Abstract
The article aims to answer the questions about the commencement
process of volunteer group as a new social movement and to analyze it
in a critical perspective. The research employed a descriptive-quali-
tative method based on case study. The results of the research show
that the establishment of political volunteer groups has been mainly
triggered by people’s dissatisfaction over the policies promulgated by
the previous Indonesian government. These people have organized
themselves to support Joko Widodo as the presidential candidates. The
second reason, based the critical perspective, is closely related to
individual and collective actions to act voluntarily based on rational
awareness. These people see Joko Widodo as a humble and honest
person who possesses high integrity and personality of leadership and
also has experiences in managing two big cities, i.e. Solo and Jakarta
Abstrak
Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan tentang proses terbentuk-
nya kelompok relawan sebagai sebuah gerakan sosial baru dan
mendeskripsikan proses terbentuknya kelompok relawan serta meng-
analisa dalam perspektif kritis. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbasis studi kasus. Hasil
penelitian ini menunjukkan, pertama, kelompok relawan dilatar bela-
kangi oleh kegelisahan dan kekecewaan terhadap kebijakan atau
pemerintahan terdahulu. Relawan politik bertujuan untuk mendu-
kung calon presiden Joko Widodo. Kedua, berdasarkan perspektif
kritis, faktor tindakan individu maupun kelompok melakukan
kegiatan sukarela dengan menggunakan kesadaran rasional. Karena
melihat sosok Jokowi yang sederhana, jujur, bersih, dan mempunyai
integritas tinggi dalam memimpin, serta lebih berpengalaman menjadi
pemimpin di Kota Solo dan DKI Jakarta.
Kata Kunci : Gerakan sosial baru, kritis, relawan politik, pilpres 2014
Pendahuluan
Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 telah memberikan
banyak perubahan terhadap kehidupan berbangsa dan ber-
negara di Indonesia termasuk dari sisi reformasi politik. Pada
tahun 1999, Indonesia telah melakukan pemilihan umum
presiden dan wakil presiden secara langsung.
Perubahan dimulai pada tahun 2004 yaitu dimulainya
episode baru dalam perubahan politik di Indonesia yang berupa
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh
rakyat. Ini merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 22E ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan pemilihan
umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
presiden dan wakil presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD).
Rakyat Indonesia saat ini memiliki hak untuk menentukan
siapa pemimpin Bangsa Indonesia dalam 5 Tahun mendatang.
Mereka bisa memilih calon presiden dan wakil presiden secara
langsung dan demokratis dalam sebuah pemilihan umum yang
dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pada masa
sebelumnya, rakyat Indonesia tidak memiliki hak untuk
memilih presiden pilihan rakyat karena pada sistem yang
terdahulu presiden dan wakilnya dipilih oleh para anggota
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dalam sebuah rapat
paripurna yang diadakan selama lima tahun sekali.
Pada pemilihan umum tahun 2009, terdapat perubahan
sistem pemilu calon anggota legislatif dari daftar calon tertutup
dengan calon terpilih berdasar nomor urut, berubah menjadi
sistem daftar calon terbuka dengan calon terpilih berdasar
suara terbanyak. Perubahan sistem ini tentu membawa
implikasi pada pelaksanaan pemilu di Indonesia, termasuk
membawa pengaruh pada liberalisasi politik di Indonesia.
Pemilihan umum 2014 adalah pemilu keempat di era
reformasi. Sedangkan pemilihan umum Presiden 2014 adalah
pemilhan presiden dan wakil presiden secara langsung yang
101
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
102
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
103
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
104
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
105
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
106
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
107
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
108
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
109
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
110
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
111
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
112
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
113
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
114
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
115
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
116
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
117
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
118
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
119
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
120
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
“Kita mendukung Jokowi itu Mbak siang jadi malam, malam jadi
siang. Tidak ada waktu untuk tidur, sukanya keliling-keliling
terus. Memang jadi relawan itu adalah panggilan, tidak harus
dipaksa dan atas kemauan sendiri.” (Sofyan, Wawancara, 2015)
121
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
122
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
Penutup
Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
relawan terbentuk karena mempunyai visi dan misi yang sama
menginginkan perubahan Indonesia, dengan mencalonkan
Jokowi sebagai calon presiden. Dalam hal ini ada dua kelompok
relawan yaitu, Pondok Jokowi Presiden yang dideklarasikan
pada tanggal 4 September 2013. Bergerak sebelum, Jokowi
dicapreskan karena melihat kepemimpinan Jokowi semasa
menjabat Walikota Solo dan Guberbur DKI Jakarta
mempunyai integritas yang tinggi, jujur, dan sederhana.
Gerakan ini berdiri secara independen. Tidak bergabung
dengan partai atau kelompok kepentingan yang lain, oleh
karena itu anggota dari kelompok ini adalah murni dari
masyarakat biasa. Gerakan ini juga merupakan kegiatan
politik yang pertama kali diikuti. Lebih mengedepankan sifat
musyawarah atau gotong royong. Sehingga kelompok ini tidak
mempunyai struktur organisasi yang prosedural hanya saja
bersifat koordinatif. Gerakan ini juga memfokuskan kepada
Nawa Cita Jokowi untuk perubahan Indonesia yang lebih maju
yaitu Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Sejahtera,
dan Indonesia Kerja.
Kelompok yang kedua adalah Rejo Jatim Brang Wetan.
Kelompok ini dideklarasikan pada tanggal 18 Mei 2014.
Kelompok ini terbentuk setelah Jokowi resmi dicapreskan,
karena kelompok ini melihat kepemimpinan Jokowi semasa
menjabat Gubernur DKI Jakarta dan berdiri secara
123
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis
124
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015
Sayekti Dwi Purboningsih
125
Jurnal Review Politik
Volume 05, No 01, Juni 2015