Anda di halaman 1dari 10

POTENSI TINGGI FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN

BIOLOGIS TERJADINYA PENULARAN MALARIA DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS PANDEAN TRENGGALEK
High Potency Enviromerntal Physical and Biological Factors of Malaria Transmission
Tendency in Regency Working Area of Pandean Health Center Trenggalek

Sabila Fabi Hanida


Institute Pertanian Bogor
sabila.fabi94@gmail.com

Abstrak: Faktor lingkungan fisik dan biologis adalah determinan penting untuk terjadinya penularan malaria.
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari potensi lingkungan fisik dan biologis dalam penularan malaria
di wilayah kerja Puskesmas Pandean Trenggalek. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross
sectional menggunakan populasi 52 responden dengan teknik sampel purposive sampling. Pengambilan data
dilakukan dengan observasi dan wawancara. Gambaran dinding rumah responden yang memenuhi syarat (86,5%),
rumah tanpa kasa ventilasi (96,2%), dan atap rumah atau langit rumah tanpa plafon (57,7%). Suhu daerah penelitian
22–31°C, kelembapan udara 58–95%, curah hujan 5mm/hari. Kecepatan angin 35 km/jam. Tempat perindukan
nyamuk di sekitar rumah (96,2%), tempat peristirahatan nyamuk di sekitar rumah (100%), keberadaan kandang
ternak jauh dari rumah (80,8%), kepemilikan ternak (73,1%), keberadaan predator nyamuk dan larva (100%).
Disimpulkan bahwa kondisi lingkungan fisik dan biologis wilayah penelitian jika dihubungkan secara teori maka
mempunyai potensi tinggi terjadinya penularan malaria. Disarankan upaya preventif dengan perbaikan lingkungan
rumah dan meningkatkan kewaspadaan dini pada seluruh warga.

Kata kunci: malaria, potensi, lingkungan fisik dan biologis, wilayah kerja Puskesmas Pandean

Abstract: Physical and biological environmental factors are important determinants for the transmission of malaria.
The aim of this study was to analyze the potential of physical and biological factors that influence transmission of
malaria in working area of Pandean Health Center. This research is a descriptive study with cross sectional design
using a population of 52 people with purposive sampling technique. Data were collected by observation and
interview. An overview of the respondents have the wall that completed the requirement (86.5%), house without
gauze ventilation (96.2%), and the roof of the house or the house without ceiling (57.7%). Temperature was 22–31°C
in research areas, humidity was 58–95%, rainfall was 5 mm/day, wind speed was 35km / h. Mosquito breeding sites
around the home (96.2%), the resting place of mosquitoes around the home (100%), the presence of cattle pens
away from home (80.8%), ownership of livestock (73.1%), the presence of mosquitoes and predators larvae (100%).
It was concluded that the condition of the physical environment and biological research areas if connected in theory it
has a high potential for the occurrence of malaria. It was suggested to repair the home environment and to increase
early awareness on all citizens.

Keywords: malaria, potential, physical and biological environment, working area of Pandean Health Center

PENDAHULUAN sebesar 90% dan 78% kasus kematian


diantaranya dialami oleh balita (WHO, 2014).
Penyakit Malaria merupakan salah satu fokus
Pada kawasan Asia Tenggara penduduk yang
penting dalam masalah kesehatan global. Malaria
berisiko terkena malaria sebesar 1,4 miliar dengan
mengancam sekitar 3,2 miliar penduduk dunia dan
352 juta penduduk mempunyai risiko tinggi. Kasus
1,2 miliar penduduk mempunyai risiko yang tinggi.
malaria pada Asia Tenggara dan Asia Selatan
Pada tahun 2010, kematian akibat malaria
terdapat pada 10 negara yaitu Timor Leste, Sri
sebanyak 655.000 kasus di seluruh dunia.
Lanka, Bhutan, Bangladesh, Korea Selatan,
Penemuan kasus malaria tahun 2013 sebesar 198
Myanmar, Nepal, Thailand, India, dan Indonesia
juta kasus dengan jumlah kasus kematian 584.000.
(WHO, 2013). Di kawasan Asia Tenggara serta
Malaria dengan kasus terberat ditemukan pada
kawasan Asia Selatan pada tahun 2013
kawasan Afrika dengan perkiraan kematian

82
S F Hanida dan R Yudhastuti, Potensi Tinggi Faktor Lingkungan Fisik dan Biologis 83

terdapat 1,5 juta kasus. Kasus malaria dengan 2013, insiden malara tertinggi di Jawa Timur
proporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah India ditempati oleh Trenggalek dengan 155 kasus
(58%), Myanmar (22%), dan Indonesia (16%) (Dinkes Jatim, 2014).
(WHO, 2014). Pada tahun 2012 kasus malaria di Jawa Timur
Malaria merupakan salah satu dari target sebanyak 1.320 kasus, kemudian mengalami
MDGs (Milenium Development Goals) di penurunan pada tahun 2013 menjadi sejumlah
Indonesia dengan capaian menghentikan 1.070 kasus. Pada tahun 2013, Kabupaten
penyebaran dan mengurangi insiden malaria di Trenggalek menempati peringkat pertama dengan
tahun 2015 yang dilihat dari penurunan angka kasus sebanyak 155, peringkat kedua yaitu
kesakitan dan kematian akibat malaria serta Kabupaten Malang dengan 134 kasus dan
masih endemis di beberapa daerah di Indonesia. peringkat ketiga yaitu Kabupaten Banyuwangi
(Kemenkes, 2011). dengan 130 kasus (Dinkes Jatim, 2014).
Setiap tahunnya terdapat 15 juta kasus Puskesmas Pandean pada tahun 2010
malaria dengan 38.000 kematian di Indonesia. terdapat 48 kasus malaria, pada tahun 2011
AMI (Annual Malaria Incidence) secara nasional meningkat menjadi 72 kasus, pada tahun 2012
sebanyak 2,9%. Provinsi dengan AMI tinggi yaitu menurun menjadi 46 kasus, pada tahun 2013
Papua Barat sebesar 26,1%, Papua sebesar meningkat menjadi 52 kasus dan pada tahun
18,4%, dan NTT sebesar 14,9%. Pada tahun 2014 menurun menjadi 26 kasus (Dinkes
2014, WHO menyatakan kasus malaria di Trenggalek, 2015).
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 343.527 Kesehatan manusia sangat tergantung pada
kasus dengan kasus kematian akibat malaria 45 interaksi antara manusia dan aktivitasnya dengan
kasus (WHO, 2014). lingkungan fisik, kimia, serta biologi. Infeksi malaria
Malaria merupakan salah satu dari bagian dan faktor yang mempengaruhinya di masyarakat
dari rencana strategis pembangunan di bidang merupakan interaksi dinamis antara faktor host,
kesehatan di Indonesia. Dalam Rencana agent, dan environment (Arsin, 2012).
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Hendrik L. Blum menyatakan bahwa kesehatan
Indonesia tahun 2015-2019 yang terdapat dalam dipengaruhi oleh empat aspek yaitu lingkungan,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan.
Indonesia Nomor Hk.02.02/Menkes/52/2015 Peningkatan penularan malaria sangat terkait
menjadi prioritas dalam bidang kesehatan dengan iklim, baik musim hujan maupun musim
setelah kasus HIV/AIDS dan Tuberculosis untuk kemarau. Pergantian musim juga akan berpengaruh
golongan penyakit menular (Kemenkes, 2015). baik secara langsung ataupun tidak terhadap vektir
Tahun 2005-2012 kasus malaria secara pembawa penyakit. Beberapa aspek yang
umum cenderung mengalami penurunan. mempengaruhi perilaku nyamuk dapat dilihat dari 3
Rencana Strategis (Renstra) pada periode 2010– jenis tempat yang diperlukan untuk kelangsungan
2011 mempunyai target untuk menurunkan API hidup mereka seperti tempat untuk berkembang
(Annual Paracites Insidens) mencapai 1 kasus biak, tempat untuk istirahat dan tempat untuk
per 1000 penduduk untuk tahun 2014. API mencari darah (Depkes, 2011).
(Annual Paracites Insidens) pada tahun 2009 Berdasarkan hal tersebut penelitian ini
sebesar 1,85‰ dan mengalami penurunan bertujuan mempelajari potensi lingkungan fisik
menjadi 1,75‰ pada tahun 2011, dan mengalami dan biologis dalam penularan malaria di wilayah
penurunan kembali pada tahun 2013 menjadi kerja Puskesmas Pandean Trenggalek.
sebesar 1,38‰ dan mendekati angka 1‰ pada
tahun 2014 (Kemenkes, 2015).
METODE PENELITIAN
Di Indonesia terdapat 200 kabupaten dan kota
yang mendapatkan sertifikat eliminasi malaria pada Penelitian ini merupakan jenis penelitian
tahun 2014. Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 observasional melalui pengamatan, pengumpulan
mendapatkan sertifikat eliminasi malaria untuk 34 serta pengambilan data tanpa adanya perlakuan
kabupaten/kota dari total 200 kabupaten/ kota di terhadap subyek penelitian. Penelitian ini bersifat
Indonesia dan masih terdapat 4 kabupaten /kota di deskriptif dengan metode cross sectional, observasi
Jawa Timur yang belum mendapatkan sertifikat atau pengumpulan data sekaligus yang dilakukan
eliminasi tersebut yaitu Madiun, Pacitan, pada suatu waktu. Data diperoleh melalui
Trenggalek, dan Banyuwangi. Pada tahun wawancara dan dilakukan pengamatan.
84 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 82–91

Populasi penelitian adalah non penderita malaria yang hidup karena kondisi lingkungan
malaria yang tinggal di sekitar 26 penderita yang mendukung (Yudhastuti, 2008).
malaria tahun 2014 yang terdaftar di Puskesmas Keadaan alam di 4 desa tidak berbeda jauh
Pandean. Sedangkan sampel diambil secara sehingga dapat menimbulkan permasalahan
purposif dengan kriteria inklusi yaitu tidak pernah mudahnya penularan malaria dari satu desa ke
bepergian ke daerah endemis malaria selama 1 desa lain. Hal ini dikarenakan malaria merupakan
bulan terakhir, berusia 15 tahun ke atas, dan penyakit menular yang dapat terjadi akibat
bersedia menjadi responden. Pemilihan sampel adanya mobilitas penduduk dari satu wilayah ke
dilakukan dengan pertimbangan jarak dan akses wilayah lain (Hanida, 2015).
menuju tempat tinggal responden. Sampel
penelitian berjumlah 52 responden. Gambaran lingkungan fisik
Penelitian berlokasi di wilayah kerja Suhu udara di daerah penelitian pada bulan
Puskesmas Pandean sesuai dengan data register 0
Mei tahun 2015 adalah 22 C. Suhu udara suatu
penderita malaria impor menurut Puskesmas daerah mempengaruhi perkembangan nyamuk
Pandean. Lokasi penelitian dilakukan di 4 desa, malaria. Menurut Depkes RI tahun 2004, nyamuk
yaitu Pandean, Cakul, Petung, dan Salamwates. merupakan binatang berdarah dingin dan siklus
Data diperoleh melalui wawancara dan kehidupan nyamuk tergantung pada suhu
pengamatan. Variabel yang diperoleh melalui lingkungan sekitar.
wawancara adalah kondisi biologis kepemilikan
ternak. Variabel yang diperoleh melalui Tabel 1.
pengamatan adalah kondisi fisik rumah Kondisi iklim di daerah penelitian
responden dan kondisi biologis. Data sekunder
Variabel Hasil
diperoleh dari laporan Puskesmas Pandean
Suhu 220 C
untuk variabel gambaran umum dan iklim.
Kelembapan udara 58–95%
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
Kecepatan angin 35 km/jam
kelayakan etik dari komisi etik Fakultas
Curah hujan 5 mm/hari
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
dengan nomor etik 124-KEPK. Sumber: Data Puskesmas Pandean Kabupaten
Trenggalek Bulan Mei tahun 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam Yudhastuti (2011) parasit dalam
tubuh nyamuk tidak bisa berkembang biak jika
Gambaran umum wilayah penelitian suhu lingkungan sekitar tempat tinggal nyamuk
Penelitian dilakukan di 4 desa yaitu Desa kurang dari 16°C. Jika suhu lingkungan sekitar
Pandean, Desa Cakul, Desa Petung, dan Desa kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C maka
Salamwates Kecamatan Dongko Kabupaten pertumbuhan nyamuk akan terhenti. Kondisi
Trenggalek yang merupakan wilayah kerja suhu udara di daerah penelitian yaitu 22°C,
Puskesmas Pandean dengan jarak yang mudah parasit dalam tubuh nyamuk dapat berkembang
untuk diakses. biak secara optimal dan merupakan risiko tinggi
Dari aspek topografi wilayah tersebut dalam penularan malaria.
merupakan daerah pegunungan. Sebagian besar Suhu udara yang rendah mempunyai
wilayah berupa hutan yang merupakan sumber pengaruh yang rendah terhadap penyebaran
mata pencaharian penduduk. Berbagai jenis penyakit malaria. Suhu udara optimal yaitu 22–
tanaman dalam hutan dapat menyebabkan jenis 32°C merupakan suhu udara yang sesuai untuk
ekosistem yang beragam di sekitar lingkungan perkembangbiakan nyamuk yang berlangsung
tempat tinggal responden. kurang dari tiga minggu dan mempunyai risiko
Ekosistem dapat terbentuk dari adanya tinggi dalam penyebaran malaria. Suhu udara
pengaruh lingkungan seperti kelembapan, suhu yang menyebabkan kematian nyamuk yaitu 41–
lingkungan, vegetasi, dan kondisi peruntukan 42°C (Chikodzi, 2013).
lahan yang mengubah ekosistem alami menjadi Sejalan dengan hasil penelitian Suwito dkk
ekositem buatan. Akibat terbentuknya ekosistem, (2010) di Lampung yang menyatakan bahwa
terdapat berbagai macam spesies salah satunya kepadatan nyamuk vektor malaria meningkat
adalah Anopheles yang berperan sebagai vektor pada suhu 26–26,5°C dan mencapai puncaknya
S F Hanida dan R Yudhastuti, Potensi Tinggi Faktor Lingkungan Fisik dan Biologis 85

pada suhu 26,1°C. Suhu optimal yang dapat curah hujan (Suwito dkk, 2010; Mardiana dan
mempengaruhi perkembangan nyamuk adalah Munif, 2009).
20–30°C. Curah hujan pada daerah penelitian sekitar 5
Kelembapan udara di daerah penelitian mm/hari. Rendahnya curah hujan jika
adalah 58–95% dan merupakan kelembapan dihubungkan dengan hasil penelitian Suwito
yang optimal bagi nyamuk untuk berkembang tahun 2010 akan menyebabkan kepadatan
biak. Kelembapan udara merupakan penentu nyamuk juga rendah karena sesuai dengan
rentang umur nyamuk. Pada kelembapan yang hubungan kepadatan nyamuk dengan curah
lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih hujan yang berbanding lurus.
sering menggigit, sehingga penularan malaria Kecepatan angin pada daerah penelitian
akan meningkat. Kelembapan udara yang pada bulan Mei tahun 2015 menurut BMKG
optimal untuk nyamuk berkembang biak adalah (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)
60% (Harijanto, 2000). sekitar 35 km/jam.
Jika kelembapan udara lingkungan sekitar Jarak terbang nyamuk serta kontak nyamuk
kurang dari 50% dapat memperpendek umur dengan manusia dapat dipengaruhi oleh arah
nyamuk secara drastis sehingga dapat dan kecepatan angin lingkungan setempat.
memperkecil kesempatan parasit malaria untuk Nyamuk malaria lebih sering terbang secara
berkembang biak. Nyamuk akan lebih senang berkelompok dan dapat menempuh jarak 2–3 km
untuk tinggal dan beristirahat pada tempat yang dari tempat tinggalnya. Kecepatan angin yang
basah dan lembab seperti pepohonan jika dapat menghambat penerbangan nyamuk adalah
kelembapan udara lingkungan sekitar tinggi 11–14 m/detik atau 25–31 mil/jam atau setara
(Depkes, 2011). dengan 40-50km/jam (Depkes, 2011).
Kelembapan udara merupakan jumlah uap Kecepatan angin pada daerah penelitian
air yang terdapat dalam udara dan uap air dapat diartikan kecepatan angin tidak dapat
tersebut berasal dari penguapan air laut yang menghambat penerbangan nyamuk dan dapat
berasal dari daerah pantai sekitar. Peningkatan menyebabkan nyamuk
kelembapan udara mempunyai hubungan bebas terbang dengan jarak terbang 40km,
berbanding lurus dengan peningkatan kepadatan bahkan dapat lebih jika terdapat kendaraan
nyamuk Sejalan dengan penelitian Suwito dkk transportasi karena nyamuk dapat menumpang
(2010), yang menunjukkan bahwa kelembapan pada alat transportasi (Yudhastuti, 2011)
udara mempunyai hubungan yang bermakna Hasil penelitian Sahuleka (2011) di Ternate
dengan kepadatan nyamuk. Kepadatan nyamuk menyatakan bahwa tingkat kepadatan nyamuk
vektor malaria 59,5% dipengaruhi oleh dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim suatu
kelembapan udara. daerah. Terjadinya peningkatan ataupun
Menurut Hope dkk (2009) terdapat hubungan penurunan endemisitas malaria di Ternate
yang signifikan antara Anopheles fenatus mempunyai hubungan dengan kecepatan angin.
sebagai faktor malaria di Kenya dengan Rendahnya kecepatan angin akan meningkatkan
kelembapan udara sekitar. kepadatan nyamuk di suatu daerah tersebut
Pada daerah penelitian, curah hujan berkisar karena tidak terdapat penghalang nyamuk untuk
antara 5 mm/hari dan lebih sering bercuaca cerah. terbang sehingga nyamuk dapat terbang bebas
Curah hujan mempunyai hubungan langsung di daerah tersebut.
dengan perkembangbiakan nyamuk. Di samping itu, Hasil observasi pada 52 responden di
jenis hujan, deras hujan, serta jumlah hari hujan wilayah kerja Puskesmas Pandean sebagian
mempunyai hubungan langsung dengan besar kondisi dinding rumah responden
perkembangbiakan nyamuk. Hujan yang diselingi memenuhi syarat rumah sehat dan tidak
panas akan memperluas dan memperbanyak berpotensi menjadi faktor penular malaria.
tempat perindukan nyamuk. Pengaruh hujan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
berbeda-beda menurut intensitas curah hujan dan No. 829 tahun 1999 tentang
keadaan fisik lingkungan (Depkes, 2011). persyaratan kualitas rumah sehat adalah
Curah hujan mempunyai hubungan yang konstruksi dinding tempat tinggal yang tertutup
bermakna dengan kepadatan nyamuk. Kepadatan rapat dan tidak terbuat dari bahan yang bisa
nyamuk vektor malaria 56,9% dipengaruhi oleh tumbuh ataupun menjadi sarang bakteri penyakit
(Kepmenkes No.829 tahun 1999).
86 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 82–91

Tabel 2. kondisi kasa ventilasi pada daerah penelitian


Kondisi Lingkungan Fisik Rumah di Daerah Penelitian belum memenuhi syarat rumah sehat menurut
Kepmenkes 829/1999.
Distribusi
Adanya kasa ventilasi rumah merupakan faktor
Lingkungan Fisik Rumah Frekuensi Persentase
risiko kejadian malaria di daerah kerja Puskesmas
Kondisi dinding rumah
Sanggau. Orang yang tinggal di rumah yang tidak
Memenuhi syarat 45 86,5
memiliki kasa ventilasi akan berisiko 3,9 tertular
Tidak memenuhi syarat 7 13,5
malaria dibandingkan dengan orang yang tinggal di
Total 52 100,0
rumah berkasa ventilasi. Dalam teori penularan
Kondisi langit rumah
malaria, tidak terdapatnya kasa pada ventilasi dapat
Memenuhi syarat 22 42,3
menjadi sarana penularan malaria. Terdapatnya
Tidak memenuhi syarat 30 57,7 kawat kasa pada lubang ventilasi rumah dapat
Total 52 100,0 mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah
Kondisi kasa ventilasi sehingga penghuni rumah dapat melakukan
Memenuhi syarat 2 3,8 kegiatan dengan aman dan terhindar dari risiko
Tidak memenuhi syarat 50 96,2 tergigit oleh nyamuk (Priyandina dkk, 2011; Erdinal
Total 52 100,0 dkk, 2006).
Hasil observasi pada 52 responden
diperoleh lebih dari separuh responden yaitu 30
Hasil penelitian sejalan diungkapkan oleh responden memiliki kondisi langit-langit rumah
Ernawati, dkk (2011) di Lampung bahwa penduduk yang tidak memenuhi persyaratan rumah sehat.
yang mempunyai konstruksi dinding yang kurang Responden yang memenuhi kondisi langit-langit
memadai lebih berisiko terkena malaria 30% dari rumah hanya 22 responden.
penduduk yang konstruksi dindingnya memadai. Dalam ketentuan rumah menurut
Penghuni dengan dinding rumah yang persyaratan kesehatan Kepmenkes 829/1999
terbuat dari bilik bambu berisiko 5,62 kali untuk langit-langit rumah setidaknya terbuat dari bahan
terinfeksi malaria daripada penghuni rumah yang yang mudah dibersihkan dan tidak rawan
dindingnya terbuat dari batu bata. Dinding yang kecelakaan. Kondisi langit-langit rumah di daerah
terbuat dari kayu dan bambu tersebut lebih penelitian belum memenuhi persyaratan rumah
disenangi nyamuk untuk hinggap dan sehat. (Kepmenkes No.829 tahun 1999).
beristirahat. Dinding rumah yang terbuat dari Hasil penelitian yang sejalan juga
kayu atau anyaman bambu lebih memungkinkan disampaikan oleh Akenji, dkk (2006) di Bolifamba
untuk terdapatnya lebih banyak lubang yang Cameroon yang menyatakan bahwa rumah
digunakan nyamuk sebagai tempat masuk ke dengan atap kayu atau papan dapat
dalam rumah (Suryana, 2003; Pamela, 2009). memudahkan nyamuk vektor malaria untuk
Penelitian Akenji dkk (2006) di Bolifamba masuk ke dalam rumah dibandingkan dengan
Cameroon menyatakan bahwa rumah dengan rumah beratapkan tertutup rapat.
dinding yang terbuat dari bahan yang mudah
patah akan memudahkan vektor malaria untuk Gambaran Lingkungan Biologis
masuk ke dalam rumah tersebut. Hal ini Hasil observasi lingkungan biologis pada 52
menjelaskan banyak nyamuk dapat ditangkap di responden didapatkan sebanyak 50 responden
rumah dengan dinding yang (96,2%) memiliki lingkungan biologis sebagai
berlubang dibandingkan dengan rumah tempat perkembangbiakan potensial bagi vektor
berdinding tertutup rapat atau bata. Selain itu dan 2 responden (3,8%) tidak memiliki
juga menjelaskan bahwa prevalensi tinggi parasit lingkungan biologis sebagai tempat
malaria berada pada anak-anak yang tinggal di perkembangbiakan yang potensial.
rumah berdinding berlubang dibandingkan Tempat perindukan yang berpotensi tersebut
dengan rumah berdinding bata. terletak dengan jarak kurang dari sampai dengan
Hasil observasi pada 52 responden diperoleh
500m dari rumah tinggal yang memungkinkan
yang memiliki kasa pada ventilasi rumah hanya 2 nyamuk malaria dapat terbang dan menghisap
responden, sedangkan 50 responden lainnya tidak darah.
memiliki kasa pada ventilasi rumah. Jika Pada daerah penelitian didapatkan hasil
dibandingkan dengan syarat rumah sehat maka, bahwa hampir seluruh responden yang tinggal
S F Hanida dan R Yudhastuti, Potensi Tinggi Faktor Lingkungan Fisik dan Biologis 87

di lingkungan sekitar terdapat tempat yang Keberadaan badan air merupakan indikator
berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk langsung dalam penentuan risiko malaria serta
malaria dan berisiko tinggi terhadap penularan jarak badan air ke tempat tinggal penduduk
malaria. Beberapa tempat perindukan yang merupakan faktor utama untuk penentuan risiko
sering ditemukan di sekitar tempat tinggal kejadian malaria. Jarak antara badan air sebagai
responden antara lain sungai, sawah, parit, tempat perkembangbiakan vektor malaria ke
kontainer buatan, mata air, sungai, dan selokan. rumah penduduk jika kurang dari 1000 m maka
Menurut Departemen Kesehatan Republik dikategorikan sebagai area dengan risiko tinggi.
Indonesia vektor malaria di Jawa Timur tahun Rumah tangga yang di sekitarnya dekat
2014 adalah, Anopheles subpictus, Anopheles dengan tempat perkembangbiakan nyamuk
barbirostris, dan Anopheles sundaicus, menyebabkan meningkatnya risiko penularan
Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus malaria 2,37 kali, sedangkan di daerah hutan
lebih optimal berkembangbiak di daerah dengan penularan aktif meningkat menjadi 7,19 kali.
perairan payau, sedangkan jentiknya lebih sering Kejadian infeksi malaria lebih besar dibandingkan
ditemukan di genangan air yang tertutup oleh dengan rumah tangga yang di sekitarnya tidak
tumbuhan. Anopheles sundaicus dan Anopheles terdapat perindukan nyamuk (Honrando dan
subpictus lebih menyukai sinar matahari dan Fungladda, 2003; Ernawati dkk, 2011; Cottrel
habitatnya lebih sering di tambak ikan, dan galian dkk, 2012).
di sepanjang atau daerah pantai. Anopheles Hasil penelitian Akenji dkk (2006) di
barbirostris lebih suka tinggal di kolam, tempat Bolifamba Cameroon menyatakan bahwa akibat
penampungan air, saluran-saluran irigasi, dan dari keadaan lingkungan sekitar yang berpotensi
rawa-rawa (Yudhastuti, 2011). tinggi dalam terjadinya malaria ditemukan pada
Pada penelitian Chikodzi (2013) di tempat tinggal anak-anak yang dikelilingi rawa.
Zimbabwe menyatakan bahwa keberadaan Daerah dengan tingkat endemisitas tinggi
badan air mempunyai peranan penting dalam terhadap malaria sebagian penduduknya tinggal
perkembangbiakan larva vektor malaria. di dekat dengan tempat perindukan nyamuk
vektor malaria yang berjarak kurang dari 500 m
dari tempat tinggal mereka (Ngambut dan Sila,
Tabel 3. 2011).
Kondisi Lingkungan Biologis di Daerah Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Kimbi dkk
Dsitribusi (2013) di Bomaka dan Molyko Cameroon
Lingkungan Biologis
Frekuensi Persentase menyatakan bahwa intensitas penularan malaria
Tempat perindukan nyamuk meningkat sehubungan dengan luasnya area
Ada 50 96,2 perairan atau persawahan di daerah penelitian.
Tidak 2 3,8 Ketika memasuki musim hujan, genangan air
Total 52 100,0 akan semakin meluas dan bertambah banyak di
Tempat peristirahatan nyamuk sekitar rumah penduduk sehingga juga dapat
Ada 52 100,0 meningkatkan potensi penularan malaria.
Tidak 0 0
Total 52 100,0 Tabel 4.
Kepemilikan hewan ternak Jenis Tempat Perindukan yang Berpotensi
Memiliki 14 26,9
Tidak 38 73,1 Tempat Jumlah
Total 52 100,0 Sungai 13
Keberadaan kandang ternak Sungai dan kontainer buatan 2
< 10 m 24 46,2 Parit 10
> 10 m 28 53,8 Mata air dan sungai 1
Total 52 100,0 Sungai dan parit 8
Keberadaan predator Mata air, sungai, dan kontainer buatan 1
Ada 52 100,0 Sawah dan parit 8
Tidak 0 0 Sungai dan selokan 1
Total 52 100,0 Kontainer buatan 6
88 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 82–91

Sawah, tepi danau, adanya genangan air, nyamuk, serta tempat istirahat nyamuk yang
dan saluran irigasi atau selokan merupakan sudah dewasa dalam menunggu siklus
tempat yang cocok dan aman untuk nyamuk gonotropik (Depkes RI, 2011).
vektor malaria berkembang biak. Populasi Jarak rumah dengan tempat peristirahatan
nyamuk di sekitar tempat tinggal akan bertambah nyamuk juga berpengaruh terhadap kejadian
banyak dan akan menimbulkan risiko timbulnya malaria. Orang yang memiliki rumah dekat
penularan malaria dibanding dengan penduduk dengan tempat peristirahatan nyamuk
yang rumahnya jauh dari daerah perindukan meningkatkan risiko
nyamuk (Hanida, 2015) terkena malaria 5,41 kali lebih besar
Hasil observasi lingkungan biologis pada 52 dibandingkan dengan orang yang memiliki rumah
responden didapatkan hasil 100% responden berjarak jauh dari tempat peristirahatan nyamuk
memiliki lingkungan biologis sebagai tempat (Idrus dan Getrudis, 2014; Jemri, 2011).
peristirahatan potensial bagi vektor serta Hasil penelitian sejalan disampaikan oleh
berpotensi risiko tinggi terhadap terjadinya Cottrell, dkk (2012) di Benin Paris yang
malaria. Tempat peristirahatan yang berpotensi menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
bagi vektor terletak kurang dari sampai dengan antara rumah yang sekelilingnya terdapat
500m dari rumah tinggal responden. Vegetasi vegetasi yang lebat sebagai tempat istirahat
yang berpotensi sebagai tempat peristirahatan malaria dengan risiko tinggi kejadian malaria.
nyamuk yang berada di lingkungan penelitian Hasil wawancara pada 52 responden
adalah pekarangan, sawah, kebun campur dan diperoleh bahwa sebanyak 14 responden
juga tanaman perdu. (26,9%) memiliki hewan ternak sapi atau
kambing, sedangkan 38 responden (73,1%)
Tabel 5. sisanya tidak memiliki hewan ternak.
Jenis Tempat Peristirahatan Vektor yang Berpotensi Keberadaan hewan ternak di daerah
penelitian antara lain adalah unggas, sapi, dan
Tempat Jumlah
kambing. Keberadaan ternak selain unggas
Pepohonan 1
seperti kambing dan sapi dapat mengurangi
Pepohonan dan pekarangan 4
gigitan nyamuk terhadap manusia.
Pepohonan dan sawah 1
Hasil penelitian Idrus dan Getrudis (2014) di
Pepohonan, kebun campur, dan 37
Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa
pekarangan
Kabupaten Ngada menyatakan bahwa terdapat
Pepohonan, sawah, dan pekarangan 1
hubungan antara pemeliharaan ternak selain
Pepohonan, sawah, kebun campur, dan 7
unggas dengan kejadian malaria. Adanya
pekarangan
pemeliharaan hewan ternak seperti kerbau,
Pepohonan, perdu, pekarangan, dan 1
kambing dan sapi di sekitar rumah dapat berfungsi
kebun campur
sebagai penghalang atau Cattle Barrier yang dapat
Adanya semak belukar atau kebun yang ada mencegah kontak, nyamuk dengan manusia.
di dekat rumah dengan jarak kurang dari 500 m Pada daerah penelitian keberadaan hewan
apabila tidak terawat dengan baik maka dapat ternak selain unggas dianggap sangat rendah,
menjadi tempat peristirahatan bagi nyamuk. sehingga dengan kondisi tersebut secara teori
Penelitian di Nabire menyatakan bahwa terdapat akan berpotensi menimbulkan kejadian malaria
hubungan antara jarak kebun terhadap terjadinya karena tidak terdapatnya penghalang kontak
penularan malaria. Penduduk yang tinggal nyamuk dengan manusia atau Cattle Barrier.
dengan jarak kurang dari 500 m dari tempat Hasil pengamatan pada 52 responden
peristirahatan nyamuk vektor malaria lebih didapatkan bahwa sebesar 24 responden
berisiko 7 kali tertular malaria dibandingkan (46,2%) memiliki jarak kurang dari 10 m dari
dengan penduduk yang tinggal dengan jarak kandang ternak sapi atau kambing. Sedangkan
lebih dari 500 m dari tempat peristirahatan 28 responden (53,8%) memiliki jarak lebih dari
nyamuk vektor malaria (Handayani dkk., 2008). 10m dari kandang ternak sapi atau kambing.
Tumbuhan mempengaruhi siklus hidup Kandang yang berada di luar rumah dengan
nyamuk dalam meletakkan telur, tempat konstruksi kandang yang terbuka dapat
berlindung baik bagi nyamuk maupun bagi jentik memudahkan nyamuk untuk keluar masuk
kandang. Keberadaan kandang berpengaruh
S F Hanida dan R Yudhastuti, Potensi Tinggi Faktor Lingkungan Fisik dan Biologis 89

terhadap penularan malaria, dengan syarat nyamuk dan larva nyamuk. Predator berupa ikan
minimum kandang sehat berada di luar rumah dapat mencegah nyamuk untuk berkembang biak
dan berjarak lebih dari 10 m dari rumah tinggal, di air karena ikan akan memangsa jentik atau
mendapat cukup sinar matahari dan juga tidak larva nyamuk.
lembab (Yudhastuti, 2008) Pada daerah penelitian terdapat predator di
Pemeliharaan ternak berisiko 1,10 kali lebih sekitar seluruh rumah dapat memperkecil potensi
besar terkena malaria dibandingkan dengan risiko terjadinya malaria.
individu yang tidak mempunyai pemeliharaan
ternak berisiko. Ternak yang berisiko adalah
KESIMPULAN DAN SARAN
ternak yang kandangnya dekat dengan rumah
ataupun ternak yang tidak memiliki kandang. Kesimpulan
kandang tersebut menjadi penghalang terhadap Disimpulkan terdapat potensi tinggi faktor
penularan malaria. Hal tersebut berhubungan lingkungan fisik dan biologis terjadinya penularan
dengan sifat nyamuk Anthrofili yaitu lebih suka malaria di wilayah kerja Puskesmas Pandean
menggigit manusia dan Zoofilik yaitu lebih suka Trenggalek
menghisap darah hewan (Ernawati dkk, 2011; Faktor lingkungan fisik yang mempunyai
Idrus dan Getrudis, 2014). potensi tinggi dalam penularan malaria meliputi
Penelitian Priyandina dkk (2011) rumah responden tanpa kasa ventilasi, rumah
menyatakan bahwa semak-semak di sekitar responden yang tidak memiliki atap rumah plafon
rumah mempengaruhi kejadian malaria. suhu daerah penelitian 22–31°C, kelembapan
Seseorang dengan tempat tinggal yang di udara 58–95%, serta kecepatan angin 35km/jam.
sekitarnya terdapat semak atau kebun memiliki Faktor lingkungan biologis yang mempunyai
risiko tertular malaria sebesar 5,1 kali. potensi tinggi dalam penularan malaria meliputi
Pada daerah penelitian dari hasil observasi tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah
pada 52 responden rata-rata terletak di luar sebagian besar responden dengan jarak kurang
rumah dan cukup memperkecil kontak antara dari 500 m, tempat peristirahatan nyamuk di
manusia dengan nyamuk. Sejalan dengan syarat sekitar rumah seluruh responden dengan jarak
kandang sehat yang letaknya harus 10m dari kurang dari 500 m, keberadaan kandang ternak
rumah tinggal dan juga cukup mendapat sinar jauh dari rumah yaitu lebih dari 10 m, serta
matahari (Yudhastuti, 2011). kepemilikan ternak responden.
Hasil observasi dan wawancara pada 52
responden, keberadaan predator nyamuk dan Saran
larva terdapat sekitar lingkungan semua Disarankan untuk keadaan lingkungan fisik
responden (100%). Predator yang ditemukan di perlu adanya perbaikan lingkungan dalam rumah
daerah penelitian adalah ikan timah pemakan seperti halnya penambahan atap dalam rumah
larva, cicak, capung, dan laba-laba. atau plafon serta pengadaan atau pemasangan
Terdapatnya predator nyamuk dewasa kasa pada ventilasi untuk menghindari adanya
seperti serangga dapat mengurangi populasi risiko penularan malaria.
atau kepadatan nyamuk. Seperti halnya capung Untuk kondisi lingkungan biologi diharapkan
dewasa merupakan pemburu yang gemar responden mengurangi tanaman liar yang berada
memangsa nyamuk dewasa pada tempat di tepian sumber air atau sungai serta di halaman
perkembangbiakannya. Sama seperti nyamuk luar rumah responden sehingga mengurangi
aktif menghisap darah manusia, capung juga tempat peristirahatan nyamuk malaria.
aktif memburu mangsa pada saat pagi dan senja Responden diharapkan menempatkan ternak
hari. Laba-laba dapat menangkap nyamuk dengan jarak 10 m dari rumah tinggal sebagai
menggunakan jaring-jaringnya yang berada di penghalang terhadap gigitan nyamuk serta
tumbuhan atau di sudut kandang ternak atau meningkatkan frekuensi pembersihan kandang
rumah tinggal. Cicak memangsa atau memburu ternak dari sisa makan dan minum ternak agar
nyamuk saat malam hari di dekat penerangan tidak menjadi sarang nyamuk.
(Depkes,2011). Disarankan perlu adanya kerja sama antara
Hasil penelitian Santy dkk (2014) BMKG Kabupaten Trenggalek untuk
menyebutkan bahwa keberadaan predator menginformasikan keadaan iklim setempat
nyamuk sangat berpengaruh terhadap kepadatan
90 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 10, No. 1 Januari 2018: 82–91

dengan Puskesmas Pandean agar timbul pdf


peningkatan kewaspadaan dini atau SKD (Sistem Handayani, L., Pebrizal., & Soeyoko. 2008. Faktor Risiko
Penularan Malaria Vivax. Berita Kedokteran
Kewaspadaan Dini) pada masyarakat serta petugas
Masyarakat. Vol. XXIV No. 1, Maret 2008 Hal. 38–43.
di Puskesmas Pandean terhadap terjadinya Diakses dari http://www.berita-kedokteran-
penularan malaria karena iklim wilayah kerja masyarakat.org/ index.php/BKM/article/view/131/56.
Puskesmas Pandean mendukung terjadinya Hanida, S.F. 2015. Gambaran Lingkungan Perumahan
penularan malaria. Serta kewaspadaan dini perlu Sekitar Rumah Penderita Malaria Impor Serta
Risiko Terjadinya Penularan Malaria. Skripsi.
ditingkatkan pada musim mudik atau kembalinya
Surabaya, Universitas Airlangga: 55–95
penduduk yang merantau ke luar Jawa ke daerah Harijanto. 2000. Malaria; Epidemiologi, Patogenesis,
asal terutama daerah endemis malaria. Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC.
Honrando, ER., & Funglada, W. 2003. Social and
behavioural risk factors related to malaria in
DAFTAR PUSTAKA Southeast Asia countries. Journal. Bangkok:
Akenji, T.N., Ntonifor, NN., Ndukum, MB., Kimbi, H.K., Departement of Tropical Medicine Faculty of Tropical
Abongwa, E.L., Nkwescheu, A., Anong, D.N., Medicine Mahidol University. Diakses dari http://
Songmbe, M., Boyo, M.G., Ndamukong, K.N., and www.researchgate.net/publication/268415486_
Titanji, V.P.K. 2006. Enviromental factors affecting Social_and_Behavioral_Risk_Factors_Related_to_
malaria parasite prevalence in rural Bolifamba, South- Malaria_in_Southeast_Asian_Countries_Malaria_
West Cameroon. African Journal of Health Sciences. Related_Social_and_Behavioural_Risk_Factors_on_
Vol. XIII No. 1–2, Januari-Juni 2006. Diakses dari Southeast_Asian_Countries
www.ncbi.nlm.nih.gov/pub med/ 17348742 Hope., Kelly, LA., Hemingway, J., & McKenzie, FE.
(2009). Enviromental factors associated with the
Arsin, A.A. 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek
malaria vectors Anopheles gambiae and Anopheles
Epidemiologi. Makassar: Masagena Press.
funetus in Kenya. Malaria Journal of BioMed Central.
Chikodzi, D. 2013. Spatial modelling of malaria risk
Vol. VIII No. 1. Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov ›
zones using enviromental, anthropogenic variables
NCBI › Literature › PubMed Central (PMC)
and geographical information systems
Idrus, M., & Getrudis. 2014. Hubungan Faktor Individu
techniques.Journal of Geosciences and
dan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria di
Geomatics. Vol. I No. 1, November 2013: 8–14.
Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten
Diakses dari pubs.sciepub. com/jgg/1/1/2
Cottrell, G., Kouwaye, B., Pierrat, C., Port, A., Bouraima, Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal
A., Fonton, N., Hounkonnou, M.N., Massougbodji, A., Kesehatan. Vol. VII No.2. Diakses dari http://journal.
Corbel, V., and Garcia, A. 2012. Modelling the uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/
influence of local enviromental factors on malaria view/58/32
transmission in Benin and its implications for cohort Jemri, R. 2011. Studi Tentang Pengetahuan Masyarakat
study. Journal of PLoS One. Januari 2012. Diakses dan Lingkungan dengan Kejadian Malaria di
dari journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/ Kelurahan Oesao tentang Penyakit Malaria NTT.
journal.pone.0028812 Diakses dari http://rinijemri.blogspot.com/2011/06/
studi-tentang-pengetahuan-masyarakat.html
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1999.
Jakarta: Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 829 Tahun
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2014. Hentikan 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Penularan, Jatim Raih Sertifikasi Eliminasi Malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Diakses dari http://www.dinkes.jatimprov.go.id Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
Buletin jendela Data dan Informasi Kesehatan:
Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek. 2015.
Epidemiologi Malaria di Indonesia, triwulan I 2011.
Laporan Bulanan Penemuan dan Pengobatan
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Malaria Tahun 2014. Trenggalek: Dinas Kesehatan
Kesehatan RI.
Kabupaten Trenggalek. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015.
Erdinal., Susanna, D., & Wulandari, R. 2006. Faktor-faktor
Rencana Strategis Kesehatan Indonesia 2015–
yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di
2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar.
Indonesia.
Jurnal Makara Kesehatan. Vol. X No. 2 Hal. 64–70. Kimbi, HK., Nana, Y., Sumbele, IN., Kimbi, JKA., Lum,
Diakses dari http://repository.ui.ac.id/contents/kol E., Tonga, C., Nweboh, M., and Lehman, LG.
eksi/2/51b6c862124e72f9bcd6bb492059d6605b8 2013. Enviromental factors and preventive
31d5f.pdf. methods against malaria prevalence in Rural
Ernawati, K., Soesilo, B., Duarsa, A., & Rifqatuss’adah. Bomake dan Urban Molyko,
2011. Hubungan Faktor Risiko Individu dan Southwest Cameroon. Journal Bacteriology &
Lingkungan Rumah dengan Malaria di Punduh Parasitology. Vol. IV No. 1.
Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Mardiana & Munif, A. 2009. Hubungan Antara Kepadatan
Indonesia. Makara Kesehatan. Vol. XV No. 2, Vektor Anopheles Aconitus dan Insiden Malaria di
Desember 2011: 51–57. Diakses dari http://wiki. Daerah Endemik di Kabupaten Sukabumi Jawa
openstreetmap.org/w/images/6/63/916-1928-1-SM.
S F Hanida dan R Yudhastuti, Potensi Tinggi Faktor Lingkungan Fisik dan Biologis 91

Barat. Jur Ekol Kes. Vol. VIII No. 1 Hal. 901–914. Vol. II No. 1 April 2014. Diakses dari http://download.
Ngambut, K., & Silla, O. 2011. Faktor Lingkungan dan portalgaruda.org/article.php?article=160678&val=
Perilaku Masyarakat tentang Malaria di Kecamatan 5027&title=Hubungan%20Faktor%20Individu%20
Kupang Timur Kabupaten Kupang. Jurnal Kesmas dan%20Lingkungan%20dengan%20Kejadian%20
UI. Diakses dari http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index. Malaria%20di%20Desa%20Sungai%20Ayak%20
php/kesmas/article/view/37 3%20%20Kecamatan%20Belitang%20Hilir,%20
Pamela, A.A. 2009. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Kabupaten%20Sekadau.
dan Lingkungan Sekitar Rumah dengan Kejadian Suryana, M. 2003. Kehamilan sebagai Salah Satu Faktor
Malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Risiko Infeksi Malaria Pada Usia Reproduksi di
Kabupaten Purworejo. Skripsi. Universitas Daerah Endemis Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.
Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari Tesis. Jakarta: Program Studi Epidemiologi.
http://eprints.ums. ac.id/5961/1/J410050013.PDF Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan
Priyandina, A.N., Sujana, I.K., & Arundina A. 2011. Masyarakat Universitas Indonesia. Diakses dari
Pengaruh Lingkungan dan Perilaku terhadap http://lib.ui.ac. id/file?file=pdf/abstrak-77782.pdf.
Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Suwito., Hadi, UK., Sigit, SH., & Sukowati S. 2010.
Sanggau Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles
Jurnal Untan. Diakses dari http://jurnal.untan.ac.id/ dan Kejadian Penyakit Malaria. Jurnal Entomologi
index.php/jfk/article/view/1736 Indonesia. Vol. VII No. 1 Hal. 42–53. Diakses dari
Puskesmas Pandean Kabupaten Trenggalek. 2015. http://journal.ipb.ac.id/index.php/entomologi/article/
Data BMKG Kabupaten Trenggalek Bulan Mei download/6069/4713
Tahun 2015. Trenggalek. WHO. 2013. World Malaria Report 2013. Geneva:
Sahuleka, I. 2011. Pengaruh Suhu, Kelembapan, Curah WHO.
Hujan, Kecepatan Angin dan Tingkat Penyinaran WHO. 2014. World Malaria Report 2014. Geneva:
Matahari terhadap Fluktuasi Endemisitas Malaria di WHO.
Kota Ternate. Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana Yudhastuti, R. 2008. Gambaran Faktor Lingkungan Daerah
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Endemis Malaria di Daerah Perbatasan (Kabupaten
Diakses dari: http://etd.repository.ugm.ac.id/index. Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek).
php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail& Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol IV. No. 2 Hal. 9–20.
act=view&typ=html&buku_id=51435 Diakses dari http://download.portalgaruda.org/
Santy., Fitriangga, A., & Natalia, D. 2014. Hubungan article.php?article=18166&val=1132.
Faktor Individu dan Lingkungan dengan Kejadian Yudhastuti, R. 2011. Pengendalian Vektor dan Rodent.
Malaria di Desa Sungai Ayak 3 Kecamatan Belitang Surabaya: Pustaka Melati.
Hilir Kabupaten Sekadau. Jurnal Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai