Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI PEMBELAJARAN PJOK DITINJAU DARI

FAKTOR SISWA

NAMA : HANIF PUTRA PAMUNGKAS (0602520024)

BENNY ANDREADMA WASANA (0602520025)

KELAS : POR A2

MK : MANAJEMEN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020/2021

1
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… 2
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………. 4
1.3 Tujuan ……………………………………………..............………. 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran……………………………......... 6
2.2 Macam-macam Strategi Pengajaran…………………………........ 6
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Pembelajaran Pada Siswa...... 12
2.4 Contoh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Belajar Siswa.. 13
2.5 Strategi Pembelajaran Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus.. 13

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ………………………………………………………… 18

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 19

2
KATA PENGANTAR

Definisi olahraga berasal dari sifatnya yang bergantung pada konteks peka
pada jenis olahraga yang dimainkan dan lingkungan tempat olahraga itu terjadi
(Dimitropoulos dkk. 2017). Untuk memungkinkan pemahaman yang lebih baik
tentang olahraga itu harus dipertimbangkan dalam hal bagaimana hal itu diatur dan
dilihat oleh masyarakat (Duerden et al. 2016). Secara spesifik guru harus memiliki
kemampuan dalam mengembangkan strategi pembelajaran, serta dapat memilih
strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Strategi merupakan usaha untuk
memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Proses pembelajaran yang efektif akan tercipta apabila strategi
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut tepat.
Strategei pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan pengajaran yang
terdiri dari semua komponen materi dan prosedur yang akan digunakan untuk
membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi merupakan
pola umum perbuatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di sekolah, kemampuan guru dalam
memilih strategi pembelajaran yang tepat merupakan salah satu factor penting
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Kualitas guru yang
professional sangat dibutuhkan dalam lingkungan sekolah. Guru juga dituntut
untuk lebih cerdas dan kreatif dalam mendidik siswa agar lebih kreatif dan
mandiri. Guru juga harus lebih komunikatif agar dapat merangsang anak agar
lebih aktif lagi, karena untuk saat ini siswa dituntut lebih aktif dalam kelas.
Selain itu dalam memilih strategi pembelajarn, kriteria yang penting yang
perlu dipahami oleh guru adalah pengetahuan dari proses karakteristik yang
terlibat di dalamnya dan implikasinya untuk pengembangan tingkah laku anak.
Oleh karena itu sebagai guru dituntut kreatifitasnya dalam merencanakan dan
melaksankan program pembelajaran dengan strategi pembelajaran yang tepat
dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari strategi pembelajaran ?
2. Apa saja macam-macam strategi pengajaran ?
3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran
pada siswa ?
4. Bagaimana contoh faktor-faktor yang mempengaruhi strategi belajar
siswa ?

4
5. Bagaimana strategi pembelajaran pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus ?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian startegi pembelajaran
2. Untuk mengetahui macam-macam startegi pengajaran
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran
pada siswa.
4. Untuk mengetahui contoh faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
belajar siswa.
5. Untuk mengetahui strategi pembelajaran Pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN


Menurut Mulyasa “strategi pembelajaran yaitu strategi yangdigunakan
dalam pembelajaran, seperti diskusi, pengamatan dan tanya jawab,
sertakegiatan lain yang dapat mendorong pembentukkan kompetensi peserta
didik”.Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikanlingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
bagi peserta didik.
Menurut Raka Joni16 mengatakan bahwa strategi belajar
mengajaradalah beberapa alternatif model, cara-cara menyelenggarakan
kegiatan belajarmengajar, yang merupakan pola-pola umum kegiatan yang
harus diikuti guru danmurid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Istilah lain yang jugadipergunakan dan sama maksudnya dengan strategi
belajar mengajar adalahkerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalammengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, danberfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajardalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa
strategipembelajaran adalah beberapa alternatif model, metode, cara-cara
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang merupakan pola-pola
umumkegiatan yang harus diikuti oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
2.2. MACAM-MACAM STRATEGI PENGAJARAN
Terdapat sedikitnya tujuh strategi pengajaran yang dapat dikemukakan
di sini yang berhubungan dengan penataan pengalaman belajar dalam penjas:
▪ Pengajaran interaktif (interactive teaching)
▪ Pengajaran berpangkalan/berpos (station teaching)

6
▪ Pengajaran sesama teman (peer teaching)
▪ Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
▪ Strategi pengajaran diri (Self-instructional strategies)
▪ Strategi kognitif (Cognitive strategies)
▪ Pengajaran beregu (Team teaching)
1. Pengajaran Interaktif (interactive teaching)
Strategi yang benar-benar paling umum dalam perencanaan
pengalaman belajar dalam pendidikan jasmani adalah strategi yang bersifat
interaktif. Umumnya kita tidak akan kesulitan mengkonseptualisasikan
strategi interaktif. Pengertian pengajaran mempunyai makna guru
memberitahukan, menunjukkan, atau mengarahkan sekelompok anak tentang
apa yang harus dilakukan; lalu siswa melakukannya; dan guru mengevaluasi
seberapa baik hal itu dilakukan dan mengembangkan isi pelajaran lebih jauh.
Inilah tipe dari pengajaran interaktif. Dalam pengajaran jenis ini, guru
mengontrol proses pengajaran.
Dalam pengajaran interaktif, gerakan guru didasarkan pada respons
siswa pada gerakan guru sebelumnya. Rencana guru memudahkan proses itu,
tetapi gerakan guru selanjutnya didasarkan pada respons murid. Guru sangat
dominan dalam strategi ini dan yang paling bertanggung jawab dalam untuk
keempat fungsi pengajaran dalam menyusun pengalaman pembelajaran yang
dibicarakan di bagian sebelumnya. Biasanya seluruh kelas bekerja pada tugas
yang sama atau dalam kerangka tugas yang sama. Bandingkan strategi ini
dengan gaya komando; keduanya memiliki perangkat ciri yang sama.
2. Pengajaran berpangkalan/berpos (station teaching)
Pengajaran berpangkalan menata lingkungan sehingga dua atau lebih
tugas bisa berlangsung dalam ruangan secara bersamaan. Biasanya, setiap
tugas harus dilakukan dalam pangkalan yang berbeda dengan tugas lainnya,
sehingga setiap tugas memiliki pangkalannya masing-masing. Siswa berputar
dari satu pangkalan ke pangkalan lain. Kadang-kadang, pengajaran
berpangkalan ini disebut juga pengajaran tugas.

7
Pengajaran ini telah menjadi strategi yang sangat populer dalam
pendidikan jasmani. Jika dilakukan secara efektif, strategi ini akan
menyediakan satu kerangka untuk pengalaman pembelajaran yang
memuaskan seluruh fungsi pengajaran. Strategi ini dalam tataran gaya
mengajar, serupa dengan gaya latihan (practice style).
3. Pengajaran sesama teman (peer teaching)
Pengajaran sesama teman adalah strategi pengajaran yang mengalihkan
tanggung jawab guru dalam fungsi pengajarannya kepada siswa. Strategi ini
biasanya digunakan bersamaan dengan strategi lain tetapi berharga untuk
dieksplorasi secara terpisah. Sebenarnya, strategi pengajaran sesama dapat
digunakan dengan setiap fungsi pengajaran yang sesuai, baik untuk
keseluruhan pelajaran maupun hanya sebagian pelajaran. Strategi ini tidak
terlalu jauh berbeda dengan gaya berbalasan (reciprocal style), dalam
halsiswa sendiri memberikan pengarahan kepada siswa lainnya. Bedanya,
dalam pengajaran sesama teman, siswa yang bertindak sebagai pengajar tidak
hanya berhadapan dengan satu siswa, tetapi bisa dengan sekelompok siswa.
4. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pengajaran yang telah
menjadi populer sejak diperkenalkan pertama kali oleh Johnson dan Johnson
tahun 1975. Pembelajaran kooperatif memiliki potensi untuk meningkatkan
pembelajaran anak, juga menyumbang pada pengembangan sosial dan afektif.
Dalam pembelajaran kooperatif, sekelompok siswa ditugasi suatu tugas
pembelajaran atau suatu proyek untuk diselesaikan oleh kelompoknya. Para
siswa dikelompokkan secara heterogen menurut faktor yang berbeda seperti
ras, kemampuan, atau kebutuhan sosialnya. Kelompok, juga sebagai individu,
dinilai sesuai dengan seberapa baik mereka menyelesaikan tugasnya, di
samping dari cara mereka bekerja sama dengan yang lain.
Seperti juga strategi yang lain, keuntungan yang bisa diperoleh dari
strategi ini tidak bisa terjadi otomatis. Siswa harus dipersiapkan dengan baik
agar harapan untuk terlibat dalam bekerja sama bisa terbentuk. Hasil yang

8
positif dapat dicapai hanya jika tujuan yang diberikan kepada siswa
bermakna, siswa diajari bagaimana caranya bekerja sama, dan akuntabilitas
untuk proses dan hasil dari pengalaman belajar itu terbukti nyata kepada
siswa.
5. Strategi pengajaran diri (Self-instructional strategies)
Dalam arti sederhana, strategi pelajaran sendiri melibatkan program
yang ditetapkan sebelumnya untuk pembelajaran yang boleh melibatkan guru
dalam peranan tutorial atau pengaturan tetapi pada dasarnya mengurangi
fungsi pengajaran guru yang lebih tradisional selama prosesnya. Strategi
pengajaran sendiri menyandarkan diri sepenuhnya pada materi tertulis, media,
dan prosedur evaluasi yang ditetapkan sebelumnya. Strategi ini dapat dipakai
untuk memenuhi satu atau lebih, terkadang seluruhnya, fungsi pengajaran.
Di samping dapat digunakan untuk satu pelajaran tunggal atau sebagian
dari pelajaran, strategi pengajaran sendiri dapat dirancang untuk seluruh
satuan pelajaran dalam satu semester. Siswa dapat belajar, baik dalam batasan
kelas maupun mandiri dari periode kelas yang terstruktur. Materi yang
mencakup tahapan tugas, petunjuk untuk melakukan tugas, rekomendasi
latihan, dan alat penilaian, disediakan oleh guru. Siswa dan atau guru
memutuskan di mana siswa harus mulai masuk ke tahapan yang ada dan di
mana siswa akan mengakhirinya.
Ke dalam model pembelajaran ini termasuk juga mastery learning, yang
biasanya melibatkan pembelajaran dengan target akhir atau hasil
pembelajaran yang harus dikuasai sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan
waktu untuk mencapai target akhir tersebut sangat fleksibel, sehingga seorang
anak baru bisa beranjak maju ke materi pelajaran lain hanya ketika ia
dianggap menguasai materi sebelumnya, itu juga alasan mengapa model itu
disebut mastery learning; mastery berarti penguasaan.
Amatlah jelas bahwa siswa yang diharuskan memanfaatkan strategi
pengajaran sendiri haruslah siswa yang bermotivasi tinggi, bisa mengatur diri,
dan pada titik tertentu, banyak mengetahui dalam bagaimana memanfaatkan

9
waktu dan materi yang disediakan. Motivasi, pengaturan diri, dan
keterampilan dalam menggunakan materi pembelajaran akan memakan waktu
dalam mengembangkannya. Guru bisa dianggap kurang bijaksana untuk
menggunakan strategi ini jika belum mengembangkan kemampuan-
kemampuan di atas.
6. Strategi kognitif (Cognitive strategies)
Strategi kognitif adalah nama yang diberikan pada sekelompok strategi
pengajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa secara kognitif dalam
dalam isi pelajaran melalui penyajian tugasnya. Istilah gaya pemecahan
masalah, penemuan terbimbing (Mosston, 1986), dan gaya lain yang
memerlukan fungsi kognitif anak, seperti pengajaran melalui pertanyaan
(Siedentop, 1991), atau inquiry learning. Semua model di atas pada dasarnya
menggambarkan pendekatan yang melibatkan siswa dalam memformulasikan
respons sendiri dari pada hanya meniru apa yang sudah diperlihatkan guru
sebelumnya. Guru menggunakan strategi kognitif karena strategi ini
mendukung salah satu atau beberapa dari hal berikut:
• Proses pembelajaran sama pentingnya dengan apa yang dipelajari.
• Siswa diperkirakan akan terlibat dengan isi pelajaran pada tingkat
yang lebih tinggi jika peranan mereka dalam proses pembelajaran
diperluas.
• Strategi kognitif memungkinkan isi pelajaran lebih
diindividualisasikan.
• Strategi kogniti merupakan cara yang baik untuk mengajarkan konsep
kepada siswa, dan konsep memiliki potensi untuk ditransfer pada isi
pelajaran lain yang serupa.
Guru memiliki beberapa alternatif jika tujuan pembelajarannya adalah
untuk melibatkan siswa secara kognitif. Strategi kognitif biasanya melibatkan
beberapa tipe proses pemecahan masalah yang diawali dengan penyajian
tugas. Masalah dapat dipilih dari yang sederhana, seperti “mengapa pada saat
pendaratan, pergelangan kaki dan lutut serta panggul harus dibengkokkan?”

10
hingga ke masalah yang kompleks seperti “bagaimana pengaruh hukum
gravitasi dan tahanan udara pada saat melakukan gerakan angular dapat
dimanfaatkan?”
Tingkat keterlibatan siswa bervariasi sesuai dengan tingkat respons
kognitifnya. Ketika guru mengetengahkan masalah yang memerlukan
jawaban benar yang tunggal, pemecahan masalah itu biasanya disebut
convergent problem solving. Ketika masalah tersebut bersifat terbuka dan
tidak memerlukan satu jawaban terbaik, maka pemecahan masalah tersebut
disebut divergent problem solving.
7. Pengajaran beregu (Team teaching)
Pengajaran beregu adalah strategi pengajaran yang melibatkan lebih
dari satu orang guru yang bertanggung jawab untuk menyajikan pelajaran
kepada sekelompok siswa. Ketika pelajaran pendidikan jasmani bersifat co-
educational (melibatkan siswa putra dan putri), banyak pendidik melihat
bahwa team teaching sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan baik putra
maupun putri yang terkelompokkan secara heterogen dengan mendapat guru
pria dan wanita di saat bersamaan.
Namun demikian, potensi atau keuntungan team teaching bukan hanya
itu, melainkan sangat diperlukan dalam pengajaran yang membagi siswa
menjadi beberapa kelompok pada saat bersamaan, dan harus melakukan
kegiatannya di tempat-tempat yang terpisah. Keuntungan team teaching yang
paling mencolok adalah dalam hal: Pengelompokkan yang fleksibel.
Keuntungan utama dari team teaching adalah pengelompokkan yang
fleksibel, dengan penggunaan strategi yang sudah dikemukakan di atas.
Dalam cara ini, siswa dapat dibagi secara berbeda dalam setiap periode
pelajaran tertentu untuk keperluan mengindividualisasikan program,
didasarkan pada tingkat keterampilan, minat, kebutuhan sosial, atau kriteria
apapun yang dipandang guru penting. Ukuran kelompok dapat tetap
dipertahankan fleksibel, sehingga bisa berubah manakala diperlukan. Peranan
guru dapat bergantian, sekali waktu menjadi guru utama, dan kali lain

11
menjadi guru pendukung. Pertolongan individual. Guru pendukung dapat
dimanfaatkan dalam pengajaran untuk mengidentifikasi siswa yang
memerlukan bantuan dan segera memberikannya tanpa harus bertanggung
jawab untuk seluruh pelajaran. Umpan balik dan penilaian agak sulit dalam
pengajaran kelompok dengan hanya satu orang guru. Memenuhi kebutuhan
individual siswa merupakan potensi kekuatan dari team teaching ini.

2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI


PEMBELAJARAN PADA SISWA
Secara garis besar menurut Khodijah (2014) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1) Faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar yang meliputi faktor-faktor
fisiologis dan faktor-faktor psikologis,
2) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pembelajar yamg meliputi
faktorfaktor sosial dan faktor-faktor non-sosial.
Muhibbin Syah (2010, hlm 129) mengungkapkan bahwa: Secara global
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa seperti kecerdasan, sikap, bakat, minat dan
motivasi siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni keadaan atau kondisi
lingkungan di sekitar siswa seperti faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non sosial.
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategik dari metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Sementara Slameto (2003), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah

12
faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Adapun faktor internal yang
mempengaruhi belajar meliputi: faktor jasmani, faktor psikoliogi dan faktor
kelelahan. Sedangkan faktor eksternal meliputi : faktor keluarga, faktor sekolah
dan faktor masyarakat.
2.4 Contoh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Belajar Siswa

1. Guru.
Guru adalah Komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran, jika guru disini wawasannya kurang maka
siswa akan bingung dalam menangkap materi yang di ajarkan.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat di tentukan oleh kualitas
atau kemampuan seorang guru.
2. Anak didik atau Siswa
Jika salah satu ada yang usil atau menggangu siswa yang lain dalam
melakukan pembelajaran, maka siswa yang di ganggu tersebut tidak akan
mendengarkan atau memperhatikan guru saat menerangkan
3. Sarana dan Prasarana
Pembelajaran akan kurang efektif bila sarana dan prasarananya kurang
memadahi
4. Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran ini guru di tuntut untuk sekreatif mungkin
dalam mengajar. Jika guru tersebut tidak kreatif dalam melakukan
pembelajaran siswa akan merasa jenuh dan bosan.
5. Lingkungan
Dalam melakukan pembelajaran jika tempat atau lingkungan sangat
mengganggu dalam proses pembelajaran siswa tidak akan menangkap
apa yang telah di ajarkan oleh gurunya.

2.5 Strategi Pembelajaran Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK
temporer (sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori
ABK temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi
yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam,
anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang
menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen
adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis,

13
ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan
Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
Menurut klasifikasi dan jenis kelainan, anak berkebutuhan
dikelompokkan ke dalam kelainan fisik, kelainan mental, dan kelainan
karakteristik sosial.
1. Kelainan Fisik
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ
tubuh tertentu. Akibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik
tubuhnya tidak dapat menjalankan tugasnya secara normal. Tidak berfungsinya
anggota fisik terjadi pada: alat fisik indra, misalnya kelainan pada indra
pendengaran (tunarungu), kelainan pada indra penglihatan (tunanetra), kelainan
pada fungsi organ bicara (tunawicara), kelainan pada alat motorik tubuh
(tunadaksa), kelainan pada mental (tunagrahita).
2. Kelainan Mental
Anak kelainan dalam aspek mental adalah anak yang memiliki
penyimpangan kemampuan berpikir secara kritis, logis dalam menanggapi
dunia sekitarnya. Kelainan pada aspek mental ini dapat menyebar ke dua arah,
yaitu kelainan mental dalam arti lebih (supernormal) dan kelainan mental
dalam arti kurang (subnormal). Kelainan mental dalam arti lebih atau anak
unggul, menurut tingkatannya dikelompokkan menjadi: (a) anak mampu
belajar dengan cepat (rapid learner), (b) anak berbakat (gifted), dan (c) anak
genius (extremely gifted).
3. Kelainan Perilaku Sosial
Kelainan perilaku atau tunalaras sosial adalah mereka yang mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tatatertib, norma
sosial, dan lain-lain. Manifestasi dari mereka yang dikategorikan dalam
kelainan perilaku sosial ini , misalnya kompensasi berlebihan, sering bentrok
dengan lingkungan, pelanggaran hukum/norma maupun kesopanan (Amin &
Dwidjosumarto, 1979).

14
Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di
Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi adalah
termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada beberapa pengertian
mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi merupakan
sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan
meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk
berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan
masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain
pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang
dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya. Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan tentang
pengertian pendidikan inklusi bahwa: “sekolah inklusi adalah sekolah yang
menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program
pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan
oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga
merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas
tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun
anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.”
Selanjutnya, Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan tentang pengertian
pendidikan inklusi bahwa: “pendidikan inklusi sebagai sistem layanan
pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh
karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas
yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber
belajar menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para
siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.”
Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah,
yaitu: peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap
warga negara Indonesia (termasuk ABK temporer dan permanen) untuk

15
memperoleh pelayanan pendidikan, memasukkan aspek fleksibilitas dan
aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
informal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru. Oleh karena itu,
dijelaskan beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus,
antara lain:
Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara
tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran
yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan
belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan
efesien
Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah
umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah
luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita
antara lain: Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan, Strategi kooperatif,
Strategi modifikasi tingkah laku.
Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui
pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut: 1) Pendidikan integrasi; 2)
Pendidikan segresi; 3) Penataan lingkungan belajar. Kauffman (1985)
mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut; 1) Model biogenetic;
2) Model behavioral/tingkah laku; 3) Model psikodinamika; 4) Model ekologis;
5) Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan
remedial teaching; 6) Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial
sesuai dengan tingkat kesalahan; 7) Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu
melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat
konkret, semi konkret dan tingkat abstrak. Strategi pembelajaran yang sesuai
denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk

16
berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi
pembelajaran adalah:
1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas;
2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga
mengembangkan kecerdasan emosional;
3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk. Model-model
layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan
perkembangan kognitifafektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang
khusus.

17
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran adalah beberapa alternatif model, metode, cara-cara
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang merupakan pola-pola
umumkegiatan yang harus diikuti oleh guru dan siswa untuk mencapai
tujuaninstruksional yang telah ditetapkan.
Cara guru melibatkan siswa ini akhirnya lajim disebut gaya mengajar (teaching
style), yang bergerak dari gaya yang disebut komando hingga gaya pengajaran diri
sendiri. Pemilahan gaya pengajaran menurut Mosston lebih berupa sebuah kontinum,
dengan spektrum gayanya didasarkan pada jumlah pembuatan keputusan yang
diberikan guru pada murid.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2013). Mengenal anak berkebutuhan khusus. Magistra, 25(86), 1.


Agus Mahendra (2008). Pendekatan dan strategi pembelajaran pendidikan jasmani
https://www.misjuli.com/2015/02/macam-macam-strategi-pembelajaran-dan.html.
Diakses pada 06 April 2021. Pukul 15.36 WIB.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/strategi-pembelajaran/. Diakses
pada 06 April 2021. Pukul 15.45 WIB.
https://newsatria156.wordpress.com/2012/09/06/makalah-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-strategi-belajar-mengajar/. Diakses pada 06 April 2021. Pukul
15.57 WIB.
Nurdyansyah, N., & Fitriyani, T. (2018). Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif
Terhadap Hasil Belajar Pada Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo.

19

Anda mungkin juga menyukai