Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ Nilai Pertukaran (Terms of trade) ”

Dosen pengampu : Khairani Alwaisah

OLEH:

Kelompok 7 :

Astrina Doloksaribu (7183341002)

Nurlin Yikwa. (7174541001)

Priadi Simajuntak (7183341008)

Rio Damanik (7183341007)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa memberikan
rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi
Internasional . Makalah ini berjudul “ Nilai Pertukaran (Terms of trade) ”.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian penulis tetap berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima kasih.

Medan, 12 April 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................
....................................................................................................................................................2

2.1 Pengertian Nilai Tukar Uang................................................................................................ .2

2.2. Sejarah Perkembangan Nilai Tukar Uang di Indonesia...................................................... .7

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................


..................................................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Nilai tukar merupakan perbandingan nilai mata uang suatu negara


dibandingkan dengan negara lain. Nilai tukar mata uang suatu negara memiliki
peranan yang sangat penting terutama dalam mempengaruhi perubahan perdagangan
dan investasi internasional.

Nilai tukar mata uang asing mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
aktivitas bisnis yang dilakukan individu, perusahaan maupun suatu negara. Para
ekonom dan akademisi telah mengeluarkan berbagai teori yang menjelaskan
pergerakan nilai tukar mata uang karena melemahnya kurs rupiah terhadap mata
uang asing khususnya dolar AS, akan memiliki pengaruh negatif terhadap
perekonomian dan pasar modal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Nilai Tukar uang
2. Bagaimana Sejarah Nilai Tukar di indonesia
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Nilai Tukar Uang
2. Untuk memahami sejarah nilai tukar uang di indonesia

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN NILAI TUKAKAR UANG

A. Pengertian Nilai Tukar

Definisi niilai tukar atau kurs (foreign exchange rate) antara lain dikemukakan oleh
Abimanyu adalah harga mata uang suatu negara relative terhadap mata uang negara lain.
Karena nilai tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan oleh
sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang tersebut.

Pengertian lain dari nilai tukar ditulis oleh Olivier Blanchard dalam bukunya
”Macroeconomics” adalah : ”Nominal exchange rate as the price of the domestic currency in
term of foreign currency”.

Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani memberikan defenisi mengenai nilai tukar
sebagai berikut: ”An exchange rate is defined as the amount of one currency that can be
exchanged per unit of another currency, or the price of one currency in terms of another
currency”.[3]

Dapat disimpulkan dari beberapa definisi diatas bahwa nilai tukar adalah sejumlah
uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang
negara lain.

B. Cara Menyatakan Nilai Tukar

Menurut Abimanyu, ada dua cara untuk menyatakan nilai tukar, yaitu:

1. Model Eropa (Indirect quote)

Model tersebut adalah cara yang paling umum dipakai dalam perdagangan valuta asing antar
bank seluruh dunia. Nilai tukarnya ditetapkan dengan menghitung berapa unit uang asing
yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang dalam negeri.

2. Model Amerika (direct quote)

2
Model tersebut didefinisikan sebagai harga mata uang asing dalam mata uang domestik, atau
berapa besar nilai rupiah yang digunakan untuk membeli satu mata uang asing.Metode
tersebut dipakai di Indonesia.

Bentuk Sistem Nilai Tukar


Sistem nilai tukar sangat tergantung pada kebijakan moneter suatu negara. Bentuk
sistem nilai tukar dapat dibagi dalam dua bentuk (Berlianta, 2004), yaitu:
1. Fixed Exchange Rate System
Merupakan suatu sistem nilai tukar dimana nilai suatu mata uang yang dipertahankan
pada tingkat tertentu terhadap mata uang asing.Dan bila tingkat nilai tukar tersebut
bergerak terlalu besar maka pemerintah melakukan intervensi untuk
mengembalikannya.Sistem ini mulai diterapkan pada pasca perang dunia kedua yang
ditandai dengan digelarnya konferensi mengenai sistem nilai tukar yang diadakan di
Bretton Woods, New Hampshire pada tahun 1944.
2. Floating Exchange Rate System
Setelah runtuhnya Fixed Exchange Rate System maka timbul konsep baru yaitu
Floating Exchange Rate System.Dalam konsep ini nilai tukar valuta dibiarkan
bergerak bebas.Nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran
valuta tersebut di pasar uang.
Fakta yang terjadi di banyak negara di dunia menganut varians dari kedua sistem
pokok nilai tukar diatas. Menurut Gilis (1996), dalam Abimayu,
terdapat enam sistem nilai tukar berdasarkan pada besarnya intervensi dan candangan
devisa yang dimiliki bank sentral suatu negara yang dipakai oleh banyak negara di
dunia antara lain:
a) Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed exchange rate)
Dalam sistem ini otoritas moneter selalu mengintervensi pasar untuk mempertahankan
nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang asing tertentu. Intervensi
tersebut memerlukan cadangan devisa yang relatif besar. Tekanan terhadap nilai tukar
valuta asing, yang biasanya bersumber dari defisit neraca perdagangan, cenderung
menghasilkan kebijakan devaluasi.
b) Sistem Nilai Mengambang Bebas (free floating exchange rate)
Sistem ini berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam sistem
ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi pasar sehingga sistem

3
ini tidak memerlukan cadangan devisa yang besar. Sistem ini berlaku di Indonesia
saat ini.
c) Sistem Wider Band
Pada sistem tersebut nilai tukar dibiarkan mengambang atau berfluktuasi diantara dua
titik, tertinggi dan terendah. Apabila keadaan perekonomian mengakibatkan nilai
tukar bergerak melampaui batas tertinggi dan terendah tersebut, maka otoritas
moneter akan melaksanakan intervensi dengan cara membeli atau menjual rupiah
sehingga nilai tukar rupiah berada diantara kedua titik yang telah ditentukan.
d) Sistem Mengambang Terkendali (Managed Float)
Dalam sistem ini, otoritas moneter tidak menentukan untuk mempertahankan satu
nilai tukar tertentu. Namun, otoritas moneter secara kontinyu melaksanakan intervensi
berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya cadangan devisa yang menipis. Untuk
mendorong ekspor, otoritas moneter akan melakukan intervensi agar nilai mata uang
menguat.
e) Sistem Crawling Peg
Otoritas moneter dalam sistem ini mengaitkan mata uang domestik dengan beberapa
mata uang asing.Nilai tukar tersebut secara periodik dirubah secara berangsur-angsur
dalam persentase yang kecil.Sistem ini dipakai di Indonesia pada periode 1988-1995.
f) Sistem Adjustable Peg
Dalam sistem ini, otoritas moneter selain berkomitmen untuk mempertahankan nilai
tukar juga berhak untuk merubah nilai tukar apabila terjadi perubahan dalam
kebijakan ekonomi.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang lokal ditetapkan secara tetap terhadap mata
uang asing.Sementara dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar atau kurs
dapat berubah-ubah setiap saat, tergantung pada jumlah penawaran dan permintaan
valuta asing relatif terhadap mata uang domestik. Setiap perubahan dalam penawaran
dan permintaan dari suatu mata uang akan mempengaruhi nilai tukar mata uang yang
bersangkutan.
Dalam hal permintaan terhadap valuta asing relatif terhadap mata uang domestik
meningkat, maka nilai mata uang domestik akan menurun. Sebaliknya jika permintaan
terhadap valuta asing menurun, maka nilai mata uang domestik meningkat.Sementara
itu, jika penawaran valuta asing meningkat relatif terhadap mata uang domestik, maka

4
nilai tukar mata uang domestik meningkat.Sebaliknya jika penawaran menurun, maka
nilai tukar mata uang domestik menurun.
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat 3 faktor utama yang
mempengaruhi permintaan valuta asing, yaitu:
1. Faktor pembayaran impor
Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap
valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor
menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya
nilai tukar.
2. Faktor aliran modal keluar
Semakin besar modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada
lanjutannya akan melemah nilai tukar uang. Aliran modal keluar meliputi pembayaran
hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan
penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.
3. Kegiatan spekulasi
Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulannnnn
maka semakin besar nilai permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah
nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.
Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:
a) Faktor penerimaan hasil ekspor
Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar
jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar
terhadap mata asing cenderung menguat atau apresiasi.Sebaliknya jika ekspor
menurun, maka jumlah valuta asing yuang dimiliki menurun sehingga nilai tukar juga
cenderung mengalami depresiasi.
b) Faktor aliran modal masuk
Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin
menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri,
penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (Portofolio invesment) dan investasi
langsung pihak asing (foreign direct investment
Teori Nilai Tukar Uang Secara Konvensional
Definisi nilai tukar atau kurs (foreign exchange rate) antara lain dikemukakan oleh
Abimanyu dalam bukunya ‘Memahami kurs valuta asing’adalah harga mata uang
suatu negara relative terhadap mata uang negara lain. Karena nilai tukar ini mencakup

5
dua mata uang, maka titik keseimbangannya ditentukan oleh sisi penawaran dan
permintaan dari kedua mata uang tersebut
Exchange rates (nilai tukar uang) atau yang lebih popular di kenal dengan sebutan
kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign
currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya,
yaitu harga mata uang domestic dalam mata uang asing. Nilai tukar uang
merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang
lainnya dan di gunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan
internasional, turisme, investasi internasional ataupun aliran uang jangka pendek
antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
Nilai tukar suatu mata uang dapat di tentukan oleh pemerintah (otoritas moneter),
seperti pada Negara-negara yang memakai system fixed exchange rates ataupun di
tentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi
serta kebijakan pemerintah seperti pada Negara-negara yang memakai rezim system
‘flexible exchange rates.
Karena setiap negara memiliki hubungan dalam investasi dan perdagangan dengan
negara lain, tidak ada satu pun nilai tukar yang dapat mengukur secara memadai daya
beli (purchasing power) mata uang domestik atas mata uang asing secara umum. Oleh
karena itu sejumlah konsep nilai tukar uang yang efektif telah dikembangkan untuk
mengukur rata-rata tertimbang (weighted average) harga mata uang asing dalam mata
uang domestik

2.2. Sejarah Perkembangan Nilai Tukar Uang di Indonesia

Dalam sejarah perekonomian Indonesia sistem nilai tukar di Indonesia pada intinya
dikelompokkan menjadi empat bagian.Penetapan sistem nilai tukar oleh Bank Indonesia
didasarkan pada berbagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan kondisi ekonomi
pada saat itu. Perry dan Solikin memaparkan sistem nilai tukar yang berlaku di Indonesia
sebagai berikut:

6
Sistem Nilai Tukar Bertingkat (Multiple Exchange Rate System)

Sistem ini dimulai sejak Oktober 1966 hingga Juli 1971.Penggunaan sistem ini dilakukan
dalam rangka menghadapi berfluktuasinya nilai rupiah serta untuk mempertahankan dan
meningkatkan daya saing yang hilang karena adanya inflasi dua digit selama periode tersebut.

2. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)

Sistem yang berlaku mulai Agustus 1971 hingga Oktober 1978 ini mengaitkan secara
langsung nilai tukar rupiah dengan dollar Amerika Serikat yaitu tarif US$1 =Rp415,00.
Pemberlakuan sistem ini dilandasi oleh kuatnya posisi neraca pembayaran pada kurun waktu
1971-1978. Neraca pembayaran tersebut kuat karena sektor migas mempunyai peran besar
dalam penerimaan devisa ekspor yang didukung oleh peningkatan harga minyak mentah
(masa keemasan minyak).

3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)

Sistem ini belaku sejak November 1978 sampai Agustus 1997. Pada masa ini nilai rupiah
tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan dolar Amerika Serikat akan tetapi terhadap
sekeranjang mata uang asing (basket currency). Pada periode ini telah terjadi tiga kali
devaluasi yaitu pada bulan November 1978, Maret 1983, dan September 1986.Setelah
devaluasi tahun 1986, nilai nominal rupiah diperbolehkan terdepresiasi sebesar 3-5% per
tahun untuk mempertahankan nilaitukar riil yang lebih baik. Pada sistem ini, nilai tukar
dibagi dalam tiga periode yaitu:

a. Managed Floating I (1978-1986), terjadi fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu besar
dengan nilai kurs berkisar antara Rp625,38 hingga Rp1.644,10. Periode tersebut lebih
didominasi oleh ketidakpastian manajemen dari Bank Indonesia dibandingkan ketidakpastian
floating karena situasi perekonomian pada saat tersebut belum berkembang.Hal ini dapat
dilihat oleh adanya pergerakan nilai tukar nominal yang relatif tetap dan perubahan relatif
baru terjadi pada tahun-tahun dimana Indonesia melakukan devaluasi rupiah.

b. Managed Floating II (1987-1992). Pada periode ini juga terjadi devaluasi walaupun
tidak terlalu besar dengan nilai kurs antara Rp1.644,10 hingga Rp2.053,40. Namun pada
periode ini, unsur floating lebih dominan dibandingkan ketidakpastian manajemen.Artinya,
peran Bank Indonesia dalam melakukan intervensi pada pasar uang lebih sedikit
dibandingkan pergerakan kurs yang ditentukan oleh pasar uang itu sendiri.Pemilihan strategi

7
ini dalam rangka menjaga daya saing produk ekspor melalui pergerakan mata uang dalam
kisaran sempit.

c. Managed Floating dengan Crawling Band Sistem (September 1992-Agustus 1997),


terjadi depresiasi nilai tukar yang kisarannya antara Rp2.053,40 hinggaRp2.791,30. Pada
periode ini unsur floating semakin diperlakukan dengankisaran yang semakin lebar. Pada 1
September 1992, Bank Indonesiamenetapkan rentang intervensi Rp10 dengan batas bawah
Rp2.035 dan batasatas Rp2.045. Kemudian pada tanggal 11 Juli 1997 (akhir periode),
BankIndonesia akhirnya memperlebar rentang intervensi menjadi Rp304 denganbatas bawah
Rp2.378 dan batas atas Rp2.682. Dengan demikian BankIndonesia secara berkesinambungan
melakukan pelebaran band interventionsecara bertahap dan akhirnya band intervension
dihapus sehingga rupiah lebihfloating dibandingkan periode sebelumnya.

4. Sistem Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate System)

Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang.Dalam sistem ini Bank
Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing karenasemata-mata untuk menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar.Awalnya,
penerapan sistem nilai tukar mengambang ini menyebabkan terjadinya gejolak yang
berlebihan (overshooting).

Misalnya kurs pada tangga 14 Agustus melemah tajam menjadi Rp2.800 per dolar dari posisi
Rp2.650 per dolar pada penutupan hari sebelumnya.Banyak factor yang menyebabkan nilai
tukar rupiah terus merosot, mulai dari aksi ambil untung (profit taking) oleh pelaku pasar,
tingginya permintaan perusahaan domestic terhadap dolar untuk pembayaran hutang luar
negeri yang jatuh tempo, memburuknya perkembangan perbankan nasional, maupun oleh
sebab-sebab lain.

Dalam rangka menyelesaikan persoalan tersebut, pada bulan November 1997, International
Monetary Fund (IMF) masuk ke Indonesia.Dengan kondisi dalam negeri yang bergejolak,
terutama situasi sosial politik, program pemulihan ekonomi yang dilakukan bersama-sama
dengan IMF tidak dengan segera membuahkan hasil.

Sampai akhir Desember 1997, nilai tukar rupiah ditutup pada kisaran Rp5.000 per dolar,
tetapi pergerakan nilai tukar rupiah semakin tak terkendali hingga mencapai puncaknya pada
22 Januari 1998 dimana kurs mencapai Rp16.000 per dolar

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan. 

konvensional memandang uang merupakan sebuah komuditas sedangkan Islam


memandang uang sebagai alat tukar yang dapat di tukarkan dengan barang ataupun jasa, dan
Islam tidak memandang uang sebagai komuditas.

Nilai tukar dalam ekonomi Islam dipandang sebagai kebutuhan dan diperbolehkan dengan
syarat kegiatan yang dilakukan sebatas jual beli (ekspor-impor). Karena dalam Islam uang
bukan dipandang sebagai komoditi untuk spekulasi sesuai teori Keynes, tetapi uang hanya
dipandang sebagai alat tukar dan alat pembayaran. Oleh sebab itu perdagangan valuta asing
yang diperbolehkan dalam Islam hanya pada jenis transaksi spot yaitu transaksi langsung.

9
DAFTAR PUSTAKA

Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani, Capital Markets (Prentice Hall, New Jersey: 1992) dalam The
Fei Ming, Day Trading Valuta Asing (Gramedia, Jakarta: 2002)

Mankiw, N.Gregory. 2007. Makroekonomi, Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga

Oliver Blanchard, Macroeconomics Fourth Edition (Prentice Hall, New Jersey: 2006)

Rahardja, Prathama dan Mandala

10

Anda mungkin juga menyukai