Anda di halaman 1dari 20

MODUL 2

PEMBANGKITKAN SINYAL

I. TUJUAN
- Mahasiswa dapat membangkitkan beberapa jenis sinyal dasar yang banyak digunakan
dalam analisa Sinyal dan Sistem.

II. DASAR TEORI


2.1 Sinyal
Sinyal merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai keadaan tingkah laku
dari sebuah sistem secara fisik. Meskipun sinyal dapat diwujudkan dalam beberapa cara, dalam
berbagai kasus, informasi terdiri dari sebuah pola dari beberapa bentuk yang bervariasi. Sebagi
contoh sinyal mungkin berbentuk sebuah pola dari banyak variasi waktu atau sebagian saja.
Secara matematis, sinyal merupakan fungsi dari satu atau lebih variable yang berdiri sendiri
(independent variable). Sebagai contoh, sinyal wicara akan dinyatakan secara matematis oleh
tekanan akustik sebagai fungsi waktu dan sebuah gambar dinyatakan sebagai fusngsi ke-terang-
an (brightness) dari dua variable ruang (spatial).
Secara umum, variable yang berdiri sendiri (independent) secara matematis diwujudkan
dalam fungsi waktu, meskipun sebenarnya tidak menunjukkan waktu.
Terdapat 2 tipe dasar sinyal, yaitu:
1. Sinyal waktu kontinyu (continous-time signal)
2. Sinyal waktu diskrit (discrete-time signal)

Pada sinyal kontinyu, variable independent (yang berdiri sendiri) terjadi terus-menerus dan
kemudian sinyal dinyatakan sebagai sebuah kesatuan nilai dari variable independent. Sebaliknya,
sinyal diskrit hanya menyatakan waktu diskrit dan mengakibatkan variabel independent hanya
merupakan himpunan nilai diskrit.
Fungsi sinyal dinyatakan sebagai x dengan untuk menyertakan variable dalam tanda (.).
Untuk membedakan antara sinyal waktu kontinyu dengan sinyak waktu diskrit kita
menggunakan symbol t untuk menyatakan variable kontinyu dan symbol n untuk menyatakan
variable diskrit. Sebagai contoh sinyal waktu kontinyu dinyatakan dengan fungsi x(t) dan sinyal
waktu diskrit dinyatakan dengan fusng x(n). Sinyal waktu diskrit hanya menyatakan nilai integer
dari variable independent.

2.2. Sinyal Waktu Kontinyu


Suatu sinyal x(t) dikatakan sebagai sinyal waktu-kontinyu atau sinyal analog ketika dia
memiliki nilai real pada keseluruhan rentang waktu t yang ditempatinya. Sinyal waktu kontinyu
dapat didefinisikan dengan persamaan matematis sebagai berikut.

f t   ,  (1)

Fungsi Step dan Fungsi Ramp (tanjak)


Dua contoh sederhana pada sinyal kontinyu yang memiliki fungsi step dan fungsi ramp
(tanjak) dapat diberikan seperti pada Gambar 2a. Sebuah fungsi step dapat diwakili dengan suatu
bentuk matematis sebagai:

1,
u(t)  t0
(2)
0, t0

Disini tangga satuan (step) memiliki arti bahwa amplitudo pada u(t) bernilai 1 untuk semua t > 0.
-2 -1 0 1 2 t -2 -1 0 1 2 t

a. Fungsi step b. Fungsi ramp

Gambar 2. Fungsi step dan fungsi ramp sinyal kontinyu

Untuk suatu sinyal waktu-kontinyu x(t), hasil kali x(t)u(t) sebanding dengan x(t) untuk t > 0 dan
sebanding dengan nol untuk t < 0. Perkalian pada sinyal x(t) dengan sinyal u(t) mengeliminasi
suatu nilai non-zero(bukan nol) pada x(t) untuk nilai t < 0.
Fungsi ramp (tanjak) r(t) didefinisikan secara matematik sebagai:
t,
r(t)  t0
(3)
0, t0
Catatan bahwa untuk t > 0, slope (kemiringan) pada r(t) adalah senilai 1. Sehingga pada kasus
ini r(t) merupakan “unit slope”, yang mana merupakan alasan bagi r(t) untuk dapat disebut
sebagai unit-ramp function. Jika ada variable K sedemikian hingga membentuk Kr(t), maka
slope yang dimilikinya adalah K untuk t > 0. Suatu fungsi ramp diberikan pada Gambar 2b.

Sinyal Periodik
Ditetapkan T sebagai suatu nilai real positif. Suatu sinyal waktu kontinyu x(t) dikatakan
periodik terhadap waktu dengan periode T jika
x(t + T) = x(t) untuk semua nilai t,    t   (4)
Sebagai catatan, jika x(t) merupakan periodik pada periode T, ini juga periodik dengan
qT, dimana q merupakan nilai integer positif. Periode fundamental merupakan nilai positif
terkecil T untuk persamaan (5).
Suatu contoh, sinyal periodik memiliki persamaan seperti berikut
x(t) = A cos(t + ) (5)
Disini A adalah amplitudo,  adalah frekuensi dalam radian per detik (rad/detik), dan 
adalah fase dalam radian. Frekuensi f dalam hertz (Hz) atau siklus per detik adalah
sebesar f = /2.
Untuk melihat bahwa fungsi sinusoida yang diberikan dalam persamaan (5) adalah fungsi
periodik, untuk nilai pada variable waktu t, maka:
  2  
A cos  t     A cost  2     A cost  (6)

  
 
Sedemikian hingga fungsi sinusoida merupakan fungsi periodik dengan periode 2, nilai ini
selanjutnya dikenal sebagai periode fundamentalnya.
Sebuah sinyal dengan fungsi sinusoida x(t) = A cos(t+) diberikan pada Gambar 3 untuk nilai 
= /2 , dan f = 1 Hz.

1
1
0.8
0.8
0.6
0.6

0.4
0.4

0.2 0.2

0 0

-0.2 -0.2

-0.4
-0.4

-0.6
-0.6

-0.8
-0.8
-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-1
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
x 2

Gambar 3 Sinyal periodik sinusoida

2.3 Sinyal Diskrit


Pada teori system diskrit, lebih ditekankan pada pemrosesan sinyal yang berderetan. Pada
sejumlah nilai x, dimana nilai yang ke-x pada deret x(n) akan dituliskan secara formal sebagai:
x  {x(n)};   n   (7)

Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang ke-n dari suatu deret, persamaan (7) biasanya tidak
disarankan untuk dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit diberikan seperti Gambar (4)
Meskipun absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat penting untuk menyatakan
bahwa x(n) hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n) tidak bernilai nol untuk n yang bukan
integer; x(n) secara sederhana bukan merupakan bilangan selain integer dari n.
x(n)

-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 n

Gambar 1. Penggambaran secara grafis dari sebuah sinyal waktu diskrit

Sinyal waktu diskrit mempunyai beberapa fungsi dasar seperti berikut:


- Sekuen Impuls

0 n
Gambar 5. Sinyal impuls

Deret unit sample (unit-sampel sequence), (n), dinyatakan sebagai deret dengan nilai

0, n  0
  n 
1, n  0
(8)

Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk sinyal diskrit dan system dnegan fungsi
impuls pada sinyal kontinyu dan system. Deret unit sample biasanya disebut dengan impuls
diskrit (diecrete-time impuls), atau disingkat impuls (impulse).

- Sekuen Step
Deret unit step (unit-step sequence), u(n), mempunyai
nilai:

1, n  0 (9)
u n 
0, n  0
Unit step dihubungkan dengan unit sample sebagai:

u(n)    k (10)

k 

Unit sample juga dapat dihubungkan dengan unit step sebagai:


(n) = u(n)  u(n 1) (11)

(n)

0 n
Gambar 3. Sekuen Step

- Sinus Diskrit
Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya berbentuk an, dimana a adalah nilai real.
Deret sinusoidal mempunyai nilai berbentuk Asin(on + ).
Deret y(n) dinyatakan berkalai (periodik) dengan nilai periode N apabila y(n) = y(n+N)

untuk semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode 20 hanya pada saat nilai real ini

berupa berupa bilangan integer. Parameter 0 akan dinyatakan sebagai frekuensi dari sinusoidal
atau eksponensial kompleks meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi 0 dapat dipilih
dari nilai jangkauan kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 < 0 < 2 (atau - < 0 < )
karena deret sinusoidal atau eksponensial kompleks didapatkan dari nilai 0 yang bervariasi
dalam jangkauan 2k 0< 2(k+1) identik untuk semua k sehingga didapatkan 0 yang
bervariasi dalam jangkauan 0  0 < 2

III. PERANGKAT YANG DIPERLUKAN


- 1 (satu) buah PC lengkap sound card dan OS Windows
- 1 (satu) disket 3.5 yang berisi perangkat lunak aplikasi MATLAB.

IV. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida


1. Disini kita mencoba membangkitkan sinyal sinusoida untuk itu coba anda buat program
seperti berikut:
Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*5);
plot(t,s1)
1

0.8

0.6

0.4

0.2

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Gambar 6. Contoh sinyal sinus


Sinyal yang terbangkit adalah sebuah sinus dengan amplitudo Amp = 1, frekuensi f = 5Hz
dan fase awal  = 0. Diharapkan anda sudah memahami tiga parameter dasar pada sinyal
sinus ini. Untuk lebih memahami coba lanjutkan dengan langkah berikut.

2. Lakukan perubahan pada nilai


s1: s1=sin(2*pi*t*10);
Dan perhatikan apa yang terjadi, kemudian ulangi untuk mengganti angka 10 dengan 15, dan
20. Perhatikan apa yang terjadi.

3. Coba anda edit kembali program anda sehingga bentuknya persis seperti pada langkah 1,
kemudian lanjutkan dengan melakukan perubahan pada nilai amplitudo, sehingga bentuk
perintah pada s1 menjadi:
s1=2*sin(2*pi*t*5);
Coba perhatikan apa yang terjadi? Lanjutkan dengan merubah nilai amplitudo menjadi 4, 5,
6,… sampai 20. Apa pengaruh perubahan amplitudo pada bentuk sinyal sinus?

4. Kembalikan program anda sehingga menjadi seperti pada langkah pertama. Sekarang coba
anda lakukan sedikit perubahan sehingga perintah pada s1 menjadi:
s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/2);
Coba anda perhatikan, apa yang terjadi? Apa yang baru saja anda lakukan adalah merubah
nilai fase awal sebuah sinyal dalam hal ini nilai  = / 2 = 90o. Sekarang lanjutkan langkah
anda dengan merubah nilai fase awal menjadi 45 o, 120o, 180o, dan 225o. Amati bentuk sinyal
sinus terbangkit, dan catat hasilnya.

4.2. Pembangkitan Sinyal Persegi


Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal persegi dengan karakteristik frekuensi dan
amplitudo yang sama dengan sinyal sinus. Untuk melakukannya ikuti langkah berikut ini.

1. Buat sebuah file baru dan beri nama coba_kotak.m kemudian buat program seperti berikut
ini. Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=SQUARE(2*pi*5*t);
plot(t,s1,'linewidth',2)
axis([0 1 -1.2 1.2])
Gambar 7. Contoh sinyal persegi terbangkit

Dari gambar 7 anda dapat melihat sebuah sinyal persegi dengan amplitudo senilai 1 dan
frekuensinya sebesar 5 Hz.
2. Coba anda lakukan satu perubahan dalam hal ini nilai frekuensinya anda rubah menjadi 10
Hz, 15 Hz, dan 20 Hz. Apa yang anda dapatkan?
3. Kembalikan bentuk program menjadi seperti pada langkah pertama, Sekarang coba anda
rubah nilai fase awal menjadi menjadi 45o, 120o, 180o, dan 225o. Amati dan catat apa yang
terjadi dengan sinyal persegi terbangkit.

4.3 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan


Disini akan kita lakukan pembangkitan sinyal waktu diskrit. Sebagai langkah awal kita
mulai dengan membangkitkan sebuah sekuenunit step. Sesuai dengan namanya, unit step berarti
nilainya adalah satu satuan. Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini.
1. Buat program baru dan anda ketikkan perintah seperti berikut:
%File Name: SS1_3.m
%Oleh: tri Budi 212
%Pembangkitan Unit Step Sekuen
L=input('Panjang Gelombang (>=40)=' )
P=input('Panjang Sekuen =' )
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)

Gambar 8. Contoh sekuen step terbangkit

2. Anda ulangi langkah pertama dengan cara me-run program anda dan masukan nilai
untuk panjang gelombang dan panjang sekuen yang berbeda-beda. Catat apa yang
terjadi?

4.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa


Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa, untuk itu
ikuti langkah berikut ini
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
%File Name: SS1_5.m
%oleh: Tri budi 212
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (>=40)=' )
P=input('Posisi Pulsa =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;

stem(x,step)
axis([0 L -.1
1.2])

2. Jalankan program diatas berulang-ulang dengan catatan nilai L dan P dirubah-subah


sesuai kehendak anda, perhatikan apa yang terjadi? Catat apa yang anda lihat.

3. Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit


Pada bagian ini kita akan dicoba untuk membuat sebuah sinyal sinus diskrit. Secara umum
sifat dasarnya memiliki kemiripan dengan sinus waktu kontinyu. Untuk itu ikuti langkah berikut
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.
%sin_dikrit1.m
Fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])
2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 30, 40, 50, 60, 70, dan 80. Catat apa yang
terjadi ?
3. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 18, 15, 12, 10, dan 8. Catat apa yang
terjadi?

4.2. Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav


Kita mulai bermain dengan file *.wav. Dalam hal ini kita lakukan pemanggilan sinyal audio
yang ada dalam hardisk kita. Langkah yang kita lakukan adalah seperti berikut.

1. Anda buat file kuat_1.m seperti berikut


%File Name: kuat_1.m
%Description: how to read and play a wav file
%Programer: Tri Budi Santoso
%Group: Signal Processing,
EEPIS y1=wavread('audio3.wav');
Fs=10000;
wavplay(y1,Fs,'async') % Memainkan audio sinyal asli
2. Cobalah untuk menampilkan file audio yang telah anda panggil dalam bentuk grafik sebagai
fungsi waktu. Perhatikan bentuk tampilan yang anda lihat. Apa yang anda catat dari hasil
yang telah anda dapatkan tsb?

5. DATA DAN ANALISA


Anda telah melakukan berbagai langkah untuk percobaan pembangkitan sinyal sinus baik
diskrit mapun kontinyu dan anda juga sudah mempelajari bagaimana membaca audio file *.wav.
Yang harus anda lakukan adalah:
1. Jawab setiap pertanyaan yang ada pada setiap langkah percobaan diatas.
2. Coba anda buat sebuah sinyal sinus dan anda simpan menjadi file *.wav

5. DATA PERCOABAAN
5.1.1. membangkitkan sinyal sinusoida untuk itu coba anda buat program seperti
berikut:
Fs=100; 1

t=(1:100)/Fs; 0.8

s1=sin(2*pi*t*10); 0.6

plot(t,s1) 0.4

0.2

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Gambar. sinyal sinus untuk s1=sin(2*pi*t*10)

membangkitkan sinyal sinusoida untuk itu coba anda buat program seperti berikut:
1
Fs=100; 0.8

t=(1:100)/Fs; 0.6

s1=sin(2*pi*t*15); 0.4

plot(t,s1) 0.2

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Gambar. sinyal sinus untuk s1=sin(2*pi*t*15)


membangkitkan sinyal sinusoida untuk itu coba anda buat program seperti berikut:
Fs=100; 1

t=(1:100)/Fs; 0.8

0.6
s1=sin(2*pi*t*20);
0.4
plot(t,s1)
0.2

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Gambar. sinyal sinus untuk s1=sin(2*pi*t*20)

5.1.2. melakukan perubahan pada nilai amplitudo, sehingga bentuk perintah


pada s1 menjadi: s1=2*sin(2*pi*t*5); Lanjutkan dengan merubah nilai
amplitudo menjadi 10, 15, 20.

10
15

8 Gambar. sinyal sinus untuk


10
6 s1=15*sin(2*pi*t*5)
20
4
5
15
2
Jawaban pertanyaan:
10
Berdasarkan pengamatan telah
0
didapat bahwa amplitudo berbanding
-2
5 lurus dengan nilai puncak sinyal
-5
-4 sinus. Semakin besar nilai amplitudo
0
-6
semakin besar nilai puncak
-10
-5 gelombang sinus dan begitu juga
-8
sebaliknya
-10
-10
-15
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-15
Gambar. sinyal sinus untuk
s1=10*sin(2*pi*t*5)
-20
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

Gambar. sinyal sinus untuk


s1=20*sin(2*pi*t*5)

5.1.3. merubah nilai fase awal sebuah sinyal dalam hal ini nilai θ = π/ 2 = 90o .
Sekarang lanjutkan langkah anda dengan merubah nilai fase awal menjadi
45o , 120o , 180o , dan 225
fase 45
1
0
-1
5.2.
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/2)
0.7 0.8 0.9 1
5.2.
fase 120 5.2.
1
0
-1
5.2.
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
s1=2*sin(2*pi*t*5 + (2*pi)/3)
0.7 0.8 0.9 1
5.2.
fase 180 5.2.
1
0
-1
5.2.
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi)
0.7 0.8 0.9 1 5.2.
fase 225 5.2.
1
0 5.2.
-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 5.2.
s1=2*sin(2*pi*t*5 +(5*pi)/ 4)
5.2.
5.2.
5.2.
5.2.
5.2.
5.2.
5.2.
5.2.
5.2.
Data percobaan Pembangkitan Sinyal Persegi
5.2.1. buat program seperti berikut ini.
Fs=100; t=(1:100)/Fs; s1=SQUARE(2*pi*5*t); plot(t,s1,'linewidth',2) axis([0 1
-1.2 1.2])

0.8

Gambar.
0.6 Sinyal sinyal persegi terbangkit
0.4

0.2

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

-1

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

5.2.2. Merubah frekuensinya menjadi 10 Hz, 15 Hz, dan 20 Hz.


Frekuensi 5Hz
1
0
-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
s1=square(2*pi*5*t)
Frekuensi 10Hz
Jawaban pertanyaan
1
0
:
Berdasarkan pengamatan
-1
0 0.1 0.2
untuk
0.3
merubah
0.4 0.5
frekuensi
0.6 0.7
dari0.9gelombang
0.8 1
kotak perlu mengatur panjang
gelombangnya dari gelombang tersebut karena frekuensi berbanding terbalik dengan panjang
s2=square(2*pi*10*t)
Frekuensi 15Hz
gelombang. 1
0
Semakin kecil-1panjang gelombang semakin besar frekuensinya begitu juga sebaliknya
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
s3=square(2*pi*15*t)
Frekuensi 20Hz
1
0
-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
s4=square(2*pi*20*t)

5.2.3. Sekarang mencoba untuk merubah nilai fase awal menjadi menjadi 45 °,120°,180,
225

fase 45
1
0
-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
s1=square((pi/4)*5*t)
fase 120
1
0
-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
s2=square(2*(pi/3)*5*t)
fase 180
1
0
-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
s3=square(pi*5*t)
fase 225
1
0
-1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
s4=square(5*(pi/4)*5*t)

5.3. Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav


Kita mulai bermain dengan file *.wav. Dalam hal ini kita lakukan pemanggilan sinyal audio
yang ada dalam hardisk kita. Langkah yang kita lakukan adalah seperti berikut :
1. Anda buat m file baru, kemudian buat program seperti berikut :
y1=wavread('namafile.wav'); Fs=10000; wavplay(y1,Fs,'async') % Memainkan audio sinyal asli
2. Mencoba untuk menampilkan file audio yang telah anda panggil dalam bentuk grafik sebagai
fungsi waktu.

0.8

0.6

0.4

0.2

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8
0 0.5 1 1.5 2 2.5
5
x 10

5.4. Pembangkitan Sinyal Kontinyu Fungsi Ramp


Sebagai langkah awal kita mulai dengan membangkitkan sebuah fungsi ramp. Sesuai dengan
namanya, fungsi ramp berarti adalah tanjakan. Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini. Buat
program baru dan anda ketikkan perintah seperti berikut :
%Pembangkitan Fungsi Ramp Fungsi Ramp
6
y(1:40)=1; 5.5

x(1:50)=[1:0.1:5.9]; 5

x(51:100)=5.9; 4.5

4
t1=[-39:1:0];
Amplitudo

3.5
t=[0:1:99];
3

plot(t1,y,'b',t,x,'linewidt',4) 2.5

title('Fungsi Ramp') 2

xlabel('Waktu (s)') 1.5

1
ylabel('Amplitudo') -40 -20 0 20 40 60 80 100
Waktu (s)

6. Analisa
Pada praktikum pembangkitan sinyal terdapat empat percobaan untuk percobaan pertama bisa
menjawab saya mencoba melakukan pembangkitan sinyal waktu kontinyu sinusoidal untuk angka
yang pertama kita mengganti nilai frekuensi yang menjadi 10Hz, 15Hz, 20Hz, dapat dilihat
bahwasanya semakin besar sebuah frekuensi semakin kecil lebar sebuah gelombang, untuk langkah
berikutnya langkah kedua saya mencoba untuk mengubah nilai amplitudo menjadi berturut-turut 10
15 dan 20. dapat dilihat juga bahwa semakin besar nilai amplitudo semakin besar nilai puncak
gelombang sinus itu juga untuk sebaliknya. berikutnya untuk langkah ketika saya mencoba untuk
merubah nilai fase awal menjadi 45, 120, 180, dan 270.
Lanjut untuk percobaan kedua dari percobaan membangkitkan sinyal waktu kontinyu
persegi untuk langkah pertama membuat program untuk menampilkan sebuah gelombang persegi
dan kemudian kita merubah frekuensinya menjadi 10 hz, 15 hz, dan 20 Hz. dapat dilihat bahwa
Sanya semakin besar frekuensi sebuah gelombang semakin kecil nilai panjang gelombang begitu
pula untuk sebaliknya. Pada langkah berikutnya kita mencoba merubah nilai fase awal menjadi 45,
120, 180, 225. Dapat dilihat juga awas makin besar fase dari sebuah gelombang semakin kecil pula
lebar dari sebuah gelombang.
pada percobaan ketika saya mencoba membangkitkan sinyal dengan memanfaatkan file
.wav langkah pertama kita membuat program yang dapat memainkan video sinyal asli ini juga dapat
diatur untuk memainkan audio di komputer dengan coding kemudian untuk berikutnya saya
mencoba untuk menampilkan file audio yang telah dipanggil menjadi bentuk grafik fungsi waktu
dapat dilihat juga bahasanya melalui Matlab tidak dapat menampilkan output audio menjadi sebuah
grafik fungsi waktu.
Pada percobaan keempat saya mencoba melakukan pembangkitan sinyal kontinyu fungsi
RAMP. takutnya pada bentuk gelombangnya menunjukkan seperti sebuah tanjakan seperti arti dari
gelombang ramp

7. Kesimpulan
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwasanya
1. Frekuensi berbanding terbalik dengan panjang sebuah gelombang
2. Amplitudo berbanding lurus dengan nilai puncak dari gelombang
3. Fase awal sebuah gelombang pengaruh nilai awal dari nilai puncak gelombang
4. Matlab dapat memainkan audio sinyal asli dengan sebuah program
5. Matlab dapat menampilkan file audio yang telah dipanggil dalam bentuk grafik sebagai
fungsi waktu
6. Sinyal fungsi RAMP menampilkan bentuk gelombang seperti tanjakan

Anda mungkin juga menyukai