Oleh :
Fathul Alim, S.Kep.,Ns
KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
1. IDENTIFIKASI ISU
2. Belum terkontrolnya 5 5 4 4 18
pemberian terapi cairan
infus
3. Belum optimalnya 3 4 4 3 14
perilaku cuci tangan 6
langkah dan 5 momen
4. Kurang lengkapnya 3 5 4 4 16
pengisian data Tanda-
Tanda Vital Pasien
5. Kurang efektifnya 4 5 3 3 15
penggantungan label
Resiko Jatuh pasien
Keterangan :
3. Kurang efektifnya 4 4 4 12
penggantungan label Resiko
Jatuh pasien
Keterangan :
Bobo Keterangan
t
5 Sangat besar
4 Besar
3 Sedan
g
2 Kecil
1 Sangat kecil
c. Penetapan Isu
Berdasarkan analisis isu yang diuji dengan menggunakan pendekatan teknik
AKPL dan USG, maka dapat diperoleh isu prioritas yang harus ditangani terlebih
dahulu, yaitu belum terkontrolnya pemberian terapi cairan infus. Pemilihan isu
tersebut dilakukan dengan analisis dampak jika hal tersebut tidak ditangani
maka akan berdampak pada hal-hal berikut ini:
1. Terjadinya kelebihan cairan pada pasien.
2. Peningkatan resiko kekurangan cairan pada kasus tertentu yang
membutuhkan asupan cairan lebih.
3. Menurunnya mutu Rumah Sakit dalam dimensi keselamatan pasien dan
efektivitas.
4. Menurunnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di Rumah Sakit.
Metode / Pelaksanaan
Pasien/Keluaga Px
Tetesan Diatur
Pemberian Sendiri Banyak Bergerak
Transfusi
Tidak Diaturnya Kurangnya Edukasi Belum
tetesan Terkontrolnya
Pemberian
Minimnya Terapi Cairan
Catatan/tanda Ketidakefektifan KIE Infus
Kurangnya
komunikasi Lupa
Perawat
e. Identifikasi Penyebab Utama Isu
Dari metode fishbone diatas, dapat diketahui 3 faktor penyebab belum
terkontrolnya pemberian terapi cairan infus yaitu, faktor perawat, faktor
pasien/keluarga, dan faktor metode/pelaksanaan. Faktor yang paling
mendominasi penyebab utama isu adalah faktor perawat. Hal ini terjadi karena
minimnya catatan/tanda serta kurangnya komunikasi sehingga pemberian
terapi cairan infus menjadi tidak terkontrol. Minimnya catatan/tanda berdampak
pada tetesan infus tidak terkontrol sehingga pasien dan keluarga pasien
mngontrol sendiri tetesan infus tanpa sepengetahuan perawat.
f. Alternatif Solusi
Berdasarkan analisis Isu yang telah dilakukan, maka masalah mengenai belum
terkontrolnya pemberian terapi cairan infus, menjadi masalah prioritas untuk
diselesaikan. Hal ini disebabkan karena minimnya catatan/penanda pada
pemberian cairan infus. Solusi yang dapat disarankan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah membuat etiket/catatan pada ciran infus, sehingga diharapkan
dengan adanya catatan tersebut tetesan infus menjadi terkontrol dan waktu
penggantian cairan infus dapat sesuai.
TUGAS 1
IDENTIFIKASI ISU DI UNIT KERJA
UPTD PUSKESMAS GALIS
KABUPATEN BANGKALAN
Oleh :
dr. TITIN DAMAYANTI
KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
1. ISU – ISU YANG DITEMUKAN PADA UPTD PUSKESMAS GALIS
Dari beberapa isu tersebut lalu dilakukan validasi isu melalui metode AKPL
(Aktual, Khalayak, Problematik, Kelayakan) untuk mengetahui isu yang paling
dominan dengan keterangan sebagai berikut :
c. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan segera solusinya.
d. Kelayakan artinya isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Hasil validasi isu dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
NO ISU A K P L NOMOR
URUT
VALIDASI
1. Kurang optimalnya Pelayanan Kesehatan √ √ √ √ 1
Sesuai SOP Prioritas Pasien (Triase).
2. Kurangnya kerjasama yang baik antar lintas √ √ √ √ 2
program
3. Kurang aktifnya tenaga kesehatan dalam √ √ √ √ 3
melakukan kunjungan rumah
4. Kurang optimalnya penanganan masalah √ - - √ 4
kesehatanjiwa sehingga masih ada ODGJ
(Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang di
pasung
5. Kurangnya media informasi pada √ - √ - 5
Puskesmas
Setelah dilakukan teknik validasi isu dengan metode AKPL kemudian dilakukan
analisis isu dengan teknik USG (Urgensi, Serious, Growth). Urgensi artinya seberapa
mendesak isu tersebut harus dibahas. Serious artinya seberapa isu tersebut perlu
dibahas dikaitkan dengan akibat yang mungkin ditimbulkan. Growth artinya seberapa
kemungkinan isu tersebut berkembang jika dibiarkan. Hasil validasi isu teknik USG
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel Validasi Isu Teknik USG
NO ISU U S G TOTAL
1. Kurang optimalnya Pelayanan Kesehatan 5 5 4 14
Sesuai SOP Prioritas Pasien (Triase).
2. Kurangnya kerjasama yang baik antar lintas 3 4 3 10
program
3. Kurang aktifnya tenaga kesehatan dalam 3 3 2 8
melakukan kunjungan rumah
1 : Tidak penting
2 : Kurang penting
3 : Cukup Penting
4 : Penting
5 : Sangat Penting
Seriousness
Growth
1 : Tidak berkembang
2 : Kurang berkembang
3 : Cukup berkembang
4 : Berkembang
5 : Sangat berkembang
3. ANALISA FAKTOR PENYEBAB ISU DAN IDENTIFIKASI PENYEBAB
UTAMANYA
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja
sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa
program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program
adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja
sama lintas sector. Suatu program dikatakan berhasil bila dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakatnya, maka dari itu kerjasama di lintas program diperlukan agar
usaha promotif dan prefentif dapat tercapai.
2. Analisis; dan
3. Pemanfaatan.
1. Bulanan;
2. Tribulan;
3. Tahunan.
Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan
penggunaan obatobat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain
kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik
kesehatan gigi.
Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan,
kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data
ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat
kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang
bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat
waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan
diinformasikan (Santoso, 2008).
Dari pembahasan diatas, kami rangkum 5 isu yang terjadi dalam Pelayanan
Kesehatan di Masyarakat.
Oleh :
Nur Dewi Masyithoh, S.Kep., Ns
KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
1. IDENTIFIKASI ISU
NO ISU A K P L TOTAL
4. Kurangnya Kepatuhan 5 4 5 4 18
tenaga kesehatan saat
melakukan assesment
resiko jatuh pada pasien
NO ISU U S G TOTAL
Pembobotan :
Bobo Keterangan
t
5 Sangat besar
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Sangat kecil
OPPORTUNITY : Peluang
1. Adanya program pelatihan/seminar khusus tentang keperawatan
2. Adanya anggaran dari Rumah Sakit untuk sarana dan prasarana yang
rusak
3. Adanya kesempatan untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang
ada di ruangan isolasi
THREAT : Ancaman
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan kesehatan yang
lebih professional.
2. Makin tingginya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan sarana
dan prasarana lebih baik.
3. Persaingan dengan rumah sakit swasta yang semakin tinggi.
Oleh :
Nindya Arika Wahono, S.E.
KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
1. Beberapa Isu yang di peroleh antara lain:
1) Kurang optimalnya sumber daya manusia dalam penggunaan teknologi.
2) Belum adanya pengelolaan dokumen digital pada Sub Bagian
Perencanaan.
3) Penyusunan dokumen masih belum tersusun rapi.
4) Belum adanya petunjuk teknis mengenai perubahan kegiatan dan
perubahan anggaran.
5) Dokumen terkait perencanaan sampai pada evaluasi, belum dapat
diakses oleh bidang lain.
2) Proses USG
Berdasarkan metode APKL dari tabel diatas, diperoleh 3 isu utama yang
terpilih yaitu Belum adanya pengelolaan dokumen digital pada Sub Bagian
Perencanaan, Belum adanya petunjuk teknis mengenai pengajuan perubahan
kegiatan dan perubahan anggaran,dan Dokumen terkait perencanaan sampai pada
evaluasi, belum dapat diakses oleh bidang lain. Ketiga isu tersebut kemudian
dianalisis lagi dengan menggunakan metode USG dengan rentang penilaian 1-5
dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat kecil, nilai 2 berarti kecil, nilai 3 berarti sedang,
nilai 4 berarti besar dan nilai 5 berarti sangat besar. Urgency (U) yaitu seberapa
mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindak lanjuti. Seriousness (S)
yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas yang dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan. Growth (G) didefinisikan sebagai seberapa besar memburuknya isu
tersebut jika tidak ditangani dengan segera. Hasil analisis USG terkait isu tersebut
dapa dilihat pada tabel berikut:
Tabel Analisis USG
Berdasarkan analisis USG pada tabel diatas, maka isu yang terpilih adalah
Belum adanya pengelolaan dokumen digital pada Sub Bagian Perencanaan.
1. Strength (kekuatan)
a. Semua orang membutuhkan informasi untuk berbagai alasan.
b. Setiap Perangkat Daerah memerlukan rekaman informasi sebagai
pedoman perencanaan kegiatan Tahun berikutnya.
2. Weakness (kelemahan)
a. Belum tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) pada perangkat
daerah yang memiliki keahlian dibidang arsip, baik yang mendapatkan
pendidikan formal maupun nonformal.
b. Belum ada penganggaran khusus untuk kegiatan pengelolaan
dokumen, baik dari segi pengembangan SDM, penelitian, maupun
sarana dan prasarana.
3. Opportunity (peluang)
Adanya Kemajuan Teknologi yang memungkinkan pengelolaan arsip dengan
lebih efisien dengan adanya berbagai media pengelolaan arsip secara digital.
4. Threat (ancaman)
a. Belum adanya kesadaran akan pentingnya pengelolaan dokumen yang baik
sehingga implementasi pengelolaan dokumen sulit diterapkan
b. Ketertinggalan dalam penerapan teknologi tentang pengelolaan dokumen
digital.
5. Solusi
Seiring berkembangnya teknologi, juga berpengaruh terhadap
perkembangan Penyimpanan dokumen. Dari penyimpanan dokumen sederhana yang
dikenal dengan penyimpanan konvensional hingga penyimpanan modern atau yang
dikenal dokumen digital. Ada beberapa alasan yang dilakukan mengapa dilakukannya
penyimpanan digital antara lain: biaya relatif lebih murah, adanya kemudahan dalam
faktor penyimpanan (Internal HDD/External HDD), mudah untuk di backup/copy,
mudah untuk di pindahkan (internet/intranet), mudah untuk dicari kembali (search
engine), adanya level security/keamanan (password), tidak membutuhkan ruangan yg
besar, tidak adanya kekhawatiran terhadap jamur dan rayap.
Selain menggunakan harddisk dan flashdisk, penyimpanan online juga
sangat membantu dalam keperluan berkas tanpa perlu copy paste salah satunya
dengan menggunakan Google Drive. Harapan kedepannya bukan hanya Subbagian
Perencanaan yang memiliki penyimpanan online, namun juga subbagian lain
sehingga terintegrasi dalam satu folder penyimpanan perangkat daerah.
TUGAS 1
IDENTIFIKASI ISU DI UNIT KERJA
DINAS KETAHANAN PANGAN
KABUPATEN BANGKALAN
Oleh :
REZA FEBRYAN ASYARI, S.E.
KELOMPOK 3
LATSAR ANGKATAN XXV
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
ISU YANG TERIDENTIFIKASI
1. Pembagian job deskripsi pegawai di bagian Kesekretariatan Subbag
Perencanaan dan Keuangan masih belum jelas.
2. Kurangnya kesadaran pegawai terhadap kedisiplinan jam kerja.
3. Belum ada Petunjuk Teknis online sehingga sulit untuk diakses bidang lain.
4. Belum adanya cadangan (Back Up) data dan laporan kegiatan Subbag
Perencanaan dan Keuangan secara online sehingga sulit untuk mengakses
informasi yang dibutuhkan.
5. Penyusunan softfile masih belum tersusun rapi, seharusnya berkas yang ada
dalam bentuk softfile disusun lebih rapi sesuai tipe berkas maupun waktu.
Landasan Kategori :
Landasan Kategori :
SDM
Masih kurang
memahami tentang
penyimpanan data
secara online
ALAT
Jumlah alat scanner
yang terbatas
IDENTIFIKASI PENYEBAB UTAMANYA
Penyebab utama dari belum adanya cadangan (Back Up) data dan laporan
kegiatan Subbag Perencanaan dan Keuangan secara online adalah sumber daya
manusianya masih kurang memahami tentang penyimpanan data secara online.