Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN MASA KERJA DAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN

KAPASITAS VITAL PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI


SATLANTAS POLRES PALU SULAWESI TENGAH

Tri nurtina1, Sudirman SKM, M.Kes2, Ahmad yani SKM, M.Kes3

1
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitan Muhammadiyah Palu

2
Dosen Administrasi KK Universitas Muhammadiyah Palu

3
Dosen Promosi Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palu

Email : trinurtina83@gmail.com

sudirman@unismuh.ac.id,

ahmadyani@unismuh.id.ac

ABSTRAK

Pendahuluan : Berkembangnya kota saat ini sangat berpengaruh pada pencemaran udara,
karena semakin berkembangnya kota akan banyak lagi pembangunan sarana dan prasarana
industri lainnya, oleh karena itu para pekerja yang bekerja di tempat yang selalu terpapar debu
contohnya seperti para polisi yang berjaga ditiap-tiap pos yang ada di jalanan semestinya harus
menggunakan alat pelindung diri seperti masker, agar dapat terhindar dari debu-debu yang ada
dijalanan dan dapat tercegah dari penyakit paru. Metode : dibuat berdasarkan literature pada
jurnal yang telah ada, pihak penulis hanya meriview jurnal yang diambil pada bebrapa jurnal
dan dijakdikan sebuah referensinya pada review ini penulis mengambil masalah hubungan masa
kerja dan penggunaan masker dengan kapasitas vital paru pada polisi lalu lintas di satlantas
polres palu sulawesi tengah. Hasil : Penggunaan masker dan alat pelindung diri lainnya sangat
penting bagi para pekerja yang sering terpapar dengan debu agar dapat terhindar dari penyakit
paru, saluran pernafasan dan lain-lain. Pembahasan : terdapat perbedaan ukuran volume para
polisi yang tidak memiliki riwayat penyakit paru dengan para polisi yang memiliki riwayat
penyakit paru pada alat ukur spirometri. Berdasarkan Pemeriksan lapangan, Para polisi belum
patuh dalam Penggunaan APD (Masker) padahal kadar debu sangat tinggi terutama pada saat
puncak arus mudik kendaraan bermotor yang ada pada setiap titik, banyak debu-debu yang
beterbangan sehingga mereka yang bekerja tidak menggunakan APD akan beresiko mengalami
sesak napas.

KATA KUNCI : Masa kerja, penggunaan masker, kapasitas vital paru

Pendahuluan

Saat ini pencemaran udara adalah salah satu masalah utama kesehatan lingkungan di
daerah perkotaan yang sangat padat penduduknya dan juga padat lalu lintas. Dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1407 Tahun 2002, udara merupakan arti yang sangat penting di
dalam kehidupan makhluk hidup dan keberadaan benda-benda lainnya. [1] Seiring dengan
berkembangnya Kota seperti pembangunan sarana prasarana dan pabrik industri juga merupakan
faktor dalam penurunan kualitas udara. Dari berbagai pendapat mengatakan bahwa sektor
transportasi adalah penyumbang utama di dalam pencemaran udara, yaitu 44% TSP (Total
Suspanded Particulate), 89% Hidrokarbon dan 73% NOx. Polisi lalu lintas adalah pekerjaan yang
rawan terkena gangguan fungsi paru karena terlalu sering berpaparan dengan zat-zat polutan
yang berasal dari debu di jalan raya.[2] Bagian transportasi adalah salah satu sumber utama yang
berperan sebesar 70% dari total pada pencemaran udara. Di kota-kota besar, Hasil gas dari
kendaraan bermotor berperan sebesar 60-70% pada sumber polusi udara, sementara hasil gas dari
cerobong asap pabrik-pabrik industri hanya berperan sekitar 10-15%, dan sisanya yang lain
berasal dari sumber pembakaran, seperti pembakaran sampah, kegiatan rumah tangga, kebakaran
hutan dan lain-lain [3]

Efek debu pada kesehatan yaitu dari solubility, komposisi kimia, konsentrasi debu, dan
ukuran partikel debu. Paparan debu yang menimbulkan pembatasan pada aliran udara (penyakit
obstrukstif), penebalan dinding bronkus, meningkatkan sekresi mukus, merendahkan ambang
refleks penyempitan dan batuk, juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernapasan
dan gejala asmatik [4] Badan dunia International Labour Organization (ILO), mengungkapkan
bahwa penyebab terbesar kematian yaitu pekerjaan sebanyak 34% meliputi penyakit kanker,
25% kecelakaan, 21 % penyakit saluran pernapasan, 15 % penyakit kardiovaskuler, dan 5 %
disebabkan oleh faktor yang lain. Penyakit saluran pernapasan yang diakibatkan oleh kerja,
berdasarkan hasil riset The Surveillance of Work Related and Occupational Respiratory Disease
(SWORD) yang dilakukan di Inggris telah ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang
berhubungan dengan pekerjaan[5] Kendaraan bermotor banyak mengeluarkan Polutan CO dan
memberi dampak negatif baik kesehatan manusia [6]

Pencegahan kecelakaan kerja Merupakan siap siaga para karyawan dalam menjalankan
tugas sesuai aturan kerja dengan benar, agar terhindar dari penyakit akibat kerja dan dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan efektif dan aman[7] Untuk mencegah terpapar dari karbon
monoksida agar tidak terjadi efek toksik pada tubuh, maka kita harus mencegahnya dengan salah
satu cara, contohnya seperti penggunaan masker[8] Gangguan pada kapasitas vital paru sangat
berdampak merugikan bagi kesehatan. Menurut International Labour Office (ILO) dijelaskan
bahwa 100% penyebab kematian yaitu akibat pekerjaan, dan sebesar 21% karena penyakit
saluran pernafasan [9]

Semakin banyak jumlah kendaraan bermotor pada jalan tersebut maka akan semakin
tinggi pula tingkat pencemaran udara yang terjadi[10] Bahaya pencemaran udara sangat banyak
sekali, antara lain kesehatan manusia, flora, fauna dan ekosistem[11]
Para Polisi yang bekerja di jalanan mengeluhkan batuk, akan tetapi batuk tersebut bukan
di sebabkan dari penyakit musiman melainkan karena paparan debu yang ada di jalanan akibat
mereka tidak memakai masker[12] contohnya seperti risiko pada pekerja yang mengidap kanker
paru kemudian terpajan asbes sekaligus merokok, akan lebih besar dibanding hanya terpajan
abses atau merokok sendiri[13]

Metode

Makalah ini dibuat dengan mengumpulkan beberapa literatur artikel ilmiah yang
telah ada, pihak penulis hanya mereview jurnal yang telah diambil pada beberapa jurnal dan
dijadikan sebagai reverensi. Pada review ini penulis mengambil masalah dari beberapa jurnal,
mengenai permasalahan tentang hubungan masa kerja dan penggunaan masker dengan kapasitas
vital paru pada polisi lalu lintas di satlantas polres palu sulawesi tengah.
Hasil

Dari berbagai pendapat mengatakan bahwa sektor transportasi adalah penyumbang


utama di dalam pencemaran udara, yaitu 44% TSP (Total Suspanded Particulate), 89%
Hidrokarbon dan 73% NOx. Badan dunia International Labour Organization (ILO),
mengungkapkan bahwa penyebab terbesar kematian yaitu pekerjaan sebanyak 34% meliputi
penyakit kanker, 25% kecelakaan, 21 % penyakit saluran pernapasan, 15 % penyakit
kardiovaskuler, dan 5 % disebabkan oleh faktor yang lain. Penyakit saluran pernapasan yang
diakibatkan oleh kerja, berdasarkan hasil riset The Surveillance of Work Related and
Occupational Respiratory Disease (SWORD) yang dilakukan di Inggris telah ditemukan 3300
kasus baru penyakit paru yang berhubungan dengan pekerjaan. Oleh karena itu Untuk mencegah
terpapar dari karbon monoksida agar tidak terjadi efek toksik pada tubuh, maka kita harus
mencegahnya dengan salah satu cara, contohnya seperti penggunaan masker. Karena bahaya
pencemaran udara sangat banyak sekali, antara lain kesehatan manusia, flora, fauna dan
ekosistem. Akibat dari pencemaran udara karena debu yaitu gangguan kesehatan, berupa radang
saluran pernafasan, alergi, nyeri dada atau sesak nafas.

Pembahasan

Pada pengukuran partikel debu terdapat hasil yang berbeda pada tiap-tiap bagian[14]
Perbedaannya terdapat pada hasil kadar debu yang dipengaruhi dari berbagai faktor yaitu ukuran
debu, suhu, kelembaban dan kecepatan angina Sebanyak 76,67% responden mempunyai kadar
debu terhirup diatas NAB. Rata-rata responden memiliki kadar debu terhirup sebesar 2,55
mg/m3. Kadar debu terhirup paling rendah yaitu 0,83 mg/m 3 dan yang paling tinggi yaitu 6,67
mg/m3 [15]
Dari hasil pemeriksaan ini juga didapatkan adanya perbedaan yang signifikan pada
seseorang yang mempunyai riwayat penyakit paru, dimana para pekerja yang memiliki riwayat
penyakit paru tersebut lebih banyak memiliki kapasitas fungsi paru yang tidak normal. Hal ini
terdapat pada perbedaan ukuran volume para polisi yang tidak memiliki riwayat penyakit paru
dengan para polisi yang memiliki riwayat penyakit paru pada alat ukur spirometri [16]
Hasil pemeriksaan ini juga sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa
kekurangan makanan yang terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu dan
dapat mengganggu kapasitas vital seseorang [17] Berdasarkan Pemeriksan lapangan, Para polisi
belum patuh dalam Penggunaan APD (Masker) padahal kadar debu sangat tinggi terutama pada
saat puncak arus mudik kendaraan bermotor yang ada pada setiap titik, banyak debu-debu yang
beterbangan sehingga mereka yang bekerja tidak menggunakan APD akan beresiko mengalami
sesak napas[18]
Karena berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja, kadar debu yang diperkenankan adalah 3mg/m 3[19] Untuk itu para polisi
harus lebih memperhatikan lokasi pekerjaannya jika terpapar langsung dengan debu agar para
polisi terhindar dari penyakit paru dan para polisi yang berumur tua diharapkan dapat menjaga
kondisi kesehatannya dengan cara mengurangi kebiasaan merokok atau berhenti untuk
mengkonsumsi rokok, dan menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap contohnya masker
untuk mengurangi pengaruh dari paparan debu terhadap penurunan kapasitas paru[20]

DAFTAR PUSsTAKA

[1] S. B. de Cardiologia et al., “No Title K‫” ثبثبثب‬,‫بیبیب‬, vol. ‫ث ققثق‬, no. 4, p. 2018 ,‫ثقثقثقثق‬.

[2] R. A. Amaliyah, O. Setiani, and H. L. Dangiran, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Gangguan Fungsi Paru Pada Polisi Lalu Lintas Di Satlantas Polrestabes
Semarang,” J. Kesehat. Masy., vol. 6, no. 6, pp. 305–314, 2018.

[3] N. S. Nabilla, Nurjazuli, and H. L. Dangiran, “Hubungan Paparan Debu Terhirup Dengan
Gangguan Fungsi Paru Pada Masyarakat Berisiko di Jalan Prof. Soedarto Semarang,” J.
Kesehat. Masy., vol. 6, no. 6, pp. 269–278, 2018.

[4] E. Andriani and G. Ni. Prameswari, “Higeia Journal of Public Health Home
Environmental Health and Safety,” vol. 2, no. 2, pp. 171–180, 2018.

[5] R. Dengan et al., “pencemar bervariasi sumber yang berupa sesak produksi napas batuk-
batuk disertai yang merupakan komponen lingkungan yang memengaruhi kehidupan
manusia serta makluk dahak yang banyak merupakan gejala yang tampak bahkan partikel
dari bahan Partikel melekat ,” pp. 38–53.

[6] D. N. Palupi, Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember


Jember Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember, vol. 2.
2018.

[7] E. Ayu, “Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja dalam Perawatan Jaringan Pipa Gas pada
Pekerjaan Sistim Valve dan Bak Valve di PT Perusahaan Gas Negara ( Persero ) Tbk Unit
PT PGAS Solution Area Medan Tahun 2018,” 2018.

[8] M. Hanif, “Perbandingan Kadar Karbon Monoksida Udara Ekspirasi Pre dan Post
Pemakaian Masker pada Masyarakat Lingkungan Fakultas Kedokteran USU,” 2018.

[9] L. Maratus, Suroto, and Ekawati, “Hubungan Paparan Debu Kayu Dengan Kapasitas Vital
Paru Pekerja Pemotong Kayu di PT. X Mranggen Jawa Tengah,” J. Kesehat. Masy., vol.
6, no. 4, pp. 330–336, 2018.

[10] M. Brito, “No Title‫خالصه روانپزشکی‬,” vol. 6, no. Mm, pp. 1–18, 2003.

[11] C. L. Fatimah, Y. H. Darundiati, and T. Joko, “Hubungan Kadar Debu Total dan Masa
Kerja Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pedagang Kaki Lima di Jalan Brigjen Sudiarto
Kota Semarang,” J. Kesehat. Masy., vol. 6, no. 6, pp. 49–60, 2018.

[12] A. Rachmawati, Y. H. Darundiati, and N. A. Y. Dewanti, “Gambaran Kejadian Gangguan


Fungsi Paru Pada Pekerja Pengasapan Ikan di Bandarharjo Semarang,” J. Kesehat. Masy.,
vol. 6, no. 6, pp. 32–41, 2018.

[13] F. Kesehatan, M. Universitas, and S. Ratulangi, “HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS


VITAL PARU DENGAN LAMA BEKERJA DESA TATELU KECAMATAN
DIMEMBE KABUPATEN MINAHASA UTARA Pekerjaan merupakan bagian dari
hidup , karena dengan bekerja manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup , adalah salah
satu pekerjaan yang termasu,” vol. 8, no. 1, pp. 9–15, 2019.

[14] N. R. Anjani, M. Raharjo, and Budiyono, “Hubungan Kadar Debu Terhirup Dengan
Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Mebel PT Marleny Jepara,” J. Kesehat.
Masy., vol. 6, no. 6, pp. 259–268, 2018.

[15] ‫ امير‬،‫ دانا‬.‫ معصومه‬،‫ شجاعي‬.‫ پونه‬،‫مختاري‬, “No Title . ‫تأثير تمرين مشاهدهاي بر يادگيري مهارت سرويس‬
‫ مجلة حركت‬."‫بلند بدمينتون با تأكيد بر نقش ميانجيگري خودكارآمدي‬,” vol. 7, p. 32 ، 1386 ,117 ‫ص‬.
[16] S. Mitra et al., “PEKERJA DALAM DUCKDOWN ROOM DI PT . X , SUKABUMI Nur
aini Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Mitra RIA Husada sesak nafas ,
batuk-batuk dan bersin akibat paparan debu dalam ruangan bekerja,” vol. VII, no. 2, 2017.

[17] A. N. Putri, F. E. B. Setyawan, and A. Noerwahjono, “Analisis Lingkungan Kerja dan


Karakteristik Pekerja Terhadap Faal Paru Pekerja Industri Papan Semen Rata ( Studi
Kasus di PT ‘ X ’ Malang ),” Herb-Medicine J., vol. 1, no. 2, pp. 75–85, 2018.

[18] R. Geometry and G. Analysis, “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における


健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.”

[19] F. Aulia, “Hubungan Kadar Debu dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja di Bagian
Packing Plant Indarung Biro Pengantongan 1 Departemen Produksi II / III PT . Semen
Padang Tahun 2018,” 2018.

[20] R. Geometry and G. Analysis, “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における


健康関連指標に関する共分散構造分析 Title,” pp. 1–9.

Anda mungkin juga menyukai