Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

“TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

SYAHDILA WIDYA MARDANI 191012114201026


LINA 191012114201011
MELSI NUR SAVITRI 191012114201017
ROBBI HABLI 191012114201025

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Dian Sari, M.Kep., Sp.Kep.A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
1. Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak merupakan individu yang unik, yang memiliki kebutuhan yang


berbeda sesuai dengan tahapan usianya dan mengalami pertumbuhan fisik yang
lambat, namun terjadi peningkatan pada pertumbuhan dan perkembangan sosial
(Kyle, Terri. 2014); (Cahyaningsih, 2011).
UU No. 23 Tahun 2002, menyebutkan anak merupakan seseorang yang
belum berusia 18 tahun. Sedangkan anak usia sekolah yaitu anak dengan rentang
usia 7-12 tahun. Anak usia sekolah berada dalam proses perkembangan
kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan budaya dari
lingkungan selain keluarga (Marlow,1988 dalam Supartini, Yupi 2004).

2. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Menurut Soetjiningsih, pada masa usia sekolah terdapat karakteristik


yang menonjol dari anak usia sekolah yaitu

a) Pentingnya teman sebaya


Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya, anak memerlukan teman
sebaya. Pada masa ini anak banyak bergaul dengan teman sebaya karena
teman sebaya memberikan pandangan baru dan kebebasan dalam
memberikan pendapat. Selain itu, teman sebaya memberikan motivasi,
belajar kepemimpinan, keterampilan berkomunikasi, bekerja sama, dan
belajar aturan-aturan yang ada (Suriadi , 2010). Anak usia sekolah banyak
menghabiskan waktu di sekolah bersama teman sebaya, baik saat belajar di
kelas maupun saat istirahat dan jajan. Sehingga peran teman sebaya penting
dalam pemenuhan gizi anak usia sekolah saat memilih jajan yang sehat. Jika
teman sebaya memilih jajan yang tidak sehat, maka anak usia sekolah akan
cenderung mengikuti perilaku jajan teman sebayanya. Sehingga
mempengaruhi status gizi anak usia sekolah. Berdasarkan hasil penelitian
Aisyiyah (2015) mengenai pola asuh dan pengaruh teman sebaya terhadap
pemilihan jajan anak usia sekolah di kelurahan Cirendeu Tangerang Selatan,
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengaruh
teman sebaya dengan pemilihan jajan anak.
b) Anak mulai berpikir logis, meskipun masih konkrit operasional
Hockenberry dan Wilson (2007, dalam Potter Perry 2009),
mengatakan anak sudah mampu membayangkan suatu peristiwa tanpa
harus mengalaminya terlebih dahulu. Anak mulai menggunakan proses
pikir logis dengan materi yang konkret seperti objek, manusia, dan
peristiwa yang dapat disentuh dan dilihat). Pada masa ini anak sudah mulai
mampu memilih makanan yang dianggapnya menarik.
Piaget dalam Wong (2008) mengatakan anak mulai mengalami sesuatu
yang disebut operasional konkret yaitu anak mulai menghubungkan
serangkaian kejadian untuk menggambarkan mental yang dapat diungkapkan
baik secara verbal maupun simbolik.

c) Berkurangnya egosentris
Pola pikir anak berubah dari egosentris ke pola pikir logis, ,anak juga
bergerak melalui tahap perkembangan kesdaran diri dan standar moral
(Cahyaningsih, 2011).

d) Meningkatnya kemampuan bahasa dan memori


Hockenberry dan Wilson (2007) dalam Potter Perry (2009), mengatakan
terjadi peningkatan penggunaan bahasa dan perluasan pengetahuan
struktural. Anak mengerti bahwa bahasa adalah alat penyampaian untuk
menggambarkan dunia secara subjektif dan kata-kata memiliki arti yang
relative dan bukan absolute. Sehingga anak memahami bahwa satu kata
memiliki lebih dari satu arti dan perbedaan kata untuk objek yang sama.

e) Meningkatnya kemampuan kognitif akibat sekolah formal


Anak usia sekolah dapat berkonsentrasi pada lebih dari satu aspek situasi.
Serta mulai memahami bahwa kuantitas substansi tetap sama meskipun
terjadi perubahan bentuk pada substansi tersebut. Anak usia sekolah juga
mampu membangun alasan mengenai alasan tentang hubungan antar benda.
Selain itu anak juga mampu menggunakan kognitifnya dalam memecahkan
masalah (Potter Perry, 2009). Anak dapat melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain dan berpikir melalui suatu tindakan, mengantisipasi akibat dan
kemungkinan untuk memikirkan kembali tindakannya (Kyle, Terri 2014).
Untuk meningkatkan kemampuan kognitif, otak juga membutuhkan nutrisi
yang adekuat. Nutrisi yang adekuat akan membantu dalam pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan anak usia sekolah.

f) Tumbuhnya konsep diri yang akan mempengaruhi harga dirinya


Santrock (2007 ) dalam Potter Perry (2009) mengatakan anak
usia sekolah mulai mendefinisikan konsep diri dan membangun
kepercayaan diri, yang merupakan suatu evaluasi untuk dirinya.
Erikson (1963) dalam Potter Perry (2009), mengatakan anak mulai
mencoba mendapatkan kompetensi dan keterampilan untuk
mendapatkan respon positif sehingga anak merasakan harga dirinya.
Sementara anak yang mendapatkan respon negatif akan cenderung
menarik diri, yang dapat menyebabkan nafsu makan ank menurun.
Sementara itu, nafsu makan yang menurun dapat mengurangi
asupan makan anak yang akan berdampak pada status gizi anak usia
sekolah serta pertumbuhan dan perkembangannya.

g) Lambatnya pertumbuhan fisik


Anak usia sekolah mengalami pertumbuhan fisik yang lambat, namun
terjadi peningkatan pada pertumbuhan dan perkembangan sosial (Kyle, Terri.
2014). Hockenberry dan Wilson (2007 ) dalam Potter Perry (2009),
mengatakan pertumbuhan pada anak usia sekolah cenderung lambat. Anak
usia sekolah membangun pola makan yang terlepas dari pengawasan orang
tua. Jajanan sekolah membuat anak sulit dalam memutuskan pemilihan
makanan yang sehat. Sementara pemilihan jajanan yang sehat penting demi
menopang perkembangan dan pertumbuhan anak usia sekolah.

h) Meningkatnya kekuatan dan keterampilan atletik


Anak usia sekolah memiliki tingkat energi yang tinggi dan
eksplorasi yang tinggi pula. Sehingga banyak aktivitas fisik yang
dilakukan oleh anak usia sekolah seperti bersepeda dan berenang. Anak
usia sekolah perlu didukung untuk terlibat dalam aktivitas fisik dan
mempelajari keterampilan fisik yang berkontribusi dalam kesehatan anak
seumur hidup (Kyle, Terri 2014). Dengan penggunaan energi yang tinggi
dalam aktivitas fisik, anak perlu memenuhi kebutuhan nutrisi yang
diperlukan dalam tubuh agar aktivitas fisik dan eksplorasi untuk
pertumbuhan dan perkembangan tidak terganggu. Pemenuhan kebutuhan
nutrisi dapat melalui kudapan/ jajanan yang dapat dipenuhi saat anak berada
di lingkungan sekolah. Pemilihan jajan yang sehat penting untuk mencegah
terjadinya penyakit.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Tumbuh kembang adalah manifestasi yang kompleks dari perubahan


morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturasi/
dewasa (Soetjiningsih, 2013). Petumbuhan dan perkembangan memiliki dampak
terhadap aspek fisik dan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/ individu
(Cahyaningsih, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan terjadi dalam berbagai
aspek, mulai dari pertumbuhan fisik, maturasi sistem organ, perkembangan
psikososial, perkembangan kognitif, perkembangan moral dan spiritual,
perkembangan keterampilan motorik, perkembangan sensorik, perkembangan
komunikasi dan bahasa, hingga perkembangan emosional dan sosial.

a. Pertumbuhan Fisik
Menurut Feigelman (2007a) sejak usia 6 sampai 12 tahun, anak
tumbuh rata-rata 6 sampai 7 cm pertahun, sementara penambahan berat
badan sebesar 3 sampai 3,5 kilogram per tahun. Pada akhir masa usia
sekolah, sebagian besar anak perempuan melampaui tinggi dan berat badan
anak laki-laki (Kyle, Terri, 2014). Ogen, Fryar, Carroll, dan Flegal (2004)
dalam Dianne E.,dkk (2009) mengatakan anak usia sekolah tumbuh sekitar
5-8 cm per tahun dan berat badan meningkat sekitar dua kali lipat.
Cahyaningsih (2011) mengatakan proporsi tubuh lebih ramping dengan kaki
yang panjang. Postur lebih tinggi dari anak usia pra sekolah untuk
memfasilitasi lokomotor dan efisiensi dalam menggunakan lengan. Pada
masa ini dikenal dengan usia tanggalnya gigi dan awal masa kanak-kanak
pertengahan dikenal sebagai anak itik yang buruk karena gigi sekunder yang
baru tampak terlalu besar di bandingkan wajah.
b. Maturasi Sistem Organ
Cahyaningsih (2011) mengatakan pada usia sekolah, masalah
lambung lebih sedikit, kapasitas kandung kemih juga lebih besar, denyut
jantung dan frekuensi pernapasan turun terus menerus, tekanan darah
meningkat, sistem imun lebih kompeten, dan tulang mengalami pengerasan.

a) Sistem Neurologi
Pada usia 10 tahun, terjadi pertumbuhan bentuk kepala menjadi
lebih panjang dan pertumbuhan tulang wajah mengubah proporsi
wajah.

b) Sistem Pernapasan
Terjadi pengurangan pada frekuensi pernapasan, pernapasan
abdomen menghilang, dan menjadi pernapasan diafragma. Tonsil
menurun ukurannya dari masa prasekolah, namun masih lebih besar
dari masa remaja.

c) Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah anak usia sekolah akan meningkat dan denyut nadi
megnalami penurunan

d) Sistem Gastrointestinal
Selama usia sekolah, terjadi tanggalnya ke-20 gigi primer/ susu dan
digantikan oelh 28 dari 32 gigi permanen, kecuali gigi geraham
ketiga. Kebutuhan kalori anak usia sekolah lebih rendah dari
beberapa tahun sebelumnya.

e) Sistem Genitourinarius
Kapasitas kandung kemih meningkat. Kapasitas kandung kemih yang
lebih besar akan memungkinkan anak mengalami periode lebih
panjang antara berkemih.

f) Pubertas
Biasanya dicirikan dengan terbentuknya karakteristik seksual
sekunder, terjadi pertumbuhan yang cepat pada anak perempuan dan
pertumbuhan yang agak lambat pada anak laki-laki. Cahyaningsih
(2011) mengatakan tanda fisiologis pertama muncul sekitar usia 9
tahun (terutama pada anak perempuan) dan biasanya tampak
jelas pada usia 11-12 tahun.

g) Sistem Muskuloskeletal
Pertumbuhan pada muskuloskeletal memicu peningkatan koordinasi
dan kekuatan meskipun otot masih belum matang dan mudah
mengalami cedera.

h) Sistem Imun
Sistem limfatik tumbuh hingga anak usia 9 tahun dan menjadi lebih
kompeten dalam melokalilsir infeksi dan menghasilkan respons
antibody-antigen, anak usia sekolah dapat mengalami lebih sedikit
infeksi.

c. Perkembangan Psikososial
Anak mengembangkan rasa harga diri anak usia sekolah dengan terlibat
dalam berbagai aktivitas di rumah, di sekolah, dan di komunitas yang
mengembangkan keterampilan kognitif dan sosialnya. Cahyaningsih (2011)
mengatakan selama masa ini, anak membina hubungan dengan teman sebaya
sesama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya dan diawali
dengan ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas.

d. Perkembangan Kognitif
Anak mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan berpikir
melalui suatu tindakan, mengantisipasi akibatnya dan kemungkinan harus
memikirkan kembali tindakannya. Piaget dalam Diane E.,dkk (2009)
mengatakan penalaran moral berkembang dalam tiga tahap. Pada tahap
pertama (sekitar usia 2 - 7 tahun) didasarkan pada kepatuhan pada pihak
otoritas dimana anak tidak dapat membayangkan lebih dari satu cara untuk
melihat persoalan moral. Tahap kedua (sekitar usia 7 atau 8 tahun sampai 10
atau 11 tahun) dicirikan dengan flesibilitas dan sedikit kadar kemandirian
didasarkan atas rasa hormat dan kerjasama timbal balik dimana anak mulai
mengembangkan rasa keadilan mereka didasarkan pada keadilan atau
perlakuan yang sama untuk semua orang. Tahap ketiga (sekitar usia 11 atau
12 tahun), anak mampu melakukan penalaran formal dan terjadi
perkembangan moral dimana kesetaraan memiliki makna yang berbeda.
Anak meyakini bahwa setiap orang harus diperlakukan sama secara bertahap
memberikan jalan untuk ide pemerataan, mempertimbangkan situasi yang
spesifik. Cahyaningsih (2011) mengatakan anak mengembangkan
pemahaman mengenai hubungan antara suatu hal dengan ide. Kemampuan
anak meningkat dalam menguasai simbol dan menggunakan simpanan
memori masa lalu untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan masa kini.
Piaget dalam Wong (2008) mengatakan anak usia sekolah mulai mampu
menghubungkan serangkaian kejadian untuk menggambarkan mental anak
diungkapkan secara verbal maupun simbolik. Perkembangan pemahaman
anak mengenai hubungan antara suatu hal dan ide, serta keterampilan
melakukan klasifisikasi terjadi pada tahap ini.

e. Perkembangan Moral Dan Spiritual


Kohlberg (1984) dalam Kyle, Terri (2014) mengatakan, perkembangan
moral anak usia sekolah berada pada tahap konvensional. Menurut Ford
(2007) dalam Kyle, Terri (2014), selama usia sekolah, anak mampu
mengembangkan keinginan untuk memahami lebih banyak tentang agama
mereka. Diane E.,dkk (2009) mengatakan aspek penalaran moral merupakan
kemampuan memahami kewajiban timbal balik dan mengantisipasi
bagaimana perasaan seseorang ketika terdapat janji yang dilanggar.
Cahyaningsih (2011) mengatakan penguatan dan hukuman dapat
mengarahkan penilaian anak mengenai tindakan yang buruk merupakan
melanggar peraturan dan membahayakan. Anak berpikir dalam batasan
konkret namun memiliki kemauan yang kuat untuk mempelajari Tuhan.
Kohlberg dalam Wong (2008) mengatakan anak usia sekolah akan mampu
menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan dengan akibat yang
dihasilkannya.

f. Perkembangan Keterampilan Motorik


Keterampilan motorik kasar dan halus terus mengalami kematangan
selama masa usia sekolah.
g. Perkembangan Sensorik
Semua indra matang di awal masa usia sekolah.
h. Perkembangan Komunikasi Dan Bahasa
Keterampilan bahasa terus meningkat selama masa usia sekolah dan kosa
kata meningkat. Anak usia sekolah mulai menggunakan lebih banyak tata
bahasa yang kompleks seperti kata jamak dan kata benda.

i. Perkembangan Emosional Dan Sosial


Pola sifat temperamental yang diidentifikasi di masa bayi mampu terus
mempengaruhi perilaku anak usia sekolah. Cahyaningsih (2011) mengatakan
Salah satu pemeran sosial yang penting dalam kehidupan anak usia sekolah
adalah kelompok teman sebaya. Walaupun kelompok teman sebaya
berpengaruh dan penting untuk perkembangan, orang tua merupakan
pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak, membuat standar
perilaku, serta menetapkan sistem nilai. Wong (2008) mengatakan orang tua
adalah pengaruh utama pada anak dalam pembentukan kepribadian anak,
pembuatan standar perilaku, dan penetapan sistem nilai. Anak akan
menggunakan sistem nilai yang digunakan orang tua ke dalam sistem nilai
mereka sendiri. Selain itu, dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam
kehidupan anak usia sekolah, anak memerlukan perhatian orang tua sebagai
tempat berlabuh yang aman dan kokoh.

j. Perkembangan Konsep Diri


Perkembangan ini mengenai berbagai konsep diri seperti karakteristik
fisik, kemampuan, nilai, ideal diri dan pengaharapan serta ide sendiri dalam
hubungannya dengan orang lain. Selain itu juga mengenai citra tubuh,
seksualitas dan harga diri seseorang (Cahyaningsih, 2011).

k. Bermain Dianggap Sangat Penting Untuk Perkembangan Fisik Dan


Biologis.
Selama bermain, anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan anak usia sekolah,
baik fisik maupun fisiologis. Karakteristik bermain anak usia sekolah sudah
lebih terorganisir dan ada aturannya serta ada yang memimpin, mempunyai
kesadaran terhadap aturan main, tingkat yang lebih tinggi adalah
keterampilan berpikir, dan memulai dengan olah raga kompetitif (Suriadi,
2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak menurut Cahyaningsih (2011) meliputi :

1) Lingkungan biologis
Faktor lingkungan biologis terdiri dari ras/ suku bangsa (pertumbuhan
somatic juga dipengaruhi ras/ suku bangsa), jenis kelamin (anak laki-laki
lebih sering sakit dibandingkan perempuan), umur (balita merupakan masa
yang rawan sakit dan kurang gizi), gizi (makanan memegang peranan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan), perawatan kesehatan (pemanfaatan
pelayanan kesehatan secara rutin), kepekaan terhadap penyakit (pemberian
imunisasi), penyakit kronis (penyakit menahun dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangannya serta pendidikannya), fungsi
metabolisme (pemenuhan nutrient secara tepat dapat menghasilkan proses
metabolism yang tepat), hormon (growth hormon).

2) Faktor fisik
Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah (musim kemarau yang
panjang dan bencana alam dapat berdampak pada kekurangan gizi akibat
gagal panen); sanitasi (sanitasi lingkungan penting dalam kesehatan anak dan
tumbuh kembangnya); keadaan rumah (kelayakan tempat tinggal); dan
radiasi (radiasi yang tinggi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak).

3) Faktor psikososial
Stimulasi (stimulasi terarah dan teratur mempercepat perkembangan),
motivasi belajar (memberikan lingkungan yang kondisif seperti buku dan
suasana yang tenang), ganjaran/ hukuman yang wajar (dapat meningkatkan
perkembangan kepribadian anak), kelompok sebaya (untuk proses
sosialisasi), stress, sekolah (meningkatkan taraf hidup anak), cinta dan kasih
sayang (kasih sayang yang seimbang dapat membentuk kepribadian anak),
kualitas interaksi anak-orang tua (menimbulkan keakraban).

4) Faktor keluarga dan adat istiadat


Pekerjaan/ pendapatan keluarga (pendapatan yang memadai akan
menunjang tumbuh kembang), pendidikan orang tua (pengetahuan orang
tua mengenai cara menjaga kesehatan anak), jumlah saudara (jarak yang
dekat dengan saudara dapat mengakibatkan berkurangnya kasih sayang dan
perhatian), jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga (keluarga
harmonis baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak), kepribadian
orang tua (kepribadian terbuka dan tertutup mempengaruhi tumbuh kembang
anak), adat istiadat-norma-tabu, agama.

4. Anak Usia Sekolah sebagai Kelompok Resiko

Kelompok anak usia sekolah umumnya memiliki kesehatan lebih baik


dari kelompok balita. Namun pada kelompok ini mengkhawatirkan karena anak
lebih banyak bermain dengan banyak kegiatan sehingga kurang nafsu makan dan
asupan gizinya kurang dan seringkali menyebabkan berat badan rendah,
defisiensi Fe dan vitamin E (Salmah, Sjarifah, 2013).
Kelompok at risk (kelompok beresiko) merupakan kelompok beresiko
tinggi mengalami kesehatan dibanding dengan yang lain (Stanhope & Lancaster,
2004). Beberapa faktor resiko pada anak usia sekolah, antara lain: faktor
sosial ekonomi, perilaku, biologi, sosial, ekonomi, gaya hidup, peristiwa dalam
hidup. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan anak sekolah
sebagai at risk adalah usia, jenis kelamin, lingkungan, pekerjaan, suku,
sosiokultural, ekonomi, genetik, dan sebagainya (Lundy & Janes, 2009).
Masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik
dan psikologis. Bahaya fisik meliputi penyakit, kegemukan, kecelakaan, dan
kecanggungan. Sementara bahaya psikologis meliputi bahaya dalam berbicara,
bahaya emosi, bahaya bermain, bahaya dalam konsep diri, bahaya moral, bahaya
yang menyangkut minat, bahaya dalam penggolongan peran seks, bahaya dalam
perkembangan kepribadian, dan bahaya hubungan keluarga (Cahyaningsih,
2011).
Anak usia sekolah mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya yang
berpengaruh dalam merubah perilaku dan kebiasaan seperti perubahan kebiasaan
makan. Sehingga anak usia sekolah akan mudah terpengaruh oleh teman sebaya
untuk memilih jenis makanan atau jajanan yang dikonsumsi. Salah satu yang
perlu diperhatikan dalam pemenuhan gizi anak usia sekolah adalah asupan anak
dari kudapan atau jajanan sebagai cemilan. Makanan cepat saji dan makanan
ringan memiliki kandungan gula serta lemak tinggi dan oleh sebab itu bersifat
padat energi sehingga berkontribusi asupan energi yang berlebih dan dapat
menyebabkan obesitas (Mann, Jim dan Stewart, A. 2014).

Anda mungkin juga menyukai