Anda di halaman 1dari 9

TUGAS DISTANCE LEARNING LATSAR

WAWASAN KEBANGSAAN

Disusun Oleh :
Kelompok 3.2 Angkatan XXV

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN XXV


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA APARATUR
KABUPATEN BANGKALAN
TAHUN 2021

i
A. PERAN DAN FUNGSI BAGI ASN MASING-MASING KONSESUS DASAR
BERBANGSA DAN BERNEGARA

PANCASILA

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, ASN harus menjunjung tinggi etika
yang luhur, menjadi contoh bagi masyarakat dalam pengamalan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari seperti tidak diskriminatif ketika memberikan pelayanan
terhadap masyarakat, tidak membeda-bedakan teman kerja sehingga tercipta
lingkungan kerja yang nyaman.

UUD 1945

ASN dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pelayan publik dan
pelaksana kebijakan publik harus berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
hukum yang berlaku. Selain itu ASN juga harus bekerja secara profesional, bebas dari
intervensi politik dan tidak melakukan tindak korupsi, kolusi dan nepotisme.

NKRI

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perekat persatuan dan


kesatuan bangsa ASN harus mampu menjadi wakil pemerintah dalam membangun
hubungan baik dengan masyarakat sehingga menciptakan kerekatan yang kuat antara
ASN dan para pemangku kepentingan serta diantara para pemangku kepentingan itu
sendiri. ASN sebagai agen perekat persatuan dan kesatuan bangsa dirasa akan
membawa pengaruh yang signifikan dalam upaya memperkuat persatuan dan kesatuan
NKRI.

Bhineka Tunggal Ika

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, ASN harus menjunjung tinggi nilai-
nilai persatuan. Bangsa indonesia memiliki keberagaman suku, agama dan ras
sehingga sebagai ASN kita tidak boleh mengutamakan suku, agama dan ras tertentu
dan mengabaikan suku, agama dan ras yang lainnya. ASN harus memiliki sifat toleran,

2
menghormati pendapat orang lain karena hal tersebut sangat dibutuhkan dalam
kehidupan yang beragam.

EMPAT KONSENSUS DASAR BERBANGSA DAN BERNEGARA

1. PANCASILA
MASALAH : Kurang optimalnya penanganan masalah kesehatan jiwa sehingga
masih ada Orang Dalam gangguan Jiwa (ODGJ) yang di pasung

Terdapat banyak masalah yang seharusnya dapat diatasi oleh Puskesmas


sebagai ujung tanduk pelayanan kesehatan di masyarakat, salah satunya dengan
meningkatkan penangan masalah kesehatan jiwa, karena masih ada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) yang masih di pasung.

Padahal sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa


menyatakan bahwa pasien dengan gangguan jiwa yang terlantar harus mendapatkan
perawatan dan pengobatan pada suatu tempat perawatan. Surat Menteri Dalam Negeri
Nomor PEM.29/6/15, tertanggal 11 Nopember 1977 yang ditujukan kepada Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia meminta kepada masyarakat untuk tidak
melakukan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk menyerahkan perawatan penderita di Rumah Sakit Jiwa.
Surat tersebut juga berisi instruksi untuk para Camat dan Kepala Desa agar secara aktif
mengambil prakarsa dan langkah-langkah dalam penanggulangan pasien yang ada di
daerah mereka.

Dari pasal di atas dapat kita ketahui bahwa orang gila yang memiliki gangguan
mental/ kejiwaan pun dilindungi oleh undang-undang untuk memperoleh perawatan dan
kehidupan layak sesuai dengan martabat kemanusiannya. Tidak sepantasnya
keluarganya memasungnya. Dalam permasalahan ini bisa melanggar Pancasila sila
kedua yaitu Kemanusaan yang adil dan beradab.

Untuk memenuhi kebutuhan orang dengan masalah kejiwaan yang di pasung


dan terlantar, diperlukan upaya yang komprehensif dari segala aspek kesehatan,
ekonomi, dan sosial. Upaya tersebut dikenal dengan program Menuju Indonesia Bebas

3
Pasung. Upaya ini mengatur tentang peran pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat.

Pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemerataan penyediaan fasilitas


pelayanan kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat, termasuk
pembiayaan pengobatan dan perawatan gangguan jiwa untuk masyarakat miskin.
Pemerintah dan pemerintah daerah bukan hanya menemukan kasus-kasus pasung
untuk kemudian melepaskannya, tetapi juga harus memberikan edukasi pada
masyarakat untuk tidak melakukan pemasungan.

Puskesmas diberdayakan sehingga mampu menjadi ujung tombak pelayanan


kesehatan jiwa serta juga harus menyediakan pengobatan yang diperlukan. Rumah
Sakit Umum harus menyediakan tempat tidur sehingga bisa merawat ODGJ yang
memerlukan perawatan. Rumah Sakit Jiwa selain sebagai pusat rujukan juga harus
mampu menjadi pusat pembinaan kesehatan jiwa bagi layanan kesehatan di
wilayahnya.

2. UUD’45
MASALAH : Rendahnya pengetahuan masyarakat yang menganggap
pembedaan terhadap pelayanan pasien BPJS dan pasien umum

Banyak Masalah yang berkembang di masyarakat mengenai perbedaan


terhadap pelayanan kepada pasien BPJS dan pasien umum. Masyarakat beranggapan
bahwa petugas kesehatan lebih mengutamakan pasien umum dibandingkan pasien
BPJS dalam hal memberikan pelayanan kesehatan saat pasien dirawat di unit pelayan
kesehatan.

Pada dasarnya prinsip pelayanan kesehatan mencakup keadilan, responsivitas


dan efisiensi pelayanan. Untuk mencapai harapan tersebut diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan kepada
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat baik
masyarakat kurang mampu maupun masyarakat mampu dengan didukung munculnya
era jaminan kesehatan dari tahun ketahun. Hal yang dilakukan adalah dengan
munculnya kebijakan pemerintah mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi

4
perseorangan. Pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2011. Pemerintah menetapkan,
Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang salah satunya adalah
BPJS Kesehatan.
Pada Undang-Undang No.36 Tahun 2014 pasal 2 mengenai tenaga kesehatan
dimana tenaga kesehatan harus berperilaku perikemanusiaan yang berdasarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak dengan tidak membedakan suku, bangsa,
agama, status sosial, dan ras serta tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan
dan laki-laki. Selainnya di UU kesehatan, dijelaskan juga dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 tahun 2014 tentang Kewajiban Rumah Sakit
Dan Kewajiban Pasien dalam pasal 17 ayat 6 yang isinya pelayanan kesehatan yang
antidiskriminasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dengan tidak
membedakan pelayanan kepada pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan, baik
menurut ras, agama, suku, gender, kemampuan ekonomi, orang dengan kebutuhan
khusus (difable), latar belakang sosial politik dan antar golongan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tenaga kesehatan sudah berpegang teguh
pada Undang-undang dan peraturan yang ada untuk tidak
membandingkan/membedakan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien BPJS maupun umum. Untuk meminimalkan pendapat masyarakat mengenai
perbedaan pemberian pelayanan ini, tenaga kesehatan harus lebih aktif untuk
memberikan komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan jelas kepada
masyarakat bahwasanya petugas kesehatan tidak pernah membandingkan perbedaan
status jaminan pelayan kesehatan pada pasien.MASALAH : Rendahnya pengetahuan
masyarakat yang menganggap pembedaan terhadap pelayanan pasien BPJS dan
pasien umum

3. NKRI
MASALAH : Kurangnya kesadaran pegawai terhadap kedisiplinan jam kerja
Peran dan kedudukan ASN dalam NKRI bisa dilihat dari kemampuan mereka
memahami manajemen ASN, Pelayanan Publik dan inovasi yang berkaitan dengan
whole of government (WOG). Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas

5
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebagai
Aparatur pemerintahan, ASN mempunyai salah satu peran yang penting dalam tugas
dan fungsinya sebagai Aparatur Sipil Negara dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan pelayanan publik
kepada masyarakat. Aparatur Sipil Negara melakukan perannya sebagai aparatur
pemerintah dengan memberi pelayanan publik.
Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional
sangat tergantung pada mekanisme kerja aparatur Negara, khususnya Pegawai Negeri
Sipil. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS bukan saja unsur aparatur
Negara, tetapi juga abdi masyarakat yang hidup di tengah- tengah masyarakat dan
bekerja untuk kepentingan masyarakat. Kedudukan dan peranan dari Pegawai Negeri
dalam setiap organisasi pemerintah sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negeri Sipil
merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melakukan pembangunan nasional.
Sebagai aparatur Negara, Pegawai Negeri Sipil juga sebagai abdi Negara serta abdi
masyarakat yang harus mengabdi kepada tugasnya, dan memberikan pelayanan
sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Untuk menciptakan Pegawai Negeri Sipil yang baik, maka di undangkan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok – Pokok Kepegawaian yang
telah diubah menjadi Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
serta Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Karena PNS
memegang peranan yang sangat besar dalam kelancaran pemerintahan serta
pembangunan maka dalam hal ini kedudukan pegawai negeri menjadi sangat penting,
sebab lancar atau tidak lancarnya pemerintah dan pembangunan negara tidak terlepas
dari peranan dan keikutsertaan pegawai negeri.
Dalam rangka memberikan Pelayanan yang profesional, jujur, adil dan merata
maka dibutuhkan juga Sumber Daya Manusia Aparatur Pemerintah yang berkualitas
dan mempunyai kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai aparatur negara,
abdi negara, serta abdi masyarakat. Sedangkan Sumber Daya Manusia dapat
dikatakan berkualitas ketika mereka memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya.

6
4. BHINEKA TUNGGAL IKA
MASALAH : Suku Madura sebagian besar masyarakat nya menolak di Vaksin
Covid – 19

Di Era pandemi yang sudah berjalan satu tahun lebih ini, banyak sekali
yang kehilangan pekerjaan. Banyak dampak yang ditimbulkan oleh Pandemi
Covid-19 ini, tidak hanya Ekonomi tapi juga di berbagai sektor seperti
Pendidikan, Kegiatan Wisata, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi dan
mengurangi jatuhnya korban jiwa yang lebih banyak lagi, maka pemerintah
berinisiatif untuk melakukan vaksinasi nasional secara gratis.
Vaksinasi adalah kegiatan memasukkan virus yang sudah dilemahkan
kedalam tubuh manusia dengan tujuan merangsang antibody tubuh. Kegiatan
vaksinasi ada berbagai macam cara, namun yang paling sering digunaan adalah
dengan disuntik.
Hasil survei nasional yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and
Consulting (SMRC) Persentase terbesar etnik warga yang tidak mau divaksin
adalah Madura (58 persen) dan Minang (43 persen). Sedangkan yang paling
tinggi persentase bersedia divaksin adalah Batak (57 persen) dan Jawa (56
persen).
Kegiatan Vaksin Covid-19 sendiri banyak menuai pro kontra dikalangan
masyarakat, khususnya di masyarakat madura yang nilai agamis dan budayanya
sangat tinggi. Banyak warga madura yang menolak di Vaksin karena kurangnya
kepercayaan terhadap efektivitas vaksin tersebut dan keraguan terhadap
kehalalan vaksin yang didatangkan dari China tersebut. Selain itu, banyak warga
yang memperoleh info yang salah melalui jejaring social (Hoax) terkait vaksin
covid 19 ini.
Menurut psikolog Gracia Ivonika, M. Psi., Psikolog, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi warga menolak divaksin, diantaranya : Lingkungan, pola
pikir, dan nilai yang dianut.

7
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlunya sosialisasi dan pendekatan
yang dilakukan pemerintah khususnya Dinas Kesehatan kabupaten Bangkalan
terhadap masyarakat bahwa Vaksin covid 19 ini aman. Selain itu dengan cara
memvaksin petugas kesehatan pertama kali, serta tokoh-tokoh penting adalah
langkah pembuktian terhadap masyarakat agar nantinya masyarakat mau di
vaksin. Perlu kerjasama berbagai sektor terutama dengan ulama-ulama yang
ada di Madura Khususnya Bangkalan, agar memberikan fatwa serta sosialisasi
keagamaan bahwa vaksin yang ini adalah halal.

Berdasarkan masalah diatas dapat kami simpulkan

N 4 PILAR MASALAH SOLUSI


O KEBANGSAAN
1 PANCASILA Kurang optimalnya penanganan Petugas kesehatan lebih
masalah kesehatan jiwa sehingga optimal dan dalam menangani
masih ada Orang Dalam ODGJ agar Indonesia bebas
gangguan Jiwa (ODGJ) yang di pasung karena pemasungan
pasung merupakan bentuk pelanggaran
Hak Asasi Manusia
2 UUD’45 Rendahnya pengetahuan Tenaga kesehatan sosialisasi
masyarakat yang menganggap
kepada masyarakat tentang
pembedaan terhadap pelayanan
pasien BPJS dan pasien umum Pelayanan BPJS dan Umum
dan petugas kesehatan
diharapkan untuk bekerja
professional sesuai SOP agar
tidak membeda-bedakan dalam
melayani pasien
3 NKRI Kurangnya kesadaran pegawai Reward and Punishment
terhadap kedisiplinan jam kerja
4 BHINEKA Suku Madura sebagian besar Tenaga kesehatan sosialisasi
TUNGGAL IKA masyarakat nya menolak di ke masyarakat tentang covid-19
Vaksin Covid – 19 bagaimana penting nya Vaksin
covid-19 dan Memberi

8
kesadaran untuk tidak percaya
terhadap berita-berita hoax yg
beredar di masyarakat

Anda mungkin juga menyukai