Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

KEUANGAN DAERAH

NAMA : JUFRI ABD. GANI


NIM : 20180411034131
KELAS :B
UU NO. 12 TAHUN 2019
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
“ BERBAGAI KEJANGGALAN PENGESAHAN APBD “KILAT” KOTA
PADANGSIDIMPUAN TERUNGKAP”

Berbagai polemic timbul baik sebelum maupun pada saat pengesahan APBD Kota
Padangsidimpuan tahun 2020. APBD sebesar Rp 880.014.654.974 Bedasarkan hasil penetapan
paripurna. APBD Pemko Padangsidimpuan tahun anggaran 2020 terdiri pendapatan Rp
871.214.654.974 kemudian Belanja sebesar Rp 880.014.654.974 atau terjadi kelebihan belanja
(defisit) Rp 8.800.000.000 Namun, lebih tingginya belanja dibandingkan pendapatan itu tidak akan
menjadi kendala. Sebab, tahun 2020 ini pemko padangsidimpuan memperoleh penerimaan
pembiayaan Daerah dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) sebesar Rp 15.800.000.000
Adapun Penerimaan Pembiayaan Daerah itu akan dipergunakan untuk Pengeluaran Pembiayaan
Daerah berupa Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah sebesar Rp 7.000.000.000
sementara itu sisa anggara Penerimaan Pembiayaan Daerah yang Rp 8.800.000 lagi dipergunakan
menutupi Kelebihan Belanja Daerah. Sehingga antara Pendapatan dan Belanja APBD Pemko
Padangsidimpuan TA 2020 menjadi seimbang.

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) 2020 Pemerintah Kota
Padangsidimpuan, Sumatera Utara, terancam gagal. Pasalnya, hingga kini alat kelengkapan dewan
(AKD) belum terbentuk, disinyalir karena adanya tarik menarik kepentingan. Aturan batas waktu
pengesahan APBD 2020 tertuang pada Permendagri nomor 33/2019 tentang penyusunan APBD
2020. Selanjutnya, di UU Nomor 23/2014, tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa, DPRD
dan kepala daerah yang tidak menyetujui bersama rancangan perda tentang APBD sebelum
dimulainya tahun anggaran, maka dikenakan sanksi administrasi berupa tidak dibayarkan hak-hak
keuangan. Ketua Fraksi Demokrat DPRD Padangsidempuan, Irpan Harahap, Kamis 14 November
2019, menjelaskan, di UU Nomor 23/2014 juga disebutkan, sanksi tersebut tidak bisa dikenakan
kepada anggota DPRD apabila kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan perda APBD ke
DPRD dari jadwal yang ditetapkan.

“Kesalahan Itu terletak pada Eksekutif, karena memasukan surat pengantar KUA-PPAS pada 4
November 2019” Wali Kota Padangsidempuan baru memasukkan surat pengantar penyampaian
rancangan kebijakan umum anggaran (KUA), dan prioritas plafon anggaran sementara (PPAS)
anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun 2020, pada 4 November 2019, dan itu di pastikan
terlambat, penyampaian rancangan KUA-PPAS oleh kepala daerah ke DPRD maksimal minggu ke
dua Juli 2019.
Berbagai polematik timbul baik sebelum maupun pada saat pengesahan APBD Kota
Padangsidimpuan tahun 2020. Pengesahan APBD sebesar Rp 880.014.654.974 dilakukan hanya
hitungan jam oleh DPRD yang menghadiri sidang paripurna tersebut. Polemic lain ketika 3 fraksi
atas nama Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA), Demokrat dan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) tidak hadir dalam agenda itu.

Hingga saat ini, banyak masyarakat di Kota Padangsidimpuan yang masih penasaran tentang
berbagai kejanggalan APBD kilat tersebut. Dan warga juga ingin mengetahui alasan 3 fraksi tidak
menghadiri agenda yang langsung dihadiri oleh Wali Kota Padangsidimpuan, Irsan Efendi Nasution.

Wakil Ketua 1 DPRD Padangsidimpuan Rusydi Nasution mengatakan kejanggalan berawal


pada saat undangan rapat Paripurna dikirim ke seluruh anggota DPRD Padangsidimpuan. Di surat
Undangan Nomor : 005/2279/2019 yang ditanda tangani Ketua DPRD Siwan Siswanto, dilampirkan
jadwal pembahasan R-APBD dengan hitungan waktu tidak masuk akal. Sehari sebelumnya,
pembahasan KUA PPAS juga janggal karena hanya berjalan sekitar 3 jam dan dihadiri 17 anggota
DPRD. Kejanggalan lain, hanya 1 fraksi yang membacakan pandangannya dari 4 fraksi yang telah
hadir dengan alasan waktu yang sangat sempit. Setelah pembacaan pandangan dari 1 fraksi tersebut
langsung ditanggapi oleh Wali Kota.

Rusydi menjelaskan, pengesahan tersebut tercatat telah melewati batas waktu yang telah
ditetapkan oleh Badan Musyawarah (Banmus) DPRD Padangsidimpuan. Karena dari surat yang
diedarkan, seharusnya pembahasan tersebut berakhir pada Jum’at, 27 Desember 2019. Karena
berbagai alasan itulah Fraksi Gerindra memutuskan untuk tidak berhadir. Bagi Fraksi Gerindra,
selain legislasi dan pengawasan, DPRD memiliki fungsi budgeting (penggaran), DPRD seharusnya
mempergunakan akal sehat dan nurani, juga tetap patuh dan tunduk pada segala perundangan yang
berlaku. Fraksi Gerindra berkeinginan agar APBD benar-benar peruntukannya, yaitu untuk
menghantarkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh warga Padangsidimpuan. Tidak logika
anggaran sebesar Rp880 miliar lebih dengan ribuan item dibahas hanya beberapa jam. Karena itu
Fraksi Gerindra menolak berhadir dan terlibat, karena pembahasan R-APBD tersebut sedari awal
sudah menyalahi aturan. Kami berkomitmen atas amanah dan akan selalu berpihak pada warga
Padangsidimpuan.

Harusnya, revisi AKD dimulai dari awal dan secara bersama-sama seluruh anggota dewan.
faktanya, beberapa Fraksi tidak menyampaikan surat penunjukan anggota Fraksi dalam penyusunan
AKD dan dicatut namanya dalam komisi-komisi yang ada. Padahal, saat konsultasi dengan Gubernur
Sumut, Edy Rahmayadi, beliau telah menyampaikan setelah AKD selesai terbentuk, anggota DPRD
agar segera berkonsultasi ke Kemendagri untuk meminta petunjuk mengenai keterlambatan
pengesahan R-APBD tersebut. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Fraksi Gerindra
memutuskan menolak untuk hadir dalam rapat Paripurna tersebut. lembaga DPRD seharusnya
memiliki marwah dan menjalankan tugas-tugasnya secara independen, terbebas dari segala intervensi
dan cara-cara yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA

https://sumut.sindonews.com/berita/7924/1/berbagai-kejanggalan-pengesahan-apbd-kilat-kota-
padangsidimpuan-terungkap

https://www.tagar.id/padangsidempuan-terancam-tak-punya-apbd-2020

https://www.suaraaktual.co/read-2-6656-2019-12-28-apbd-kota-padangsidimpuan-ta-2020-sebesar-
rp880-milyar.html

Anda mungkin juga menyukai