Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH INDIVIDU

“Korupsi dalam berbagai aspek”

DOSEN MK : Denicell P Tetelepta,S.Kep.,M.Kes

MATA KULIAH : Pendidikan Budaya Anti Korupsi

DI SUSUN OLEH :

Nama : frichilia sopacua

Tinɡkat : 3C

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MSOHI

TAHUN 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-nya yang di limpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini memuat tentang
“Korupsi dalam berbagai aspek ” tema yang di bahas di makalah ini diambil untuk
memenuhi mata kuliah keperawatan masуarakat pesisir.
Penulis selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
mata kuliah. Somoga makalah yang penulis buat ini dapat di nilai dengan baik dan di
hargai oleh pembaca meski makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , penulis
selaku penyusun mohon kritik dan sarannya. Terima kasih

PENULIS

................................
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………......................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1


A. Pendahuluan ……………………………………………………………....…… 1
B. Rumusan masalah …………………………………………………….......…… 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………………. 1

BAB II : PEMBAHASAN ………………………………………………………………. 2


A. Pengertian korupsi.......……….......………………………………………............2
B. Perspektif budaya ....................………………………………………………......3
C. Perspektif agama . …………………………………………........................….. 3
D. Perspektif hukum ...................................................……………………..........4

BAB III : PENUTUP ………………………………………………………………….. 5


A. Kesimpulan ……………………………………………………………....…… 6

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 7


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam

posisi yang sangat parah dan begitu mengakar dalam

setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari

tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah

kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas yang semakin

sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh

aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak

terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan

perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan

bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi

di Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa,

dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan

kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di

sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah

menjadi suatu fenomena.

Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting

dan sangat diperlukan untuk menghindari praktek-praktek

korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi

juga oleh keluarga dan kroninya, yang apabila dibiarkan, maka


rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan.

Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya menyebutkan bahwa tindak

pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara

negara, antar penyelenggara negara, melainkan juga penyelenggara

negara dengan pihak lain seperti keluarga, kroni dan para

pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan

eksistensi negara. Berdasarkan laporan lembaga Transpa- ransi

Internasional (TI) yang selalu menerbitkan hasil survei Coruption

Percep- tion Index sejak tahun 1998, Indonesia selalu berada di

deretan atas negara-negara terkorup di dunia. Pada tahun 1998,

Indo- nesia pada peringkat ke-6 setelah Kamerun, Paraguay,

Honduras, Tanzania, dan Nige- ria. Pada tahun 1999, Indonesia

berada pada peringkat ke-3 setelah Kamerun dan Negria. Pada tahun

2000, Indonesia pada peringkat ke-5 setelah Negria, Yugoslavia,

Ukraina dan Azarbaijan. Pada tahun 2001, Indone- sia pada peringkat

ke-4 setelah Bangladesh, Nigeria, dan Uganda. Meskipun pada tahun

2004 nilai indeks persepsi korupsi (IPK) In- donesia mengalami

peningkatan, yakni 1,9 menjadi 2,0 namun itu tidak signifikan

karena tetap saja Indonesia menduduki posisi sebagai negara

peringkat ke-5 terkorup dari 146 negara yang disurvei. Bahkan

posisi itu sebenarnya lebih buruk dari tahun sebelumnya karena

negara yang disurvei untuk tahun 2004 berjumlah lebih banyak (146

negara). Pada tahun 2003 In- donesia menduduki posisi ke-6 terburuk

dari 136 negara yang disurvei (Kompas, 2004).


A. Rumusan masalah
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa Perspektif budaya ?
3. Apa erspektif agama?
4. Apa perspektif hukum ?
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian korupsi?
2. Mengetahui perspektif budaya ?
3. Mengetahui perspektif agama?
4. Mengetahui perspektif hukum ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere
berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok.
Menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik
politikus/ politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
Dalam
Kamus Al-Munawwir, term korupsi bisa diartikan meliputi:
risywah, khiyânat, fasâd, ghulûl, suht, bâthil. Sedangkan dalam
Kamus Al-Bisri kata korupsi diartikan ke dalam bahasa arab: risywah,
ihtilâs, dan fasâd.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara
harfiah berarti: buruk, rusak, suka memakai barang (uang) yang
dipercayakan padanya, dapat disogok
arti terminologinya, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan
(uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau
orang lain.4
Sementara, disisi lain, korupsi (corrupt, corruptie, corruption) juga bisa
bermakna kebusukan, keburukan, dan kebejatan. Definisi ini didukung
oleh Acham yang mengartikan korupsi sebagai suatu tindakan
yang menyimpang dari norma masyarakat dengan cara memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri serta merugikan kepentingan umum. Intinya,
korupsi adalah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan publik atau
pemilik untuk kepentingan pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan
fungsi ganda yang kontradiktif, yaitu memiliki kewenangan yang
diberikan publik yang seharusnya untuk kesejahteraan publik, namun
digunakan untuk keuntungan diri sendiri.
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh perhitungan
oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan terpelajar.
Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang
memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber-sumber
dana dan memiliki kesempatan untuk menyalahgunakannya guna
kepentingan pribadi.
Kasus pembebasan pelaku korupsi terjadi di hampir semua
pengadilan baik di pusat (Jakarta) maupun di daerah-daerah. Di daerah
misalnya, bebasnya sebanyak 22 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Bali dalam kasus korupsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) Rp 57,1 milliar. Di Garut terdapat 16 mantan anggota DPRD Garut
periode 1999-2004 dibebaskan setelah dinyatakan tidak bersalah dan tidak
melawan hukum. Di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang diputus
bebas misalnya kasus korupsi kredit macet Bank Mandiri Rp 160 milliar
dengan terdakwa mantan Dirut E.C.W. Neloe dan dua mantan direksi Bank
Mandir, Kasus korupsi.

B. Korupsi Dalam Perspektif Agama


Agama sebagai dasar dari segala kepercayaan dan keyakinan tiap individu
berperan penting. Dalam semua ajaran agama, tidak ada yang mengajarkan
umatnya untuk berlaku atau melakukan tindakan korupsi.Namun, pada
kenyataannya praktik korupsi sudah menjadi kebiasaanyang dilakukan orang-
orang beragama. Agama memang mengajarkan dan mengarahkan para
penganutnya untuk hidup jujur, lurusdan benar. Korupsi termasuk kategori
perilaku mencuri yang diharamkan agama dan tindakan pendosa.
Logikanyaseseorang yang beragama atau memegang teguh ajaran
agamanyatidak akan melakukan korupsi.Dengan gaya hidup modern
sekarang ini, orang dengan mudah melupakan atau dengan sengaja
mengabaikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya, lalu melakukan tindak
pidana korupsi. Ada kalanyauang hasil tindak pidana korupsi itu digunakan
untuk hal-hal yangberbau religi. Dalam hal ini tentu harus ada introspeksi diri
dari kitasemua, termasuk dari para pemuka agama.
C. Korupsi dalam Perspektif Budaya
Pengertian “membudaya ” dalam konteks korupsimemberikan pengertian
bahwa prilaku koruptif telah masukdalam struktur kesadaran masyarakat
sebagai proses yangwajar dan tak terbantahkan dalam relasi sosial, politik,
danekonomi. Hal tersebut seperti pernyataan MohammadHatta (wakil
presiden RI pertama) bahwa “ prilaku korupsitelah membudaya dalam
masyarakat Indonesia ”. (Margana, dalam Wijayanto, 2009:415-416).

D. Korupsi dalam Perspektif Hukum


Korupsi harus dipahami sebagai tindakan melawan hukumdan ada
pandangan sebagai kejahatan luar biasa( extraordinary crime ). KPK
mengungkap tiga sebabmengapa korupsi di Indonesia menjadi kejahatan luar
biasayaitu:
1. Korupsi di Indonesia sifatnya transnasional sehinggabeberapa koruptor
Indonesia mengirimkan uang ke luar negeri. Hasil pendataan KPK
menunjukkan bahwa 40persen saham di Singapura adalah milik orang
Indonesia.Oleh sebab itu, Singapura hingga saat ini tak maumeratifikasi
perjanjian ekstradisi dengan Indonesia. Tujuandari perjanjian ini adalah
meminta buron dari suatu negarayang lari ke negara lain untuk
dikembalikan ke negaraasalnya.
2. Pembuktian korupsi di Indonesia itu super. Artinya,membutuhkan usaha
ekstrakeras. Seperti diketahui, 50persen kasus korupsi bentuknya
penyuapan. Koruptor yang menyuap tidak mungkin menggunakan tanda
terimaatau kuitansi. Secara hukum, pembuktiannya cukup sulit.3.
Dampak korupsi memang luar biasa. Contohnya, darisektor ekonomi,
utang Indonesia di luar negeri mencapaiRp1.227 triliun. Utang ini
dibayar tiga tahap, 2011 – 2016,2016 – 2021, dan 2021– 2042.
Permasalahan yang munculapakah kita dapat melunasinya pada 2042?
Di sisi lain,menjelang tahun itu banyak timbul utang-utang baru
darikorupsi baru. (Republika, 2014)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang
sangat parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi
kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin
meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara
maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya
sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana
korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap
kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di
Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan
bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja yang
melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik maupun privat, tetapi
tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.
DAFTAR PUSTAKAH

 Gunawan,A&R,Muammar(Ed). Menggagas Hukum Progresif Indonesia.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar;

 Hartanti, E. 2006. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta : Sinar Grafika

 Said, S. 2005. “Penegakan Hukum Anti Korupsi”. Jurnal Demokrasi,


Volume II/N0.7/Januari 2005;

 Klitgaard, R. 2002. Penuntun Pembe- rantasan Korupsi dalam Pemerintah


Daerah. Terj. Masri Maris. Jakarta : YOI.

Anda mungkin juga menyukai