Anda di halaman 1dari 21

Akuntansi Penjualan Angsuran

2.1 Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana


pembayarannya dilaksanakan secara bertahap, yaitu :

1. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, maka penjual menerima


pembayaran pertamanya yang merupakan sebagian dari harga penjualan, yang
disebut dengan Down Payment.
2. Sedanglan sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.

(Harnanto, hal 109).

Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan berdasarkan rencana


pembayaran yang ditangguhkan, dimana pihak penjual menerima uang muka (DP)
dan sisanya dibayarkan dalam bentuk pembayaran cicilan selama waktu beberapa
tahun. (Allan R Debbrin, 1991, hal 121).

Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya diterima beberapa kali


angsuran periodik selama jangka waktu beberapa bulan atau tahun. (Dewi
Ratnaningsih, 1993, 123).

Dari ketiga definisi diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penjualan
angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan penjual dimana
pembayarannya dilakukan secara bertahap yaitu pada saat barangnya diserahkan
kepada pembeli, penjual menerima Down Payment dan sisanya dibayar beberapa
kali angsuran selama beberapa bulan atau tahun.

Penjualan angsuran dan penjualan kredit sebenarnya tidak sama. Karena


pembayarannya sama-sama dilakukan tidak secara tunai, maka penjualan
angsuran dan penjualan kredit dianggap sama.
Adapun perbedaan penjualan angsuran dan penjualan kredit adalah sebagai
berikut :

1. Periode penjualan angsuran lebih lama yaitu 6 bulan – 5 tahun daripada


penjualan kredit biasa (umurnya 30 hari – 60 hari).
2. Pada kredit biasa, perbandingan hak milik barang kepada pembel langsung
terjadi pada saat transaksi penjualan, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada
penjualan angsuran.
3. Resiko kerugian tidak tertagihnya piutang dan biaya penagihan piutang akan
lebih besar jumlahnya pada penjualan angsuran daripada penjualan kredit biasa.
4. Dalam pejualan angsuran biasanya dibuat perjanjian antara pembeli dengan
penjual sehingga penjual tidak dirugikan terlalu besar jika terjadi pemilikan
kembali terhadap barang yang telah dijual secara angsuran.

2.2 Pengertian Bunga

Bunga adalah sejumlah uang yang dibayarkan sebagai kompensasi terhadap apa
yang dapat diperoleh dari penggunaan uang tersebut. (Bambang Riyanto, 105)

Perbedaan bunga dengan laba antara lain bunga merupakan pendapatan yang
diakui oleh perusahaan sedangkan laba adalah uang yang diakui dari pendapatan
setelah dikurangi biaya-biaya untuk operasional perusahaan.
2.3 Pengertian Piutang

Sisi lain dari penjualan angsuran adalah timbulnya piutang. Ini berarti perusahaan
mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau badan usaha lain. Dengan adanya
hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang
penyerahan aktiva lain kepda pihak yang berhutang.

Menurut Zaki Baridwan dalam buku intermediate accounting ( 1992;124 ) :

Piutang dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu :


1. Piutang dagang ( usaha )
2. Piutang bukan dagang
3. Piutang penghasilan

Kadang-kadang piutang bukan dagang dan piutang penghasilan digabung menjadi


satu dan dinamakan piutang lain-lain.

Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang


atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Untuk piutang yang timbul bukan dari
penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan, tidak termasuk
dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan tersendiri dalam piutang
bukan dagang ( bukan usaha ). Contoh dari piutang bukan usaha antara lain :

* Klaim terhadap perusahaan pengangkutan untuk barang-barang rusak / hilang


* Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian-kerugian yang
dipertanggungkan.
* Piutang deviden.
* Piutang pesana pembelian saham, dll.

Penggunan dasar waktu ( accrual basis ) dalam akuntansi mengakibatkan adanya


pengakuan terhadap penghasilan-penghasilan seperti itu diperoleh atas dasar
waktu sehingga pada akhir periode dihitung berapa jumlah yang sudah menjadi
pendapatan dan jumlah tersebut dicatat sebagai piutang penghasilan. Contohnya
antara lain :

* Piutang pendapatan bunga


* Piutang pendapatan sewa, dll.

2.4 Pembatalan Kontrak Penjualan Angsuran dan Kepemilikan Kembali.

Apabila pihak pembeli tidak dapat menyelesaikan kewajiban atas saldo piutang
angsurannya (sesuai dengan kontrak), pihak penjual berhak untuk menarik
kembali barang dagang yang telah dijual dari si pembeli. Jika terjadi hal demikian
maka pihak penjual melakukan tindakan sebagai berikut :

1. Menilai barang-barang yang ditarik kembali dengan nilai wajar.


2. Mencatat pemilikan kembali.
3. Menghapus saldo perkiraan piutang usaha angsuran.
4. Menghapus saldo perkiraan laba kotor yang ditangguhkan.
5. Mencatat rugi dari pemilikan kembali.

Jika perusahaan menggunakan system fisik (physical inventory system) di dalam


mencatat persediaan barang dagang, maka perkiraan “Persediaan barang dagang –
Pemilikan kembali” merupakan perkiraan nominal dan akan dicantumkan pada
perhitungan rugi laba sebagai penambahan dan pembelian barang dagang. Tetapi
jika perusahaan menggunakan system balans permanen (perpetual system)
perkiraan tersebut akan menambah persediaan barang dagang pada kartu stock.

Namun adakalanya hak penjual untuk menarik kembali barang yang telah dijual
tersebut merupakan cara yang kurang tepat dalam usaha untuk mengurangi resiko
kerugian yang dapat terjadi. Hal ini disebabkan karena nilai barang yang dijual
turun lebih cepat dari saldo piutangnya, sehingga pemilikan kembali barang
tersebut tidak dapat menutup kerugian tidak tertagih saldo piutang tersebut. Untuk
mengurangi atau menghindari kerugian yang terjadi dalam pemilikan kembali,
maka harus diperhatikan: (Dewi Ratnaningsih, Akuntansi Lanjutan, 1993, 124)

1. Jumlah uang muka dan pembayaran-pembayaran angsuran berikutnya, harus


cukup untuk menutup semua kemungkinan terjadinya penurunan nilai barang
yang dijual.
2. Periode pembayaran angsuran jangan melebihi umur ekonomisdari barang yang
dijual. Hal ini terutama penting untuk barang-barang yang bersifat musiman dan
barang-barang yang dipengaruhi oleh mode.
2.5 Penetapan Harga Penjualan Angsuran

Pada dasarnya diitempuhnya suatu penjualan angsuran adalah karena terlihatnya


perbadaan yang cukup jelas antara penjualan tunai dengan penjualan angsuran hal
ini dapat dilihat jelas pada harga jualnya. Perbedaan antara harga penjualan tunai
dengan harga penjualan angsuran ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor berikut
:

1. Resiko

Kontrak penjualan angsuran menawarkan persetujuan kredit yang longgar mampu


menarik banyak konsumen. Namun disamping itu dengan periode pembayaran
yang relative panjang, kemampuan membayar konsumen bisa saja berubah, itulah
sebabnya perlu dilakukan perjanjian terlebih dahulu khususnya untuk penjualan
terhadap barang-barang yang tidak bergerak.

Untuk mengantisipasi terjadinya kerugian dalam kepemilikan kembali maka


penjual perlu memperhatikan beberapa hal tersebut :

1. Besarnya uang muka harus cukup untuk menutup semua kemungkinan


terjadinya penurunan harga barang dari semula barang baru menjadi barang bekas.
2. Jangka waktu pembayaran diantara angsuran yang satu dengan yang lain
hendaknya tidak terlalu lama, jika dapat tidak lebih dari satu bulan.
3. Besarnya pembayaran angsuran berkala harus diperhitungkan cukup untuk
menutup kemungkinan penurunan nilai barang yang ada selama ada jangka waktu
yang satu dengan pembayaran yang berikutnya.

2. Bunga / Interest

Adanya perbedaan waktu antara saat penyerahan uang atau barang dan jasa
dengan pembayaran berkala yang secara prinsip ekonomi harus dikenakan bunga
atau interest. Biasanya bunga terakhir sudah dimasukkan dalam perhitungan total
pembayaran angsuran, namun yang perlu diperhatikan adalah dasar yang
digunakan untuk penetapan besarnya bunga yang berlaku untuk sekedar investasi,
tetapi untuk sekedar perdagangan.

2.6 Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran

Pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu :

1 Laba Kotor diakui pada saat penjualan (Accural Basis)

Pada cara ini transaksi penjualan angsuran diperlakukan seperti halnya transaksi
penjualan kredit. Laba kotor yang terjadi diakui pada saat penyerahan barang
dengan ditandai oleh timbulnya piutang / tagihan kepada pelanggan.

Berikut ini adalah pencatatan jurnal laba kotor :

1. Jika barang dagang dijual secara angsuran , maka perusahaan akan mendebit
piutang usaha angsuran dan mengkredit hasil penjualan angsuran tersebut.
Selisihnya akan direalisasi pada periode yang sama terjadinyapenjualan angsuran
tersebut.

Jurnalnya sebagai berikut :

Piutang usaha angsuran xxx

Penjualan angsuran xxx

1.
1. Jika dipergunakan system balans permanen (perpetual inventory system), maka
jurnalnya ditambah dengan mendebit perkiraan harga pokok penjualan angsuran
dan mengkredit perkiraan persiadaan barang dagang.
Jurnalnya sebagai berikut :

Piutang usaha angsuran xxx

Penjualan angsuran xxx

Harga pokok penjualan angsuran xxx

Persediaan barang dagang xxx

1.
1. Jika terjadi beban tak tertagihnya piutang dan lain sebagainya, perkiraan
bebannya didebit dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti Penyisihan
biaya penjualan penjualan angsuran dan Penyisihan piutang angsuran.

Jurnalnya sebagai berikut :

Beban usaha xxx

Penyisihan piutang angsuran/ xxx

Penyisihan biaya penj. angsuran xxx

1.
1. Jika pada periode berikutnya beban penjualan angsuran tersebut terjadi,
penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang
usaha yang tidak tertagih akan dikredit.

Jurnalnya sebagai berikut :

Penyisihan piutang angsuran/


Penyisihan biaya penj. angsuran xxx

Kas xxx

Piutang usaha angsuran xxx

1. Laba Kotor dihubungkan dengan periode-periode terjadinya realisasi


penerimaan kas (Cash Basis)

Pada cara ini laba kotor yang diakui sesuai dengan jumlah uang kas dari penjualan
angsuran yang direalisasikan dalam periode-periode yang bersangkutan. Prosedur
ini biasanya digunakan untuk kontrak-kontrak penjualan yang jangka waktunya
melampaui satu periode akuntansi. Prosedur mana yang akan dipakai harus benar-
benar dipertimbangkan sesuai dengan rencana penjualan angsuran yang ada,
sehingga akan benar-benar cocok dengan kehendak dalam mengukur laba (rugi)
yang akan terjadi.

Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari
penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.

Berikut ini adalan pencatatan jurnalnya :

1. Jika barang dagang dijual secara angsuran, dan jika perusahaan menggunakan
system fisik dalam pencatatan persediaanya, maka perusahaan akan mendebit
perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan penjualan angsuran.

Jurnalnya sebagai berikut :

Piutang usaha angsuran xxx

Penjualan angsuran xxx


1. Jika perusahaan menggunakan system balans permanen, selain jurnal tersebut
diatas ditambah jurnal pengakuan harga pokok penjualan angsuran tersebut.

Jurnalnya sebagai berikut :

Piutang usaha angsuran xxx

Penjualan angsuran xxx

Harga pokok penj. angsuran xxx

Persediaan barang dagang xxx

1. Penagihan piutang usaha angsuran akan dicatat dengan mendebit perkiraan kas
dan mengkredit perkiraan piutang usaha angsuran.

Jurnalnya sebagai berikut :

Kas xxx

Piutang usaha angsuran xxx

Pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat mengenai tiga
hal, sebagai berikut :

1. Mencatat harga pokokpenjualan angsuran. Perkiraan pengiriman barang


penjualan angsuran merupakan perkiraan rugi laba atau perkiraan nominal dan
harus ditutup ke perkiraan laba/rugi.

Jurnalnya sebagai berikut :


Harga pokok penj. angsuran xxx

Pengiriman barang penj. angsuran xxx

Jurnal ini dilakukan jika perusahaan menggunakan system fisik, jika perusahaan
menggunakan system balans permanen maka jurnal ini tidak diperlukan karena
pengakuan harga pokok penjualan angsuran telah dilakukan pada saat terjadinya
penjualan angsuran tersebut.

1. Mencatat laba kotor yang ditangguhkan.

Jurnalnya sebagai berikut :

Penjualan angsuran xxx

Harga pokok penj. angsuran xxx

Laba kotor yang ditangguhkan xxx

Jurnal penyesuaian ini berlaku baik untuk system fisik maupun balans permanen.

1. Mencatat realisasi laba kotor atas penerimaan kas dari hasil penjualan angsuran.

Jurnalnya sebagai berikut :

Laba kotor yang ditangguhkan xxx

Laba kotor yang direalisasi xxx

Laba kotor yang ditangguhkan adalah selisih antara penjualan angsuran dengan
harga pokoknya. Laba kotor yang ditangguhkan akan direalisasi pada saat
penerimaan tagihan piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan persentase
laba kotor dengan tagihan yang diterima dari piutang usaha angsuran tersebut.

Untuk menghitung persentase laba kotor adalah membagi laba kotor yang
ditangguhkan dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya
dikalikan dengan 100 %, atau dengan membagi laba kotor yang ditangguhkan
dengan piutang usaha angsuran pada saat yang sama dan hasilnya dikalikan 100%.

Makalah Angsuran Penjualan


BAB I
PENDAHULUAN
Metode penjualan  angsuran pada  mulanya berasal  dari
penjualan   rumah pada perusahaan   real estate, tetapi pada masa
sekarang penjualan dengan metode ini telah berkembang pada
perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti
mobil, motor; mesin;  alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada
beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci
utama dalam mencapai operasi skala besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan
disukai di kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi
usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya
meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal
pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang
akan meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan
meningkatnya volume penjualan perusahaan.       
Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa
masalah. Masalah utama adalah : “membandingkan antara beban dan
pendapatan” (matching of costs and revenues), yaitu :
a.                 Apakah laba kotor dari  penjualan angsuran dianggap telah direalisasi
pada saat terjadinya penjualan ataukah harus diakui selama masa kontrak
angsuran tersebut?
b.                 Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan
penjualan angsuran yang terjadi pada periode setelah penjualan tersebut?
c.                 Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak
dapat tertagih, pertukaran, dan pemilikkan kembali barang angsuran?
                                               BAB II
PENJUALAN ANGSURAN
1)      PENGERTIAN PENJUALAN ANGSURAN
Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang
dilaksanakan dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara
bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa
diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down
payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan
beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus menunggu beberapa
periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya, maka biasanya pihak
penjual akan membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.
Penjualan angsuran dapat menimbulkan pertanyaan mengenai pola
yang layak dari penetapan pendapatan. Pendapatan ini biasanya
ditetapkan atas dasar akrual dalam periode dimana penjualan itu terjadi
dalam kontrak yang tidak dipaksakan untuk harus diterima, kemudia
perkiraan penagihan yang diterima pada periode yang panjang berada
dalam ketidakpastian sehingga disarankan agar penetapan pendapatan
ditunda sampai probabilitas penagihan dapat diperkirakan dengan layak.
2)      JAMINAN BAGI PIHAK PENJUAL
Pihak penjual biasanya melindungi diri dan memperoleh jaminan
kalau pihak pembeli gagal untuk menyelesaikan pembayaran menurut
kontrak. Jika harta pribadi dijual, maka resiko kerugian karena kegagalan
pihak pembeli menyelesaikan kontrak dapat diminimasi dengan pemilikian
kembali atas harta benda tersebut.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar
atau hilang, pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar
barang angsuran tersebut diasuransikan untuk kepentingkan pihak
penjual. Premi asuransi ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran
hilang atau terbakar, pihak asuransi akan membayar ganti rugi kepada
penjual dan bukan pembeli. Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli
diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan premi auransi atas
tanggungan si pembeli.
Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak
ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat
beberapa bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran, sebagai
berikut :
  Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana
barang-barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih
berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.
  Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah
dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan
menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang
belum dibayar kapada si penjual.
  Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu
badan “trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi.
Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak
atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan
dengan membuat akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).
  Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan
kepada pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga
dalam kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah
kepada pembeli

3)      METODE PENETAPAN LABA KOTOR PADA PENJUALAN ANGSURAN


Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada
prakteknya dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
  Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran. 
  Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.      

1.      Pengakuan Laba Kotor Pada Saat Terjadinya Penjualan Angsuran


Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya
penjualan angsuran, atau dengan kata lain sama seperti penjualan pada
umumnya yang ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada
pelanggan. Apabila prosedur demikian diikuti maka sebagai
konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya yang berhubungan dam
dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan yang
bersangkutan harus pula dilakukan.
Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus
meliputi biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya
dengan pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran,
kemungkinan tidak dapatnya piutang itu direalisasikan maupun
kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontrak. Terhadap biaya
yang ditaksir itu biasanya dibentuk suatu rekeningCadangan Kerugian
Piutang.
Jika barang tidak bergerak dijual secara angsuran, perusahaan
akan mendebit piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva
yang bersangkutan serta mengkredit pula laba atas penjualan aktiva
tersebut.
Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran                                                                                               

xxxxxx

                Aktiva tak gerak

xxxxxx

                Laba atas penjualan aktiva tak gerak                                                      

xxxxxx
2.      Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.
Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan
realisasi penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan angsuran
adalah:
  Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga
pokok (Cost) dari barang-barang yang dijual atau service yang
diserahkan, sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali, maka
penerimaan-penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan
  Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan
yang diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh
keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan
selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian
harga pokok (Cost).
  Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik
sebagai pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai realisasi
keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga
pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan
angsuran ditandatangani
4)      METODE CICILAN
Pada penggunaan metode cicilan dalam perkiraan , maka selisih
antara harga jual kontrak dengan harga pokok penjualan dicatat sebagai
laba kotor yang ditangguhkan. Saldo ini ditetapkan sebagai pendapatan
yang secara berkala membandingkan periode penagihan uang kas
terhadap harga jual. Penagihan laba kotor, pada dasarnya menyatakan
penangguhan hasil penjualan yang disertai dengan pangguhan harga
pokok penjualan, yang berkaitan dengan hasil penjualan seperti itu.
Penangguhan laba kotor dapat menyatakan penangguhan  biaya yang
dikeluarkan dalam promosi penjualan cicilan.
Walaupun biaya barang dagangan dipandang sebagai nilai aktiva
yang dapat dikompensasi untuk tahun berikutnya, namun biaya penjualan
dan administrasi secara umum tidak dapat dibuat untuk nilai seperti itu.
Kesulitan yang serius akan kita jumpai dalam memilih biaya yang harus
ditangguhkan dan dalam menentukan prosedur pembebanan yang harus
ditempuh dalam penggunaan penangguhan tersebut.
Metode cicilan yang melaporkan laba kotor dapat digunakan untuk
tujuan pajak penghasilan dalam harta benda tidak bergerak pribadi oleh
agen-agen penjual secara teratur melakukan rencana penjualan cicilan.
Wajib pajak yang menerima pembayaran yang rendah setelah pajak untuk
tahun dimana penjualan itu terjadi dapat menggunakan metode dalam
melaporkan kasual harta benda tak bergerak pribadi yang keuntungan
atas penjualan yang lain daripada persediaan dan atas penjualan atau
penempatan harta benda tak bergerak nyata, biayanya tidak dapat
ditangguhkan untuk tujuan pajak.

5)      PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PENJUALAN


ANGSURAN
  NERACA
Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan
nagsuran sama dengan penjualan biasa, hanya terdapat hal yang harus
dieprhatikan adalah:
a)      Piutang usaha angsuran biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar
dan harus dijelaskan pada penjelasan laporan keuangan atau dengan
catatan kaki yang mengungkapkan tanggal jatuh temponya. Hal ini
dengan asumsi bahwa definisi dari aktiva lancar adalah sumber-sumber
yang diharapkan dapat direalisir menjadi kas atau dijual. Maka jangka
waktu piutang usaha angsuran tersebut diabaikan.
b)      Laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan:
         Kelompok kewajiban atau pendapatan yang belum direalisasi.
         Pengurang piutang usaha angsuran.
         Kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang ditahan
Cara yang paling umum adalah laba kotor yang belum direalisasi
dicatat sebagai kelompok kewajiban.
  LAPORAN LABA RUGI
Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan
angsuran, harus dipisahkan antara penjualan biasa dengan angsuran.
Laba kotor penjualan angsuran periode tersebut dikurangi dengan saldo
laba kotor yang belum direalisasi pada akhir periode, yang menghasilkan
laba kotor periode tersebut yang telah direalisasi.

6)      PENJUALAN ANGSURAN DENGAN TUKAR TAMBAH (TRADE- IN)


Dalam penjualan cicilan, perusahaan akan menerima barang tukar
tambah sebagai pembayaran sebagian atas kontrak penjualan cicilan
baru. Jika jumlah yang ditetapkan atas barang yang ditukarkan,
merupakan nilai yang akan memungkinkan perusahaan merealisasikan
laba kotor normal atas penjualannya kembali, maka tidak akan timbul
masalah khusus. Barang tukar tambah dicatat dengan nilai yang
ditetapkan atas barang tersebut. Perkiraan kas di debet dengan setiap
pembayaran yang menyertai tukar tambah, perkiraan piutang usaha
cicilan didebet untuk saldo harga jual dan perkiraan penjualan cicilan di
kredit sebesar jumlah penjualan. Pemberian nilai tukar tambah
sebenarnya merupakan pengurangan atas harga jual dan perkiraan harus
melaporkan kenyataan ini dengan tepat. Barang tukar tambah harus
dicatat dengan harga belinya, selisih antara nilai tukar tambah dan nilai
belinya bagi perusahaan harus dilaporkan baik sebagai beban pada
perkriaan nilai tukar lebih maupun sebagai pengurangan dalam perkiraan
penjualan angsuran.
7)      Ketidakmampuan Membayar dan Pemilikan Kembali
Ketidakmampuan membayar atas kontrak penjualan cicilan dan
pemilikan kembali barang yang telah dijual membutuhkan sebuah ayat
jurnal dalam buku pihak penjual, yang melaporkan barang dagangan yang
diperolehnya kembali, yang membatalkan piutang usaha cicilan beserta
saldo laba kotor yang ditangguhkan. Dan mencatat keuntungan atau
kerugian atas pemilikan barang kembali..
Jika sistem perseidaan perpectual diselenggarakan, maka barang
yang dimiliki kembali dibebankan pada saldo persediaan, jika
diselenggarakan secara periodik maka pemilikan kembali dicatat dalam
perkiraan normal tersendiri dan saldo ini ditambahkan pada pembelian
dalam menghitung harga pokok penjualan.
8)      BUNGA PADA PENJUALAN ANGSURAN
Dalam penjualan angsuran pihak penjual biasanya juga
memperhitungkan bunga atas saldo angsuran  yang belum dibayar
disamping memperhitungkan laba.
Bunga dalam penjualan angsuran harus dipisahkan dari pengakuan
laba kotor dari hasil usaha bagi pihak penjual, sedangkan untuk pihak
pembeli unsur bunga harus dipisahkan dari harga perolehan dari barang
angsuran yang dimilikinya.
Dalam menghitung bunga, dapat dilakukan denagn beberapa cara,
yaitu:
  Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama
jangka waktu angsuran (bunga dihitung dari saldo menurun), disebut Long
End Interest.
  Bunga dihitung dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh
tempo (tidak termasuk uang muka) yang dihitung sejak pembayaran
angsuran pertama sampai dengan paling akhir, disebut Short End Interest.
  Bunga dihitung secara anuitet. Setiap periode sama besarnya dan di dalam
setiap pembayaran angsuran mengandung unsure pelunasan angsuran
dan bunga.
  Bunga selama masa pembayran angsuran diitung dari harga kontrak awal
setelah diperhitungkan dnegan uang muka.
9)      PENGAKUAN LABA PENJUALAN ANGSURAN DALAM KAITANNYA
DENGAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
Undang-undang Perpajakan No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Menurut salah satu metode penjualan angsuran bahwa laba kotor
diakui sejalan dengan tagihan uang kas yang diterima, sehingga laba
kotor akan diakui untuk beberapa periode fiskal. Sedangkan menurut
pajak penghasilan sesuai dengan undang-undang no.7 bahwa laba hasrus
diakui pada saat penjualan dilakukan. Sehingga terdapat perbedaan
persepsi antara laba menurut metode penjualan angsuran dengan
undang-undang pajak penghasilan.
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia pasal 9 tentang pajak
penghasilan, yaitu:
  Dalam Perhitungan rugi/laba, jumlah pajak penghasilan dapat dihitung
berdasarkan laba menurut akuntansi atau laba kena pajak, dengan tarif
sebagaimana ditetapkan oleh fiskus.
  Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba akuntansi, selisih
perhitungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba
kena pajak), yang disebabkan “perbedaan waktu” pengakuan pendapatan
dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak akan ditampung ke
dalam pos “pajak penghasilan yang ditangguhkan” dan dialokasikan pada
beban pajak pengahsilan tahun-tahun berikutnya. Sehingga dengan
demikian jika perusahaan menghitung laba menurut metode pengakuan
laba kotor sejalan dengan penerimaan kas hasil penjualan angsuran,
maka selisih antara pajak penghasilan perusahaan dengan pajak
pengahsilan menurut fiskus ditampung dalam perkiraan pajak penghasilan
yang ditangguhkan (belum direlisasi).  

Undang-undang perpajakan No.8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan


nilai dan pajak  penjualan atas barang mewah
Untuk perusahaan dagang umumnya dan perusahaan dagang
angsuran harus ditetapkan apakah perusahaan tersebut adalah
pengusaha kena pajak (PKP) atau non PKP.
Bila perusahaan tersebut adalah PKP, maka untuk seluruh penjualan
barang dagangnya harus dikenakan PPN. Dan bila merupakan non PKP
maka tidak boleh dipungut PPN. PPN yang dikenakan atas nilai jual ini
disebut sebagai PPN keluaran. Sedangkan PPN atas barang yang dibeli
merupakan PPN masukkan.  PPN masukkan dapat dikreditkan dengan
PPN keluaran.

Anda mungkin juga menyukai