Anda di halaman 1dari 5

Disusun untuk Memenuhi Tugas dari Bapak Arif Rahman Hakim, S ,S.,M.A.

Dosen Pembina Mata Kuliah :

SOSIOLOGI MASYARAKAT SUNGAI

Disusun Oleh:

Elma Teriana Putri : 1910415220003

PRODI ILMU SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
Kehidupan Petani Karet di Desa Pangelak Kecamatan Upau

Pendahuluan:

Menurut KBBI pohon karet adalah tumbuhan besar yang tingginya mencapai 25 m
dan kulit batangnya menghasilkan getah yang digunakan sebagai bahan membuat ban, bola,
dan sebagainya; pohon para; Hevea brassiliensis; Sedangkan menurut Wikipedia pohon karet
adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber
utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis
(suku Euphorbiaceae).

Karet merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan
salah satu penghasil devisa terbesar. Produksi karet di Indonesia lebih banyak di dominasi
oleh petani-petani kecil yang menghasilkan kurang lebih 80% hasil produksi dibandingkan
dengan pemerintah dan perusahaan swasta. Produsen karet di Indonesia kebanyakan berasal
dari pulau Sumatera dan Kalimantan.

Isi:

Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar dengan jumlah penduduk
yang terlibat pada usaha tani karet setelah Thailand. Adanya penurunan harga karet terlebih
lagi pada masa pandemi covid-19 sangat berdampak terhadap penurunan pendapatan petani
karet yang tidak luput juga dari petani karet di desa Pangelak kecamatan Upau. Komoditas
karet memiliki manfaat dan kegunaan hampir di setiap aspek kehidupan manusia. Meskipun
produk yang berbahan dasar karet terlihat sederhana, namun karet sangatlah berperan penting
dalam membantu kegiatan aktifitas masyarakat sehari-hari.

Ada beberapa kesulitan yang dialami oleh petani karet di desa Pangelak kecamatan Upau,
Menurut Wawancara saya dengan Ibu Rusmilawati bersama dengan suaminya Bapak Ruby
Arius ada beberapa hal yang menjadi kendala mereka selama menekuni profesi sebagai petani
karet di kebun sendiri dan kebun keluarganya (mengarun), “Kesulitannya ya soal fisik dan
tenaga ya, kalo pas menorehnya gak terlalu capek, tapi pas saat mengangkat hasil getahnya
itu yang capek sekali, karena harus mengangkut getah-getah karet itu”. Ibu Rusmilawati
mengatakan bahwa selain faktor cuaca, jalan yang rusak, ada juga faktor fisik dan tenaga
yang menjadi kesulitan mereka selama menjadi petani karet. Hal ini diakibatkan oleh
beratnya proses untuk mengambil getah karet dari pohonnya. Mengangkut getah karet dari
satu pohon ke pohon lainnya cukup menguras tenaga.

Adapun tahapan pada proses pengambilan getah karet atau yang sering disebut dengan
penyadapan karet terbagi menjadi tiga tahap, yakni: proses melukai batang pohon karet atau
menyadap karet, memupuk atau dikenal dengan membekukan getah yang sudah di sadap dan
proses pengangkatan hasil dari getah karet. Diantara ketiga tahapan tersebut tahapan
pengangkatan hasil dari getah karet yang sangat membutuhkan kekuatan fisik yang jauh lebih
besar dibandingkan kedua tahapan lainnya.

Dalam dunia pertanian memang membutuhkan yang namanya sesuatu yang baru.
Demi perkembangan dalam dunia pertanian dibutuhkan yang namanya trobosan terbaru yang
sangat berpengaruh bagi sektor pertanian.

Karena terjadinya masalah dalam dunia pertanian terciptalah sebuah pola pikir untuk
membuat sesuatu yang baru yang disebut dengan sebuah inovasi dan dengan pemikiran
tersebut terjadi lah sebuah kemajuan bagi sektor pertanian.

Bagi masyarakat desa Pangelak, kecamatan Upau inovasi yang mereka lakukan berdasarkan
percobaan sendiri melalui kearifan dan pengetahuan lokal mereka. Tanpa menggunakan
perhitungan statistik dan rumusan teori mereka berinovasi sendiri, demi meningkatkan
kualitas karet mereka. Bermodal pengetahuan seadanya mereka membuat inovasi, seperti
yang dilakukan oleh Ibu Rusmilawati dan Bapak Ruby Arius, mereka mencampurkan
Sunlight yang merupakan sabun pencuci piring kedalam tawas yang dilarutkan dalam air
untuk membekukan getah. Hal ini mereka lakukan karena saat ini pupuk TSP sangat jarang di
temukan di pasaran, khususnya di desa Pangelak kecamatan Upau dan juga ketika ada di
perjual belikan di pasar harganya menjadi 2 kali lipat dari sebelumnya. “Ya mau gak mau
harus cari cara lain, karena pupuk sekarang susah dicari, di tambah kalo ada pun, harganya
sudah tidak seperti dulu”. Menurut Bapak Ruby, penggunaan tawas yang dicampurkan
dengan sunlight sebagai pembeku getah cukup efektif, walau reaksinya tidak secepat pupuk
TSP yang biasa mereka pakai “Sebenarnya jika ingin menghemat biaya bisa saja
menggunakan air jeruk nipis, tapi pengerjaannya tidak efektif dan banyak menghabiskan
waktu jika harus memeras air jeruk nipis dulu” Menurut pengakuan Bapak Ruby Didesa
pangelak banyak cara yang dapat dilakukan untuk membekukan getah juga tidak hanya bisa
menggunakan pupuk TSP ataupun tawas tetapi juga bisa menggunakan air jeruk nipis, cuka
makan yang dilarutkan ke air, buah gadung yang dipotong-potong, ubi nanas yang dipotong-
potong, dan juga daun kayu sungkai yang ditumbuk. Banyak sekali pengetahuan lokal mereka
tentang cara membekukan getah, tetapi cara-cara yang mereka tahu cukup sulit dan memakan
banyak waktu untuk dilakukan.

Musim merupakan salah satu hal yang berpengaruh bagi para petani karet, karena hal
itu sangat menentukan para petani karet bisa bekerja atau tidak. Ketika musim hujan tiba para
petani karet akan mengalami kesusahan, dikarenakan ketika hujan, pohon karetnya akan
sangat basah dan itu akan membuat kualitas dari getah yang dihasilkan tidak optimal,
kemudian jika musim kemarau tiba juga akan mengalami kesulitan dikarenakan pohon karet
akan mengalami kesusutan yang membuat getah karet tidak banyak keluar seperti biasanya
yang otomatis hasil yang didapat pun tidak seperti biasanya.

Bapak Ruby mengaku jika pada musim kemarau tiba, sungai disekitar kebun karetnya
sangat berperan penting untuk mereka. Air dari sungai mereka gunakan untuk mencuci
peralatan bekas menyadap karet, air dari sungai juga diperlukan untuk melarutkan pupuk TSP
ataupun Tawas yang digunakan untuk membekukan getah, kemudian air sungai juga berguna
sebagai campuran pestisida ketika sudah tiba waktunya kebun karet itu harus disemprot
menggunakan pestisida agar rumput dan ilalang yang tumbuh mengganggu proses menyadap
nanti. Menurut bapak Ruby dan ibu Rusmilawati sungai sangat bermanfaat bagi mereka,
apalagi saat musim kemarau tiba.

Penutup:
Sebagai salah satu pengekspor terbesar, hal ini didasari dari peningkatannya produksi
bahan mentah karet dan menjadi penopang perekonomian yang sangat menjanjikan,
menyadap pohon karet sangat membutuhkan tenaga dan waktu dan oleh itu mesin sadap karet
pun harusnya dibuat dan diberikan bantuan kepada para petani karet agar petani karet lebih
maksimal dalam hal menyadap.

Pengaturan tata guna lahan untuk lahan kebun karet, pemilihan klon unggul karet yang
sesuai, penanaman tanaman sela,disertai dengan penerapan kultur teknis yang tepat akan
memberikan dampak positif terhadap pelestarian lingkungan secara berkelanjutan, sekaligus
menghasilkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja bagi penduduk, dan menambah
devisa negara

Pohon karet juga memiliki berbagai manfaat dan kegunaan yang sangat berperan penting bagi
kehidupan. Janganlah kita memandang rendah pekerjaan petani karet karena kita juga tau
kerasnya pekerjaan petani karet dan hargailah para petani karet karena jerit payah petani
dapat kita rasakan sampai sekarang.

Note:

*Mengarun : Mengarun merupakan sebuah istilah ketika seseorang mengerjakan kebun karet
orang lain dan hasil dibagi rata dengan sang pemilik kebun karet.

Referensi :

Anwar, C. 2012. Prospek karet masih bagus. Media Perkebunan 106 (November): 6869.

Azwar, R., N. Alwi, dan Sunarwidi. 1989. Kajian komoditas dalam pembangunan hutan
tanaman industri. Prosiding Lokakarya Nasional Hutan Tanaman Industri Karet, Medan,
2830 Agustus 1989. Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih

https://media.neliti.com/media/publications/30935-ID-prospek-pengembangan-karet-di-
wilayah-daerah-aliran-sungai.pdf

Anda mungkin juga menyukai