Anda di halaman 1dari 34

TUGAS 1

IDENTIFIKASI ISU DI UNIT KERJA


RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
KABUPATEN BANGKALAN

Oleh :
Fathul Alim, S.Kep.,Ns

KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
1. IDENTIFIKASI ISU

NO IDENTIFIKASI ISU KONDISI SAAT INI KONDISI YANG


DIHARAPKAN
1 Banyak perawat Hanya beberapa Semua perawat bisa
yang masih belum perawat yang bisa menggunakan
bisa menggunakan menggunakan aplikasi aplikasi SIM RS dan
aplikasi SIM RS SIM RS sehingga dapat
mengganggu mengoperasikannya
kelancaran dalam dengan mudah
bekerja
2 Belum terkontrolnya Sering Terjadinya Infus Penggantian Cairan
pemberian terapi Slong atau kehabisan Infus dan pengaturan
cairan infus Cairan Infus sebelum tetesan infus sesuai
waktu penggantian jadwal sehingga
cairan atau masih pemberian cairan
terdapat sisa cairan infus dapat terkontrol
ketika waktu dan sesuai terapi
penggantian cairan
3 Belum optimalnya Belum optimalnya Peilaku cuci tangan
perilaku cuci tangan perilaku cuci tangan 6 langkah dan 5
6 langkah dan 5 ketika sebelum kontak moment dapat
momen dengan pasien dan diterapkan dan
sebelum melakukan menjadi kebiasaan.
tindakan
4 Kurang lengkapnya Pengukuran dan Pengukuran dan
pengisian data pengisian TTV Pasien pengisian TTV
Tanda-Tanda Vital hanya di ukur Tekanan pasien dapat
Pasien Darah, nadi dan Suhu dilakukan secara
lengkap.
5 Kurang efektifnya Penggantungan Label Label resiko jatuh
penggantungan Resiko jatuh tidak ditempatkan pada
label Resiko Jatuh ditempatkan sesuai pasien dg kriteria
pasien keadaan pasien sesuai pada form
resiko jatuh
2. ANALISIS ISU
a. Analisis Isu Dengan Metode AKPL
NO ISU A K P L TOTAL
(1-5) (1-5) (1-5) (1-5)
1. Banyak perawat yang 4 3 4 3 14
masih belum bisa
menggunakan aplikasi
SIM RS

2. Belum terkontrolnya 5 5 4 4 18
pemberian terapi cairan
infus
3. Belum optimalnya 3 4 4 3 14
perilaku cuci tangan 6
langkah dan 5 momen

4. Kurang lengkapnya 3 5 4 4 16
pengisian data Tanda-
Tanda Vital Pasien

5. Kurang efektifnya 4 5 3 3 15
penggantungan label
Resiko Jatuh pasien

Keterangan :

1. Aktual (A) artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di


masyarakat.

2. Kekhalayakan (K) artinya menyangkut orang banyak.

3. Problematika (P) artinya memiliki dimensi masalah kompleks sehingga


perlu dicarikan solusinya.
4. Kelayakan (L) artinya masuk akal, realistis dan relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Pembobotan :
1. Angka 5 sangat kuat pengaruhnya

2. Angka 4 kuat pengaruhnya

3. Angka 3 sedang pengaruhnya

4. Angka 2 kurang pengaruhnya

5. Angka 1 sangat kurang pengaruhnya

b. Analisis Dengan Metode USG


NO ISU U S G TOTAL
(1-5) (1-5) (1-5)
1. Belum terkontrolnya pemberian 5 5 5 15
terapi cairan infus

2. Kurang lengkapnya pengisian 4 4 5 13


data Tanda-Tanda Vital Pasien

3. Kurang efektifnya 4 4 4 12
penggantungan label Resiko
Jatuh pasien

Keterangan :

1. Urgency (U) artinya seberapa mendesak isu harus dibahas, dianalisis


dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness (S) artinya seberapa serius isu harus dibahas dikaitkan
dengan akibat yang ditimbulkan
3. Growth (G) artinya seberapa besar kemungkinan memburuknya isu jika
tidak ditangani sebagaimana mestinya.
Pembobotan :

Bobo Keterangan
t
5 Sangat besar
4 Besar
3 Sedan
g
2 Kecil
1 Sangat kecil

c. Penetapan Isu
Berdasarkan analisis isu yang diuji dengan menggunakan pendekatan teknik
AKPL dan USG, maka dapat diperoleh isu prioritas yang harus ditangani terlebih
dahulu, yaitu belum terkontrolnya pemberian terapi cairan infus. Pemilihan isu
tersebut dilakukan dengan analisis dampak jika hal tersebut tidak ditangani
maka akan berdampak pada hal-hal berikut ini:
1. Terjadinya kelebihan cairan pada pasien.
2. Peningkatan resiko kekurangan cairan pada kasus tertentu yang
membutuhkan asupan cairan lebih.
3. Menurunnya mutu Rumah Sakit dalam dimensi keselamatan pasien dan
efektivitas.
4. Menurunnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di Rumah Sakit.

d. Analisis Faktor Penyebab Isu Dengan Metode Fishbone

Metode / Pelaksanaan
Pasien/Keluaga Px
Tetesan Diatur
Pemberian Sendiri Banyak Bergerak
Transfusi
Tidak Diaturnya Kurangnya Edukasi Belum
tetesan Terkontrolnya
Pemberian
Minimnya Terapi Cairan
Catatan/tanda Ketidakefektifan KIE Infus
Kurangnya
komunikasi Lupa

Perawat
e. Identifikasi Penyebab Utama Isu
Dari metode fishbone diatas, dapat diketahui 3 faktor penyebab belum
terkontrolnya pemberian terapi cairan infus yaitu, faktor perawat, faktor
pasien/keluarga, dan faktor metode/pelaksanaan. Faktor yang paling
mendominasi penyebab utama isu adalah faktor perawat. Hal ini terjadi karena
minimnya catatan/tanda serta kurangnya komunikasi sehingga pemberian
terapi cairan infus menjadi tidak terkontrol. Minimnya catatan/tanda berdampak
pada tetesan infus tidak terkontrol sehingga pasien dan keluarga pasien
mngontrol sendiri tetesan infus tanpa sepengetahuan perawat.

f. Alternatif Solusi
Berdasarkan analisis Isu yang telah dilakukan, maka masalah mengenai belum
terkontrolnya pemberian terapi cairan infus, menjadi masalah prioritas untuk
diselesaikan. Hal ini disebabkan karena minimnya catatan/penanda pada
pemberian cairan infus. Solusi yang dapat disarankan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah membuat etiket/catatan pada ciran infus, sehingga diharapkan
dengan adanya catatan tersebut tetesan infus menjadi terkontrol dan waktu
penggantian cairan infus dapat sesuai.
TUGAS 1
IDENTIFIKASI ISU DI UNIT KERJA
UPTD PUSKESMAS GALIS
KABUPATEN BANGKALAN

Oleh :
dr. TITIN DAMAYANTI

KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
1. ISU – ISU YANG DITEMUKAN PADA UPTD PUSKESMAS GALIS

1. Kurang optimalnya Pelayanan Kesehatan Sesuai SOP Prioritas Pasien


(Triase).
2. Kurangnya kerjasama yang baik antar lintas program
3. Kurang aktifnya tenaga kesehatan dalam melakukan kunjungan rumah
4. Kurang optimalnya penanganan masalah kesehatan jiwa sehingga masih
ada ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang di pasung
5. Kurangnya media informasi pada Puskesmas

2. PROSES AKPL DAN USG

Dari beberapa isu tersebut lalu dilakukan validasi isu melalui metode AKPL
(Aktual, Khalayak, Problematik, Kelayakan) untuk mengetahui isu yang paling
dominan dengan keterangan sebagai berikut :

a. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam


masyarakat

b. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak

c. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan segera solusinya.

d. Kelayakan artinya isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Hasil validasi isu dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel Validasi Isu Metode AKPL

NO ISU A K P L NOMOR
URUT
VALIDASI
1. Kurang optimalnya Pelayanan Kesehatan √ √ √ √ 1
Sesuai SOP Prioritas Pasien (Triase).
2. Kurangnya kerjasama yang baik antar lintas √ √ √ √ 2
program
3. Kurang aktifnya tenaga kesehatan dalam √ √ √ √ 3
melakukan kunjungan rumah
4. Kurang optimalnya penanganan masalah √ - - √ 4
kesehatanjiwa sehingga masih ada ODGJ
(Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang di
pasung
5. Kurangnya media informasi pada √ - √ - 5
Puskesmas

Setelah dilakukan teknik validasi isu dengan metode AKPL kemudian dilakukan
analisis isu dengan teknik USG (Urgensi, Serious, Growth). Urgensi artinya seberapa
mendesak isu tersebut harus dibahas. Serious artinya seberapa isu tersebut perlu
dibahas dikaitkan dengan akibat yang mungkin ditimbulkan. Growth artinya seberapa
kemungkinan isu tersebut berkembang jika dibiarkan. Hasil validasi isu teknik USG
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel Validasi Isu Teknik USG

NO ISU U S G TOTAL
1. Kurang optimalnya Pelayanan Kesehatan 5 5 4 14
Sesuai SOP Prioritas Pasien (Triase).
2. Kurangnya kerjasama yang baik antar lintas 3 4 3 10
program
3. Kurang aktifnya tenaga kesehatan dalam 3 3 2 8
melakukan kunjungan rumah

Kriteria Teknik USG Urgensi

1 : Tidak penting

2 : Kurang penting

3 : Cukup Penting

4 : Penting

5 : Sangat Penting

Seriousness

1 : Akibat yang ditimbulkan tidak serius

2 : Akibat yang ditimbulkan kurang serius

3 : Akibat yang ditimbulkan cukup serius

4 : Akibat yang ditimbulkan serius serius

5 : Akibat yang ditimbulkan sangat serius

Growth

1 : Tidak berkembang

2 : Kurang berkembang

3 : Cukup berkembang

4 : Berkembang

5 : Sangat berkembang
3. ANALISA FAKTOR PENYEBAB ISU DAN IDENTIFIKASI PENYEBAB
UTAMANYA

Dalam sistem kesehatan di Indonesia, Pusat Kesehatan Masyarakat


(Puskesmas) merupakan institusi terdepan tingkat pertama pelayanan kesehatan di
akar rumput. Mereka melayani kebutuhan kesehatan masyarakat dan perorangan
dengan lebih mengutamakan aspek promotif dan preventif.

Masalah pelayanan publik yang terjadi di Indonesia merupakan masa krisis


kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sebagai birokrasi publik. Gejala ini
mulai tampak dengan semakin rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap
birokrasi publik yang ditandai adanya protes dan demonstrasi oleh berbagai
komponen masyarakat, baik ditingkat pusat ataupun daerah.

Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan


masyarakat yang memuaskan harapan (consumer satisfaction), melalui pelayanan
yang prima oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan (provider
satisfaction)dan institusi pelayanan yang diselenggarakan (institutional satisfaction).
Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang
merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak dan ini merupakan pelayanan kesehatan
yang memuaskan.

Petugas kesehatan di layanan kesehatan ini paling dekat dengan masyarakat,


termasuk memiliki program pengembangan yang melibatkan peran masyarakat
melalui keberadaan kader kesehatan. Sayangnya, program sosialisasi dan kader
kesehatan di Puskesmas sering tidak maksimal pelaksanaannya karena hanya
bertujuan untuk menyelesaikan program, bukan pada perubahan perilaku masyarakat
agar lebih sehat.

Selain itu, kondisi dan kemampuan Puskesmas di Indonesia berbeda-beda di


setiap wilayah, tergantung dari kapasitas dan manajemen masing-masing
Puskesmas. Ketimpangan sumber daya manusia, akses informasi serta infrastruktur
memengaruhi kinerja Puskesmas dalam melaksanakan upaya menyehatkan
masyarakat.

Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja
sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa
program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program
adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja
sama lintas sector. Suatu program dikatakan berhasil bila dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakatnya, maka dari itu kerjasama di lintas program diperlukan agar
usaha promotif dan prefentif dapat tercapai.

Selain dibutuhkan kerjasama lintas program yang baik, keaktifan tenaga


kesehatan dirasa sangat perlu karena itu adalah salah satu upaya puskesmas yang
mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memadukan ilmu/
praktik keperawatan dengan kesehatan masyarakat lewat dukungan peran serta aktif
masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya. Dengan peningkatan kunjungan rumah
di harapkan terdapat peningkatan kemandirian keluarga rawan.

Terdapat banyak masalah yang seharusnya dapat diatasi oleh Puskesmas


sebagai ujung tanduk pelayanan kesehatan di masyarakat, salah satunya dengan
meningkatkan penangan masalah kesehatan jiwa, karena masih ada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) yang masih di pasung.

Padahal sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 1966 tentang Kesehatan


Jiwa menyatakan bahwa pasien dengan gangguan jiwa yang terlantar harus
mendapatkan perawatan dan pengobatan pada suatu tempat perawatan. Surat
Menteri Dalam Negeri Nomor PEM.29/6/15, tertanggal 11 Nopember 1977 yang
ditujukan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia meminta
kepada masyarakat untuk tidak melakukan pemasungan terhadap penderita
gangguan jiwa dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menyerahkan
perawatan penderita di Rumah Sakit Jiwa. Surat tersebut juga berisi instruksi untuk
para Camat dan Kepala Desa agar secara aktif mengambil prakarsa dan langkah-
langkah dalam penanggulangan pasien yang ada di daerah mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan orang dengan masalah kejiwaan yang di pasung


dan terlantar, diperlukan upaya yang komprehensif dari segala aspek kesehatan,
ekonomi, dan sosial. Upaya tersebut dikenal dengan program Menuju Indonesia
Bebas Pasung. Upaya ini mengatur tentang peran pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat.

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemerataan


penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat, termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan gangguan jiwa untuk
masyarakat miskin. Pemerintah dan pemerintah daerah bukan hanya menemukan
kasus-kasus pasung untuk kemudian melepaskannya, tetapi juga harus memberikan
edukasi pada masyarakat untuk tidak melakukan pemasungan.

Puskesmas diberdayakan sehingga mampu menjadi ujung tombak pelayanan


kesehatan jiwa serta juga harus menyediakan pengobatan yang diperlukan. Rumah
Sakit Umum harus menyediakan tempat tidur sehingga bisa merawat ODGJ yang
memerlukan perawatan. Rumah Sakit Jiwa selain sebagai pusat rujukan juga harus
mampu menjadi pusat pembinaan kesehatan jiwa bagi layanan kesehatan di
wilayahnya.

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi


dinas kesehatan kota dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terdapat di Puskesmas
juga merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya
sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan
pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan
menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan.
Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan
perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Dalam laporan tahun 2020, jumlah
ODGJ ditemukan sebanyak 6 kasus. Informasi seperti ini perlu dibahas,
dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf
puskesmas.

Berbicara tentang Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3),


merupakan instrumen vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan,
penggunaan pelayanan kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai informasi
kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan
di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan. (Santoso, 2008)
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan.
Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang
dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini
adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan
metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur
terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara
tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut (Tiara, 2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal :

1. Pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;

2. Analisis; dan

3. Pemanfaatan.

Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register


yang berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian
direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator
SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2
rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di
Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten
meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator
SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk
pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai berikut :

1. Bulanan;

2. Tribulan;

3. Tahunan.

Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan
penggunaan obatobat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain
kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik
kesehatan gigi.

Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan,
kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data
ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat
kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang
bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat
waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan
diinformasikan (Santoso, 2008).

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan upaya memenuhi


kebutuhan informasi dalam sistem pelayanan kesehatan yang pro publik, sudah
banyak pihak yang berusaha mengembangkan sistem informasi pelayanan kesehatan
berbasis komputer. Pihak institusi pelayanan kesehatan memiliki kesempatan untuk
memilih dan mengimplementasikan aplikasi komputer dan sistem penunjangnya yang
komprehensif. Sarana pelayanan kesehatan sebagai penghasil data/informasi
senantiasa memperhatikan masukan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

Penggunaan teknologi informasi untuk layanan kesehatan juga diterapkan di


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 disebutkan bahwa Sistem Informasi
Manjemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi
untuk membantu proses manajemen Puskesmas.

Puskesmas sebagai penyedia sarana pelayanan kesehatan dituntut untuk


memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat dan akurat. Oleh karena itu,
merupakan suatu keharusan bahwa puskesmas memanfaatkan kemajuan informasi
teknologi dalam memenuhi tuntutan pelayanan tersebut.
4. SOLUSI

Dari pembahasan diatas, kami rangkum 5 isu yang terjadi dalam Pelayanan
Kesehatan di Masyarakat.

No. Masalah Yang Terjadi Solusi Yang Diharapkan


1. Kurang optimalnya Pelayanan Penggunaan banner triase dan
Kesehatan Sesuai SOP Prioritas pamflet dapat meningkatkan
Pasien (Triase). optimalisasi pelayanan kesehatan
sesuai prioritas pasien (triase)

2. Kurangnya kerjasama yang baik Antara pemegang program terdapat


antar lintas program kerjasama yang saling
berkesinambungan agar terdapat
perubahan perilaku yang sehat pada
masyarakat.

3. Kurang aktifnya tenaga kesehatan Tenaga kesehatan lebih aktif dalam


dalam melakukan kunjungan rumah. melakukan kunjungan rumah, karena
itu adalah salah satu tindakan promotif
yang menjadi tujuan Puskesmas
dalam melayani masyarakat.

4. Kurang optimalnya penanganan Petugas kesehatan lebih optimal


masalah kesehatanjiwa sehingga dalam menangani ODGJ agar
masih ada ODGJ (Orang Dengan Indonesia bebas pasung, karena
Gangguan Jiwa) yang di pasung pemasungan merupakan bentuk
pelanggaran Hak Asasi Manusia

5. Kurangnya media informasi pada Sistem informasi kesehatan harus


Puskesmas lebih aktif dalam pengumpulan dan
pengolahan data. Karena dari data
tersebut suatu program dapat berjalan
efektif.
TUGAS 1

IDENTIFIKASI ISU DI UNIT KERJA


RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO
EBU KABUPATEN BANGKALAN

Oleh :
Nur Dewi Masyithoh, S.Kep., Ns

KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
1. IDENTIFIKASI ISU

NO IDENTIFIKASI ISU KONDISI SAAT INI KONDISI YANG


DIHARAPKAN

1 Kurangnya Tidak ada tenaga Tenaga kesehatan


Komunikasi, kesehatan memberikan
informasi dan memberikan komunikasi,
edukasi kepada komunikasi, informasi informasi dan
pasien dan keluarga dan edukasi terkait Edukasi terkait cara
terkait cara mencuci mencuci tangan mencuci tangan
tangan yang baik kepada pasien dan dengan baik dan
dan benar keluarga. benar kepada
pasien dan
keluarga .
2 Kurangnya Petugas tidak Tenaga kesehatan
kepatuhan perawat menempelkan label menerapkan
dalam menerapkan obat (nama pasien, kepatuhan
7B (Benar Pasien, jenis obat dan dosis) menempelkan label
Benar Obat, Benar pada spuit. obat (nama pasien,
Dosis, Benar Rute, jenis obat dan dosis)
Benar Waktu, Benar pada spuit
Dokumentasi dan
Benar Informasi)
3 Kurangnya Kegiatan timbang Belum optimalnya
kelengkapan terima pasien di kegiatan timbang
perawat dalam ruangan belum optimal terima pasien
mengisi hand over sehingga masih
pasien pada status banyak rencana
pasien. tindakan keperawatan
yang terlewatkan
4 Kurangnya Keterbatasan fasilitas Penandaan pada
Kepatuhan tenaga penandaan pasien pasien yang
kesehatan saat beresiko jatuh. berisiko jatuh
melakukan dengan label
assesment resiko pasien beresiko
jatuh pada pasien jatuh
5 Kecemasan pada Banyak pasien Pasien dan keluarga
pasien yang sudah dan keluarga dapat rileks dengan
melakukan swab merasakan cemas dan mengetahui hasil
PCR (Polymerase takut akan hasil dari swab PCR
Chain Reaction) swab PCR (Polymerase Chain
(Polymerase Chain Reaction) secara
Reaction) sehingga cepat, tepat dan
cenderung kurangnya akurat.
kepercayaan terhadap
tindakan keperawatan

II. ANALISA ISU DENGAN METODE AKPL DAN USG

a. Analisis dengan Metode AKPL

NO ISU A K P L TOTAL

(1-5) (1-5) (1-5) (1-5)


1. Kurangnya Komunikasi, 5 5 5 5 20
informasi dan edukasi
kepada pasien dan
keluarga terkait cara
mencuci tangan yang baik
dan benar
2. Kurangnya kepatuhan 4 5 5 5 19
perawat dalam
menerapkan 7B (Benar
Pasien, Benar Obat, Benar
Dosis, Benar Rute, Benar
Waktu, Benar Dokumentasi
dan Benar Informasi)
3. Kurangnya kelengkapan 5 4 4 4 17
perawat dalam mengisi
hand over pasien pada
status pasien.

4. Kurangnya Kepatuhan 5 4 5 4 18
tenaga kesehatan saat
melakukan assesment
resiko jatuh pada pasien

5. Kecemasan pada pasien 4 4 4 4 16


yang sudah melakukan
swab PCR (Polymerase
Chain Reaction)
Keterangan :

1. Aktual (A) artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di


masyarakat.
2. Kekhalayakan (K) artinya menyangkut orang banyak.
3. Problematika (P) artinya memiliki dimensi masalah kompleks sehingga
perlu dicarikan solusinya.
4. Kelayakan (L) artinya masuk akal, realistis dan relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.
Pembobotan :

1. Angka 5 sangat kuat pengaruhnya


2. Angka 4 kuat pengaruhnya
3. Angka 3 sedang pengaruhnya
4. Angka 2 kurang pengaruhnya
5. Angka 1 sangat kurang pengaruhnya

b. Analisis dengan Metode USG

NO ISU U S G TOTAL

(1-5) (1-5) (1-5)


1. Kurangnya Komunikasi, 5 5 5 15
informasi dan edukasi kepada
pasien dan keluarga terkait cara
mencuci tangan yang baik dan
benar
2. Kurangnya kepatuhan perawat 4 5 5 14
dalam menerapkan 7B (Benar
Pasien, Benar Obat, Benar Dosis,
Benar Rute, Benar Waktu, Benar
Dokumentasi dan Benar
Informasi)
3. Kurangnya Kepatuhan tenaga 4 4 4 12
kesehatan saat melakukan
assesment resiko jatuh pada
pasien
Keterangan :

1. Urgency (U) artinya seberapa mendesak isu harus dibahas, dianalisis


dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness (S) artinya seberapa serius isu harus dibahas dikaitkan
dengan akibat yang ditimbulkan
3. Growth (G) artinya seberapa besar kemungkinan memburuknya isu jika
tidak ditangani sebagaimana mestinya.

Pembobotan :

Bobo Keterangan
t
5 Sangat besar
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Sangat kecil

Berdasarkan analisis isu yang diuji dengan menggunakan pendekatan teknik


AKPL dan USG, maka dapat diperoleh isu prioritas yang harus ditangani terlebih
dahulu, yaitu “Kurangnya Komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien dan
keluarga terkait cara mencuci tangan yang baik dan benar. Pemilihan isu tersebut
dilakukan dengan analisis dampak jika hal tersebut tidak ditangani maka akan
berdampak pasien dan keluarga tidak mampu menerapkan cara cuci tangan yang
baik dan benar sehingga resiko penularan infeksi semakin tidak terkendali.

III. ANALISIS DENGAN METODE SWOT


STRENGHT : Kekuatan
1. Irna F (Ruang Isolasi) di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu merupakan
ruang yang khusus dibuka untuk pasien covid 19
2. Petugas terdiri dari 23 tenaga kesehatan (17 perawat 7 bidan)
3. Terdapat 16 orang dengan jenjang pendidikan S1/D4 7, orang dengan
jenjang pendidikan D3
4. Adanya ruang rawat inap pasien yang bertekanan negatif
5. Mempunyai protap dan standar asuhan keperawatan sebagai acuan
pelayanan
WEAKNESS : Kelemahan
1. Ruang rawat infeksius dewasa diisi tenaga kesehatan berlatar belakang
pendidikan kebidanan sebanyak 7 orang.
2. Ruang isolasi yang mana boleh dijaga oleh 1 orang keluarga
3. Belum tersedianya handrub di setiap masing-masing bed pasien
4. Ada beberapa perawat yang tidak menjelaskan cara mencuci tangan
yang baik dan benar kepada pasien dan keluarga

OPPORTUNITY : Peluang
1. Adanya program pelatihan/seminar khusus tentang keperawatan
2. Adanya anggaran dari Rumah Sakit untuk sarana dan prasarana yang
rusak
3. Adanya kesempatan untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang
ada di ruangan isolasi

THREAT : Ancaman
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan kesehatan yang
lebih professional.
2. Makin tingginya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan sarana
dan prasarana lebih baik.
3. Persaingan dengan rumah sakit swasta yang semakin tinggi.

IV. IDENTIFIKASI PENYEBAB UTAMANYA


Dari isu yang didapat “Kurangnya Komunikasi, informasi dan edukasi
kepada pasien dan keluarga terkait cara mencuci tangan yang baik dan
benar” penyebab yang bisa ditarik kesimpulan dari analisa SWOT adalah
belum tersedianya handrub di setiap masing-masing bed pasien dan ada
beberapa perawat yang tidak menjelaskan cara mencuci tangan yang baik
dan benar kepada pasien dan keluarga.
V. ALTERNATIF SOLUSI
Berdasarkan analisis isu yang telah dilakukan, maka masalah mengenai
Kurangnya Komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga
terkait cara mencuci tangan yang baik dan benar, menjadi masalah prioritas
untuk diselesaikan. Masalah menjadi prioritas dikarenakan menyangkut
penyebaran dan pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit,
keselamatan petugas kesehatan, dan juga keselamatan pasien sehingga
perlu mendapatkan perhatian lebih untuk segera diselesaikan. Solusi yang
bisa disarankan adalah:
1. Membuat media komunikasi, informasi dan edukasi berupa brosur, leaflet
dan media lainnya.
2. Melakukan edukasi terhadap pasien dan keluarga tata cara mencuci
tangan yang baik dan benar guna mencegahan penularan infeksi.
3. Menyiapkan handrub disetiap bed pasien.
TUGAS 1
IDENTIFIKASI ISU DI UNIT KERJA
DINAS PETERNAKAN
KABUPATEN BANGKALAN

Oleh :
Nindya Arika Wahono, S.E.

KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
1. Beberapa Isu yang di peroleh antara lain:
1) Kurang optimalnya sumber daya manusia dalam penggunaan teknologi.
2) Belum adanya pengelolaan dokumen digital pada Sub Bagian
Perencanaan.
3) Penyusunan dokumen masih belum tersusun rapi.
4) Belum adanya petunjuk teknis mengenai perubahan kegiatan dan
perubahan anggaran.
5) Dokumen terkait perencanaan sampai pada evaluasi, belum dapat
diakses oleh bidang lain.

2. Proses APKL dan USG


1) Proses APKL
Analisis APKL merupakan alat bantu untuk menganalisisketepatan dan
kualitas isu dengan memperhatikan tingkatactual, problematik, kekhalayakan dan
layak dari isu-isu yangditemukan di lingkungan unit kerja. Setelah diperoleh
analisisAPKL, maka dipilih isu yang menjadi prioritas utama yangselanjutnya akan
diidentifikasi.
Parameter APKL :
a. Aktual (A) : Isu yang sering terjadi atau dalam proses kejadian
sedang hangat dibicarakan di kalangan masyarakat.
b. Problematik (P) : Isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan segera solusinya.
c. Kekhalayakan (K) : isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak
d. Layak (L) : Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan
untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Tabel Analisi APKL

No Identifikasi Isu A P K L Keterangan

Kurang optimalnya sumber daya


Tidak Memenuhi
1 manusia dalam penggunaan + + - +
Syarat
teknologi.
Belum adanya pengelolaan
2 dokumen digital pada Sub Bagian + + + + Memenuhi Syarat
Perencanaan.
Penyusunan dokumen masih Tidak Memenuhi
3 + + - +
belum tersusun rapi Syarat
Belum adanya petunjuk teknis
4 mengenai perubahan kegiatan dan + + + + Memenuhi Syarat
perubahan anggaran
Dokumen terkait perencanaan
5 sampai pada evaluasi, belum dapat + + + + Memenuhi Syarat
diakses oleh bidang lain.

2) Proses USG
Berdasarkan metode APKL dari tabel diatas, diperoleh 3 isu utama yang
terpilih yaitu Belum adanya pengelolaan dokumen digital pada Sub Bagian
Perencanaan, Belum adanya petunjuk teknis mengenai pengajuan perubahan
kegiatan dan perubahan anggaran,dan Dokumen terkait perencanaan sampai pada
evaluasi, belum dapat diakses oleh bidang lain. Ketiga isu tersebut kemudian
dianalisis lagi dengan menggunakan metode USG dengan rentang penilaian 1-5
dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat kecil, nilai 2 berarti kecil, nilai 3 berarti sedang,
nilai 4 berarti besar dan nilai 5 berarti sangat besar. Urgency (U) yaitu seberapa
mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindak lanjuti. Seriousness (S)
yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas yang dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan. Growth (G) didefinisikan sebagai seberapa besar memburuknya isu
tersebut jika tidak ditangani dengan segera. Hasil analisis USG terkait isu tersebut
dapa dilihat pada tabel berikut:
Tabel Analisis USG

No Identifikasi Isu U S G Jumlah Peringkat

Belum adanya pengelolaan


1 dokumen digital pada Sub Bagian 4 4 5 13 1
Perencanaan.

Belum adanya petunjuk teknis


2 mengenai pengajuan perubahan 3 4 4 11 2
kegiatan dan perubahan anggaran

Dokumen terkait perencanaan


3 sampai pada evaluasi, belum dapat 3 3 3 9 3
diakses oleh bidang lain.

Berdasarkan analisis USG pada tabel diatas, maka isu yang terpilih adalah
Belum adanya pengelolaan dokumen digital pada Sub Bagian Perencanaan.

3. Analisa Faktor Penyebab Utama Menggunakan Analisis SWOT

Analisis SWOT dapat dilakukan setelah ditentukan terlebih dahulu faktor-faktor


yang mempengaruhi secara internal (strength dan weakness) dan eksternal
(opportunity dan threat) yang digunakan dalam analisis SWOT yaitu:

1. Strength (kekuatan)
a. Semua orang membutuhkan informasi untuk berbagai alasan.
b. Setiap Perangkat Daerah memerlukan rekaman informasi sebagai
pedoman perencanaan kegiatan Tahun berikutnya.

2. Weakness (kelemahan)
a. Belum tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) pada perangkat
daerah yang memiliki keahlian dibidang arsip, baik yang mendapatkan
pendidikan formal maupun nonformal.
b. Belum ada penganggaran khusus untuk kegiatan pengelolaan
dokumen, baik dari segi pengembangan SDM, penelitian, maupun
sarana dan prasarana.
3. Opportunity (peluang)
Adanya Kemajuan Teknologi yang memungkinkan pengelolaan arsip dengan
lebih efisien dengan adanya berbagai media pengelolaan arsip secara digital.

4. Threat (ancaman)
a. Belum adanya kesadaran akan pentingnya pengelolaan dokumen yang baik
sehingga implementasi pengelolaan dokumen sulit diterapkan
b. Ketertinggalan dalam penerapan teknologi tentang pengelolaan dokumen
digital.

4. Identifikasi Penyebab Utama


Manusia adalah mahluk informasi, dia membutuhkan informasi sekaligus
menciptakan informasi.Informasi yang diciptakan manusia dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) yaitu, informasi yang terekam dan tidak terekam.adapun medianya
bisa manual/tekstual, grafis, elektronik, dan audio visual. Dokumen memiliki nilai
administratif dan informative, memiliki nilai hokum, memiliki nilai penelitian.memiliki
nilai pendidikan & pengetahuan, memiliki nilai sejarah. Dokumen berguna sebagai
penanda suatu momen penting bagi orang yang terkait di dalamnya, meski terkadang
isi informasi yang ada di dalamnya tidak dipahami yang bersangkutan.
Dalam suatu sistem penyimpanan dokumen, beberapa masalah yang
biasanya muncul antara lain: kehilangan dokumen, kesulitan menemukan kembali
dokumen yang telah disimpan, kebutuhan akan ruangan untuk penyimpanan
dokumen, kesalahan tempat saat pengembalian dokumen dan penurunan kualitas
dokumen akibat sering dipergunakan. Hal ini menimbulkan produktivitas kerja menjadi
berkurang dan dan biaya operasional menjadi bertambah.

5. Solusi
Seiring berkembangnya teknologi, juga berpengaruh terhadap
perkembangan Penyimpanan dokumen. Dari penyimpanan dokumen sederhana yang
dikenal dengan penyimpanan konvensional hingga penyimpanan modern atau yang
dikenal dokumen digital. Ada beberapa alasan yang dilakukan mengapa dilakukannya
penyimpanan digital antara lain: biaya relatif lebih murah, adanya kemudahan dalam
faktor penyimpanan (Internal HDD/External HDD), mudah untuk di backup/copy,
mudah untuk di pindahkan (internet/intranet), mudah untuk dicari kembali (search
engine), adanya level security/keamanan (password), tidak membutuhkan ruangan yg
besar, tidak adanya kekhawatiran terhadap jamur dan rayap.
Selain menggunakan harddisk dan flashdisk, penyimpanan online juga
sangat membantu dalam keperluan berkas tanpa perlu copy paste salah satunya
dengan menggunakan Google Drive. Harapan kedepannya bukan hanya Subbagian
Perencanaan yang memiliki penyimpanan online, namun juga subbagian lain
sehingga terintegrasi dalam satu folder penyimpanan perangkat daerah.
TUGAS 1
IDENTIFIKASI ISU DI UNIT KERJA
DINAS KETAHANAN PANGAN
KABUPATEN BANGKALAN

Oleh :
REZA FEBRYAN ASYARI, S.E.

KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
ISU YANG TERIDENTIFIKASI
1. Pembagian job deskripsi pegawai di bagian Kesekretariatan Subbag
Perencanaan dan Keuangan masih belum jelas.
2. Kurangnya kesadaran pegawai terhadap kedisiplinan jam kerja.
3. Belum ada Petunjuk Teknis online sehingga sulit untuk diakses bidang lain.
4. Belum adanya cadangan (Back Up) data dan laporan kegiatan Subbag
Perencanaan dan Keuangan secara online sehingga sulit untuk mengakses
informasi yang dibutuhkan.
5. Penyusunan softfile masih belum tersusun rapi, seharusnya berkas yang ada
dalam bentuk softfile disusun lebih rapi sesuai tipe berkas maupun waktu.

PROSES AKPL DAN USG

Analisis Kriteria Isu Dengan Alat Analisis AKPL

Landasan Kategori :

1. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat


dibicarakan dalam masyarakat.
2. Kekhalayakan artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
3. Problematik artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komperehensif.
4. Kelayakan artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
A K P L
NO ISU JUMLAH PERINGKAT
(1-5) (1-5) (1-5) (1-5)
Pembagian job deskripsi pegawai di
bagian Kesekretariatan Subbag
1 2 2 3 2 9 4
Perencanaan dan Keuangan masih
belum jelas.
Kurangnya kesadaran pegawai
2 2 2 3 1 8 5
terhadap kedisiplinan jam kerja.
Belum ada Petunjuk Teknis online
3 sehingga sulit untuk diakses bidang 3 2 3 3 11 3
lain.
Belum adanya cadangan (Back Up)
data dan laporan kegiatan Subbag
4 4 2 4 4 14 1
Perencanaan dan Keuangan secara
online.
Penyusunan softfile masih belum
5 3 2 3 4 12 2
tersusun rapi.

Kesimpulan : Berdasarkan analisis kriteria isu dengan menggunakan tabel


AKPL, maka tiga isu dengan peringkat teratas selanjutnya akan dianalisis
kualitasnya dengan menggunakan analisis kualitas isu USG yakni urgency,
seriousness, dan growth.

Analisis Kualitas Isu Dengan USG

Landasan Kategori :

1. Urgency : seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan


ditindaklanjuti.
2. Seriousness : Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan.
3. Growth : Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika
tidak ditangani segera.
U S G
NO MASALAH JUMLAH PERINGKAT
(1-5) (1-5) (1-5)
Belum ada Petunjuk Teknis online
1 sehingga sulit untuk diakses 3 3 3 9 2
bidang lain.
Belum adanya cadangan (Back
Up) data dan laporan kegiatan
2 4 3 4 11 1
Subbag Perencanaan dan
Keuangan secara online.
Penyusunan softfile masih belum
3 2 3 3 8 3
tersusun rapi.

Kesimpulan : Berdasarkan analisis kualitas isu dengan menggunakan tabel


USG yakni urgency, seriousness, dan growth, maka isu yang terpilih adalah
Belum adanya cadangan (Back Up) data dan laporan kegiatan Subbag
Perencanaan dan Keuangan secara online.

ANALISA FAKTOR PENYEBAB ISU

SDM
Masih kurang
memahami tentang
penyimpanan data
secara online

Belum adanya cadangan


(Back Up) data dan
laporan kegiatan
Subbag Perencanaan
dan Keuangan secara
online.

ALAT
Jumlah alat scanner
yang terbatas
IDENTIFIKASI PENYEBAB UTAMANYA
Penyebab utama dari belum adanya cadangan (Back Up) data dan laporan
kegiatan Subbag Perencanaan dan Keuangan secara online adalah sumber daya
manusianya masih kurang memahami tentang penyimpanan data secara online.

ALTERNATIF SOLUSI UNTUK MENGHILANGKAN PENYEBAB UTAMANYA


Alternatif solusi untuk menghilangkan penyebab utama dari belum adanya
cadangan (Back Up) data dan laporan kegiatan Subbag Perencanaan dan
Keuangan secara online adalah SDM harus mengikuti dan memanfaatkan
perkembangan teknologi dengan cara berinovasi dan mempelajari tentang
penyimpanan data secara online sehingga alat pendukung seperti scanner dan
akses internet bisa dimanfaatkan lebih optimal.

Anda mungkin juga menyukai