Anda di halaman 1dari 1

RESUME PERTEMUAN KE-4 Tentang Hubungan/ Keterkaitan Epistemologi Do’a dengan Disiplin Ilmu Yang

Lain

Nama : Salman Paris

NIM : 21030801191014

Jurusan : KPI Semester. 4

Mata Kuliah : Epistemologi Do’a

Epistemologi do’a berkaitan dengan disiplin ilmu fiqih, berkaitan dengan disiplin ilmu Ushul Fiqih,
berkaitan dengan disipil ilmu Tauhid, berkaitan dengan D. ilmu Bahasa Arab, berkaitan dengan D. ilmu
Al-qur’an, berkaitan dengan D. Ilmu Hadits, dan juga berkaitan dengan D. Ilmu Psikologi.

Do’a adalah salah satu ibadah termulia dan paling tinggi kedudukannya dalam din islam. Sebab do’a
adalah inti dan ruhnya ibadah. Do’a bukan hanya merupakan ritual semata melainkan terdapat
hubungan/kaitan-kaitannya dengan ilmu lain.

Bila sudah terbiasa berdakwah baik di masyarakat maupun di pesantren, kumpulan materi (makalah, vn,
dan hasil diskusi bisa di simpan baik-baik). Materinya sangat mauidzhotil hasanah, dan juga penuh
hikmah. Bila punya akun atau vlog bisa di dakwahkan.

Do’a itu intinya ibadah, setelah mengetahui epistemologinya, sampaikanlah pada ummat.

Pendakwah-pendakwah muda apalagi lulusan KPI sangat di butuhkan di masyarakat, apalagi saat ini saat
manusia sedang di rundung rasa bingung akibat pandemic yang berefek domino dan telah melemahkan
ghiroh taklim.

Mempelajari epistemology do’a kita akan mengapresiasi sebuah doa bukan hanya sesuatu yang
disampaikan apa adanya do’a tsbt, tapi ketika berdo’a, jiwa, nurani, pikiran dan akal kita sudah dipenuhi
dengan ilmu lain yang terkait dengan do’anya itu sendiri.

Apakah sejatinya dzikir dan meditasi itu sama?

Dzikir itu untuk mendekatkan seorang hamba dengan Allah dan dilakukan hanya oleh orang yang
beriman sedagkan meditasi bisa dilakukan oleh siapa saja.

Munculnya dzikir dan meditasi tentu punya riwayat sendiri-sendiri, yang digali dengan penuh pemikiran
dan tanggung jawab, kita hargai keduanya.

Namun bedanya dzikir tentu menggunakan lafadz-lafadz atau hizb-hizb yang periwayatanya sangat
berbeda dengan meditasi, walau dalam af’al tertentu ada kesamaan.

Ada ilmu yang pada kondisi tertentu akan bertemu di satu titik, missal soal pernafasan, dalam membaca
alfatihah untuk pengobatan misalnya, biasa dilakukan baca dengan satu nafas.

Tentang nafas juga, bukankah ketika baca qur’an bila tidak ada tanda berhenti tidak boleh mencuri
nafas, kalau berhenti di tempat yang tidak ada tanda berhenti maka membacanya harus di ulang sedikit
ke belakang.

Anda mungkin juga menyukai