Anda di halaman 1dari 5

Khutbah I

َ‫ أَ ْش َه ُد أَنْ الَ إِ َل َه إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ ال‬.ِ‫اعات‬ َ ‫الط‬ َّ ‫ أَ َم َر َنا ِب َترْ ك ْال َم َنا ِهيْ َو ِفعْ ِل‬  ْ‫الحمْ ُد هلِل ِ الَّ ِذي‬ َ
.ِ‫ َوأَ ْش َه ُد أَنَّ َسيِّدنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ي ِب َق ْولِ ِه َو ِفعْ لِ ِه إِ َلى الرَّ َشاد‬، ‫ْك َل ُه‬ َ ‫َش ِري‬
‫ب َو َع َلى‬ ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع َلى آلِ ِه َوأَصْ َحاِب ِه ال َها ِدي َْن لِلص ََّوا‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم َف‬
ِ ‫ان إِ َلى َي ْو ِم ْال َمآ‬
‫ب‬ ٍ ‫ال َّت ِاب ِعي َْن َل ُه ْم ِبإِحْ َس‬
ُ‫هللا َح َّق ُت َقاتِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ إِالَّ َوأَنـْ ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن َف َق ْد َقا َل هللا‬َ ‫ ِا َّتقُ ْوا‬،‫ َف َيااَ ُّي َها ْالمُسْ لِم ُْو َن‬،‫أَمَّا َبعْ ُد‬
‫ِيه ْم َو َت ْش َه ُد أَرْ ُجلُ ُه ْم ِب َما‬
ِ ‫ ْال َي ْو َم َن ْخ ِت ُم َع َلى أَ ْف َواه ِِه ْم َو ُت َكلِّ ُم َنا أَ ْيد‬:‫الى فِي ِك َت ِاب ِه ْال َك ِري ِْم‬
َ ‫َت َع‬
‫ُون‬َ ‫َكا ُنوا َي ْكسِ ب‬
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri, juga kepada para hadirin
sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhânahu wa
ta’âlâ dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-larangan-Nya. 

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Sejarah hoaks atau kabar palsu bisa dikatakan setua sejarah awal-awal
diciptakan manusia. Kita barangkali akrab dengan cerita Nabi
Adam 'alaihissalam diciptakan oleh Allah ‫ ﷻ‬sebagai khalifah. Melalui
anugerah ilmu, Allah memuliakan Nabi Adam di atas malaikat dan iblis.
Kemuliaan itu ditandai dengan perintah-Nya kepada para malaikat dan iblis
untuk bersujud (hormat) kepada Nabi Adam. Ketika itu semua patuh
bersujud, kecuali iblis yang sombong. Dari sinilah permusuhan iblis dan
manusia dimulai, termasuk munculnya pertama kali hoaks dari iblis kepada
manusia.

Setelah peristiwa itu Allah memerintahkan kepada Nabi Adam dan istrinya
Hawa untuk tinggal di surga dengan bahagia. Mereka berdua dibebaskan
mengambil makanan apa saja dan dari mana saja tanpa susah payah.
Mereka hanya dilarang mendekati pohon tertentu, apalagi sampai
memakan buahnya. Bila dilanggar, maka keduanya akan masuk golongan
yang zalim dan durhaka. Kisah ini terekam dengan baik dalam Surat al-
Baqarah.

Ulama berbeda pendapat tentang nama pohon dan buah yang dimaksud.
Tapi beredar di kalangan kita saat ini nama populer “pohon atau buah
khuldi”. Secara bahasa khuldi berarti keabadian. Kesimpulan ini mengacu
pada kutipan di Surat Taha ayat 120 bahwa setan membisikkan rayuan
jahat kepada Nabi Adam agar mendekati dan memakan buah dari “pohon
keabadian” itu.

َ ُّ‫ْطانُ َقا َل َيا آدَ ُم َه ْل أَ ُدل‬


‫ك َع َل ٰى َش َج َر ِة ْال ُخ ْل ِد َوم ُْلكٍ اَل َي ْب َل ٰى‬ َ ‫س إِ َل ْي ِه ال َّشي‬
َ ‫َف َوسْ َو‬
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata:
‘Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan
kerajaan yang tidak akan binasa?’.” (QS Taha: 120)

Setan menggoda Adam dan Hawa dengan sebuah pohon yang


digambarkan akan memberikan efek hidup abadi, juga kekuasaan yang
berlangsung langgeng. Dari ayat ini kita tahu bahwa nama “pohon khludi”
bukan pemberian dari Allah, melainkan dari setan yang tengah dikuasai
rasa iri dan dengki terhadap Nabi Adam. 

Dalam Surat al-A’raf ayat 20 juga dijelaskan bagaimana kata-kata setan


dalam merayu mereka berdua: "Tuhan melarang kamu berdua mendekati
pohon ini lantaran tidak ingin melihat kalian menjadi malaikat dan kekal,
terus menerima nikmat yang tanpa terputus di dalam surga." Setan
menggoda keduanya agar melanggar perintah Allah. Sehingga pakaian
mereka terlepas dan auratnya terlihat.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Apa yang diembuskan oleh setan kepada Nabi Adam dan Hawa adalah
hoaks. Informasi tersebut memang tampak manis dan menjanjikan tapi
sesungguhnya dusta dan palsu. Kenapa dusta dan palsu? Karena pada
kenyataannya setelah pohoh itu didekati dan buahnya dimakan, yang ada
justru keduanya dikeluarkan dari surga. Setan melancarkan cara-cara licik
ini untuk menjerumuskan manusia agar berbuat durhaka kepada Allah.

Ibnu ‘Asyur dalam kitab tafsirnya at-Tahrîr wat Tanwîr menjelaskan bahwa


nama indah “pohon keabadian” sengaja diciptakan setan untuk
mengundang daya tarik serta mengelabuhi manusia yang memang punya
kecenderung untuk bisa hidup lama. Dengan bahasa lain, nama "pohon
keabadian" itu merupakan bagian dari skenario hoaks yang didesain setan
agar Nabi Adam terjerumus dalam tipuannya..

Inilah episode Adam dan Hawa kemudian keluar dari kenikmatan dan
kemuliaan surga, lalu tinggal di bumi. Di bumi manusia berkembang biak
dan sarat dengan pertikaian, serta kesenangan-kesenangan yang pasti
fana.

Usai sadar bahwa dirinya tergelincir oleh hoaks yang diiming-imingkan


setan, Nabi Adam segera bertobat.
‫اب َع َل ْي ِه إِ َّن ُه ه َُو ال َّت َّوابُ الرَّ حِي ُم‬ ٍ ‫َف َت َل َّق ٰى آدَ ُم ِمنْ َر ِّب ِه َكلِ َما‬
َ ‫ت َف َت‬
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah
menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha-Penerima tobat lagi Maha-
Penyayang." (QS al-Baqarah: 37)

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Demikianlah bahaya hoaks. Ia lebih dari sekadar mengelabuhi


pengetahuan, melainkan juga menurunkan kemuliaan manusia. Beda
hoaks dengan kabar keliru biasa (yang tak sengaja) terletak pada niatan
buruk yang mendorongnya. Dan itulah yang dilakukan iblis kepada
manusia pertama.

Iblis memang telah dikutuk karena membangkang dari perintah Allah untuk
bersujud (hormat) kepada Nabi Adam. Namun, sebagaimana diungkapkan
dalam Surat al-A’raf ayat 14-17, iblis telah meminta kesempatan Allah
untuk diberi hidup sampai hari kebangkitan, dan Allah mengabulkan
permintaannya. Selanjutnya iblis bersumpah akan menyesatkan keturunan
Adam. Ia bertekad akan memalingkan manusia dari jalan kebenaran
dengan menggunakan segala cara.

Tidak aneh bila perbuatan kotor iblis, seperti menyebar hoaks, masih kita
temui hingga sekarang, bahkan mungkin sampai hari kiamat datang. Ini
adalah buah kerja keras iblis dalam menggoda manusia agar menempuh
jalan sesat. 

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Islam sangat peduli dengan kejujuran dan kebenaran. Agama luhur ini
mengajarkan tiap orang yang menerima kabar dari sumber yang tidak jelas
untuk melakukan tabayun atau klarifikasi. Pastikan berita yang diterima
benar-benar akurat. Setelah diyakini akurat pun tidak serta merta boleh
langsung menyebarkannya lagi sebelum benar-benar yakin akan
berdampak maslahat, minimal tidak menimbulkan mudarat.

Di era media sosial yang sangat bebas ini peluang untuk berbuat salah pun
semakin luas. Kebebasan yang tak terkendali bisa jadi tidak membawa
berkah malah menjadi musibah bagi pemiliknya. Mari jaga hati, pikiran,
lisan, dan tangan agar selamat dari langkah-langkah setan. Dalam Islam
kita diajarkan bahwa tiap gerak kita tak luput dari pengawasan Allah
‫ ﷻ‬dan karena itu tidak akan luput dari pertanggungjawaban di akhirat
kelak.

Imam Syafi’i pernah berkata dalam kitab Ar-Risâlah:

ُ‫ص ْدقُه‬
ِ ‫ف‬ ُ ‫الح ِدي‬
ُ ‫ْث َع َّم ْن اَل يُع َْر‬ َ ‫ك‬ َ ِ‫ َو َذل‬،‫ب الَّ ِذيْ نَهَاهُ ْم َع ْنهُ هُ َو ْال َك ِذبُ ْال َخفِ ُّي‬
َ ‫أَ َّن ْال َك ِذ‬
“Sesungguhnya kebohongan yang juga dilarang adalah kebohongan tak
terlihat (kadzib khafi), yakni menceritakan kabar dari orang yang tak jelas
apakah ia jujur atau tidak.”

Bila menyebar informasi yang masih samar-samar tingkat akurasinya saja


kita sudah bisa divonis berbohong, apalagi bila kita dengan sengaja
menyebarkan berita yang jelas-jelas hoaks. Kedengkian iblis kepada Nabi
Adam jangan sampai menjadi teladan bagi umat sekarang, sehingga
antarsesama saudara sebangsa pun harus saling memusuhi dan
menjatuhkan. Wallahu a’lam bish shawab.

‫ َونَفَ َعنِي َوإِيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل‬،‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ِ ْ‫ك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُر‬ َ ‫بَا َر‬
ُ‫ َوأَقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا فَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم إِنَّه‬،‫هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوإِنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬
ِ ‫هُ َو ال َغفُ ْو ُر الر‬
‫َّحيْم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫لى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ‬
‫لى إِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ َع َ‬‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َع َ‬
‫إلى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم‬ ‫اعى َ‬ ‫ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد َّ‬
‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ ال َّد ِ‬ ‫َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬ ‫َ‬
‫أَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا هللاَ فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَه ُْوا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُم ْوا أَ َّن هللاَ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر‬
‫ُصلُّ ْو َن َعل َى النَّبِى يآ‬ ‫ال تَعاَلَى إِ َّن هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ ي َ‬ ‫بَ َدأَ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ‬
‫صلَّى هللاُ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬
‫اَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا َ‬
‫ض‬ ‫ك َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِي َْن َوارْ َ‬ ‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ َ‬
‫اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِـء الرَّا ِش ِدي َْن أَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِى َو َع ْن بَقِيَّ ِة الص َ‬
‫َّحابَ ِة‬
‫ك يَا أَرْ َح َم‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ‬
‫ان اِلَىيَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن َوارْ َ‬
‫َّاح ِمي َْن‬
‫الر ِ‬
‫ت اللهُ َّم‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ك ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬ ‫أَ ِع َّز ْا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك إِلَى يَ ْو َم‬ ‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو َد ِّمرْ أَ ْع َدا َء ال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬ ‫َم ْن نَ َ‬
‫ظهَ َر‬ ‫لوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َح َن َما َ‬ ‫ال ِّد ْي ِن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْا َ‬
‫صةً َو َسائِ ِر ْالب ُْل َدا ِن ْال ُم ْسلِ ِمي َْن عآ َّمةً يَا َربَّ‬ ‫ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫ْال َعالَ ِمي َْن‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫لخا ِس ِري َْن‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُرنَا بِاْل َع ْد ِل‬ ‫اإن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن ْا َ‬ ‫اَ ْنفُ َسنَا َو ْ‬
‫ان َوإِيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ‫َو ْا ِإلحْ َس ِ‬
‫هللا أَ ْكبَرْ‬ ‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِ‬‫تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬

Anda mungkin juga menyukai