Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERENCANAAN DRAINASE

DOSEN PEMBIMBING :
HERLIYANI FARIAL AGOES, MT

OLEH :
YULIA NUR RAHMAWATI (A040418028)

PRODI : DIV TEKNIK BANGUNAN RAWA


KELAS : 5A RAWA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK


NEGERI BANJARMASIN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI DIV TEKNIK BANGUNAN RAWA
BANJARMASIN

2020
Tata Cara Persiapan Konstruksi Sistem Drainase ini memuat pengertian, ketentuan-ketentuan
umum dan teknik berkaitan dengan persiapan gambar desain, persiapan lapangan, bangunan
kantor dan gudang pengukuran peil, mobilisasi peralatan dan tenaga kerja, perijinan, serta
penjelasan umum menyangkut cara pengerjaan persiapan konstruksi system drainase.
A. Pengertian
1. Pemberi Tugas, adalah instansi atau badan hukum, baik pemerintah maupun non
pemerintah, yang bertindak sebagai pemilik proyek secara keseluruhan, dan
bertanggungjawab pada sektor pendanaan.
2. Direksi Teknik, adalah orang, Pejabat Proyek atau badan hukum yang ditunjuk oleh
Pemimpin Proyek, yang mempunyai kekuasaan penuh untuk mengawasi dan
mengarahkan pelaksanaan pekerjaan, agar dapat tercapai penyelesaian sebaik-
baiknya menurut persyaratan yang ada dalam dokumen kontrak.
3. Pelaksana pembangunan adalah Kontraktor yang mendapat tugas untuk
melaksanakan pekerjaan pembangunan konstruksi fisik, sesuai dengan rencana dan
spesifikasi pekerjaan yang ditetapka.
4. Pengawas lapangan adalah staf Pimpinan Proyek yang mendapat tugas melakukan
pengawasan atas nama Pimpinan Proyek terhadap pembangunan konstruksi fisik
yang dilaksanakan oleh Kontraktor, sesuai dengan rencana dan spesifikasi pekerjaan
yang ditetapkan.
5. Penanggung jawab lapangan adalah staf kontraktor yang bertugas dan bertanggung
jawab untuk mengatur pelaksanaan pekerjaan pembangunan secara keseluruhan,
mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, hingga pasca konstruksi sebelum diserahkan
secara resmi kepada pemilik proyek.
6. Pelaksana logistic (gudang), adalah staf kontraktor yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam hal pengadaan bahan, peralatan dan perlengkapan
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
7. Pelaksana teknis lapangan, adalah staf kontraktor yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sehari-hari di
lapangan, berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
8. Pelaksana administrasi lapangan, adalah staf kontraktor yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam bidang administrasi pekerjaan lapangan, monitoring dan
pelaporan kemajuan pekerjaan, surat-menyurat, serta pembuatan dokumen-dokumen
lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
9. Mandor adalah staf kontraktor yang bertugas dan bertanggung jawab dalam bidang
pengawasan pelaksanaan pekerjaan lapangan, dan bertanggung jawab penuh kepada
Pelaksana Teknis Lapangan.
10. Kepala Tukang adalah tenaga pelaksana senior yang bertugas mengkoordinir para
tukang dalam bidang keahlian tertentu.
11. Tukang, adalah tenaga pelaksana dalam bidang keahlian tertentu, yang dalam
pelaksanaan tugasnya, langsung dibantu oleh para pekerja.
12. Pekerja atau tenaga buruh, adalah tenaga pendukung dalam pelaksanaan
pembangunan yang tidak termasuk dalam structural organisasi pelaksana
lapangan.

B. Ketentuan-Ketentuan
1. Ketentuan Umum
Beberapa ketentuan umum berkaitan dengan persiapan konstruksi, adalah meliputi :
pekerjaan persiapan konstruksi adalah kegiatan-kegiatan untuk mendukung
permulaan pelaksanaan konstruksi
2. Ketentuan Teknis
a. Persiapan Gambar Desain
Beberapa ketentuan teknik yang harus di perhatikan sehubungan dengan
kegiatan persiapan gambar desain, terdiri dari :
1) sebelum dimulai pelaksanaan konstruksi, hendaknya dipelajari dengan
seksama semua gambar desain system drainase perkotaan
2) setiap ada perbedaan antara gambar dengan kenyataan di lapangan,
hendaknya dilaporkan kepada Direksi Teknik/Pengawas Lapangan
3) berdasarkan gambar desain yang ada, lebih lanjut pihak kontraktor
diwajibkan untuk membuat gambar kerja, dan melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar kerja yang telah disetujui oleh pihak Direksi Teknik, dan
spesifikasi-spesifikasi lain yang berhubungan dengan pekerjaan tersebu
4) apabila terdapat kekurangan atau hal lain yang meragukan, kontraktor
diwajibkan mengajukan permohonan secaratertulis, dan Direksi Teknik akan
mengoreksi serta menjelaskan gambar-gambar tersebut sebagai kelengkapan
spesifikasi teknis
5) gambar-gambar kerja harus senantiasa disimpan di lapangan untuk
pelaksanaan pekerjaan, monitoring, maupun revisi yang diperlukan
6) konraktor harus menyediakan gambar-gambar yang menunjukkan perbedaan
antara gambar rencana dan gambar kerja yang telah mendapat persetujuan
dari Direksi Teknik.
b. Persiapan Lapangan
Ketentuan-ketentuan teknik menyangkut kegiatan persiapan lapangan,
adalah terdiri dari :
1) orientasi lapangan, berkaitan dengan sarana dan prasarana yang tersedia
serta kondisinya pada saat awal pelaksanaan pekerjaan, seperti jalan ke
lokasi pekerjaan, jembatan, fasilitas penerangan, dan lain sebagainya
2) pemasangan papan nama proyek sebanyak yang diperlukan, minimal 2
(dua) buah, dengan ukuran dan penempatan yang ditunjuk oleh Direksi
Teknik
3) pemasangan papan informasi/peringatan, dengan ukuran dan penempatan
sesuai yang ditunjuk oleh Direksi Teknik
pembersihan lokasi proyek dari segala macam tanaman sampai akar-
akarnya, serta material yang tidak bermanfaat
4) pembutan jalan masuk ke lokasi proyek, apabila belum tersedia di
lapangan
pembuatan jalur pipa air dari sumber ke lokasi pekerjaan, setelah terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari masyarakat/pemerintah daerah setempa
5) pembangunan fasilitas untuk penerangan lokasi pekerjaan, dengan
menempatkan generator pada lokasi yang strategis
c. Bangunan Kantor dan Gudang
Ketentuan teknis berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan kantor dan
gudang berikut Direksi Keet adalah meliputi :
1) jenis bangunan yang termasuk dalam bidang ini adalah Direksi Keet
(kantor), gudang, barak kerja, bengkel kerja, dan fasilitas penunjang
lainnya.
2) direksi keet dibuat dengan ukuran 3 x 6 m, dan terdiri dari:
a) lantai dibuat dari beton tumbuk 1 : 3 : 6
b) tiang, rangka kuda-kuda dan atap terbuat dari kayu borneo, atau
yang sejenis
c) dinding, terbuat dari bahan tripleks
d) atap bangunan dari asbes
e) jendela terbuat dari naco, rangka daun pintu dari kayu borneo
(atau yang sejenis) dan dilapis dengan double tripleks
f) dinding pintu dan jendela dicat.
3) Direksi keet harus dilengkapi dengan perlengkapan mebel, yang
terdiri dari kursi tamu, meja tulis, lemari, papan tulis, dan lain
sebagainya
4) Gudang berfungsi untuk menyimpan material dan perlengkapan, agar
terlindung dari kerusakan akibat pengaruh cuaca dan pencuria
5) Barak kerja dibuat sedemikian rupa sehingga para pekerja dapat
berteduh dan beristirahat sepenuhnya secara layak
6) Bengkel kerja, dibangun untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, dan dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan yang
memadai
7) Lokasi bangunan kantor dan gudang, harus dibatasi dengan pagar
yang cukup memadai untuk memisahkan batas areal proyek dengan
milik penduduk, serta untuk keperluan keamanan proyek
8) Pembuatan pos keamanan, fasilitas kesehatan, air bersih, dan lain
sebagainya.
d. Pengukuran Peil
Pengukuran peil merupakan kegiatan dalam tahap persiapan
konstruksi, yang dilakukan untuk mengontrol posisi rencana
bangunan, terhadap titik referensi yang telah ditetapkan.
e. Mobilisasi dan peralatan kerja
Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja merupakan tahap penyediaan dan
pengadaan peralatan serta rekruitmen tenaga kerja yang akan terlibat
dalam pelaksanaan pekerjaan.

STUDI KASUS
METODOLOGI
Pada kegiatan studi dilaksanakan di Lokasi Jalan Demang Lebar
sepanjang ± 3900 m, dari simpang Lingkaran SMA Negeri 10 sampai
dengan Simpang POLDA. Studi ini dilakukan dengan cara survey
langsung ke lokasi drainase (drainase samping) jalan. Peralatan yang
digunakan untuk survey, yaitu ; 1. Meteran (50 m) untuk mengukur lebar
saluran 2. Odometer untuk mengukur Jarak per 100 m 3. GPS untuk
mengetahui elevasi dan koordinat 4. Rambu ukur digunakan untuk
mengukur kedalaman saluran 5. Kamera untuk untuk dokumentasi 6. Cat
sprayer untuk menandai setiap STA. Identifikasi dilakukan pada setiap
jarak 100 m atau yang dianggap memiliki permasalahan drainase cukup
berat. Hasil survey di grouping dalam bentuk Tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil identifikasi drainse samping Jalan Demang Lebar dari simpang
SMA Negeri 10 (STA 0+000) sampai dengan Simpang Polda (STA
3+900), yaitu : Pada Sta 0+000 sudah terlihat bahwa salurana drainase
yang dibuat asal jadi dan terlalu kecil. Selain itu tidak ada kejelasan arah
aliran air saluran drainase. Pada STA 0+400, diatas saluran drainase
dimanfaatkan oleh para warga untuk berjualan tanaman. Hal ini
menyebab kesulitan bila ada petugas yang ingin melakukan perbaikan
saluran atau hanya sekedar ingin mengetahui keadaan saluran drainase.
Hasil identifikasi dimensi saluran drainase tidak beraturan di sepanjang
lokasi survey. Drainase pada bagian kiri jalan pada umumnya tidak
berfungsi. Pada STA 1+800, 1+900, 2+000, dan 1+500 tidak dapat
diketahui ukuran saluran drainasenya, disebabkan karena bukan tidak
adanya saluran pada STA tersebut, melainkan saluran tersebut berapa di
bawah trotoar. Pada perencanaan bila saluran drainase berada di bawah
trotoar, maka harus dibuat inlet. Tetapi pada kenyataannya inlet tidak ada
pada pinggir trotoar, sekalipun ada inlet tetapi keadaannya sudah rusak
dan sudah dipenuhi sedimen. Bahkan di STA 3+200 trotoar dihilangkan
dan dibuat rata dengan badan jalan, bila ini tidak diperbaiki pada saat
hujan jalan akan terendam oleh air dan akan merusak perkerasan jalan.
Selain tidak ada inlet pada trotoar yang memiliki drainase dibawahnya
trotoar ini juga tidak dilengkapi dengan penutup yang bisa dibuka yang
berguna untuk melakukan pengecekan bila terjadi kerusakan pada saluran
tersebut.
Gambar 1. Perencanaan drainase trotoar

Gambar 2. Desain Penutup Saluran Drainase (Manhole)


Penutup Saluran tersebut hanya ditemukan satu buah tetapi kondisinya sudah
memprihatinkan karena sudah dipenuhi oleh sampah terlihat pada STA 3+300. Saluran yang
sudah mengalami kerusakan dan sudah tidak terawat juga terdapat di beberapa titik terlihat
pada STA 0+900, 1+300 dan 2+500. Tidak hanya saluran yang sudah rusak dan tidak dirawat
dibeberapa titik terdapat gorong ± gorong yang sudah ditumpuki sedimen dan sampah.
Berikut adalah beberapa keadaan gorong ± gorong hasil pengamatan dari simpang SMA 10
s/d Simpang Polda.
Gambar 3. Kondisi Saluran Samping di Beberapa STA.

Anda mungkin juga menyukai