Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dalam kehidupan kita tentu tidak lepas dari masalah


kesehatan. Masalah kesehatan yang dihadapi tentunya harus
memiliki manajemen yang baik. Dan dalam hal ini, pemerintah turut
campur tangan di bawahi oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes).
Sebagai suatu lembaga yang mengatur jalannya sistem kesehatan di
Indonesia, Kementrian Kesehatan sangat bertanggung jawab akan hal
ini. Kemenkes selaku pembuat kebijakan kesehatan juga perlu
melakukan analisis terhadap setiap kebijakan kesehatan yang dibuat
supaya derajat kesehatan di Indonesia lebih terarah untuk mencapai
Indonesia Sehat. Lebih lanjut penjelasan mengenai “Analisis
Kebijakan Kesehatan”, akan dibahas dalam makalah ini
Daftar Isi

Kata pengantar…………………………………………………………………… i

Daftar Isi……………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………1


1.2 Tujuan……………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Kebijakan Kesehatan….……………………2

2.2 Peran Analisis Kebijakan…………………………….………………….2

2.3 Perumusan Masalah Kebijakan…………………….……………….3

2.4 Pendekatan Analisis kebijakan………………………..…………….4

2.5 Argumen Kebijakan…………………………………………,……………6

2.6 Bentuk Analisis Kebijakan………………………………….………….7

2.7 Peranan Politik……………………………………………….….………….8

2.8 Sistem Kesehatan………………………………………………………….9

2.9 Kebijakan kesehatan di Indonesia…………………………………11

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan……………………………………………………………….….12

3.2 Saran…………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENULISAN


Dalam kehidupan kita tentu tidak lepas dari masalah kesehatan. Masalah
kesehatan yang dihadapi tentunya harus memiliki manajemen yang baik. Dan
dalam hal ini, pemerintah turut campur tangan di bawahi oleh Kementrian
Kesehatan (Kemenkes). Sebagai suatu lembaga yang mengatur jalannya sistem
kesehatan di Indonesia, Kementrian Kesehatan sangat bertanggung jawab akan hal
ini. Kemenkes selaku pembuat kebijakan kesehatan juga perlu melakukan analisis
terhadap setiap kebijakan kesehatan yang dibuat supaya derajat kesehatan di
Indonesia lebih terarah untuk mencapai Indonesia Sehat. Lebih lanjut penjelasan
mengenai “Analisis Kebijakan Kesehatan”, akan dibahas dalam makalah ini.

1.2. TUJUAN PENULISAN


Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas kelompok
Dasar AKK. Selain itu juga, agar para pembaca sekalian dapat menambah
pengetahuan dalam lingkup Dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan khususnya
mengenai Analisis Kebijakan Kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN


Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti
atau dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti
karangan, perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya (Balai Pustaka, 1991).
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam
terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada keputusan tentang alternative
terbaik[8]. Kebijakan  adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara
bertindak (tentag organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan,
prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara
untuk mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah
konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi
pertumbuhan penduduk dan dinamika penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka,
1991).
Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1991), kebijaksanaan adalah kepandaian
seseorang menggunakan akal budinya (berdasar pengalaman dan
pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.[11]
Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu
yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan
kemanusiaan, keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung makna
melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan tertentu.
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara soial dan ekonomi (RI, 1992).[9]  Pengertian ini cenderung tidak
berbeda dengan yang dikembangkan oleh WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu
kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan bukan
hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.[13] Menurut UU No. 36, tahun
2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. [12]
Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian
dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan
dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam  rangka
memecahkan masalah kebijakan kesehatan.

2.2. PERAN ANALISIS KEBIJAKAN


Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis
kebijakan publik. Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan
akan analisis kebijakan dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian
analisis kebijakan kesehatan muncul.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan
memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah:

 Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang


fokus pada  masalah yang akan diselesaikan.

 Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu.


Satu disiplin kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini
analisis kebijakan kesehatan menggabungkan keduanya yang kemudian
menjadi sub kajian baru dalam khazanah keilmuan.
 Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan
jenis tindakan kebijakan apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu
masalah.
 Memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang
sesuai atas suatu masalah yang awalnya tidak pasti.
 Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang muncul
kemudian akibat dari produk kebijakan yang telah
diputuskan/diundangkan.

2.3. PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN


Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum
terpenuhi, tetapi dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik.
Tingkat kepelikan masalah tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang
dipandang paling panting.
Staf puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi kebutuhan),
cenderung memandang aspek imbalan dari puskesmas sebagai masalah mandasar
dari pada orang yang punya komitmen pada kualitas pelayanan kesehatan.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah
kebijakan, adalah:

1. Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi)


seringkali mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan
kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem
masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang
lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah
diindentifikasi, diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh:
Populasi udara secara objektif dapat diukur (data). Data ini menimbulkan
penafsiran yang beragam (a.l. gang-guan kesehatan, lingkungan, iklim,
dll). Muncul situasi problematis, bukan problem itu sendiri.
3. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis,
sehingga dapat menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana
perubahan yang terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat
memunculkan masalah baru, yang membutuhkan pemecahan masalah
lanjutan.
5. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan
dan sistem masalah kebijakan.[3][10]

2.4. PENDEKATAN ANALISIS KEBIJAKAN


Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan
Normatif (Dunn, 1988).

1. Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu


apakah sesuatu itu ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih
menekankan penjelasan sebab akibat dari kebijakan publik. Contoh,
Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan pembelanjaan negara untuk
kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang dihasilkan adalah
Penandaan.
2. Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu
berkaitan dengan penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari
beberapa kebijakan. Jenis informasi yang dihasilkan bersifat Evaluatif.
Contoh: setelah menerima informasi berbagai macam kebijakan KIA –
KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan
biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan konsekuensinya.
3. Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu
Tindakan apa yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang
dapat memecahkan masalah problem kebijakan, merupakan inti
pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran atau rekomendasi.
Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadi
Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas
pelayanan di puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan
masyarakat. [1][3]

Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat


memanfaatkan berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun
model panelitian yang lazim digunakan adalah penelitian operasional, terapan atau
praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan,
evaluatif, dan anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang
jelas (metode penelitian). Menurut Dunn (1988), dalam Analisis Kebijakan,
metode analisis umum yang dapat digunakan, antara lain:
1)      Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan
informasi mengenai sebab akibat kebijakan di masa lalu.
2)      Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan
informasi mengenai akibat kebijakan di masa depan.
3)      Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa
lalu dan masa datang.

METODE ANALISIS
METODE ANALISIS UMUM
KEBIJAKAN
Deskripsi Perumusan Masalah
Prediksi Peliputan (monitoring)
Evaluasi Peramalan (forecasting)
Preskripsi Evaluasi (evaluation)
(petunjuk) Rekomendasi (recommendation)
Penyimpulan Praktis
(Practical inference)

Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar
masalah kebijakan dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada
dekatnya hubungan kesimpulan yang diambil dengan nilai dan norma sosial.
Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab kesalahpahaman mengenai makna
Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang kurang operasional atau
kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang sesungguhnya.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif,
dan anjuran, maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang,
yaitu:
1)      Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen
dengan memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah,
peliputan, dan peramalan.
2)      Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen
dengan memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah,
peliputan, peramalan, dan rekomendasi.
3)      Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen
dengan memanfaatkan seluruh (6) jenjang metode analisis, yaitu perumusan
masalah, peliputan, peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan praktis.

2.5. ARGUMEN KEBIJAKAN


Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan
menghasilkan informasi. Analisis kebijakan juga harus memanfaatkan atau
memindahkan informasi sebagai bagian dari argumen yang bernalar mengenai
kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan publik. Menurut Dunn
(1988) struktur argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan
dapat menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah
kebijakan.
Berdasarkan struktur argumen, dapat diketahui bahwa seorang analisis kebijakan
dapat menempuh langkah yang benar, dengan memanfaatkan informasi dan
berbagai metode menuju kepada pemecahan masalah kebijakan; dan tidak sekedar
membenarkan alternatif kebijakan yang disukai

.
2.6. BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan
digunakan. Pilihan bentuk analisis yang tepat, menghendaki pemahaman masalah
secara mendalam, sebab kondisi masalah yang cenderung menentukan bentuk
analisis yang digunakan.
Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1991)
dapat diuraikan beberapa bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan.

2.6.1.   Analisis Kebijakan Prospektif


Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum
tindakan kebijakan ditentukan dan dilaksanakan. Menurut Wiliam (1971), ciri
analisis ini adalah:
- mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat
dipilih dan dibandingkan.
- diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan
keputusan kebijakan.
- secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.

2.6.2.   Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR)


Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian, dengan tujuannya
adalah penciptaan dan pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil.
Beberapa analisis kebijakan restropektif, adalah:

1. Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan


pengujian teori dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab
akibat kebijakan. Contoh: Upaya pencarian teori dan konsep kebutuhan
serta kepuasan tenaga kesehatan di Indonesia, dapat memberi kontribusi
pada pengembangan manajemen SDM original berciri Indonesia
(kultural). Orientasi pada tujuan dan sasaran kebijakan tidak terlalu
dominan. Dengan demikian, jika ditetapkan untuk dasar kebijakan
memerlukan kajian tambahan agar lebih operasional.
2. Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan
sebab akibat dari kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum.
Contoh: Pendidikan dapat meningkatkan cakupan layanan kesehatan.
Orientasi tujuan bersifat umum, namun dapat memberi variabel kebijakan
yang mungkin dapat dimanipulasikan untuk mencapai tujuan dan sasaran
khusus, seperti meningkatnya kualitas kesehatan gigi anak sekolah melalui
peningkatan program UKS oleh puskesmas.
3. Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih
tajam untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para
pelakunya. Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk
mengevaluasi hasil kebijakan khusus, merumuskan masalah kebijakan,
membangun alternatif kebijakan yang baru, dan mengarah pada
pemecahan masalah praktis. Contoh: analis dapat memperhitungkan
berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
pelayanan KIA di Puskesmas. Informasi yang diperoleh dapat digunakan
sebagai dasar pemecahan masalah kebijakan KIA di puskesmas.

2.6.3.   Analisis Kebijakan Terpadu


Bentuk analisis ini bersifat konprehensif dan kontinyu, menghasilkan dan
memindahkan informasi gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan
kebijakan dilakukan. Menggabungkan bentuk prospektif dan restropektif, serta
secara ajeg menghasilkan informasi dari waktu ke waktu dan bersifat
multidispliner.
Bentuk analisis kebijakan di atas, menghasilkan jenis keputusan yang relatif
berbeda yang, bila ditinjau dari pendekatan teori keputusan (teori keputusan
deksriptif dan normatif), yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1)   Teori Keputusan Deskriptif, bagian dari analisis retrospektif, mendeskripsikan
tindakan dengan fokus menjelaskan hubungan kausal tindakan kebijakan, setelah
kebijakan terjadi. Tujuan utama keputusan adalah memahami problem kebijakan,
diarahkan pada pemecahan masalah, namun kurang pada usaha pemecahan
masalah.
2) Teori Keputusan Normatif, memberi dasar untuk memperbaiki akibat tindakan,
menjadi bagian dari metode prospektif (peramalan atau rekomendasi), lebih
ditujukan pada usaha pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung.

2.7.   PERANAN POLITIK


Analisis kebijakan merupakan proses kognitif. Pembuatan kebijakan
merupakan proses Politik. Dengan demikian Informasi yang dihasilkan belum
tentu digunakan oleh pengambilan kebijakan.
Seorang analis harus aktif sebagai agen perubahan, paham struktur politik,
berhubungan dengan orang yang mempengaruhi kebijakan yang dibuat, membuat
usulan yang secara politis dapat diterima pengambil kebijakan, kelompok sasaran,
merencanakan usulan yang mengarah kepada pelaksanaan.
Analis hanya satu dari banyak pelaku kebijakan, dengan pelaku kebijakan
merupakan salah satu elemen sistem kebijakan. Dunn (1988) menjelaskan adanya
3 elemen dalam sistem kebijakan, yang satu sama lain mempunyai hubungan.
Dapat dijelaskan bahwa 3 elemen sistem kebijakan saling berhubungan:
1)      Kebijakan publik, merupakan serangkaian pilihan yang dibuat atau tidak
dibuat oleh badan atau kantor pemerintah, dipengaruhi atau mempengaruhi
lingkungan kebijakan dan kebijakan publik.
2)      Pelaku kebijakan, adalah kelompok masyarakat, organisasi profensi, partai
politik, berbagai badan pemerintah, wakil rakyat, dan analis kebijakan yang
dipengaruhi atau mempengaruhi pelaku kebijakan dan kebijakan publik.
3)      Lingkungan kebijakan, yakni suasana tertentu tempat kejadian di sekitar isu
kebijakan itu timbul, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pelaku kebijakan dan
kebijakan publik.
Berdasarkan uraian di atas, maka seorang analis kebijakan dapat dikategorikan
sebagai aktor kebijakan yang menciptakan dan sekaligus menghasilkan sistem
kebijakan, disamping aktor kebijakan yang lainnya.

2.8.   SISTEM KESEHATAN


Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai sistem kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang
kesehatan.

2.9. KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA


2.9.1. Isu strategis
►  Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum
optimal
►  Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum optimal
► Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kurang
memadai
► Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan
masih terbatas.
2.9.2. Strategi kesehatan di Indonesia
►  Mewyjudkan komitmen pembangunan kesehatan
►  Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan
►  Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan
►  Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
►   Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan
2.9.3. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
►   Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE)
►   Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda
►   Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
2.9.4. Kebijakan program lingkungan sehat
►   Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
►   Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
►   Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
►   Pengembangan wilayah sehat

2.9.5. Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan


►  Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya
►  Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya
►  Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial
►  Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya
promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana
►  Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
2.9.6. Kebijakan program upaya kesehatan perorangan
►  Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS
►  Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal secara selektif
►  Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit
►  Pengadaan obat dan perbekalan RS
►  Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
►  Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga
►  Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
2.9.7. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
►  Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
►  Peningkatan imunisasi
►  Penemuan dan tatalaksana penderita
►  Peningkatan surveilans epidemologi
►  Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit
2.9.8. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat
►  Peningkatan pendidikan gizi
►  Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan
zat gizi mikro lainnya
►  Penanggulangan gizi lebih
►  Peningkatan surveilans gizi
►   Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

2.9.9. Kebijakan program sumber daya kesehatan


► Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
► Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama
untuk penduduk miskin
► Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
2.9.10. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
►  Pengkajian dan penyusunan kebijakan
►  Pengembangan sistem perencanaan dan pengangaran, pelaksanaan dan
pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta
hukum kesehatan
►  Pengembangan sistem informasi  kesehatan
►  Pengembangan sistem kesehatan daerah
►  Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan
2.9.11. Kebijakan program penelitian dan pengembagan kesehatan
►  Penelitian dan pengembangan
►  Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian
►  Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan
kesehatan

BAB III
PENUTUP
3.1.   KESIMPULAN
Analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan
kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam  rangka
memecahkan masalah kebijakan kesehatan.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan
memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaannya.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah
kebijakan, adalah Interdepensi (saling tergantung), Subjektif, Artifisial, Dinamis
dan Tidak terduga.
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan
Normatif (Dunn, 1988).
Metode analisis kebijakan, yaitu Metode peliputan (deskripsi), Metode peramalan
(prediksi) dan Metode evaluasi. 3 jenjang Metode analisis kebijakan, yaitu
Pendekatan modus operandi, Pendekatan modus evaluative dan Pendekatan
modus anjuran.
Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan
informasi. Analisis kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan
informasi sebagai bagian dari argumen yang bernalar mengenai kebijakan publik
untuk mencari solusi masalah kebijakan publik. Menurut Dunn (1988) struktur
argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan dapat
menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah
kebijakan.
Bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan, yaitu Analisis Kebijakan
Prospektif, Analisis Kebijakan Restropektif (AKR) dan Analisis Kebijakan
Terpadu.
Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem kebijakan, yang satu
sama lain mempunyai hubungan, yaitu Kebijakan public, Pelaku kebijakan dan
Lingkungan kebijakan.
Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai sistem kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang
kesehatan.
Kebijakan kesehatan di Indonesia, yaitu Kebijakan program promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat, Kebijakan program lingkungan sehat, Kebijakan
program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan, Kebijakan program upaya
kesehatan perorangan, Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit, Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat, Kebijakan program
sumber daya kesehatan, Kebijakan program kebijakan dan manajemen
pembangunan kesehatan dan Kebijakan program penelitian dan pengembagan
kesehatan.
3.2.SARAN
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam masalah kesehatan, disarankan
dilakukan dahulu analisis kebijakan kesehatan. Dengan demikian, dapat
memberikan keputusan yang fokus pada  masalah yang akan diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA
AnneAhira.com. Konsep dan Implementasi Analisis Kebijakan Kesehatan (online)
http://www.AnneAhira.com/artikel/analisis-kebijakan-kesehatan.html.
Arif Kurniawan. Kebijakan Kesehatan (online)
http://images.albadroe.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Rt5PkgoKCsA
AABj74Sc1/kebijakan%20kesehatan.ppt?nmid=56606948.
Ayun Sriatmi. Sejarah analisis kebijakan dan kerangka analisis kebijakan (online)
http://eprints.undip.ac.id/6256/1/Kerangka_analisis_kebijakan_-_ayun_sriatmi.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3737/1/fkm-juanita2.pdf
Pasolong Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23 tahun 1992, tentang
Kesehatan. Penerbit Sinar Grafika 1992
Siagian SP. 1985. Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan Dan Strategi
Organisasi. Jakarta : PT. Gunung Agung
Surya Utama. Dasar-Dasar Analisis Kebijakan Kesehatan (online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3765/1/fkm-surya4.pdf.
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Undang-Undang Kesehatan dan Rumah
Sakit 2009. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Yustisia
Tulchinsky Ted., Varavikova Elena. The New Public Health (text book)
 

Anda mungkin juga menyukai