kemudian
mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh tersebut. Auditor harus obyektif saat
penghimpunan dan pengevaluasian bukti. Obyektif berarti mengungkapkan fakta apa
adanya yang senyatanya,tidak bisa atau tidak memihak dan tidak berprasangka buruk
terhadap individu atau entitas yang membuat representasi tersebut
3. Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.
Asersi merupakan suatu pernyataan atau suatu rangkaian pernyataan secara keseluruhan
oleh pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut. Untuk audit laporan
keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen melalui laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asersi-asersi meliputi informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan, laporan operasi internal, dan laporan biaya maupun
pendapatan berbagai pusat pertanggungjawaban pada suatu perusahaan. Jadi asersi atau
pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.
4. Menentukan tingkat kesesuaian (degres of correspondence)
Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dimaksudkan untuk
menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk kuantitatif
maupun kualitatif. Bentuk kuantitatif contohnya prosentase pencapaian penjualan bila
dibandingkan dengan penjualan yang dianggarkan. Bentuk kualitatif contohnya kewajaran
laporan keuangan
5. Kriteria yang ditentukan.
Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur untuk mempertimbangkan
(judgement) asersi-asersi atau representasi-representasi. Kriteria tersebut dapat berupa
prinsip akuntansi berlaku umum atau Standar Akuntansi Keuangan, aturan-aturan spesifik
yang ditentukan oleh badan legislatif atau pihak lainnya, anggaran atau ukuran lain kinerja
manajemen.
6. Menyampaikan hasil-hasilnya
Hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi hasil audit
tersebut dapat memperkuat ataupun memperlemah kredibilitas representasi atau pernyataan
yang
dibuat.
7. Para pemakai yang berkepentingan.
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil keputusan yang
menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang diinformasikan melalui laporan
audit dan laporan lainnya. Para pemakai tersebut meliputi investor maupun calon investor
di pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan pemerintahan,
manajemen dan publik pada umumnya.

B.Jenis-jenis Auditor
 Auditor Internal
Auditor internal adalah seorang auditor yang bekerja untuk suatu instansi atau
perusahaan. Adapun beberapa tugas dari auditor internal adalah memeriksa dokumen
keuangan internal perusahaan namun hanya dalam ruang lingkup yang cukup terbatas,
dan juga bekerja untuk meningkatkan akurasi data keuangan perusahaan.
 Auditor Independen
Auditor independen adalah anggota kantor akuntan publik yang bekerja secara eksternal
untuk melayani masyarakat publik yang sedang membutuhkan jasa audit. Auditor
independen tidak boleh dipengaruhi oleh pihak luar atau pihak mana pun. CPA adalah
julukan untuk auditor independen di luar negeri.
 Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah seorang auditor yang bekerja melayani lembagalembaga atau
perusahaan milik pemerintah. Beberapa tugas yang harus dikerjakan bagi auditor
pemerintah antara lain adalah untuk mengawasi aliran keuangan dan praktek di lembaga
atau instansi pemerintahan.

C. HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN AUDITING


Terdapat perbedaan yang signifikan dalam metode,tujuan,dan pihak-pihak yang
bertanggung jawab pada proses akuntansi yang digunakan untuk menyusun laopra keuangan
dibandingkan dengan proses audit laporan keuangan. Metode akuntansi mencakup kegiatan
mengidentifikasi bukti dan transaksi yang dapat mempengaruhi entitas.Setelah
didentifikasi,maka bukti dan transaksi ini diukur,dicatat,dikelompokkan serta dibuat ikhtisar
dalam catatan-catatan akuntansi.
Hasil proses ini adalah penyusunan dan distribusi laporan keuangan yang sesuai dengan
prisp-prinsip akuntansi yang berlaku umum.Tujuan akhir akuntansi adalah komunikasi data yang
relevan dan andal,sehingga dapat berguna bagi pengambilan keputusan.Dengan
demikian,akutansi adalah proses yang kreatif .Para pegawai entitas terlibat dalam proses
akuntansi ini,sedangkan tanggung jawab akhir untuk laporan keuangan terletak pada manajemen
entitas. Audit laporan keuangan yang khas terdiri dari upaya memahami bisnis dan industry klien
serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan
manajemen,sehingga memungkinkan auditor meneliti apakah pada kenyataan nya laporan
keuangan tersebut telah menyajikan posisi keuangan entitas,hasil operasi,serta arus kas secara
wajar sesuai dengan GAPP,.Auditor bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti,serta dalam menerbitkan laporan yang memuat kesimpulan auditor yang dinyatakan dalam
bentuk pendapat atau opini atau laporan keuangan.Tujuan utama audit laporana keuangan bukan
untuk menciptakan informasi baru ,melainkan untuk menambah keandalan laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen.
D. STANDAR AUDITING STANDAR UMUM Standar umum berkaitan dengan klasifikasi
auditor dan mutu pekerjaan auditor,terdapat tiga standar umum yaitu:
1. KEAHLIAN DAN PELATIHAN TEKNIS YANG MEMADAI
Setiap profesi,terdapat sesuatu yang sangat berharga pada kompetensi teknis.Kompetensi
auditor ditentukan oleh tiga faktor,yaitu · Pendidikan universitas formal untuk memasuki
profesi · Pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing,dan · Mengikuti pendidikan
profesi berkelanjutan selama karir professional auditor.
2. INDEPENDENSI DALAM SIKAP MENTAL
Kompetensi saja tidak mencukupi.Auditor juga harus bebsa dari pengaruh klien dalam
melaksanakn audit serta dalam melaporkan temuantemuannya.Stnadar umum yang kedua
ini mengaitkan peran auditor dalam suatu audit dengan peran sebagai penengah dalam
perselisihan perburuhan atau sebgai hakim dalam kasus hokum.Auditor juga harus
memenuhi persyaratan indepedensi dalam Kode Perilaku Profesional yang ada di AICPA.
3. PENGGUNAAN KEMAHIRAN PROFESIONAL
Sama seperti seorang dokter yang diharapkan berhati-hati dan menyeluruh dalam
melakukan pemeriksan fisik serta membuat diagonosis,auditor juga diharpkan memiliki
kesungguhan dan kecermatan dalam melksanakan audit serta menerbitkan laopran atas
temuan.Dalam memenuhi standar ini,seorang auditor yang berpengalaman harus secara
kritis melakukan review atas pekerjaan yang dikerjkan dan pertimbangan yang digunakan
oleh personil kurang berpengalaman yang turut mengambil bagian dalam audit.Standar
penggunaan kemahiran ini mengharuskan seorang auditor berlaku jujur dan tidak cerobah
dalam melakukan audit.
E. ETIKA PROFESIONAL
Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan
yang baik. Perkembangan etika yaitu studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan
menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam
kehidupan pada umumnya.Sedangkan etika profesi dapat diartikan sebagai adalah aturan-aturan
atau norma-norma yang dijadikan dasar atau pedoman bagi seorang professional dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Fungsi dari etika antara lain :
1. Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang
membingungkan
2. Menampilkan keterampilan intelektual yaitu kemampuan untuk berargumen secara rasional
dan kritis
PRINSIP ETIKA PROFESI IKATAN AKUNTAN INDONESIA
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Anggota harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atau
profesionalisme. - Profesi akuntan memegang peranan penting dalam masyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas
merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi
anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap
adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan
kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional.Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapakan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan
informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah
laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan
tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi
kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melakukan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati
anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International
Federation of Accountants, badan pengatur dan peraturan perundang-udangan yang relevan
F. KEWAJIBAN LEGAL AUDITOR
Common law seringkali diartikan sebagai huku yag tidak tertulis. Common law berasal
dari prinsip-prinsip yang berdasarkan keadilan, alasan, dan hal-hal yang masuk akal, dan bukan
hukum yang absolut, tetap dan kaku. Prinsip-prinsip common law ditentukan oleh kebutuhan
masyarakat, sehingga perubahan pada common law merupakan tanggapan atas kebutuhan
masyarakat. Menurut common law, kewajiban hukum para auditor berkaitan luas dengandua
pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.
1. Kewajiban Kepada Klien
Seorang auditor berada dalam hubungan kontraktual langsung dengan klien. Dengan
menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien, Auditor berperan sebagai kontraktor
independen. Seorang akuntan bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan hukum kontrak
atau tort law (hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti rugi).
2. Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Pihak ketiga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang
tidak mengetahui tentang pihak-pihak yang ada di dalam kontrak. Menurut sudut pandang
hukum, terdapat 2 kelompok pihak ketiga, yaitu :
(1) Pemegang hak utama, yaituSeseorang yang namanya telah diketahui oleh seorang
auditor sebelum audit dilaksanakan sebagai penerima utama laporan auditor; dan
(2) Pemegang hak lainnya, yaitu Pihak ketiga yang namanya tidak disebutkan, seperti
para kreditor, pemegang saham, dan investor potensial. Auditor bertanggung jawab
kepada semua pihak ketiga atas semua kelalaian kotor dan kecurangan menurut hukum
kerugian. Sebaliknya kewajiban auditor atas kelalaian biasa yang pada umumnya berbeda
antara kedua kelompok pihak ketiga tersebut.
G. BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan
keuangan, yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya , yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut. Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan
khususnya standar ketiga, mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : “ Bukti audit
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan
konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Bukti
audit dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis bukti. yaitu:
1. Struktur Pengendalian Intern
2. Bukti Fisik
3. Catatan Akuntansi
4. Konfirmasi
5. Bukti Dokumenter
6. Bukti Surat Pernyataan Tertulis
7. Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis
8. Bukti Lisan
9. Bukti Analitis dan Perbandingan

H. PROSEDUR AUDIT
Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan taknik yang digunakan oleh
auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit. instruksi rinci untuk mengumpulkan
tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Adapun prosedur
audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Inspeksi Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen dan kondisi fisik
sesuatu.
2. Pengamatan (observation) Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit untuk
melihat dan menyaksikan suatu kegiatan.
3. Permintaan Keterangan (enquiry) Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan
meminta keterangan secara lisan.
4. Konfirmasi Konfirmasi merupakan bentukpenyelidikan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
5. Penelusuran (tracing) Penelusuran terutama dilakukan pada bahan bukti dokumenter.
Dimana dilakukan mulai dari data awal direkamnya dokumen, yang dilanjutkan dengan
pelacakan pengolahan data-data tersebut dalam proses akuntansi.
6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
merupakan prosedur audit yang meliputi; Inspeksi terhadapdokumen-dokumen yang
mendukung suatu transaksi
7. Perhitungan (counting) Prosedur audit ini meliputi perhitungan fisik terhadap sumber
daya berwujud seperti kas atau sediaan tangan, pertangungjawaban semua formulir
bernomor urut tercetak.
8. Scanning, yaitu penelaahan secara cepat terhadap dokumen, cacatan, dan daftar untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih
mendalam.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming) Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas
yang dilaksanakan oleh klien.
10. Computer-assisted audit techniques Apabila catatan akuntansi dilaksanakan dalam media
elektronik maka auditor perlu menggunakan Computer-assisted audit techniques dalam
menggunakan berbagai prosedur audit di atas.
I. PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT
Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan
keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk
menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang
sudah ada. Sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor harus memastikan bahwa audit
dapat diselesaikan sesuai dengan standar professional. Langkah-langkah penting dalam
menerima perikatan termasuk mengevaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi kondis-
kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa, menaksir kompetensi, mengevaluasi independensi,
memutuskan untuk menerima atau menolak perikatan, serta meneribitkan surat perikatan.
Adapun langkah-langkah perencanaan audit yang dibahas dalam pembahasan kali ini meliputi
dua prosedur yaitu, memperoleh suatu pemahaman tentang bisnis dan industry klien perserikatan
serta melaksanakan prosedur analitis.
Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan. Perencanaan
menyajikan tujuan yang sama dalam audit. Perencanaan audit melibatkan pengembangan suatu
strategi menyeluruh untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit yang diharapkan. Auditor
harus merencanakan audit dengan sikap skeptisme professional mengenai hal-hal seperti
integritas manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan, serta tindakan melawan hukum. Jumlah
perencanaan yang diperlukan dalam suatu perikatan akan bervariasi menurut ukuran dan
kompleksitas klien, pengetahuan auditor, serta pengalaman kerja klien. Pengawasan melibatkan
pengarahan asisten dalam tim audit yang berpartisipasi untuk mencapai tujuan audit, dan
menentukan bahwa tujuan telah dicapai. Diantara faktor-faktor lainnya, luasnya pengawasan
yang diperlukan suatu perikatan bergantung pada kualifikasi orang-orang yang melaksanakan
pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai