Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Dalam masyarakat modern saat ini, mekanisme perekonomian berdasarkan atas kegiaatan-kegiatan suatu ekonomi jual-beli, sewa-
menyewa, ekspor-impor dan lain sebagainya memerlukan uang sebagai pelancar suatu kegiatan tersebut guna mencapai suatu tujuan transaksi.
Dengan semakin meningkatnya globalisasi ekonomi dunia, kebutuhan masyarakat akan kecepatan, kemudahan dan keamanan transaksi
keuangan semakin meningkat. Sehingga diperlukan sistem pembayaran yang cukup handal dan mudah bagi para pelaku usaha
(Mulyanto,2016:1). Perkembangan teknologi didunia sudah sangat pesat dengan di beberapa aspek dalam kehidupan manusia seperti
berkembangnya e-commerce, khususnya dalam sistem pembayaran dan alat pembayaran. Banyak sekali variasi pembayaran saat ini. Salah
satunya dengan uang elektronik atau bisa disebut sistem cryptocurrency. Saat ini bertransaksi dengan pembayaran sistem non-tunai sudah
menjadi tuntutan bagi para konsumen dan pelaku usaha. Masyarakat perlu kebebasan dalam melakukan transaksi finansial menyangkut
pembayaran tanpa dihadapkan dengan kendala sistem pembayaran dari masing-masing penerbit yang berbeda (Mulyanto,2016:1). Dalam kasus
Le Couture ini, perusahaan akan membuka peluang masyarakat untuk bisa membayar menggunakan sistem cryptocurrency. Namun di Indonesia
sistem pembayaran ini masih belum diberlakukan secara sah.

No: 16/ 6 /DKom


“Memperhatikan Undang-undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang serta UU No. 23 Tahun 1999 yang kemudian diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2009, Bank Indonesia menyatakan bahwa bitcoin dan virtual currency lainnya bukan merupakan mata uang atau alat pembayaran
yang sah di Indonesia.”

Seperti yang dikatakan oleh Primavera de Filippi, jika cryptocurrency menghasilkan banyak inovasi baik dari dalam maupun luar sistem
keuangan, cryptocurrency menimbulkan tantangan hukum yang mungkin diperlukan analisis lebih lanjut oleh para regulator.
ESSAY

Cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggantungkan keamanannya dengan kriptografi (Mangan, 2013:1). Dari pengertian
tersebut dapat disimpulakan bahwa cryptocurrency bisa digunakan untuk alat transaksi sama seperti uang konvesional. Dengan melakukan
transaksi tentu perlu adanya pencatatan laporan keungan bagi setiap perusahaan. Untuk kasus ini Le Couture harus memasukkan transaksi ini di
laporan keuangan karena untuk dilaporkan pada akhir periode. Untuk jenis pelaporanya cryptocurrency termasuk di jenis harta atau aset. Alasan
mengkategorikan sebagai aset atau harta karena cryptocurrency dapat digunakan sebagai alat produksi, penyediaan barang untuk perusahaan ini
selama lebih dari satu periode yang dapat kita akui.

Terdapat 2 jenis aset, yaitu aset lancar dan tidak lancar. Untuk kasus ini saya memasukkan pencatatan ke kategori aset lancar, karena
cryptocurrency bisa digunakan dalam jangka waktu dekat (12 bulan) dan memiliki intensi untuk menjual dan menggunakanya dalam
pelaksanaan siklus usaha. Jika masuk di aset lancar otomatis perlakuan akun cryptocurrency ini adalah masuk di akun kas. Fungsinya sama
seperti uang konvesional. Jika terdapat transaksi maka uang tersebut masuk di pendapatan perusahaan yang nantinya pendapatan tersebut dapat
di olah kembali untuk kebutuhan perusahaan.

Cryptocurrency dalam sifatnya menjadi aset penggunaan pribadi pemiliknya sedangkan transaksi cryptocurrency dash, bitcoin, ataupun
cryptocurrency lainnya cukup mirip dengan sistem barter. ketika perusahaan menerima pembayaran dengan cryptocurrency maka perusahaan
akan mengakui sebagai pendapatan yang diterima dalam bentuk kas artinya cryptocurrency juga mempunyai perlakuan pajak yang sama.
Pertanyaaan dari Australian Taxation Office, atau IRS Virtual Currency Guidance, yang menyatakan bahwa mata uang virtual diperlakukan
sebagai properti untuk keperluan pajak federal U.S. Dengan demikian cryptocurrency diakuai sebagai akun harta dengan tergolong jenis kas.

Fair value menyampaikan informasi tentang nilai kekayaan dan kepengurusan manajemen dengan menyatakan semua aset dan kewajiban
pada neraca sebagai nilai kepada pemegang saham (Penman,2007;36). Penyajian cryptocurrency dengan cara fair value atau nilai wajar
disebabkan karena ketika kita melakukan pembelian dan penjualan terhadap cryptocurrency, maka nilainya berdasarkan permintaan dan
penawaran pelaku pasar.

Pengungkapan yang dimasukkan ke dalam catatan laporan keuangan atas kepemilikan cryptocurrency. Cryptocurrency memenuhi
definisi aset tak berwujud karena tidak memiliki bentuk fisik, bersifat non keuangan dan memenuhi definisi aset. Namun dalam PSAK 19 lebih
mengatur aset tak berwujud kategori tidak lancar yang dimanfaatkan atau digunakan oleh perusahaan seperti misalnya hak paten, merek royalti,
piranti lunak, dan lain sebagainya. Jika bitcoin digunakan sebagai alat pembayaran, maka akan memenuhi kriteria aset tersedia untuk dijual.
Entitas yang fokusnya jual beli bitcoin mungkin dapat menggunakan persediaan. Namun bila bitcoin bertindak sebagai broker atau trader, maka
pengukuranya dikecualikan dan mengukur dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dengan selisih nilai wajar agar bisa diakui dalam
laba rugi. Jadi cryptocurrency dalam catatan laporan keuangan diakuai aset tak berwujud.

Bitcoin dari hasil penambagan bisa dimasukkan di laporan keuangan karena berfungsi layaknya uang knvesional. Bitcoin memiliki sifat-
sifat uang (tahan lama, ringkas, bisa ditukarkan, langka, bisa dibagi, dan bisa dikenali (Wahyuni, 2018). Namun naik turunnya bitcoin
disebabkan karena adanya penawaran dan permintaan, dan banyak yang membeli bitcoin untuk tujuan investasi dengan harapan nilai akan
berlipat ganda di masa depan.

Menurut AASB, “digital currency seperti bitcoin tidak dapat memenuhi definisi sebagai kas dan setara kas karena negara-negara masih
belum banyak yang mengakui digital currency sebagai alat transaksi yang sah”. Sementara sistem dari bitcoin yaitu masyarakat yang membeli
sebagai aset. Untuk pencatatanya berbeda dengan cryptocurrency karena bitcoin didapat dari sistem penambangan. Pencatatan bitcoin ini disebut
”blockchain”, yang merupakan buku besar umum (golobal ledger) atau neraca (balance sheet) yang mencatat setiap transaksi yang dilakukan
menggunakan bitcoin (Yohandi, dkk.,2017 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa bitcoin dapat dicatat dalam laporan keuangan dengan sistem
blockchain.

Ketika Le Couture mendapat pendapatan dari hasil online shop maka dicatat sebagai pendapatan. Dalam pengakuan pendapatan harus
direalisasikan dan sudah diperoleh. Warren (2006) menyatakan dasar pengakuan secara umum ada dua cara yaitu dasar kas dan dasar akrual.

Protokol bitcoin yang sama sekali tidak dapat dikontrol, serta nilai fluktuatif bitcoin dipandang sebagai dua alasan utama mengapa
negara-negara tersebut menyatakan penggunaan bitcoin adalah ilegal di negaranya (Yohandi, dkk.,2017). Nilai bitcoin ditentukan oleh pasar,
sikap suatu Negara terhadap bitcoin termasuk salah satu pandangan negatif yang dapat mempengaruhi nilai bitcoin, sehingga tidak adanya
pengaturan menegenai penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran dalam transaksi komersial, di Indonesia juga secara langsung mempengaruhi
nilai bitcoin pada pasar global.

Jika suatu banyaknya Negara menolak adanya bitcoin dan tidak menerima bitcoin sebagai alat pemabayaran yang sah, maka nilai bitcoin
akan mengalami penurunan, sebagaimana nilai bitcoin ditentukan dari sentimen-sentimen tertentu. Jadi kesimpulannya besar kecilnya nilai
bitcoin yang tercantum dalam laporan keuangan dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di negara itu sendiri.

Dalam catatan atas laporan keuangan atas kepemilikan bitcoin dicatat sebagai pendapatan diluar usaha atau pendapatan lain-lain hal ini
karena bitcoin diperoleh perusahaan diluar kegiatan produksi tetapi dalam kegiatan produksi bitcoin terkadang untuk membiayai beban-beban
seperti pembiayaan gaji.

KESIMPULAN
Cryptocurrency ini merupakan sebuah sistem uang elektronik yang fungsinya sama seperti uang konvesional. Dengan begitu pencatatan
perlu dilakukan di dalam proses transaksi. Pencatatan untuk cryptocurrency ini diperlakukan sebagai aset atau harta yang jenisnya aset lancar.
Ketika perusahaan menerima pembayaran dengan cryptocurrency maka perusahaan akan mengakui sebagai pendapatan yang diterima dalam
bentuk kas artinya cryptocurrency juga mempunyai perlakuan pajak yang sama. Dengan demikian diakui sebagai akun kas. Cryptocurrency
termasuk fair value karena nilainya bergantung terhadap permintaan dan penawaran harga pasar.

Bitcoin yang didapat dari hasil mining dapat dimasukkan di dalam laporan keuangan karena berguna layaknya uang. Besar kecilnya nilai
bitcoin yang tercantum dalam laporan keuangan dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di negara itu sendiri. Tetapi sistem pencatatan
berbeda yaitu menggunakan sistem ”blockchain”, yang merupakan buku besar umum (golobal ledger) atau neraca (balance sheet). Pencatatan
bitcoin sebagai pendapatan lain-lain karena bitcoin diperoleh perusahaan diluar kegiatan produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyanto, Ferry. 2015. Pemanfaatan Cryptocurrency Sebagai Penerapan Mata Uang Rupiah Kedalam Bentuk Digital Menggunakan Teknologi
Bitcoin. Indonesian Journal on Networking and Security, Vol. 4, No. 4. . (Diakses pada tanggal 27 Februari 2018)

Stephen H. Penman. 2017. Accounting and Business Research Special Issues: Financial Reporting Quality: is Fair Value a Plus or a Minus.
(Diakses pada tanggal 10 Maret 2018)

Warren, Carl S. 2006. Pengantar Akuntansi. Edisi 21 Terjemahan, Salemba Empat, Jakarta. (Diakses pada tanggal 10 Maret 2018)
Yohandi, Trihastuti, dan Hartono. 2017. Implikasi Yuridis Penggunaan Mata Uang Virtual Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi
Komersial. Diponegoro Law Jurnal, Vol. 4, No. 7. (Diakses pada tanggal 15 Maret 2018)

De Filippi, Primavera. 2014. Bitcoin: A Regulatory Nightmare to a Libertarian Dream. Internet Policy Review. (Diakses pada tanggal 15 Maret
2018)

Indonesia Ikatan Akuntansi, 2017. Standar Akuntansi Keuangan. Indonesia: Penerbit Salemba

Anda mungkin juga menyukai