Anda di halaman 1dari 4

Nama : Husnul Khatimah

NIM : 1910415320007

Prodi : Sosiologi

Mata Kuliah : Sosiologi Masyarakat Sungai

Pengetahuan Lokal dan Kearifan Lokal

KATA PENGANTAR

Pengetahuan lokal dan kearifan lokal banyak terdapat dalam masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan nilai sosial pada masyarakat sekitar. Kearifan lokal merupakan
budaya dari suatu masyarakat yang harus dilestarikan secara terus-menerus agar tetap utuh
dan tidak hilang. Pengetahuan lokal adalah pengetahuan tentang kebudayaan dalam
kehidupan sosial masyarakat sebagai perekat dalam masyarakat lokal. Pengetahuan lokal dan
kearifan lokal yang sudah tertanam dalam masyarakat tidak bisa dihilangkan dengan mudah.
Fungsi kearifan lokal yaitu untuk mengembangkan sumber daya manusia, untuk
mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, dan untuk mengembangkan sumber
daya alam.

Di Kalimantan Selatan juga terdapat pengetahuan lokal dan kearifan lokal yang masih
berkembang hingga saat ini. Seperti yang akan saya jelaskan mengenai salah satu
pengetahuan lokal dan kearifan lokal yang terdapat di sekitar tempat tinggal saya. Saya telah
melakukan wawancara kepada dua narasumber yang bernama Mariana (50 tahun) dan Ilyas
(25 tahun). Kedua narasumber menceritakan tentang pengetahuan lokal dan kearifan lokal
yang berhubungan dengan sungai.
ISI

1. Wawancara Narasumber Pertama


Informasi pertama yang saya dapatkan dari narasumber yang bernama
Mariana tentang pasar Terapung yang ada di muara Kuin. Beliau merupakan salah
satu pedagang di Pasar Terapung. Nama Pasar Terapung ini sudah tidak asing lagi
diketahui oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Hingga saat ini pasar Terapung masih
dilestarikan dengan baik dan juga dijadikan sebagai tempat wisata bagi orang-orang
yang berasal dari luar Banjarmasin, bahkan juga sering dikunjungi oleh turis asing.
Pasar terapung adalah pasar tradisional yang ada di kota Banjarmasin,
Kalimantan Selatan. Di pasar ini terdapat kegiatan jual beli yang dimana penjual dan
pembelinya menggunakan alat transportasi seperti jukung atau kelotok. Dinamakan
sebagai Pasar Terapung karena pasar ini berada di atas perahu yang mengapung di
atas sungai. Selain di muara Kuin, pasar ini juga berlokasi di Sungai Martapura dan
di Lok Baintan. Pasar Terapung didirikan sebagai tempat untuk menjual kebutuhan
bahan pangan sehari-hari seperti ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan makanan khas
Banjar. Pedagang yang bernama Mariana ini mengatakan, “Biasanya saya sudah
mulai berjualan saat waktu Subuh karena Pasar Terapung sudah ramai dari sebelum
matahari terbit hingga sekitar jam 8 pagi.”
Pasar Terapung di muara Sungai Kuin merupakan pasar Terapung yang sudah
ada sejak lama dan merupakan Pasar Terapung yang paling tua. Pasar ini perlu
dilestarikan agar tidak hilang sehingga masih bisa dinikmati oleh banyak orang dan
transaksi jual beli masih bisa dilakukan dengan baik. “Pasar Terapung yang ada di
Muara Kuin ini sekarang sudah mulai sepi, tidak banyak pembeli yang berkunjung ke
pasar ini. Penghasilan yang didapatkan juga menjadi tidak menentu. Saya berharap
agar Pasar Terapung ini bisa kembali ramai pengunjung seperti dulu lagi.” Ujar Ibu
Mariana. Untuk melestarikan Pasar Terapung bisa dengan menjaga kebersihan sungai
karena sungai di Kuin sekarang ini sudah mulai kotor sehingga mungkin membuat
pengunjung menjadi merasa tidak nyaman.
2. Wawancara Narasumber Kedua
Informasi kedua yang saya dapatkan dari narasumber yang bernama Ilyas
tentang alat transportasi sungai yang sering disebut feri sebagai sarana penyeberangan
untuk masyarakat di sekitar tempat tinggal saya yaitu di Pulau Alalak. Karena tidak
ada jembatan sebagai penghubung jalan, warga desa Pulau Alalak hanya bisa
menggunakan feri penyeberangan jika ingin bepergian ke daerah seberang.
Sebenarnya banyak warga yang meminta untuk dibuatkan jembatan agar bisa lebih
mudah tanpa harus menggunakan feri, tetapi orang-orang yang bekerja di feri atau
biasa disebut tukang feri tidak setuju. Ilyas, salah satu tukang feri ini mengatakan,
“Jika dibangun jembatan, maka alat transportasi feri ini kemungkinan tidak digunakan
lagi sehingga membuat pekerjanya tidak bisa mendapatkan penghasilan lagi.” Sudah
lebih dari 10 tahun alat transportasi ini masih digunakan hingga sekarang. Feri
penyeberangan ini setiap hari dijalankan mulai dari jam 5 Subuh hingga jam 1 malam.
Penumpangnya selalu banyak dan tidak pernah sepi. Penghasilan yang didapatkan
sebagai tukang feri bisa mencapai kurang lebih Rp 200.000 setiap harinya. Feri
penyeberangan ini merupakan alat transportasi yang penting untuk warga desa Pulau
Alalak.
Selain itu, pengetahuan lokal yang diceritakan oleh narasumber yang bernama
Ilyas yaitu mengenai air sungai di Alalak yang pernah mengalami perubahan warna.
Sungai yang warnanya coklat kadang berubah warna menjadi warna hijau yang
membuat air sungai terlihat terang. Perubahan warna ini biasanya terjadi pada musim
kemarau. Air sungai menjadi terasa asam atau hanta. Air sungai yang asam ini tidak
boleh diminum karena bisa berbahaya bagi kesehatan seperti menimbulkan sakit
perut. “Jika air sungai terasa tawar, maka boleh saja diminum asal harus dimasak
dulu. Tapi jika air sungai yang terasa asam sebaiknya jangan diminum karena bisa
membuat sakit perut.” Ujar Ilyas. Tetapi sekarang air sungai sudah tidak banyak
digunakan sebagai air minum. Air sungai biasanya digunakan untuk mandi dan
mencuci pakaian bagi orang yang tinggal di pinggir sungai.
Air sungai di Alalak terkadang juga terasa asin yang terjadi pada saat musim
kemarau. Jika air sungai asin, maka akan sulit untuk mandi dan mencuci pakaian
karena sabun tidak mengeluarkan banyak busa. Jika air sungai surut, warna airnya
berubah menjadi coklat keruh sehingga tidak layak untuk digunakan. Hal ini
membuat warga menjadi kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
Untuk melestarikan sungai agar tidak tercemar bisa dilakukan dengan tidak
membuang sampah sembarangan dan tidak membuang limbah pabrik ke sungai.
Limbah yang dibuang ke sungai dapat menimbulkan bau tidak sedap dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan jika airnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Jadi, sangat penting untuk menjaga dan merawat kebersihan sungai.
PENUTUP

Dari hasil wawancara yang telah saya lakukan kepada dua narasumber tersebut, maka
dapat diketahui mengenai kearifan lokal dan pengetahuan lokal yang berhubungan dengan
sungai di Kalimantan Selatan, tepatnya di daerah Kuin dan Alalak yang masing-masing telah
dijelaskan oleh kedua narasumber. Pengetahuan lokal dan kearifan lokal ini diwariskan secara
turun-temurun yang harus dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat. Di kalimantan
Selatan banyak terdapat kearifan lokal yang masih berkembang hingga saat ini. Setiap daerah
memiliki kearifan lokal yang berbeda.

Masyarakat yang tinggal di sekitar sungai dapat memanfaatkan air sungai untuk
kebutuhan sehari-hari. Sungai juga dapat dijadikan sebagai sarana transportasi yang masih
banyak digunakan hingga saat ini. Selain itu, sungai juga menjadi tempat sebagai jual beli
dan tempat wisata yang menarik. Menjaga kelestarian sungai sangatlah penting agar
kebersihan sungai tidak tercemar dan tetap terlihat menarik dengan adanya aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh masyarakat di sungai.

Anda mungkin juga menyukai