Anda di halaman 1dari 6

ISSN : 2579-5821 (Cetak)

ISSN : 2579-5546 (Online)


Alamat URL : http://journal.unhas.ac.id/index.php/geocelebes

Jurnal Geocelebes Vol. 2 No. 2, Oktober 2018, 47-52

IDENTIFIKASI KANDUNGAN UNSUR LOGAM BATUAN


MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE)
(STUDI KASUS: KABUPATEN BUTON)

Jamaluddin1*, Emi Prasetyawati Umar2

1
Geological Engineering, School of Geosciences, China University of Petroleum (East China), Qingdao, China.
2
Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Indonesia.
*Penulis koresponden. Alamat email: jamaljamaluddin1994@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi unsur logam besi (Fe), Mangan Mn),
and nikel (Ni). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode X-Ray (Fluoresence
(XRF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata unsur logam besi (Fe) pada sampel
Buton 1, Buton 2, Buton 3 dan Buton 4 berturut-turut adalah 48.17 %, 49.49 %, 56.64 % dan 41.63 %.
Mangan (Mn) 1.78 %, 1.81 %, 0.985 % dan 1.69 %. Nikel (Ni) 3.34 %, 3.18 %, 9.22 % dan 3.88 %.
Dari hasil karakterisasi X-Ray Fluorenscence (XRF) didapatkan besi (Fe) dominan terkandung
dalam sampel dengan konsentrasi sekitar 41.63% sampai 56.64%. Bijih besi mengandung material
magnetik berbasis besi (Fe) dalam bentuk mineral oksida besi yaitu Hematit (Fe2O3).

Kata kunci: Buton, Hematit, Logam, X-Ray Flourescence (XRF).

Abstract
The aim of this research is determine the concentration of metallic elements iron (Fe), manganese
(Mn), and nickel (Ni). The method used in this research is the method of X-ray fluorescence (XRF).
The result of the research shown an average concentration of the metal element iron (Fe) at Buton 1,
Buton 2, Buton 3 and Buton 4 samples respectively is 48.17 %, 49.49 %, 56.64 % and 41.63 %.
Mangan (Mn) 1.78 %, 1.81 %, 0.985 % and 1.69 %. Nikel (Ni) 3.34 %, 3.18 %, 9.22 % and 3.88 %.
From the characterization of X- Ray Fluorenscence (XRF), the iron (Fe) were found in samples
with concentrations of about 41.63% to 56.64%. Iron ore - based magnetic material containing iron
(Fe) in mineral form of iron oxide that is hematite (Fe2O3).

Key Words : Buton, Hematite, Metallic, X-Ray Flourescence (XRF).

Pendahuluan yang saling bergerak satu terhadap


lainnya, yaitu lempeng Eurasia di bagian
Kepulauan Indonesia terletak di antara dua utara yang relatif diam, lempeng Pasifik
kontinen yaitu, kontinen Asia di bagian yang bergerak ke arah barat dengan
baratlaut dan kontinen Australia di bagian kecepatan 6-10 cm pertahun (Massinai,
tenggara serta terletak antara dua samudera 2013).
yaitu Samudera Pasifik dan Samudera
Indonesia. Indonesia ditinjau dari titik Pulau Buton terkenal dengan kekayaan
pandang geodinamika kepulauan terletak aspalnya yang melimpah dan rembesan
dalam zona konvergen antara tiga lempeng

47
Identifikasi Kandungan Unsur Logam Batuan Menggunakan Metode Xrf (X-Ray…

minyak yang mengindikasikan bahwa Peristiwa tektonik yang terjadi antara


daerah tersebut sangat kaya dengan Tukangbesi - Buton yang menyebabkan
hidrokarbon yang sudah matang. Panjang terjadinya struktur lipatan yang terdiri dari
pulau ini sekitar ±155 km dan lebarnya antiklin dan sinklin, serta struktur sesar
berkisar antara 15-60 km. yang terdiri dari sesar naik, sesar normal
dan sesar geser mendatar. Umumnya
Pulau Buton merupakan bagian dari struktur berarah Timurlaut – Baratdaya di
Anjungan Tukangbesi - Buton, yang Buton Selatan, kemudian berarah Utara –
disusun oleh kelompok batuan sedimen Selatan di Buton Tengah, dan Utara -
pinggiran benua serta batuan malihan Baratlaut hingga Selatan - Tenggara di
berumur Permo - Karbon sebagai batuan Buton Utara. Peristiwa tektonik yang
alas, sedangkan Mandala Sulawesi Timur terjadi berulang-ulang menyebabkan
terdiri atas gabungan batuan ultramafik, batuan-batuan yang berumur lebih tua
mafik dan malihan. mengalami beberapa kali aktifitas struktur,
sehingga batuan tua umumnya ditemukan
Tektonik dan Stratigrafi Regional dengan kemiringan lapisan yang relatif
tajam (Sikumbang et. al, 1995).

Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Geologi Lembar Buton.

48
Jamaluddin, dkk/ Jurnal Geocelebes Vol. 2 No. 2, Oktober 2018, 47-52

Tektonik yang terjadi di daerah Buton yang mengakibatkan terlipatnya batuan


dimulai sejak pra-Eosen dimana pola pra-Pliosen. Peristiwa tektonik terakhir
tektoniknya sukar ditentukan disebabkan terjadi sejak Plistosen dan masih
oleh seluruh batuannya telah mengalami berlangsung hingga saat ini. Tektonik ini
beberapa kali perlipatan dan patahan. mengakibatkan terangkatnya Pulau Buton
Gerak teknonik utama yang membentuk dan Pulau Muna secara perlahan.
pola struktur hingga sekarang diperkirakan
terjadi pada Eosen-Oligosen yang Daerah Buton disusun oleh kelompok
membentuk struktur berarah Timurlaut- batuan Mesozoikum berumur Trias hingga
Barat daya. Tektonik ini menyebabkan Kapur Atas bahkan hingga Paleosen dan
terjadinya sesar mendatar atara Buton kelompok batuan Kenozoikum berumur
bagian Utara dan Buton bagian Tengah Tersier dan Kuarter. Kelompok batuan
sepanjang Bubu- Matewe yang Mesozoikum terdiri atas Formasi Winto,
diperkirakan berhubungan dengan sesar Formasi Ogena, Formasi Rumu dan
mendatar Palu-Koro. Peristiwa tektonik Formasi Tobelo.
berikutnya terjadi antara Pliosen-Plistosen

Gambar 2. Stratigrafi regional daerah Buton (Tobing, 2005).

49
Identifikasi Kandungan Unsur Logam Batuan Menggunakan Metode Xrf (X-Ray…

Kelompok batuan sedimen yang termasuk di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton.


batuan Kenozoikum kemudian menutupi
sebagian besar P. Buton yang terdiri atas Metode Penelitian
Fomasi Tondo, Formasi Sampolakosa dan
Formasi Wafulaka yang diendapkan pada Analisis laboratorium dilakukan untuk
Miosen Awal hingga Pliosen Akhir – mengetahui sifat fisik dan kimiawi batuan
Plistosen. Formasi tondo dan formasi yang tidak bisa dilakukan secara langsung
Sampolakosa merupakan tempat endapan di lapangan. Untuk mengetahui sifat-sifat
aspal di P.Buton. Sumber aspal yang batuan tersebut maka dilakukan beberapa
terdapat di dalam kedua formasi tersebut analisis laboratorium, dalam penelitian ini
diduga berasal dari Formasi Winto (Trias) metode yang digunakan adalah XRF (X-
dan dianggap sebagai formasi pembawa Ray Flourescence). Data yang dihasilkan
Bitumen padat (Gambar 2). oleh alat XRF kemudian dianalisis untuk
menentukan konsentrasi logam oksida
Salah satu metode yang dapat digunakan pada sampel batuan yang di uji.
untuk menganalisis kandungan logam
yaitu dengan metode X-Ray Fluorescence Data yang digunakan pada penelitian ini
(XRF). Penggunaan metode X-Ray adalah data primer. Lokasi pengambilan
Fluorescence dalam penelitian ini sampel dilakukan langsung di beberapa
berdasarkan pertimbangan bahwa teknik titik di Pulau Buton berdasarkan dengan
ini mempunyai limit deteksi hingga satuan survei lapangan dan penentuan lokasi
part per million (ppm). Selain itu metode sebelumnya menggunakan Google earth
XRF mempunyai beberapa keuntungan dan Global Positioning System (GPS). Hal
diantaranya biaya relative murah, tersebut dilakukan untuk mengetahui
multielemental, analisisnya cepat dan hasil lokasi sebaran sampel yang telah diambil.
analisisnya bersifat kualitatif dan Penentuan lokasi pengambilan sampel
kuantitatif. Berdasarkan uraian tersebut, berdasarkan jarak, jarak antara titik sampel
maka peneliti tertarik untuk menggunakan tidak sama karena mengacu pada peta
Metode X-Ray Fluorescence (XRF) untuk geologi. Hal tersebut dilakukan agar
menentukan komposisi kandungan mineral sampel-sampel batuan yang diambil untuk
logam besi (Fe), mangan (Mn), dan nikel diuji kandungannya mewakili keadaan di
(Ni) pada singkapan batuan yang terdapat lapangan.

Buton 1 Buton 2

Buton 3 Buton 4

Gambar 3. Sampel penelitian

50
Jamaluddin, dkk/ Jurnal Geocelebes Vol. 2 No. 2, Oktober 2018, 47-52

Hasil dan Pembahasan Selain itu juga dipengaruhi oleh Topografi:


secara teoritis daerah yang baik untuk
Kandungan logam-logam tersebut juga tempat pengendapan bijih logam adalah
dipengaruhi oleh Struktur geologi. Struktur punggung bukit yang landai dengan
geologi yang penting adalah rekahan kemiringan antara 10 – 300% dimana pada
(Joint) dan patahan (Fault). Adanya tempat ini pelapukan secara mekanis dan
rekahan dan patahan ini akan kimia memungkinkan terbentuknya
mempengaruhi dan mempermudah endapan bijih logam pada batuan
rembesan air kedalam tanah dan akan ultrabasa. Pada daerah yang curam, air
mempercepat proses pelapukan terhadap hujan yang jatuh kepermukaan lebih
batuan induk. Selain itu, rekahan dan banyak mengalir dari pada yang meresap
patahan akan dapat pula berfungsi sebagai kedalam tanah, sehingga yang terjadi
tempat pengendapan larutan-larutan yang adalah erosi intensif, unsur–unsurnya ikut
mengandung logam Fe, Ni, dan Mn. tererosi (Alam, 2011).

60 56.64

48.17 49.49
50
41.63
Konsentrasi (m/m%)

40

Fe
30
Ni
20 Mn

9.22
10
3.341.78 3.181.81 3.88
0.985 1.69
0
Buton 1 Buton 2 Buton 3 Buton 4
Sampel

Gambar 3. Diagram konsentrasi (%) unsur Mn , Fe, dan Ni menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF)
Oleh karena itu kandungan mineral pada berturut-turut 48.17 % , 49.49 %, 56.64
tiga titik pengambilan sampel dalam dan 41.63 % . Hal ini disebabkan karena
penelitian ini juga memiliki kandungan unsur besi dominan kelimpahannya di
logam yang berbeda. alam dibandingkan dengan logam lain
termasuk dalam batuan.
Hasil analisis X-ray Fluorescence (XRF)
dapat dilihat berdasarkan grafik yang ada Hubungan keterdapatan unsur Fe, Ni, dan
pada gambar 3 yang mengidentifikasikan Mn berdasarkan hasil grafik menunjukan
jenis unsur yang terdeteksi oleh sinar X bahwa unsur Mn, Co, dan Ni berasosiasi
berupa unsur Fe , Mn , dan Ni dengan nilai terhadap keterdapatan endapan mineral
konsentrasi yang bervariasi dalam bentuk Mangan (Mn), sementara unsur Fe
bilangan perseratus (%) dari sampel yang berkorelasi negatif terhadap keterdapatan
di uji dari ke empat sampel yang diteliti. mineral Mn pada sampel. Keterdapatan
kadar unsur logam yang paling dominan mineral Mn dilokasi penelitian membentuk
adalah besi (Fe) yang rata-ratanya secara jalur rekahan dengan konsentrasi Mn yang

51
Identifikasi Kandungan Unsur Logam Batuan Menggunakan Metode Xrf (X-Ray…

tinggi. Diduga bahwa bijih mangan kelimpahannya di alam dibandingkan


dilokasi penelitian terbentuk melalui dengan logam lain termasuk dalam batuan.
proses sedimentasi karena adanya
pelapukan dari batuan induk maka bulir- Daftar Pustaka
bulir mineral Mn mungkin menjadi lebih
stabil atau justru terlarut oleh gaya Alam, A.F, (2011), Analisis Perubahan
pengangkut kemudian diendapkan di Kadar Nikel Saprolit dari Kegiatan
tempat lain sebagai endapan sedimenter. Eksplorasi Sampai Kegiatan
Penambangan pada PT. Gane Permai
Tingginya kuantitas mangan dilokasi Sentosa (GPS) Kecamatan Obi Utara
penelitian selain memberikan manfaat Kabupaten Halmahera Selatan
yang positif juga memberikan dampak Propinsi Maluku Utara, Skripsi S-1,
yang negatif. Hal serupa yang dilaporkan http://wikipedia.Com,12 Oktober 2013.
(Ansori, 2010) bahwa mangan merupakan Ansori, C, (2010). Potensi dan Genesis
kelompok logam berat dan memiliki berat Mangan Di Kawasan Kars Gombong
jenis 7.4 g/cm3 serta tidak dapat Selatan Berdasarkan Penelitian
terdegradasi atau hancur sehingga logam Geologi Lapangan, Analisis Data
mangan tetap persisten ada dilingkungan. Induksi Polarisasi dan Kimia
Kondisi ini memberikan informasi apabila Mineral,Buletin Sumber Daya
unsur mangan terlarut dalam permukaan Geologi, Volume 5.
tanah kemudian tererosi masuk ke dalam Massinai, Muhammad Altin, Saiful
air maka akan menyebabkan air Damphelas. (2013). Inventarisasi
terkontaminasi dengan logam berat Zona Mineralisasi, Panasbumi dan
sehingga akan mencemari lingkungan air. Batubara di Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah, Laporan Akhir
Dari segi geologi ekonomi terdapat Pemetaan Geologi Dan Inventarisasi
beberapa bahan galian yang antara lain Sumber Daya Mineral Dan Batubara
aspal terdapat didalam formasi Sikumbang, N., Sanyoto, P., Supandjono,
Sampulakosa, dan Wapulaka. Tanda R. J. B. dan Gafoer, S., (1995). Peta
adanya minyak dijumpai di daerah ini. Geologi Lembar Buton, Sulawesi
Mangan ditemukan di dalam Formasi Tenggara skala 1 : 250.000. Pusat
Rumu di daerah hulu dan sungai Rumu. Penelitian Dan Pengembangan
Bahan bangunan seperti batugamping Geologi.Perwilayah Kecamatan.
kerakal dan pasir. Tobing, S. M., (2005), Inventarisasi
Bitumen Padat di Daerah
Kesimpulan Sampolawa, Kabupaten Buton,
Propinsi Sulawei Tenggara. Hasil-
Kabupaten Buton kaya dan beragam akan hasil Kegiatan Inventarisasi Bitumen
potensi bahan galian terutama aspal alam Padat dan Gambut Tahun 2005.
yang sudah lama diusahakan, selain bahan Dept. Energi dan Sumber Daya
galian lain yang sedang diusahakan Mineral.
penambangannya yaitu mangan (Mn),
nikel (Ni), dan batugamping.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan


bahwa konsentrasi unsur logam yang
dominan dari 4 sampel batuan yang diteliti
adalah mineral logam besi (Fe). Hal ini
disebabkan karena unsur besi dominan

52

Anda mungkin juga menyukai