war
w
[ALARIA: STATUS KINI DAN PENGENDALIAN ey
NYAMUK VEKTORNYA UNTUK ABAD XXI
UNIVERSITAS GADJAH MADA.
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
* Pada Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Diucapkan di depan Rapat Senat Terbuka
Universitas Gadjah Mada
pada tanggal 27 November 1999
di Yogyakarta
‘Oleh +
Prof. dr. Sugeng Juwono Mardihusodo, DAP&E., MSc.Bismillahirrohmanirrohim
Yang rerhormat
Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Gadjah Mada
Rektor /Ketua Senat, Sekretaris Senat, serta anggota Senat Universitas
Gadjah Mada
Para Pembantu Rektor Universitas Gadjah Mada
Para Dekan, Ketua Lembaga, Pembantu Dekan, Kenua-ketua Pusat Studi.
i lingkungan Universitas Gadjah Mada
Para Dosen dan segenap Civitas Akademika Universitas Gadjah Mada,
Para Tamu Undangan, Teman Sejawat, Sanak Keluarga, dan Handai
Taulan
Assalamu’alaikum wa rakmatullahi wa barakatuh
Selamat pagi dan Salam sejahtera bagi kita semua
Pada hari yang berbahagia ini, pertama-tama perkenankan saya
menghantarkan para hadirin untuk menyampaikan puji syukcur ke hadirat
Allah SWT yang berkenan meridhoi dan memberkahi keselamatan dan
kkeschatan bagi kita semua schingga kita dapat berkumpul di Balai Senat
Universitas Gadjah Mada pagi hari ini, Dengan penuh rasa hormat, saya
‘menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rekior/Ketua Senat Univer-
sitas Gadjah Mada atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
‘membacakan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Madya dalam
Parasitologi Kedokteran,
Judul pidato ini adalah:
MALARIA: STATUS KINI DAN PENGENDALIAN
NYAMUK VEKTORNYA UNTUK ABAD XXI
Judul ini dipilih sehubungan dengan beberapa pertimbangan sebagai
berikut:
Fertama, penyakit malaria (penyakit parasitik yang disebabkan
hewan bersel tunggal, Plasmodium, dan ditularkan oleh spesies-spesies2
nyamuk dari genus Anopheles) merupakan masalah kesehatan global.
Sclain menimbulkan kematian dan beban sakit, malaria juga
mengakibatkan dampak sosial ekonomi yang besar. khususnya pada
penduduk miskin yang tinggal di negara-negara berkembang di daerah
tropis di selatan Khatulistiwa yang endemik dengan penyakit tersebut
(WHO, 1998a,b).
Kedua, dalam skala nasional penyakit malaria juga masih menjadi
masalah Kesehatan masyarakat terutama penghuni pedesaan dan tepi
hutan di daerah pedalaman dan pegunungan, serta banyak wilayah pantai
i Indonesia. Secara tidak terduga di dacrah dengan endemisitas lab.
penyakit malaria menimbutkan kejadian luar biasa (KLB) dengan korban
‘kematian dan atau kesakitan yang relatif jauh lebih banyak daripada
Diasanya (Abednego & Suroso, 1998: Pokja Ditjen PPM & PLP dan WHO
Indonesia, 1997).
Ketiga, upaya teknis dan manajerial yang sistematik dan rasional
selayaknya tetap berlanjut untuk mengendalikan penyakit malaria secara
terpadu baik dalam lingkup global, nasional maupun lokal di daerah
cendemik sebagai salah sato upaya meningkatkan kualitas hidup individu
dan masyarakat sesuai paradigma sehat dalam pengendalian nyamuk
‘vektor penyakit sampai akhir abad XX dan bahkan untuk abad XXI nanti.
Hadirin yang terhormat,
Riwayat tentang malaria dan penularannya yang banyak ditulis oleh
para penulis Malariologi (misal: Boyd, 1949; Sandhosam, 1965: Bruce-
Chwatt, 1985), sangat menarik perhatian. Manson pada tahun 1884
‘mengajukan teori bahwa penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk. Pada
tahun 1900 Manson membuktikan kebenaran teorinya itu dengan
‘melakukan infeksi percobaan dengan menggigitkan nyamuk yang
terinfeksi dengan parasit malaria pada scorang relawan. Percobaan itu
mungkin diilhami oleh empat hasil penelitian yang sangat bersejarah
(dalam Broce-Chwatt, 1985) dari:
(1) Mahasiswa kedokteran MacCallum di Amerika Serikat yang mene-
mukan fase seksual dari parasit darah, Haemoproteus, dalam darah
burung gagak (crow), dan mengamati adanya cksflagelasi
mikrogametosit Plasmodium falciparum dan peristiwa lanjutannya:
makrogametosit yang dipenetrasi oleh flagelum itu,3
@) Ross tahun 1897 menemukan sista-sista yang berpigmen (oosista)
pada dinding lambung nyamuk Anopheles (mungkin An. stephensi)
di Secunderabad, India (Bruce-Chwatt, 1985) yang empat hari
sebelumnya digigitkannya pada seorang pasien (Tn. Husein Kahn)
pembawa gametosit P. falciparum; hari bersejarah itu tercatat pada
tanggal 20 Agustus 1897 yang kemudian dikenal sebagai ‘Hari
Nyamuk’ (Mosquito Day) (Carnevale er al., 1992).
(3) Ross pada tahun 1898 menyelesaikan penelitian daur hidup yang
Jengkap dari parasit malaria pada burung di Calcutta. India,
(4) Grassi, Bignami dan Bastianelli pada tahun 1898 di Italia meng-
uraikan daur hidup parasit malaria pada manusia dalam nyamuk
Anopheles.
Dengan demikian jelas, bahwa malaria termasuk salah satu penyakit
pada manusia yang bersumber nyamuk (MBD = mosquito-borne dis
ease), karena itu pada sctiap usaha penanggulangan malaria tidak bisa
ditinggalkan upaya penanggulangan atau pengendalian nyamuk
vektomya,
Hadirin yang terhormat,
Status malaria global dan permasalahannya. Secara global,
penyakit malaria, sampai menjelang akhir abad XX dari milenium i
dan masuk ke abad XXI dari milenium IMI yang akan datang. tampaknya
akan masih tetap merupakan salah satu MBD. yang berstatus sebagai
penyebab utama kematian dan kesakitan di daerah tropis yang termasuk
12 zona epidemiologis malaria (WHO, 19932). Meskipun upaya-upaya
untuk pengendaliannya telah demikian banyak dari banyak segi sampai
menjelang berakhirnya abad XX ini, prevalensi dan insidensi malaria
masih tinggi, dan mengancam sekitar 40% penduduk dunia. Ancaman
tersebut cenderung meningkat dari tahun ke tabun. Selain ancaman
kematian dan kesakitan, malaria juga mengakibatkan penurunan kualitas
hidup banyak keluarga miskin di desa-desa, daerah pegunungan dan tepi
hhutan, dan daerah endemik lainnya, membahayakan kelangsungan hidup
anak-anak balita, menghambat tumbuh-kembang anak, menurunkan
produktivitas dan menurunkan kemampuan serta menghambat per-
tumbuhan ekonomi dan pembangunan banyak negara tropis (WHO,4
1993a; 1998a). UNDP/World Bank. WHO Special Research & Training
for TDR (1993) memperkirakan dari tahun 1990 sampai akhir tahun 2000
abad XX, dengan peningkatan jumlah penduduk saja tanpa perubahan
angka kematian kasus, jumlah kematian kasus malaria meningkat dari
1-1,5 juta jiwa pertahon: jika lingkungan semakin memburuk seperti
sekarang ini, diperkirakan jumlah kematian penduduk dunia akan
bertambah dari tahun 1991-2001 menjadi dua kali tipat, dari 1-2 juta
jiwa pertahun, Pada tahun 2010 abad XXI dalam kondisi yang sama
buruknya jumlah kematian penduduk dunia karena malaria
diperhitungkan mencapai 2-4 juta jiwa atau bahkan lebih pertahunnya’
WHO (1998) mencatat untuk tahun 1997. dari 17.31 juta kematian
penduduk akibat dari penyakit-penyakit menular dan penyakit-penyakit
parasitik, sckurang-kurangnya 1.5-2.7 juta orang meningeal karena
penyakit malaria, terutama kelompok anak-anak umur bawah lima tahun
(batita) di Afrika, dengan kasus-kasus baru (insidensi) 300-500 juta kasus:
‘Kematian karena malaria menduduki peringkat kelima dari 44 kelompok
penyakit tersebut di atas, setelah infeksi pneumokokal saluran nafas
bawah (3,745 juta fiwa), tuberkulosis (2.91 juta jiwa). diare termasuk
disemteri (2,455 juta jiwa) dan HIV/AIDS (2,3 juta jiwa). Kerugian
‘ekonomis akibat malaria di Afrika saja diperkirakan mencapai US $ 800
juta pada tahun 1987; jumlah itu meningkat terus melebihi US $ 1800
juta pada tahun 1995 (UNDP/World Bank/WHO Special Programme
for Research & Training in TDR, 1997).
tersebut terkail erat dengan dunia yang dinamis dan rentan tethadap
perubahan-perubshan seperti: penduduk yang bertambah banyak dan
‘dengan mobilitas tinggi di suatu negara, kekacauan-kekacauan politik,
lingkungan fisik dan Kklimatologis akibat kegiatan pertambangan,
‘perubahan-perubahan biologis dari parasit malaria dan nyaruk vektornya.
misalnya menjadi resisten terhadap obat antimalaria dan insektisida (WHO.
19982).
‘Status malaria di Indonesia dan permasalahannya. Dilndonesia,
basil tinjavan pelaksanaan Pelita VI program pemberantasan penyakit
malaria Departemen Kesehatan (Pokja Ditjen PPM & PLP dan WHO
Indonesia, 1997) menunjukkan, bahwa kasus-kasus malaria berkurang,5
selama akhir Pelita VI, dan malaria tidak menjadi penghalang proyek
pembangunan, namun demikian, malaria masih tetap diakui sebagai
‘masalah kesehatan di Indonesia. Di P. Jawa dan P. Bali, tingkatan API
(Annual Parasite Incidence) berkurang hingga 0,06 o/oo pada tahun 1995,
dibandingkan 0,19 o/o0 API pada tahun 1993; tetapi desa-desa dengan
‘masalah malaria tidak berkurang. Di kedua pulau ini dimana insidensi
‘malaria sangat rendah. program pemberantasan ditujukan pada penguatan
pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dengan fokus perhatian
pada kondisi-kondisi parasit dan vektor, untuk mengendalikan kasus-
kasus impor dan mengurangi reseptivitas desa-desa melalui peran serta
masyarakat. Meskipun SKD telah dicoba diterapkan, namun di beberapa
tempat di Jawa masih terjadi letupan KLB seperti di Jepara tahun 1996
dan 1997, dan Tasikmalaya tahun 1996 (Abednego & Suroso. 1998).
Di luar kedua pula itu, AMI (Annual Malaria Incidence) juga
menurun dari 20.51 o/oo pada tahun 1993 ke 19.13 o/oo pada tabun
1995: tetapi beberapa daerah masih menunjukkan AMI yang masih tinggi
yaitu: NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Timor Timur, masing-masing
170,94 ofoo dan 81,30 o/oo. Beberapa letupan KLB timbul di daerah-