Anda di halaman 1dari 5

NURMARNITA

NIM 190565201027
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
MK SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU INDONESIA
KELAS B, RUANG 01 PUKUL 12:30

TIPOLOGI KEPARTAIAN DARI PEMILU INDONESIA 1955-2019


MENGGUNAKAN KLASIFIKASI RICHARD GUNTHER DAN LARRY
DIAMOND

A. Pemilu 1955
Pemilu 1955 di ikuti oleh 172 parpol, dari jumlah tersebut hanya 28 partai yang
mendapat kursi di DPR.
Empat partai memperoleh suara terbanyak
1. PNI
2. PKI
3. MASYUMI
4. NU
PKI dan sebagian PNI beraliran abangan, Masyumi dan NU beraliran santri, sebagian
PNI beraliran priyayi. Abangan, santri, dan priyayi merupakan aliran agama jawa.
Beberapa sumber (salah satunya Emerson, 1976) mengkategorikan ideologi pada
masa ini ada dua, islam dan nasionalis.
Genus Spesies
Partai elit Partai Lokal
Partai Klientelistik
Partai Massa Partai Denominasi
Partai Fundamentalisme Agama
Partai Pluralis-Nasionalis
Partai Massa berbasis Kelas
Partai Leninis
Partai Etnisitas Partai Etnis
Partai Kongres
Partai Elektoral Partai Personal
Partai Lintas Kelompok (Catch-All Party)
Partai Programatik
Partai Gerakan Libertarian-Kiri
Partai Ekstrim Kanan
*Tipologi Partai Politik Versi Gunther dan Diamond
Dilihat dari partai-partai yang memperoleh suara terbanyak di pemilu 1955 dan
ideologi pada masa tersebut, dapat diklasifikasikan kepartaian Indonesia masa itu
masuk dalam genus partai massa terutama spesies partai pluralis-nasionalis dan
partai massa berbasis kelas karena partai-partai tersebut memobilisasi pada identitas
berbasis sosial agama, dan etnis.

B. Orde Baru (Pemilu 1971-1997)


Suharto memfusikan parpol dalam tiga:
1. PPP (Islam)
2. PDI (nasionalis beraliran kristen)
3. Golkar (Partai pemerintah)

Masa Orba di sebut sebagai otoritarian, karena


1. Parpol tidak berperan banyak kecuali Golkar sebagai pemenang pemilu untuk
memberi kesan jalannya demokrasi.
2. Golkar tempat berkumpulnya elemen tentara, birokrasi, dan pengusaha.
3. Jumlah parpol dirombak dan diperkecil sehingga berorientasi pada politik
pembangunan presiden Suharto
4. Pemerintah tidak mengizinkan parpol bersikap oposisi terhadap kebijakan-
kebijakan pemerintah.
5. Media massa menjadi corong kepentingan pemerintah.
Genus Spesies
Partai elit Partai Lokal
Partai Klientelistik
Partai Massa Partai Denominasi
Partai Fundamentalisme Agama
Partai Pluralis-Nasionalis
Partai Massa berbasis Kelas
Partai Leninis
Partai Etnisitas Partai Etnis
Partai Kongres
Partai Elektoral Partai Personal
Partai Lintas Kelompok (Catch-All Party)
Partai Programatik
Partai Gerakan Libertarian-Kiri
Partai Ekstrim Kanan
*Tipologi Partai Politik Versi Gunther dan Diamond
Dilihat dari pemerintahan di masa orba yang otoriter dan kekuasaan yang diduduki
oleh elit yang berpengaruh kuat terhadap partainya, dapat diklasifikasikan kepartaian
Indonesia masa itu masuk dalam genus partai elit terutama spesies Partai
Klientelistik. Klientelisme di masa orba mengarah pada patronese satu partai yaitu
golkar dan militer sebagai pelindungnya. Politik klientelisme masa orba
mendapatkan karakter oligarkisnya, dan menggunakan kontrol mereka terhadap
institusi-institusi negara untuk membangun kekuasaan ekonomi mereka (Hadiz &
Robinson 2004). Sedangkan klientelisme politik pada tingkat akar rumput (grass
root) melibatkan elite-elite kecil di wilayah pedesaan dan kampung-kampung kecil
di perkotaan. Lalu rezim Orde Baru juga melibatkan organisasi-organisasi sosial
yang terkoneksi langsung untuk memperlancar politik klientelisme ke seluruh
lapisan.

C. Reformasi (Pemilu 1999-2019)


Pada pemilu 1999, hanya 48 parpol lulus seleksi KPU. Partai-partai yang
memperoleh suara signifikan adalah PDIP, Golkar, PPP, PKB, PAN, dan PBB. Pada
pemilu 2004-2014, barulah partai-partai baru muncul dan menunjukkan kekuatannya
seperti Demokrat, PKS, Gerindra, Hanura, NasDem, dan Perindo.
Untuk memperoleh suara yang lebih besar di pemilu, partai politik di era
reformasi cenderung melakukan pencairan basis ideologi mereka. Partai-partai ini
tidak memiliki ideologi yang jelas dan tidak memiliki struktur organisasi yang kuat.
partai jenis ini menyandarkan kekuatan tokohnya dalam upaya penguasaan massa
pemilihnya (personalistic parties). Partai ini kemudian menjadi kendaraan yang
dibangun untuk mengantarkan individu tertentu menjadi penguasa.
Genus Spesies
Partai elit Partai Lokal
Partai Klientelistik
Partai Massa Partai Denominasi
Partai Fundamentalisme Agama
Partai Pluralis-Nasionalis
Partai Massa berbasis Kelas
Partai Leninis
Partai Etnisitas Partai Etnis
Partai Kongres
Partai Elektoral Partai Personal
Partai Lintas Kelompok (Catch-All Party)
Partai Programatik
Partai Gerakan Libertarian-Kiri
Partai Ekstrim Kanan
*Tipologi Partai Politik Versi Gunther dan Diamond
Mayoritas parpol besar memiliki kursi di parlemen dan memiliki elit yang
menduduki posisi-posisi penting dalam struktur partai. Hampir seluruh partai di
Indonesia yang berkedudukan di parlemen dipengaruhi oleh figur/tokoh sentral. Elit-
elit tersebut berpengaruh kuat terhadap partai. Misal, Megawati di PDIP dan SBY di
demokrat. Dalam hal ini personalisasi politik menjadi fenomena umum pada
mayoritas parpol di masa ini.
Referensi:
“ Laporan Akhir Tinjauan Peran Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia” oleh
Direktorat Politik dan Komunikasi Kementerian PPN/BAPPENAS Tahun 2016.
“Personalisasi Partai Politik di Indonesia Era Reformasi” halaman 289–306 dalam Jurnal
Penelitian Politik KONSTELASI POLITIK DI TAHUN ELEKTORAL Vol.15, No.2,
Desember 2018 oleh Aisah Putri Budiatri, dkk

Anda mungkin juga menyukai