DISUSUN OLEH:
SULISTYO NUGROHO ADI
2022121011
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
c. Secara etimologi, K3 merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta
bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
a. Kurang lebih 1700 SM Raja Hamurabi dari Babylonia dalam kitab undang -
undangnya menyatakan bahwa “Bila seorang ahli bangunan membuat rumah
untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik
sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hin gga mati, maka
ahli bangunan tersebut dibunuh”.
b. Pada zaman Mozaik kurang lebih lima abad setelah Hamurabi, di Babylonia
dinyatakan bahwa ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan para
pelaksana dan pekerjanya dengan menetapkan pemasangan pagar penga man
pada sisi luar atap rumah.
c. Kurang lebih pada tahun 80 M, Pinius seorang ahli ensiklopedia dari Bangsa
Roma mensyaratkan agar pekerja tambang diharuskan memakai tutup
hidung.
Bergulirnya revolusi industri di Inggris pada tahun 1760 – 1830 ternyata sering
terjadi kecelakaan kerja yang banyak membawa korban. Para pengusaha pada
waktu itu berpendapat bahwa hal tersebut merupakan bagian dari risiko
pekerjaan. Selanjutnya bagi pengusaha jika terdapat korban, maka dapat
dengan mudah ditanggulangi dengan jalan rekrutmen tenaga kerja baru. Tentu
saja hal ini menjadi permasalahan bagi korban dan keluarga korban.
Akhirnya orang-orang berpendapat bahwa membiarkan korban berjatuhan
apalagi tanpa ganti rugi kepada korban dianggap tidak manusiawi. Selanjutnya
para pekerja mendesak kepada pengusaha untuk mengambil langkah -langkah
positif untuk menanggulangi masalah tersebut. Yang diusahakan selanjutnya
yang pertama adalah memberikan perawatan kepada para korban dimana
motifnya tersebut adalah kemanusiaan.
POKOK BAHASAN
Semakin kompleksnya tingkat dan beban kerja serta semakin menurunnya kualitas
lingkungan, berdampak negatif pada keselamatan dan kesehatan pegawai. Perusahaan
dengan kompleksitas bidang kerja yang tinggi memerlukan konsentrasi pegawai yang
tinggi, berperan dalam menyumbang terjadinya kecelakaan kerja. Seperti perusahaan-
perusahaan di bidang konstruksi/manufaktur dan bidang energi.
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, terdapat satu
orang pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160
pekerja mengalami sakit akibat kecelakaan kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO
mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK)
sebanyak 2 juta kasus setiap tahun.
Usaha menciptakan kondisi yang sehat melalui upaya promotif di tempat kerja
adalah berbagai kebijakan dan aktivitas di tempat kerja yang dirancang untuk
membantu pegawai dan perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan dengan melibatkan partisipasi pegawai, manajemen dan stakeholder
lainnya.
Beberapa upaya promotif yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya: diklat
manajemen risiko, diklat tanggap darurat bencana, sosialisasi TBC, vaksinasi,
pemakaian alat pelindung diri (APD), pengendalian lingkungan kerja secara
teknis, dll.
Usaha kuratif terkait kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
memberikan pengobatan kepada pegawai yang sakit sehingga segera sembuh dan
tidak sakit yang berkepanjangan.
5) Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya
partisipasi dan rasa kepemilikan;
6) Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra dan
turnover yang dapat diminimalkan.
2) Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
3) Pengaturan Penerangan
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap
pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam
penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko
bahaya.
1) Faktor Manusia
a) Karakteristik pribadi meliputi kurang sabar, tempramental, mudah emosi
b) Daya penglihatan
c) Usia
e) Pengalaman
g) Stres kerja
Berdasarkan uraian yang disajikan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja secara umum dikelompokkan
menjadi dua, yaitu faktor dari dalam/internal pegawai dan faktor dari luar/dari
lingkungan.
Contoh APK meliputi jaring pengaman (safety net), tali keselamatan (life line)
penahan jatuh (safetydeck), pagar pengaman (guard railing), pembatas area
(restricted area), pelindung jatuh (fall arrester), perlengkapan keselamatan
bencana.
Sedangkan APD meliputi helm pelindung (safety helmet), pelindung mata
(googles, spectacles), tameng muka (face shield), masker selam (breathing
apparatus), pelindung telinga (ear plug, ear muff), pelindung pernafasan dan mulut
(masker), sarung tangan (safety gloves), sepatu keselamatan (safety shoes), sepatu
keselamatan (rubber safety shoes and toe cap), penunjang seluruh tubuh (full body
harness).
2) Ruang kerja yang aman
Peralatan kerja yang digunakan harus sudah sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI), sebagai contoh, penggunaan kendaraan dinas harus kendaraan
yang laik operasi.
Berikut ini contoh syarat minimal K3 secara umum bidang konstruksi menurut
Kementerian PUPR:
Diawali dari mencoba untuk mengetahui tempat kerja, dan menerapkan safety
tips di tempat kerja, termasuk sistem produksi dan bagaimana cara yang tepat
dalam memakai alat-alat didalam perusahaan.
Langkah lainnya cara menjaga keselamatan kerja yang dapat dilakukan selama
bekerja di perusahaan yaitu memahami kalau pastinya akan banyak resiko yang
dapat terjadi selama bekerja. Karenanya sangat diharapkan bagi seluruh pegawai
untuk memiliki kewaspadaan yang tinggi. Kecelakaan dalam bekerja terkadang
mungkin karena sebab kecerobohan dari para pegawai.
Hal lainnya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehetan dan keselamatan
kerja di perusahaan yaitu dengan mengikuti pelatihan secara teratur. Pelatihan-
pelatihan seperti ini sebenarnya tidak hanya ditujukan untuk pegawai baru saja,
tetapi bisa juga diikuti oleh pegawai yang sudah lama bekerja. Biasanya didalam
pelatihan itu juga akan dijelaskan dengan detail teori dan komponen praktis yang
bisa dipakai untuk membantu pekerjaan didalam perusahaan. Pelatihan ini sangat
menguntungkan untuk pekerja yang memiliki resiko cukup tinggi.
Ketika sedang merencanakan sebuah tugas, maka para pegawai tidak hanya
memikirkan tentang penyelesaian pekerjaan itu secara efektif, tetapi juga perlu
dipikirkan mengenai resource lainnya, misalnya seperti penambahan uang dan
waktu yang dapat terkait dengan keselamatan kerja.
Dalam memenuhi target waktu dan kualitas pekerjaan, pasti tidak bisa
mengabaikan keselamatan kerja. Semua resiko pekerjaan yang ada harus
dipertimbangkan dengan matang. Bagi yang berperan jadi pemimpin/manajer,
sudah jadi tugas pemimpin/manajer untuk memberi intruksi yang jelas untuk
setiap bawahan.
Cara mengatasi lingkungan kerja yang tidak aman, maka semua anggota tim
harus ketahui apa yang perlu dilakukan. Hingga Anda perlu memahami dengan
jelas prosedur keselamatan yang ada. Setiap perusahaan atau perusahaan pastinya
harus menampilkan dengan jelas tempat yang bisa mudah di akses semua
keryawan ketika terjadi kecelakaan kerja.
SIMPULAN
K3 merupakan bagian integral dari sistem perlindungan tenaga kerja yang dalam
pelaksanaannya diatur dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, sudah
menjadi kewajiban pengusaha/pemerintah/pengawas tempat kerja untuk melaksanakannya
dalam upaya menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja/pegawai dalam
melaksanakan tanggung jawabnya.
Kanesha, I., n.d. Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 1. Sejarah
Perkembangan K3 Di Dunia. [Online] Available at:
https://www.academia.edu/36170085/sejarah_kesehatan_dan_keselamatan_kerj
a_K3_1_Sejarah_Perkembangan_K3_Di_Dunia [Accessed 16 Maret 2021]
Sinambela, Lijan Poltak. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sopiah dan Sangaji. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Andi
Offset.
Tim Dosen Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. 2019. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Surabaya: Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra.