Laporan Fixs
Laporan Fixs
KELOMPOK III
1. Ferli
2. Dewi Ardani
3. Siti Rahma D Lamalaka
4. Salsabilla Tangke Tiku
5. Mila Agustin
6. Andi Sofian
7. Abdul Malik Labaco
8. Aswan
1
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui:
Mengetahui:
Pengantar Oceanografi
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kepada Allah Subhanahu Wataallah. Atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Lengkap praktek
lapang Pengantar Oceanografi sebagai salah satau syarat dalam menyelesaikan
mata kuliah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan semangat dalam
penyusunan laporan.
2. Dosen koordinator mata kuliah Pengantar Oceanografi Bapak Kasim
Mansyur, S.T, M.Si
3. Dosen pemeriksa praktikum Pengantar Oceanografi Bapak Aswad Eka Putra,
S.Pi, M.Si
4. Asisten praktikum Moh Ryaldi yang telah memberikan banyak masukan
dalam melaksanakan praktikum.
5. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam melaksanakan praktikum
sampai dengan pembuatan laporan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kemampuan kami. Oleh
karena itu kami sangat menghargai kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan laporan selanjutnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih,
dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca
khususnya mahasiswa progam studi Akuakultur.
Penyusun,
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................II
KATA PENGANTAR..........................................................................................III
DAFTAR ISI.........................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................V
DAFTAR TABEL................................................................................................VI
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang.............................................................................................7
I.2. Tujuan dan Kegunaan..................................................................................8
4
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1. Tabel Alat dan Bahan...................................................................................3
2. Tabel data pengukuran kecerahan..............................................................10
3. Tabel data pengukuran suhu.......................................................................12
4. Tabel pengukuran salinitas.........................................................................13
5. Tabel pengukuran Ph..................................................................................14
6. Tabel pengukuran DO................................................................................15
7. Tabel pengukuran arus...............................................................................17
8. Tabel pengukuran gelombang....................................................................18
9. Tabel pengukura pasut...............................................................................19
5
DAFTAR GAMBAR
6
I. PENDAHULUAN
7
Perlunya dilaksanakan praktikum oceanografi yaitu agar para mahasiswa
bisa memperdalam materi tentang berbagai teori-teori tentang parameter fisika
kimia perairan. Sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman yang baru dan
berbagai informasi-inormasi yang belum diketahui terkait ruang lingkup
oseaonografi.
8
II. METODE PRAKTEK
9
7. Meterean Mengukur kedalam secchidisk
8. Stopwatch Mengukur waktu.
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Kecerahan
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang pengantar
oceanografi mengenai pengukuran kecerahan yaitu :
1. Sechhi disk diturunkan pelan-pelan hingga batas pertama kali tidak tampak,
ditandai tali secchi disk dengan lakban dan diukur panjang tali menggunakan
tongkat serta dicatat sebagai D1.
2. Secchi disk diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak tampak.
3. Kemudian ditarik pelan-pelan hingga pertama kali tampak, ditandai tali
secchi disk dengan lakban dan diukur panjang tali serta dicatat sebagai D2.
4. Catat waktu (jam) pengukuran kecerahan perairan, dihitung dengan rumus : D
= D1 + D2
2
Gambar 2. Secchidisk
2.3.2 Suhu
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang pengantar oceanografi
mengenai pengukuran suhu yaitu :
1. Bagian ujung thermometer raksa diberikan tali rafia sebagai pegangan saat
pengukuran suhu air laut.
2. Bagian ujung lain yang terdapat raksa dicelupkan langsung ke dalam perairan
perlahan-lahan hingga seluruh bagiannya masuk ke badan air.
3. Thermometer dibiarkan beberapa saat (1-2 menit) lalu diangkat serta
secepatnya dibaca dan dicatat nilai suhu pada skala thermometer.
4. Catat waktu (jam) pengukran suhu.
10
Gambar 3. Thermometer
2.3.3 Salinitas
Gambar 4. Refraktometer
11
1. Kertas pH disiapkan dan dimasukkan ke dalam sampel air selama 0,5-1
menit.
2. Kertas pH diangkat dan dikibas-kibaskan hingga setengah kering.
3. Dicocokkan perubahan warna kertas pH dengan kotak standart pH.
4. Catat waktu (jam) pengukuran pH.
Gambar 5. pH digital
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang pengantar oceanografi
mengenai pengukuran oksigen terlarut yaitu :
1. Kalibrasi sensor DO meter dengan aquades.
2. Bersihkan sensor dengan tissue sampai kering.
3. Celupkan sensor DO meter ke air laut.
4. Catat nilai oksigen terlarut yang tertera pada display DO meter.
5. Catat waktu (jam) pengukuran DO.
Gambar 6. DO Meter
12
2.3.6 Arus
Prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktek lapang pengantar oceanografi
mengenai pengukuran arus yaitu :
1. Menyiapkan drifter (layang-layang arus) yang diikatkan tali sepanjang 5
meter.
2. Selanjutnya drifter di hanyutkan mengikuti arus.
3. Waktu yang diperlukan hingga tali merenggang dicatat (waktu tempuh diukur
dengan Stopwatch).
4. Tentukan arah arus dengan menggunakan kompas.
5. Catat waktu (jam) pengukuran arus.
6. Kecepatan arus dihitung dengan rumus :
v=s/t
Dimana :
t = kecepatan arus
s = panjang tali yang terpakai
t = waktu tempuh dan dicatat dalam satuan meter perdetik (m/s)
Gambar 7. Drifter
2.3.7 Gelombang
13
2. Diukur lamanya waktu ya g diperlukan antara puncak gelombang dengan
puncak gelombang 2 untuk melewati tongkat skala tersebut dengan
Stopwatch.
3. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
4. Catat waktu (jam) pengukuran gelombang.
14
2.4. Analisis Data
2.4.1 Kecerahan
D = D1 + D2
2
Keterangan : D1 = Batas pertama kali tidak tampak
D2 = Batas pertama kali tampak
2.4.2 Arus
v=s/t
Keterangan : v = kecepatan arus
s = panjang tali yang terpakai
t = waktu tempuh dan dicatat dalam satuan meter perdetik
(m/s)
2.4.3 Pasang Surut
(T = T2 – T1)
Keterangan : T1 = Tinggi permukaan mula-mula
T2 = Tinggi permukaan air
15
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara
visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan
kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses
asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh, dan yang paling
keruh. Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang
normal dapat memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-
partikel tersuspensi dalam perairan tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran data dilapangan yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
Tabel 2. Data hasil pengukuran kecerahan
No. Data Kecerahan Waktu
1. 5m 14.57 WITA
2. 5,25 m 14.06 WITA
3. 3,35 m 14.24 WITA
4. 2,135 m 14.04 WITA
5. 6,5 m 13.49 WITA
6. 3,5 m 13.20 WITA
7. 5,5 m 13.09 WITA
8. 4, 105 m 11.45 WITA
Dari data diatas diperoleh data kecerahan yang paling tertinggi adalah pada
pukul 13.49 yaitu 6,5 m. Hal ini karenakan pada waktu tersebut perairan dalam
16
keadaan gelombang tidak terlalu besar dan matahari dalam posisi sangat terik.
Kemudian data kecerahan yang paling terendah ialah pada pukul 14.24 yaitu 3,35
m dimana hal ini disebabkan oleh keadaan perairan laut yang mulai bergelombang
tinggi dan matahari mulai meredup atau tidak terik.
Hubungan kecerahan dengan proses fotosintesis sangat erat hal dikarenakan
cahaya merupakan salah satu faktor penting dalam proses fotosintesis
dinoflagellate dan pertumbuhan variabilitas varian. Pada pagi hari intensitas
cahaya cukup rendah dan nampak beragam pada setiap lapisan kedalaman yang
diamati. Perubahan intensitas cahaya beragam pada waktu semakin siang dan
mencapai ketinggian pada jam 10.00 sampai 12.00, kemudian menurun pada
waktu sore hari jam 16.00-18.00.
Perubahan intensitas cahaya pada lapisan kedalaman juga terjadi pada siang
hari, namun tidak demikian saat menjelang siang atau menjelang sore hari. Hal ini
disebabkan pada kedalaman tersebut terdapat organisme plankton atau partikel
partikel organik yang dapat menghambat intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang
masuk kedalam suatu periaran akan mempengaruhi dinoflagellate dalam
melakukan proses fotosintesis dalam proses ini klorofil dan kandungan nutrien
lain juga turut berperan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Akibatnya
proses fotosintesis ini akan mempengaruhi pola kelimpahan proses dinofllageate
di suatu perairan.
III.2. Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang paling
mudah untuk diteliti dan ditentukan. Aktivitas metabolisme serta penyebaran
organisme air banyak dipengaruhi oleh suhu air (Nontji, 2005).
Tambah
17
Berdasarkan hasil pengukuran data dilapangan yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. Data hasil pengkuran suhu
No Suhu Udara Suhu Air laut Waktu
1. 29о C 31о C 11.15 WITA
2. 30о C 31о C 14.06 WITA
3. 30о C 28о C 14.24 WITA
4. 30о C 35о C 14.28 WITA
5. 32о C 31о C 13.49 WITA
6. 30о C 30о C 13.27 WITA
7. 29о C 31о C 12.17 WITA
8. 29о C 31о C 12.15 WITA
Dari data diatas diperoleh suhu tertinggi perairan pada pukul 14.28 35о C .
Dimana hal ini dikarenakan pada waktu tersebut energi yang berasal cahaya
matahari sudah terserap dengan baik oleh perairan. Adapun suhu terendahnya
ialah 28о C pada pukul 14.24, hal ini karenakan terjadi kesalahan teknis pada
pengukuran suhu dimana seharusnya suhu tersebut diukur bersamaan dengan
kecerahan namun, karena hal tertentu dilapangan maka suhu di ukur pada
kedalaman yang rendah ± 1 m.
Hubungan suhu dan global warming yaitu keterkaitan antara dampak efek
rumah kaca maupun berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi
18
penipisan lapisan ozon sehingga mengakibatkan global warming yang memiliki
dampak kenaikan suhu dibumi dan mencairnya glester di kutub utara.
( Ganti dengan industry masa kini dan singgung efek rumah kaca )Ketika
mesin uap ditemukan pada tahun 1769, terjadi peningkatan jumlah emisi gas
rumah kaca diatmosfer yang mengakibatkan peningkatan suhu udara dipermukaan
bumi. Pemanasan global yang terjadi akan diikuti perubahan iklim seperti
menigkatnya curah hujan dibeberapa belahan dunia sehungga menimbulkan banjir
dan erosi. Sedangkan dibelahan bumi lain akan mengalami musim kering yang
berkepanjangan akibat dari meningkatnya suhu udara .
3.3 Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air
laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin
tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya (Gufran dan
Baso, 2007 dalam Widiadmoko, 2013).
Berdasarkan hasil pengukuran data dilapangan yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. Data hasil pengukuran salinitas
19
Gambar 12. Pengukuran salinitas air laut
Dari data diatas diatas diperoleh salinitas tertinggi 36 ppt pada pukul 12.43
dan 14.00, dimana hal ini disebabkan oleh penguapan yang semakin besar. Dan
diperoleh pula salinitas terendah yaitu 30 ppt yang disebakan kecilnya penguapan
(Millero, 1992).
Di daerah pantai salinitas rendah (Zona Neritik) dan semakin ke arah laut
salinitas makin meningkat (Zona Oceanik). Pada kedalam yang berbeda, salinitas
pun ikut berbeda. Semakin dalam suatu perairan maka salinitasnya semakin
tinggi. Adapula faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kecilnya salinitas air
laut yaitu penguapan, curah hujan, air sungai, letak dan ukuran laut, arus laut,
angin, dan kelmbapan udara.
Pada penguapan, semakin besar penguapan maka salinitas akan semakin
tinggi dan sebaliknya semakin rendah penguapan yang terjadi maka salinitasnya
akan rendah. Pada curah hujan, semakin banyak curah hujan maka salinitas akan
semakin rendah, begitu dengan kebalikannnya semakin kecil tingkat curah hujan
maka salinitasnya akan semakin tinggi. Pada air sungai yang bermuara ke laut
makin banyak air sungai yang bermuara ke laut maka salinitas air laut akan
rendah. Begitu pun bila dilihat dari segi letak dan ukuran laut, laut-laut yang tidak
berhubungan dengan laut lepas dan terdapat di daerah arid maka salinitasnya
tinggi. Pada arus laut laut-laut yang dipengaruhi arus panas maka salinitasnya naik
dan begitupun dengan kebalikannya. Dan pada angin dan kelembapan diatasnya
ini berhubungan dengan pengauapan dan berhubungan dengan besar kecilnya
salinitas di air laut.
20
3.4. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion-
ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik
buruknya suatu perairan. pH suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia
yang cukup penting dalam memantau kestabilan perairan (Simanjuntak, 2009).
Berdasarkan hasil pengukuran data dilapangan yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
1. 8,1 12 : 50 WITA
2. 8,1 12 : 09 WITA
3. 8,1 12 : 00 WITA
4. 7,1 13 : 44 WITA
5. 7,1 12 : 50 WITA
6. 7,1 13 : 44 WITA
7. 7,1 13 : 27 WITA
8. 7,1 13 : 44 WITA
21
kehidupan biota laut. pH air laut permukaan Indonesia pada umumnya bervariasi
dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5. Perubahan pH dapat mempunya akibat buruk
terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung
(Odum , 1993).
22
Gambar 14. Pengukuran oksigen terlarut mengunakan DO Meter.
Dari data diatas diperoleh oksigen terlarut tertinggi yaitu 7,9 mg/pl pada
pukul 14.01 dimana hal ini disebabkan oleh cahaya matahari pada waktu tersebut
sangat mendukung terjadinya proses fotosintesis dimana proses fotosintesis ini
memiliki peran penting dalam penentuan kadar oksigen terlarut serta proses difusi
dengan keadaan angin yang kencang. Kemudian diperoleh juga oksigen terlaut
terendah pada pukul 14.42 yaitu 1,0 mg/pl.
DO (Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen yang larut dalam air. Air
harus mengandung sekurangnya 5mg/pl. Jika tidak, maka ikan akan mati, dan
bakteri yang membutuhkan oksigen kurang dari 5mg/pl akan berkembang. Ketika
air banyak mrngandung bahan organik, maka akan bakteri aerob akan berkembang
dan kadar oksigen terlarut akan berkurang. Sementara bakteri anaerob (tak
memerlukan oksigen bebas) membantu pengurangan sampah organik. Makin
besar DO, kualitas air semakin baik.
BOD (Biocenichal Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk menguraikan zat-zat organik tercemar (polutan), atau ukuran
banyaknya oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Makin
rendah BOD, kualitas air makin baik atau air makin bersih.
COD (Chemichal Oxygen Demand) adalah oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan zat-zat anorganik pencemar (polutan), sama seperti BOD, makin
rendah COD kualitas air akan makin baik atau air makin bersih.
3.6. Arus
Secara umum pengertian arus laut adalah gerak air laut, dimana proses
terjadinya sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin, tekanan air (densitas),
23
topografi dasar laut, gaya koriolis dan arus ekman. Berdasarkan hal tersebut
diatas, menurut para ahli, arus laut dapat dikenal dalam beberapa jenis diantaranya
adalah arus elementer, arus elmen, arus thermoholin, upwelling, down-welling
(sinkling) dan arus pantai.
Berdasarkan hasil pengukuran data dilapangan yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Tabel 7. Data hasil pengukuran arus
No. Data Arus Waktu
24
3.7. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang
laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke
perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita
sebut sebagai gelombang.
Berdasarkan hasil pengukuran data dilapangan yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Tabel 8. Data hasil pengukuran gelombang
No. Tinggi Gelombang 1 Tingi Gelombang 2 Waktu
1. 115 cm 105 cm 14.00 WITA
2. 109 cm 106 cm 13.24 WITA
3. 115 cm 116 cm 13.22 WITA
4. 3,78 cm 29,2 cm 14.14 WITA
5. 115 cm 110 cm 12.46 WITA
6. 104 cm 101 cm 12.00 WITA
7. 103 cm 101 cm 14.50 WITA
8. 60, 3 cm 60,1 cm 14.20 WITA
Dari data diatas diperoleh gelombang tertinggi yaitu 145 cm pada pukul
14.00 WITA yang dipengaruhi oleh angin atau tekanan udara, sedangkan
gelombang terendah pada pukul 14.14 yaitu 3,78 yang dipengaruhi juga oleh
angin atau tekanan udara.
25
Gelombang Tsunami terjadi akibat adanya pergerakan lempeng bumi di dasar
laut atau letusan gunung berapi didasar laut, kemudian terjadi ketidak seimbangan
air dilaut hingga membentuk gelombang tsunami. Pergerakan lempeng seperti
halnya perbedaan ketinggian dasar latan secara tiba- tiba membuat air dilautan
dalam keadaan tidak seimbang.
Gelombang mekanik memiliki kecepatan rambat yang sebanding dengan
kecepatan medium rambatnya, oleh karena itu cepat rambat dalam zat cair lebih
besar dibandingkan dalam gas (Geoberman, 1988). Gelombang air laut adalah
suatu pergerakan gelombang yang menimbulkan perubahan pada gerakan naik dan
turunya air pada lapisan permukaan maupun di bawah permukaan laut yang
membentuk gravik sinusoida.
Ketika gelombang menjalar dari suatu tempat yang dalam menuju ke tempat
yang semakin dangkal maka pada suatu tempat tertentu gelombang tersebut akan
pecah dan dihempaskan ke pantai dalam bentuk gelombang demikian juga dengan
gelombang tsunami pada saat memasuki perairan yang dangkal maka tinggi
gelombang tsunami meningkat dan kecepatan gelombang menurun tetapi
energinya masih sangat kuat sehingga mampu menghanyutkan apapun yang di
laluinya (Sugito, 2008).
TAMBAH
26
Tabel 9. Data hasil pengukuran pasut
1. 10 cm 13 : 41 WITA
2. 2 cm 13 : 52 WITA
3. 39 cm 14 : 12 WITA
4. 0 cm 13 : 50 WITA
5. 0,06 cm 13 : 09 WITA
6. 11 cm 13 : 00 WITA
7. 2 cm 12 : 00 WITA
8. 39 cm 15 : 30 WITA
Dari data diatas diperoleh gelombang pasut tertinggi yaitu 39 cm pada pukul
15.30 WITA yang dipengaruhi oleh gaya grafitasi bulan dimana pada waktu
tersebut (Menjelang sore) terjadi pasang akibat pergerakan matahari yang akan
menuju ke arah barat (terbenam) . kemudian diperoleh gelombang pasut yang
terendah ialah 0 cm pada pukul 13.50 dengan nilai pasut 0 cm, yang berarti tidak
terjadi pasut sama sekali atau terjadi kesalahan dalam pengambilan data.
Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang terbarukan prinsip
kerjanya sama dengan pembangkit listrik tenaga air,dimana air dimanfaatkan
untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik. Energi diperoleh dari
pemanfaatan variasi di permukaan air laut terutama yang disebabkan oleh efek
gravitasi bulan, di kombinasikan dengan rotasi bumu dengan menangkap energi
27
yang terkandung dalam perpindahan massa air akibat pasang surut. Pasang surut
menggerakan air dalam jumlah besar setiap harinya, dan pemanfaatannya dapat
menghailkan energi dalam jumlah yang cukup besar. Dalam sehari bisa terjadi
hingga 2 Kali siklus pasang surut. Oleh karena waktu siklus bisa diprikirakan
(Kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplay listrik pun relatif dapat diandalkan
dari pada pembangkit listrik tenaga gelombang.
28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan
1. Kecerahan air laut dilokasi praktek lapang pengantar oseanografi diperoleh
hasil yaitu 3,35 m pada pukul 14.24 yang artinya kecerahan air tersebut
tidak optimal dimana kecerahan optimal air laut yaitu 12-13 M
(Widiatmoko, 2013).
2. Suhu air laut dilokasi praktek lapang pengantar oseanografi diperoleh
hasil yaitu 28о C pada pukul 14.24 yang artinya suhu tersebut normal atau
dalam keadaan optimal di laut beriklim tropis.
3. Salinitas air laut dilokasi praktek lapang pengantar oseanografi diperoleh
hasil yaitu 30 ppt pada pukul 12.13 yang artinya salinitas tersebut tidak
dalam keadaan optimal di laut beriklim tropis dimana salinitas optimalnya
32-34 ppt ( Dahuri et al,1996 ).
4. Derajat Keasaman air laut dilokasi praktek lapang pengantar oseanografi
diperoleh hasil yaitu 8,1 pada pukul 12.00 yang artinya pH tersebut
normal atau dalam keadaan optimal di laut beriklim tropis dimana rata rata
pH optimal yaitu berkisar 7- 8,5 ( Dojlido dan Dest, 1993 ).
5. Oksigen Terlarut air laut dilokasi praktek lapang pengantar oseanografi
diperoleh hasil yaitu 4,0 mg/ l pada pukul 12.48 yang artinya oksigen
terlarut tersebut normal atau dalam keadaan optimal di laut beriklim tropis
dimana kisarannya 3 – 7 mg/l ( Subarijanti, 2005 ).
6. Arus air laut dilokasi praktek lapang pengantar oseanografi diperoleh
hasil yaitu 0,05 pada pukul 13.10 yang artinya arus tersebut normal atau
dalam keadaan optimal di laut beriklim tropis.
7. Gelombang air laut dilokasi praktek lapang pengantar oseanografi
diperoleh hasil yaitu 115 cm dan 116 cm pada pukul 13.22 yang artinya
gelombang tersebut normal atau dalam keadaan optimal di laut beriklim
tropis.
8. Gelombang pasang surut air laut dilokasi praktek lapang pengantar
oseanografi diperoleh hasil yaitu 39 cm pada pukul 14.12 yang artinya
29
gelombang pasut tersebut normal atau dalam keadaan optimal di laut
beriklim tropis.
IV.2. Saran
Adapun saran pada praktikum-praktikum berikutnya agar lebih bisa
memaksimalkan waktu agar para praktikan bisa mendapatkan data yang beragam
serta valid, serta menambah jumlah alat praktikum agar waktu praktikum bisa
lebih efisien.
30
DAFTAR PUSTAKA
Baigo Hamuna. 2018. Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran
Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Di Perairan Distrik
Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, Issn 1829-8907.
Simanjuntak, M. (2012). Kualitas Air Laut Ditinjau Dari Aspek Zat Hara,
Oksigen Terlarut Dan Ph Di Perairan Banggai, Sulawesi
Tengah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol. 4, No.
2, Hlm. 290-303. Jakarta.
Ni Luh Gede Rai Ayu Saraswati. 2017. Kajian Kualitas Air Untuk Wisata Bahari
Di Pesisir Kecamatan Moyo Hilir Dan Kecamatan Lape
Kabupaten Sumbawa. Jurnal Segara. Vol.13 No.1 April 2017:
37-47
31