Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DISUSUN OLEH:
SULISTYO NUGROHO ADI
2022121011

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menurut Binwasnaker (2016:3)


dapat diuraikan dalam tiga pendekatan yaitu:

a. Secara filosofi, K3 merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin


keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat adil dan makmur.

b. Secara kelimuan, K3 merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha


mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan, penyakit akibat kerja, kebakaran
dan pencemaran lingkungan

c. Secara etimologi, K3 merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta
bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.

Sinambela (2018:365) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah bidang


yang terkait dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan manusia yang
bekerja disebuah institusi maupun di lokasi proyek.

Sopiah dan Sangadji (2018:327) mendefinisikan keselamatan dan kesehatan


kerja adalah sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
ditempat kerja.

Widyaningrum (2019:1) menjelaskan bahwa beberapa prinsip dasar K3,


diantaranya setiap pegawai berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja
agar terhindar dari kecelakaan, setiap pegawai yang berada di tempat kerja
harus di jamin keselamatannya dan tempat pekerjaan di jamin selalu dalam
keadaan aman.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah suatu program yang dibuat sebagai upaya mencegah timbulnya
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif
apabila terjadi kecelakaan dan penyakit kerja.

1.2 Sejarah Perkembangan K3

Sebagai gambaran, sejarah perkembangan K3 dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Kurang lebih 1700 SM Raja Hamurabi dari Babylonia dalam kitab undang -
undangnya menyatakan bahwa “Bila seorang ahli bangunan membuat rumah
untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik
sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hin gga mati, maka
ahli bangunan tersebut dibunuh”.

b. Pada zaman Mozaik kurang lebih lima abad setelah Hamurabi, di Babylonia
dinyatakan bahwa ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan para
pelaksana dan pekerjanya dengan menetapkan pemasangan pagar penga man
pada sisi luar atap rumah.

c. Kurang lebih pada tahun 80 M, Pinius seorang ahli ensiklopedia dari Bangsa
Roma mensyaratkan agar pekerja tambang diharuskan memakai tutup
hidung.

d. Tahun 1450 Dominico Fontana diserahi tugas membangun obelisk di tengah


lapangan St. Pieter Roma. Dominico Fontana selalu mensyaratkan agar para
pekerja memakai topi baja.

Peristiwa-peristiwa tersebut diatas menggambarkan bahwa masalah


keselamatan dan kesehatan manusia pekerja menjadi perhatian ahli pada waktu
itu.

Bergulirnya revolusi industri di Inggris pada tahun 1760 – 1830 ternyata sering
terjadi kecelakaan kerja yang banyak membawa korban. Para pengusaha pada
waktu itu berpendapat bahwa hal tersebut merupakan bagian dari risiko
pekerjaan. Selanjutnya bagi pengusaha jika terdapat korban, maka dapat
dengan mudah ditanggulangi dengan jalan rekrutmen tenaga kerja baru. Tentu
saja hal ini menjadi permasalahan bagi korban dan keluarga korban.
Akhirnya orang-orang berpendapat bahwa membiarkan korban berjatuhan
apalagi tanpa ganti rugi kepada korban dianggap tidak manusiawi. Selanjutnya
para pekerja mendesak kepada pengusaha untuk mengambil langkah -langkah
positif untuk menanggulangi masalah tersebut. Yang diusahakan selanjutnya
yang pertama adalah memberikan perawatan kepada para korban dimana
motifnya tersebut adalah kemanusiaan.

Amerika Serikat memberlakukan Undang-undang tentang Work Compentasion


Law pada Tahun 2018 dimana dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa tidak
memandang apakah kecelakaan kerja tersebut terjadi akibat kesalahan korban
atau tidak, yang bersangutan akan mendapatkan ganti rugi jika terjadi di dalam
pekerjaan. Undang-undang ini menandai permulaan usaha pencegahan
kecelakaan yang lebih parah.

1.3 Perkembangan K3 di Indonesia

1.3.1 Sejarah K3 Jaman Penjajahan

Pada saat zaman penjajahan Belanda, beberapa perkembangan terkait


dengan keselamatan dan kesehatan kerja telah ada. Beberapa
perkembangan tersebut adalah:

Pada zaman penjajahan Belanda, beberapa rakyat Indonesia berstatus


sebagai budak. Mereka dilindungi oleh Regerings Reglement (RR)
Tahun 1818 pada pasal 115 memerintahkan supaya diadakan peraturan -
peraturan mengenai perlakuan terhadap keluarga budak.

a. Tahun 1847. Usaha penanganan keselamatan dan kesehatan kerja


dimulai sejalan dengan pemakaian mesin-mesin uap

b. Tahun 1852. Perundang-undangan bidang pesawat uap


(Stbl./Staatsblad 20) “Reglement Omtrent
Vellighheidsmaatregeelen by Het Aanvoeden van Stoom Werktuigen
in Nederlands Indie”. Pengawasan dilakukan oleh: Dienst Van Het
Stoomwezen dan tertuju pada perlindungan tenaga kerja

c. Tahun 1890. Perundang-undangan bidang kelistrikan “Bepalingen


Omtrent de Aanlog Om Het Gebruik Van Geleidingen vor
electriciteits verlichting en het overbrengen van krancht door
middle van electriteit in Nederlands Indie”

d. Tahun 1905. VR (Veilegheid Reidsreglement) Stbl.251

e. Tahun 1910. VR Stbl. 406 diterbitkan. Ini adalah UU keselamatan


dengan peraturan pelaksanaannya sebagai pengganti VR Stbl.251
dengan sifat represif dan polisional. Isi dari peraturan pelaksana
dari Stbl. 406-1910 meliputi:

f. Peraturan khusus AA untuk pertolongan pertama pada kecelakaan

g. Peraturan khusus BB tentang instalasi-instalasi listrik arus kuat


dalam perusahaan-perusahaan, bengkel-bengkel dan bangunan-
bangunan

h. Peraturan khusus CC tentang perusahaan-perusahaan gula

i. Peraturan khusus DD untuk bejana-bejana berisi dengan udara yang


dikempa dan dipergunakan untuk menggerakkan motor-motor bakar

j. Peraturan khusus EE mengenai perusahaan-perusahaan,


perusahaan-perusahaan, dan bengkel-bengkel di mana bahan yang
mudah terbakar dibuat, dipergunakan atau dikerjakan

k. Peraturan khusus FF mengenai perusahaan-perusahaan, perusahaan-


perusahaan dan bengkel-bengkel di mana dibuat, dipakai, atau
dikempa gas di dalam botol baja, silinder atau bejana

l. Peraturan khusus GG mengenai instalasi untuk memproyeksi


gambar bayang-bayang dalam bioskop

m. Peraturan khusus HH mengenai perusahaan-perusahaan,


perusahaan-perusahaan dan tempat-tempat bekerja di mana timah
putih kering dikerjakan atau diolah

n. Peraturan khusus II mengenai instalasi-instalasi untuk pembuatan


gas karbid bagi keperluan-keperluan teknik

o. Peraturan khusus KK mengenai perusahaan-perusahaan dan tempat-


tempat di mana bahan-bahan yang dapat meledak, diolah atau
dikerjakan
p. Peraturan khusus LL mengenai usaha-usaha keselamatan kerja
untuk pekerjaan-pekerjaan dalam tangki-tangki apung

q. Peraturan khusus NN mengenai perusahaan-perusahaan dari


perusahaan-perusahaan yang membuat gelas atau barang-barangan
dari gelas dan peraturan penggunaan fosfor putih (Stbl. Tahun 1912
no 175)

r. Tahun 1925. Terdapat penggantian Dienst Van het Stoomwezen


dengan Dienst Van Het Veiligheidstoezight (VT atau pengawasan
keselamatan kerja)

s. Maatregelen ter Beperking van de Kindearrbied en de Nachtarbeid


van de Vroewen, yaitu peraturan tentang pembatasan pekerjaan anak
dan wanita pada malam hari, yang dikeluarkan dengan ordonantie
No.647 Tahun 1925, mulai berlaku tanggal 1 maret 1926.

t. Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige


Persoonen ann Boord van Scepen, yaitu peraturan tentang pekerjaan
anak dan pemuda di kapal. Mulai berlaku 1 mei 1926

u. Mijn Politie Reglement, Stb No.341 tahun 1931 (peraturan tentang


pengawasan tambang)

v. Voorschriften omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der an


motorrijtuigen (tentang waktu kerja dan waktu istirahat bagi
pengemudi kendaraan bermotor)

w. Tahun 1930. Undang-undang uap Stoom Ordonantie Stbl.225 dan


Peraturan Uap Stoom Verordening Stbl. 339 dibuat. Saat ini
peraturan tersebut masih berlaku

x. Tahun 1931. UU timah putih atau Loodwit Ordonantie Stbl. 509


dibuat

y. Tahun 1932. Undang-undang petasan -Vuurwek Ordonantie Stbl.


143 dan Peraturan Petasan – Vuurwerk Verordening Stbl,10 dibuat

z. Tahun 1938. Undang-undang jalan rel industri atau Industriebaan


Ordonantie Stbl.595 dan Peraturan Jalan Rel Industri atau
Industriebaan Verordening Stbl.29 dibuat
aa. Tahun 1940. Pelaksanaan retribusi atau retributie ordonantie Stbl.
424 dan peraturan retribusi – retributie verordening stbl dibuat.

1.3.2 Perkembangan K3 di Indonesia Tahun 1945-1970

Peraturan yang dibuat terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja


pada masa 1945 hingga 1970 antara lain:

a. Tahun 1945. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 telah


menyebutkan hak atas pekerjaan yang layak

b. Tahun 1947. Undang-undang Nomor 33 tentang perlindungan


pekerjan dari bahaya kecelakaan atau kompensasi

c. Tahun 1948. Undang-undang Kerja Nomor 12 diganti menjadi UU


nomor 1 tahun 1951.

d. Tahun 1961. Undang-undang Nomor 10 tentang memberlakukan


Perpu Nomor 1 Tahun 1961 tentang Pembungkusan, Penandaan dan
Penanganan dalam Menjual dan Menghasilkan Barang Telah Dibuat

e. Tahun 1967. Undang-undang Nomor 11 tentang ketentuan pokok


pertambangan.

f. Tahun 1969. Undang-undang Nomor 3 tentang Persetujuan


Konvensi ILO Nomor 120 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan
kantor-kantor.

g. Tahun 1969. Undang-undang Nomor 14 tentang Ketentuan-


Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.

h. Tahun 1947. Kementerian Perburuhan dibentuk. Kementerian ini


yang kelak akan menjadi Kementerian Tenaga Kerja pada era
modern.

i. Tahun 1957. Terbentuk Lembaga Kesehatan Buruh/Lembaga


Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

j. Tahun 1965. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia


dibentuk. Lembaga ini kelak akan mempelopori peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
k. Tahun 1966. Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
pada Departemen Tenaga Kerja dan Dinas Higiene
Perusahaan/Sanitasi Umum serta Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di
Departemen Kesehatan dibentuk.

1.3.3 Sejarah K3 tahun 1970-Awal Reformasi

a. Tahun 1970. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 dibentuk


termasuk dengan peraturan pelaksanaannya yang terdiri atas
Permen, Kepmen, Instruksi, dan lain-lain sebagai pengganti VR
1910. Undang-undang ini lebih bersifat Preventif dan Edukatif

b. Tahun 1973. PP Nomor 7 tentang Pengawasan atas Peredaran,


Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida

c. Tahun 1973. PP Nomor 19 tentang Pengaturan dan Pengawasan


Keselamatan Kerja di bidang Pertambangan

d. Tahun 1975. PP Nomor 11 tentang Keselamatan Kerja terhadap


Radiasi

e. Tahun 1979. PP Nomor 11 tentang Keselamatan Kerja pada


Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi

f. Tahun 1982. UU Nomor 4 tentang Lingkungan Hidup

g. Tahun 1984. UU Nomor 5 tentang Perindustrian

h. Tahun 1985. UU Nomor 15 tentang Ketenagalistrikan

i. Tahun 1992. UU Nomor 3 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja


dibentuk

j. Tahun 1992. UU Nomor 23 tentang Kesehatan dibentuk

k. Tahun 1993. PP Nomor 14 tentang Penyelenggaraan Program


Jamsostek

l. Tahun 1993. Keppres Nomor 22 tentang Penyakit yang Timbul


Karenan Hubungan Kerja

m. Tahun 1996. Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 1996 menjadi cikal


bakal Sistem Manajemen K3 PP 50 Tahun 2012
1.3.4 Era Reformasi hingga Sekarang

Tahun 2003 disusun UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Tahun 2012 disusun Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012

Saut Siahaan (2020) dalam presentasinya telah merangkum juga sejarah


keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia dengan lengkap. Saut
(2020) juga menjelaskan tentang perkembangan norma K3 dari tahun
1910 hingga 2003 yang bergerak dari polisionil ke pembinaan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan


Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik
itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
perusahaan atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga
merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat,
yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu


diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Jadi pada dasarnya, setiap
pekerja di Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB II

POKOK BAHASAN

2.1 Latar Belakang dan Tujuan Penerapan K3

Semakin kompleksnya tingkat dan beban kerja serta semakin menurunnya kualitas
lingkungan, berdampak negatif pada keselamatan dan kesehatan pegawai. Perusahaan
dengan kompleksitas bidang kerja yang tinggi memerlukan konsentrasi pegawai yang
tinggi, berperan dalam menyumbang terjadinya kecelakaan kerja. Seperti perusahaan-
perusahaan di bidang konstruksi/manufaktur dan bidang energi.

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, terdapat satu
orang pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160
pekerja mengalami sakit akibat kecelakaan kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO
mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK)
sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.

Hal-hal tersebut menjadi faktor utama yang melatarbelakangi pelaksanaan atau


implementasi K3 di suatu perusahaan. Tujuan utama penerapan K3 di perusahaan
meliputi:

a. Menciptakan lingkungan kerja yang selamat, dengan melakukan penilaian


kualitatif dan kuantitatif

Penilaian lingkungan secara kualitatif meliputi lingkungan kerja fisik, kimia,


biologis, dan psikologis. Sedangkan penilaian lingkungan kerja kuantitatif
merupakan penilaian lingkungan kerja dengan parameter-parameter yang telah
ditentukan oleh Kementerian Tenaga Kerja.

b. Menciptakan kondisi yang sehat bagi pegawai, keluarga, dan masyarakat


sekitarnya melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Usaha menciptakan kondisi yang sehat melalui upaya promotif di tempat kerja
adalah berbagai kebijakan dan aktivitas di tempat kerja yang dirancang untuk
membantu pegawai dan perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan dengan melibatkan partisipasi pegawai, manajemen dan stakeholder
lainnya.
Beberapa upaya promotif yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya: diklat
manajemen risiko, diklat tanggap darurat bencana, sosialisasi TBC, vaksinasi,
pemakaian alat pelindung diri (APD), pengendalian lingkungan kerja secara
teknis, dll.

Usaha preventif di tempat kerja diantaranya dilakukan dengan pemeriksaan secara


berkala kesehatan seluruh pegawai untuk mencegah adanya pegawai yang sakit
dan berpotensi menular kepada pegawai yang lainnya.

Usaha kuratif terkait kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
memberikan pengobatan kepada pegawai yang sakit sehingga segera sembuh dan
tidak sakit yang berkepanjangan.

Usaha rehabilitatif, meliputi upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan jika


terdapat pegawai yang mengalami kecelakaan kerja dan mengalami kecacatan,
kemudian memperoleh pengobatan sampai sembuh, dan oleh perusahaan
diupayakan untuk tetap dapat bekerja secara penuh di perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Sinambela (2018:365), tujuan dan manfaat peningkatan K3


diantaranya:

1) Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang;

2) Meningkatnya efisiensi dan kualitas pegawai yang lebih berkomitmen;

3) Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi;

4) Tingkat kompensasi pegawai dan pembayaran langsung yang lebih rendah


karena menurunnya pengajuan klaim;

5) Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya
partisipasi dan rasa kepemilikan;

6) Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra dan
turnover yang dapat diminimalkan.

Menurut Irzal (2016:19) tujuan K3 adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan


kerja, penyakit, kematian, dan cacat tetap. Memelihara bangunan, material, alat dan
mesin kerja. Meningkatkan produktivitas, produksi, kebersihan tempat kerja, dan
menghindari inefisiensi.
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya K3

Menurut Mangkunegara (2008:163) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan


kerja, yaitu:

1) Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang


diperhitungkan keamanannya;

b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak; dan

c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

2) Pengaturan Udara

a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).

b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3) Pengaturan Penerangan

a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

b) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4) Pemakaian Peralatan Kerja

a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

b) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.

5) Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a) Stamina pegawai yang tidak stabil.

b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap
pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam
penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko
bahaya.

Sedangkan menurut pendapat Sopiah & Sangadji (2018:328) menyatakan bahwa


faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Faktor Manusia
a) Karakteristik pribadi meliputi kurang sabar, tempramental, mudah emosi

b) Daya penglihatan

c) Usia

d) Pendidikan dan pelatihan

e) Pengalaman

f) Kemampuan fisik dan mental

g) Stres kerja

2) Faktor lingkungan kerja

a) Lingkungan fisik meliputi pencahayaan, kebisingan, suhu udara

b) Lingkungan psikologis meliputi kondisi lingkungan yang menyangkut


kenyamanan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan

Berdasarkan uraian yang disajikan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja secara umum dikelompokkan
menjadi dua, yaitu faktor dari dalam/internal pegawai dan faktor dari luar/dari
lingkungan.

2.3 Syarat-syarat Minimal K3 di Perusahaan

Kompleksitas bidang pekerjaan dan risiko keselamatan kerja yang beragam,


menjadikan syarat-syarat minimal pemenuhan K3 di perusahaan berbeda-beda.
Sebagai ilustrasi, perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan, syarat minimal K3
berbeda dengan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain itu, perusahaan
yang bergerak dibidang konstruksi bertingkat, syarat minimal K3 berbeda dengan
perusahaan yang bergerak di bidang dengan konstruksi sederhana.

Namun demikian, menurut Suma’mur (2005:7) terdapat 5 indikator yang


mempengaruhi K3, dimana indikator-indikator tersebut harus dapat dipenuhi dan
menjadi perhatian perusahaan dalam mempekerjakan pegawai. Adapun indikator-
indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1) Alat Perlindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD)

Contoh APK meliputi jaring pengaman (safety net), tali keselamatan (life line)
penahan jatuh (safetydeck), pagar pengaman (guard railing), pembatas area
(restricted area), pelindung jatuh (fall arrester), perlengkapan keselamatan
bencana.
Sedangkan APD meliputi helm pelindung (safety helmet), pelindung mata
(googles, spectacles), tameng muka (face shield), masker selam (breathing
apparatus), pelindung telinga (ear plug, ear muff), pelindung pernafasan dan mulut
(masker), sarung tangan (safety gloves), sepatu keselamatan (safety shoes), sepatu
keselamatan (rubber safety shoes and toe cap), penunjang seluruh tubuh (full body
harness).
2) Ruang kerja yang aman

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran, ruang kerja yang aman
diantaranya terhindar dari bahaya kebakaran, gempa, bahaya biologi, huru-hara,
banjir, dan ancaman bom.

3) Penggunaan peralatan kerja

Peralatan kerja yang digunakan harus sudah sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI), sebagai contoh, penggunaan kendaraan dinas harus kendaraan
yang laik operasi.

4) Ruang kerja yang sehat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran diantaranya ketersediaan air
bersih, sanitasi, sirkulasi udara yang baik, penerapan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS).

5) Penerangan diruang kerja

Penerangan di tempat kerja harus mencukupi dan terdapat penerangan cadangan


yang tidak tergantung dari sumber utama.

Berikut ini contoh syarat minimal K3 secara umum bidang konstruksi menurut
Kementerian PUPR:

Perusahaan Bidang Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di lapangan


yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara lain tabung oksigen,
pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan,
dan petugas medis.

Tambahan syarat K3 selama masa pandemi Covid-19 diantaranya wajib memiliki


kerjasama operasional perlindungan kesehatan dan pencegahan COVID-19 dengan
rumah sakit dan/atau pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk tindakan kahar
(emergency), menyediakan fasilitas tambahan antara lain: pencuci tangan (air, sabun
dan hand sanitizer), tisu, masker di kantor dan lapangan bagi seluruh pekerja dan tamu;
dan perusahaan bidang konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi
tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.

2.4 Upaya Mengatasi Kecelakaan Kerja

Binwasnaker (2016:13) menjelaskan beberapa upaya cara mengurangi kecelakaan


kerja di area perusahaan yang sangat dianjurkan dilakukan oleh seluruh pegawai pada
saat bekerja:

1) Mengerti Kebijakan dan Ketentuan Perusahaan

Hal utama tentang keselamatan kerja di perusahaan pertama yang harus


dimengerti, baik dalam sektor apa pun yaitu tentang kebijakan dan ketentuan
yang telah berlaku dan diputuskan termasuk dalam hal kesehatan dan
keselamatan kerja. Mengerti dengan benar dan pastikan apabila memperoleh
keterangan secara detail tentang kebijakan dan ketentuan perusahaan itu.

2) Mengenali Tempat Kerja

Diawali dari mencoba untuk mengetahui tempat kerja, dan menerapkan safety
tips di tempat kerja, termasuk sistem produksi dan bagaimana cara yang tepat
dalam memakai alat-alat didalam perusahaan.

3) Tidak Meremehkan Bahaya

Langkah lainnya cara menjaga keselamatan kerja yang dapat dilakukan selama
bekerja di perusahaan yaitu memahami kalau pastinya akan banyak resiko yang
dapat terjadi selama bekerja. Karenanya sangat diharapkan bagi seluruh pegawai
untuk memiliki kewaspadaan yang tinggi. Kecelakaan dalam bekerja terkadang
mungkin karena sebab kecerobohan dari para pegawai.

4) Memakai Peralatan Safety


Untuk menjamin keselamatan kerja selama didalam perusahaan, pesan pesan
keselamatan dalam bekerja pakai semua peralatan safety yang disiapkan oleh
perusahaan. Dari mulai sepatu safety, kacamata, sarung tangan dan helm. Semua
peralatan safety ini adalah standar yang perlu dipatuhi oleh setiap pegawai.

5) Mengikuti Pelatihan Profesional

Hal lainnya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehetan dan keselamatan
kerja di perusahaan yaitu dengan mengikuti pelatihan secara teratur. Pelatihan-
pelatihan seperti ini sebenarnya tidak hanya ditujukan untuk pegawai baru saja,
tetapi bisa juga diikuti oleh pegawai yang sudah lama bekerja. Biasanya didalam
pelatihan itu juga akan dijelaskan dengan detail teori dan komponen praktis yang
bisa dipakai untuk membantu pekerjaan didalam perusahaan. Pelatihan ini sangat
menguntungkan untuk pekerja yang memiliki resiko cukup tinggi.

6) Tugas-tugas Berisiko Memerlukan Perencanaan dan Komunikasi

Ketika sedang merencanakan sebuah tugas, maka para pegawai tidak hanya
memikirkan tentang penyelesaian pekerjaan itu secara efektif, tetapi juga perlu
dipikirkan mengenai resource lainnya, misalnya seperti penambahan uang dan
waktu yang dapat terkait dengan keselamatan kerja.

Dalam memenuhi target waktu dan kualitas pekerjaan, pasti tidak bisa
mengabaikan keselamatan kerja. Semua resiko pekerjaan yang ada harus
dipertimbangkan dengan matang. Bagi yang berperan jadi pemimpin/manajer,
sudah jadi tugas pemimpin/manajer untuk memberi intruksi yang jelas untuk
setiap bawahan.

7) Dokumen prosedur keselamatan

Cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak aman, maka semua anggota tim
harus ketahui apa yang perlu dilakukan. Hingga Anda perlu memahami dengan
jelas prosedur keselamatan yang ada. Setiap perusahaan atau perusahaan pastinya
harus menampilkan dengan jelas tempat yang bisa mudah di akses semua
keryawan ketika terjadi kecelakaan kerja.

Demikian, upaya-upaya tentang keselamatan kerja di perusahaan dan usaha usaha


untuk meningkatkan kesehatan kerja. Tentu setiap pegawai/karyawan di dalamnya
harus menataati setiap prosedur yang telah ditetapkan guna meminimalkan atau
mengurangi resiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi.
BAB III

SIMPULAN

K3 merupakan bagian integral dari sistem perlindungan tenaga kerja yang dalam
pelaksanaannya diatur dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, sudah
menjadi kewajiban pengusaha/pemerintah/pengawas tempat kerja untuk melaksanakannya
dalam upaya menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja/pegawai dalam
melaksanakan tanggung jawabnya.

Implementasi atau pelaksanaan K3 akan mengurangi tingkat kerugian akibat kecelakaan


kerja sehingga tingkat produktivitas dapat dicapai oleh perusahaan. Implementasi K3
secara konsisten juga dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas perusahaan,
serta dapat meningkatkan citra perusahaan.
Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (Binwasnaker). 2016. Himpunan Peraturan Perundang-
undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Binwasnaker).


2016. Modul Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U). Jakarta

Kanesha, I., n.d. Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 1. Sejarah
Perkembangan K3 Di Dunia. [Online] Available at:
https://www.academia.edu/36170085/sejarah_kesehatan_dan_keselamatan_kerj
a_K3_1_Sejarah_Perkembangan_K3_Di_Dunia [Accessed 16 Maret 2021]

Irzal. 2016. Dasar-dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Kencana.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sinambela, Lijan Poltak. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.

Sopiah dan Sangaji. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Andi
Offset.

Suma’mur. 2005. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Keselakaan. Jakarta: Gunung


Agung.

Tim Dosen Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. 2019. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Surabaya: Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra.

Widyaningrum, Mahmudah Enny. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Surabaya: UBHARA Manajemen Press.

Anda mungkin juga menyukai