22 4448 1 SM
22 4448 1 SM
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menentukan karakteristik permukaan logam aluminium
melalui proses anodizing. Variabel bebas yang digunakan adalah besar beda
potensial yang diberikan pada proses anodizing. Kualitas karakteristik permukaan
logam aluminium ditentukan dengan analisis data yang berupa ketebalan dan lebar
pori yang terbentuk selama proses anodizing yang diperoleh dari uji Scanning
Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray. Pada penelitian ini digunakan logam
aluminium dengan kemurnian 99% dengan ketebalan 3 mm berukuran 6 cm x 1,5 cm
yang sudah dibersihkan menggunakan aquades, sabun, dan alkohol, selanjutnya
direndam dalam larutan NaOH 1M selama 2 menit, kemudian dilanjutkan dengan
proses anodizing dengan variasi beda potensial yang diberikan yaitu 15 V, 20 V, dan
25 V. Tahap selanjutnya dilakukan uji Scanning Electron Microscope-Energy
Dispersive X-ray terhadap sampel sehingga didapatkan data Ketebalan dan lebar
pori yang terbentuk selama proses anodizing pada permukaan logam aluminium
serta data komposisi penyusun logam aluminium hasil anodizing. Hasil analisis data
ketebalan dan lebar pori yang diperoleh dari uji Scanning Electron Microscope-
Energy Dispersive X-ray menunjukkan beda potensial 25 V memberikan hasil yang
paling baik.
Abstract
The aim of this study was to determine the characterization of aluminium surfaces
that have been anodized. Independent variable of this experiment is voltage
variations in anodizing processes. Quality of the aluminium surfaces was determined
by analyzing data of the aluminium oxide pores thickness and width that occurred
from Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray instrument test. In this
study is used an aluminium metals with 99% purity with thickness approximately 3
mm and 6 cm x 1,5 cm dimension and have been cleaned by aquadest, soap, and
alcohol. After that, it degreased with NaOH 1 M solution at 2 minutes and then
continued with anodizing processes with voltage variation (15 V, 20 V, and 25 V). The
next step is it tested by Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray
instrument. In these processes, the data of aluminium oxide pore thickness and width
is occurred. Data of the composition of aluminium after anodized is occurred from
Energy Dispersive X-ray test. The results show that the best condition of aluminium
surfaces is occurred at 25 V.
138 138
e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Kimia (Volume 2 Tahun 2014)
139
e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Kimia (Volume 2 Tahun 2014)
sulfuric acid anodizing. Hal ini disebabkan oleh jumlah oksigen yang terdapat ada
teknik ini yang paling bernilai ekonomis. larutan elektrolit. Pengaliran udara (aerasi)
Konsentrasi asam sulfat yang paling pada proses ini akan menyuplai sejumlah
optimum digunakan untuk teknik anodizing oksigen pada sel elektrolisis sehingga
adalah 15%. Pada konsentrasi 15%, larutan elektrolit tidak mengalami defisit
karakteristik permukaan logam aluminium oksigen. Disamping itu fungsi
hasil anodizing memberikan tingkat penambahan aliran udara pada proses ini
kekerasan dan keausan yang paling adalah menciptakan rongga pori pada
optimal (Sidharta, Soekrisno, dan Iswanto, oksida aluminium yang dibentuk.
2012). Hal lain yang mempengaruhi Terbentuknya pori pada oksida
kualitas aluminium hasil anodizing adalah menandakan proses anodizing berhasil
besar beda potensial yang diberikan. dilakukan.
Perbedaan besar beda potensial yang Kualitas produk hasil anodizing
diberikan akan mempengaruhi lebar dan ditentukan oleh ketebalan pori yang
ketebalan pori oksida aluminium yang terbentuk serta jarak antar pori. Jarak
terbentuk (Araoyinbo, Noor, Sreekantan, antar pori yang terbentuk haruslah saling
dan Azis, 2010). berdekatan untuk menghindari pewarnaan
Teknik anodizing adalah suatu yang kurang merata. Berdasarkan data
proses penyepuhan logam yang SNI No.07-0734-1989 tentang kualitas
didasarkan atas pembentukan lapisan lapisan anodisasi aluminium, ketebalan
oksida aluminium melalui oksidasi yang pori oksida yang terbaik adalah pada
terkontrol sehingga terbentuk pori yang kisaran ± 18 µm untuk keperluan dekoratif.
akan dilapisi/diisi oleh lapisan logam lain Untuk keperluan khusus seperti
(Presto, 2003). peningkatan kekuatan fisik logam SNI
Secara umum teknik anodizing dapat mempersyaratkan ketebalan pori rata-rata
digolongkan menjadi dua jenis yaitu diatas 20 µm. Keperluan khusus lebih
Regular dan hard anodizing. Teknik ini cenderung pada kebutuhan konsumen
dibedakan atas dasar kuat atau lemahnya terhadap kekuatan fisik dan keausan
proses pembentukan oksida logam melalui logam aluminium hasil anodizing. Berikut
pengontrolan. Regular anodizing biasanya disajikan data kualitas logam aluminium
digunakan untuk melapisi aluminium hasil anodizing berdasarkan SNI.
sehingga hasil yang diperoleh menjadi
lebih dekoratif. Teknik hard anodizing Tabel 1. Data Kualitas Permukaan
biasanya digunakan untuk membuat Logam Aluminium Hasil Anodizing
lapisan oksida yang lebih tebal sehingga Berdasarkan Data SNI No. 07-0734-1989
aluminium memiliki ketahanan terhadap Kelas Ketebalan Rata-rata Minimum
korosi yang lebih kuat. Pemilihan teknik µm
anodizing akan sangat bergantung pada 1 18
keperluan. Jika yang diperlukan hanya 2 10
sebatas membuat aluminium yang 3 5
dekoratif yaitu memiliki nilai estetika maka Khusus ≥ 20
cukup digunakan anodizing jenis regular
anodizing.
METODE
Teknik anodizing pada dasarnya
Bahan
menggunakan prinsip elktrolisis. Pada sel
Bahan-bahan yang digunakan
elektrolisis, anoda dihubungkan dengan
dalam penelitian ini adalah; aquadest,
logam aluminium yang akan di-anodizing
sabun cair, alkohol 70%, pelat aluminium
dan di bagian katoda dihubungkan dengan
dengan kemurnian 99% tebal 0,3 mm
logam aluminium lain. Kemudian pada sel
ukuran 1,5 x 6 cm sebanyak 8 buah, 10
ini dialirkan beda potensial. Beda potensial
gram padatan NaOH yang digunakan
ini akan memicu pertumbuhan lapisan
untuk membuat larutan NaOH 1 M
oksida pada permukaan logam aluminium.
sebanyak 250 mL dan asam sulfat 96%
Pembentukan lapisan oksida pada
sebanyak 78,11 mL yang akan diencerkan
permukaan aluminium sangat dipengaruhi
140
e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Kimia (Volume 2 Tahun 2014)
141
e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Kimia (Volume 2 Tahun 2014)
besar nilai ketebalan dan lebar pori yang anodizing SNI pada Tabel 1, maka
terbentuk. Ketebalan rata-rata yang terjadi didapatkan bahwa pada beda potensial 15
yaitu 12,51 µm dengan lebar rata-rata V diperoleh ketebalan pori yang masuk
12,45 µm. Peningkatan beda potensial ke dalam kelas 3, pada 20 V masuk dalam
25 V memberikan peningkatan ketebalan kategori kelas 2, dan pada 25 V masuk
rata-rata pori yang terbentuk serta lebar dalam kategori kelas 1. Data tersebut
rata-ratanya. Ketebalan rata-rata yang menunjukkan bahwa, untuk keperluan
terjadi yaitu 18,33 µm dengan lebar rata- dekoratif, beda potensial 25 V sudah
rata 19,52 µm. cukup untuk digunakan dalam proses
Ketika pada elektroda diberikan anodizing aluminium.
beda potensial, terjadi peristiwa migrasi Hasil anodizing dikonfirmasi dengan
muatan pada elektrolit. Ion hidrogen dari menggunakan instrument EDX untuk
asam sulfat bergerak menuju katoda dan menunjukkan perbandingan unsur-unsur
mengalami reduksi membentuk gas yang terdapat pada logam aluminium yang
hidrogen. Ion negatif yang terdapat pada diuji. Perbandingan ini menunjukkan
larutan seperti ion sulfat bergerak menuju apakah anodizing yang dilakukan memang
anoda. Pada anoda logam aluminium benar membentuk lapisan oksida baru
terjadi peristiwa oksidasi yang atau tidak. Berikut disajikan data spektrum
menyebabkan logam aluminium hasil uji anodizing.
teroksidasi menjadi ion Al3+. Ketika ion Al3+
mulai terbentuk di permukaan anoda, ion B
A
ini bereaksi dengan ion sulfat yang
bergerak menuju anoda sehingga Element Wt% Element Wt%
terbentuk lapisan aluminium oksida. O 01,63 O 28,35
Peningkatan jumlah aluminium Al 98,37 Al 71,65
oksida terjadi akibat peningkatan beda
potensial yang diberikan. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Araoyinbo dkk, (2010) C D
mengenai “Voltage Effect on
Electrochemical Anodization of Aluminum Element Wt%
Element Wt%
At Ambient Temperature” menunjukkan O 43,36
O 47,53
Al 52,47
bahwa semakin besar beda potensial yang Al 56,64
diberikan maka pembentukan aluminium
oksida pada permukaan anoda akan
semakin cepat dan banyak. Menurut Gambar 2. Spektrum Analisis Logam
Araoyinbo dkk, (2010) Hal ini disebabkan Aluminium hasil Anodizing dengan
oleh kecepatan transfer muatan yang variasi beda potensial, A) kontrol, B) 15
semakin cepat dengan intensitas yang V, C) 20 V, D) 25 V
semakin besar dari katoda menuju anoda.
Hal tersebut tentunya akan memicu Data di atas menunjukkan bahwa
semakin cepatnya pergerakan ion negatif peningkatan kadar oksigen dan penurunan
oksida dan hidroksida menuju anoda. Di kadar aluminium terjadi seiring dengan
sisi lain pada anoda, dengan beda peningkatan beda potensial yang
potensial yang besar maka laju oksidasi diberikan. Spektrum A memperlihatkan
pada anoda akan semakin cepat sehingga komposisi penyusun logam aluminium
pembentukan ion Al3+ pun akan semakin kontrol yang merupakan logam aluminium
cepat. murni dengan kemurnian 99% tanpa diberi
Dari data Tabel 2, terlihat perlakuan apapun. Pada spektrum A
peningkatan ketebalan dan lebar pori yang terlihat bahwa komposisi Al hampir
terbentuk berbanding lurus dengan mendekati 100%, hal ini menandakan
peningkatan beda potensial yang bahwa pada A belum terjadi pembentukan
diberikan. Jika data ketebalan beda oksida aluminium.
potensial yang diperoleh dari eksperimen Gambar B memperlihatkan
dibandingkan dengan data kualitas hasil komposisi penyusun logam aluminium
143
e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Kimia (Volume 2 Tahun 2014)
yang telah dianodizing dalam beda diperoleh dari uji EDX. Perhitungan
potensial 15 V. Pada spektrum B, terlihat komposisi lapisan aluminium oksida yang
bahwa sejumlah oksigen yaitu 28,35% terbentuk disajikan dalam data berikut.
sudah terbentuk melalui proses anodizing
yang menyebabkan penurunan kadar A. Aluminium Kontrol
aluminium menjadi 71,65%. Persen massa aluminium yang terdapat
Peningkatan beda potensial yang dalam bentuk Al2O3 :
diberikan menjadi 20 V, menyebabkan Massa aluminium dalam Al O
peningkatan kadar oksigen yang terlihat Massa oksigen dalam Al O
x persen massa oksigen
pada spektrum C. pada spektrum C
terlihat bahwa kadar oksigen meningkat x 1,63% = 1,83%
menjadi 43,36% dan kadar aluminium
menurun menjadi 56,64% Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam
Spektrum D menunjukkan bahwa sampel :
pada beda potensial 25 V dengan waktu Persen massa oksigen + persen massa
anodizing yang sama diperoleh komposisi aluminium = 1,63 % + 1,83% = 3,46%
oksigen sebesar 47,53% dan aluminium
sebesar 52,47%. Persen massa aluminium murni yang
Menurut Padwal, Kulkarini, dan Patil terdapat dalam sampel :
(2013) dalam penelitiannya yang berjudul Persen massa aluminium total – persen
“Comparative and Morphological Study of massa aluminium dalam Al2O3 = 98,37% -
Anodized Aluminium Oxide Thin Films 1,83% = 96,54%
Formed at Different Current Densities”
peningkatan pembentukan lapisan oksida B. Aluminium yang Telah di-Anodizing
pada permukaan aluminium dipengaruhi dengan Beda Potensial 15 V
oleh dua hal utama yaitu, waktu kontak Persen massa aluminium yang terdapat
dan besar beda potensial yang diberikan. dalam bentuk Al2O3 :
Peningkatan kadar oksigen dari sampel Massa aluminium dalam Al O
yang diperlakukan dengan beda potensial Massa oksigen dalam Al O
x persen massa oksigen
berturut-turut 15 V, 20 V, dan 25 V pada
waktu kontak yang sama yaitu 3 menit x 28,35% = 31,89%
menunjukkan terjadinya pembentukan
Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam
lapisan oksida yang semakin cepat pada
sampel :
permukaan anoda.
Hasil penelitian yang diperoleh Persen massa oksigen + persen massa
Araoyinbo dkk, (2010) menunjukkan pada aluminium = 28,35% + 31,89% = 60,24%
pemberian beda potensial 20 V dalam
Persen massa aluminium murni yang
waktu kontak 2 menit diperoleh komposisi
terdapat dalam sampel :
oksigen dalam sampel sebesar 41,08%
dan aluminium sebesar 55,60%. Persen massa aluminium total – persen
Komposisi perbandingan massa massa aluminium dalam Al2O3 = 71,65% -
yang diperoleh dari uji EDX dapat 31,89% = 39,76%
digunakan untuk menghitung persen
komposisi lapisan aluminium oksida yang C. Aluminium yang Telah di-Anodizing
terbentuk serta persen aluminium murni dengan Beda Potensial 20 V
yang masih terdapat pada sampel. Persen massa aluminium yang terdapat
Perbandingan massa aluminium dengan dalam bentuk Al2O3 :
oksida pada senyawa aluminium oksida Massa aluminium dalam Al O
adalah 54 : 48. Perhitungan persen x persen massa oksigen
Massa oksigen dalam Al O
komposisi aluminium oksida dilakukan
dengan menggunakan perbandingan x 43,36% = 48,78%
massa aluminium dengan oksigen pada Persen massa Al2O3 yang terdapat dalam
aluminium oksida dengan pembatas sampel :
berupa persen massa oksigen yang
144
e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Kimia (Volume 2 Tahun 2014)
145