Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

Praktikum Pengolahan Sinyal


PRAKTIKUM KE-2

Oleh ;
Ahdi Ihsanul Amal

NRP :
1103191048

Kelas :
2 D3 Elka B

Dosen :
Ardik Wijayanto ST.MT.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA


2021
Praktikum 2 Pembangkitan Sinyal Diskrit
A. Prosedur Percobaan
4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Step
 Mengetikkan Program dibawah ini kemudian menjelaskan hasil gambar yang didapatkan.
%File Name: sd_1.m
%Pembangkit Sekuen Step
L = input('Panjang Gelombang(=40)=')
P = input('Panjang Sekuen (=5)=')
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
 ulangi langkah pertama dengan cara me-run program dan masukan nilai untuk panjang
gelombang dan panjang sekuen yang berbeda-beda yaitu L=40, P= 15 ; L=40, P=25 ; L=40,
P=35. Plot hasil percobaan anda pada salah satu figure, dan catat apa yang terjadi.

4.2 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa


 Mengetikkan Program dibawah ini kemudian menjelaskan hasil gambar yang didapatkan.
%File Name: Sd_2.m
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Posisi Pulsa (=5) =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])
 Menjalankan program diatas berulang-ulang dengan catatan nilai L dan P dirubah-ubah
sebagai berikut L=40, P= 15 ; L=40, P=25 ; L=40, P=35, memperhatikan apa yang terjadi dan
mencatat apa yang dilihat.

4.3. Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit


 Pada bagian ini akan mencoba untuk membuat sebuah sinyal sinus diskrit. Secara umum sifat
dasarnya memiliki kemiripan dengan sinus waktu kontinyu. sebelumnya, mengetikan
program seperti dibawah ini.
%File Name: Sd_4.m
Fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])
 Melakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 40, 60 dan 80. Plot hasil percobaan
pada satu figure, dan mencatat apa yang terjadi.

4.4. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen konstan


Disini akan mencoba membangkitkan sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa,
selanjutnya mengikuti langkah berikut ini dan membuat program baru dengan perintah
berikut ini.
%File Name: Sd_4.m
%Pembangkitan Sekuen Konstan
L=input('Panjang Gelombang (=20) =' )
sekuen(1:L)=1; % Besar Amlitudo
stem(sekuen)
xlabel(‘Jumlah Sekuen (n)’)
ylabel(‘Amplitudo sekuen’)
title(‘Sinyal Sekuen Konstan’)
Berikan penjelasan pada gambar yang dihasilkan

B. Hasil Percobaan
4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Step
 Langkah 1
%Pembangkit Sekuen Step
L = input('Panjang Gelombang(=40)=')
P = input('Panjang Sekuen (=5)=')
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
Pada saat program dijalankan akan muncul perintah untuk menginputkan nilai Panjang
gelombang dan panjang sekuen, ini sebagai syarat agar program dapat bekerja sesuai input
masukkan. Dari gambar diatas dapat diamati bahwa sinyal mulai muncul pada urutan ke-5
yang mana ini sesuai dengan command pada program yaitu Panjang Sekuen (=5)= 5 yang
berarti sinyal akan muncul pada hitungan kelima. Selanjutnya tampak bahwa Panjang
gelombang adalah 40 yang mana ini merupakan instruksi dari program Panjang
Gelombang(=40)= 40, atau dapat dikatakan bahwa sinyal akan muncul hanya hingga urutan
ke-40.

 Langkah 2
%Pembangkit Sekuen Step
L = input('Panjang Gelombang(=40)=')
P = input('Panjang Sekuen (=5)=')
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
grid on
Dari ketiga gambar diatas tampak bahwa semua sinyal yang dihasilkan memiliki Panjang
sinyal 40 yang mana sesuai dengan apa yang dicommand pada program L = input('Panjang
Gelombang(=40)='). Selanjutnya untuk titik awal munculnya sinyal tampak semakin
kekanan atau bergeser kekanan diakrenakan perubahan nilai pada program P=n. Nilai P ini
merupakan instruksi kapan sinyal akan mulai dimunculkan.

4.2 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa


 Langkah 1
%File Name: Sd_2.m
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Posisi Pulsa (=5) =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])

Pada saat program dijalankan akan muncul perintah untuk menginputkan nilai Panjang
gelombang dan posisi pulsa, ini sebagai syarat agar program dapat bekerja sesuai input
masukkan. Dari gambar diatas dapat diamati bahwa Ketika program dirunning maka sinyal
yang muncul hanya pada urutan ke-10. Hal ini dikarenakan adanya command program if
(n==P) yang mana nilai P akan sama dengan ‘n’ sehingga Ketika nilai P dimasukkan
(diinputkan 10) maka nilai n akan aktif untuk menampilkan sinyal pada urutan ke-10 saja
sedangkan untuk sinyal yang lain tidak akan muncul.

 Langkah 2
%File Name: Sd_2.m
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Posisi Pulsa (=5) =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])
grid on

Dari ketiga gambar diatas dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu sinyal saja yang muncul.
Hal ini dikarenakan adanya command program if (n==P) yang mana nilai P akan sama
dengan ‘n’ sehingga Ketika nilai P dimasukkan 15, 25, dan 35 maka nilai n akan aktif untuk
menampilkan sinyal pada urutan tertentu saja sedangkan untuk sinyal yang lain tidak akan
muncul.

4.3. Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit


%File Name: Sd_4.m
Fs=40;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
subplot(3,1,1)
stem(t,s1)
grid on
axis([0 1 -1.2 1.2])
title('Fs=40')
xlabel('s1=sin(2*pi*t*2)')
Fs=60;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s2=sin(2*pi*t*2);
subplot(3,1,2)
stem(t,s2)
grid on
axis([0 1 -1.2 1.2])
title('Fs=60')
xlabel('s2=sin(2*pi*t*2)')

Fs=80;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s3=sin(2*pi*t*2);
subplot(3,1,3)
stem(t,s3)
grid on
axis([0 1 -1.2 1.2])
title('Fs=80')
xlabel('s3=sin(2*pi*t*2)')

Pada saat membangun program nilai Fs harus ditentukan dahulu. Fs ini merupakan sampling
frekuensi yang akan ditampilkan. Jadi nilai Fs merupakan banyaknya sampling yang akan
ditamplikan dalam figure tersebut. Dari gambar diatas tampak bahwa Ketika nilai Fs diubah-
ubah maka akan mempengaruhi bentuk sinyal yang muncul. Ketika nilai Fs itu diperbesar
maka sinyal diskrit yang muncul akan semakin banyak namun periode dan kerapatan sinyal
tidak berubah. Jadi Fs ini akan menunjukkan berapa banyak sampling frekuensi yang akan
ditampilkan.
4.4. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen konstan
%File Name: Sd_4.m
%Pembangkitan Sekuen Konstan
L=input('Panjang Gelombang (=20) =' )
sekuen(1:L)=1; % Besar Amlitudo
stem(sekuen)
xlabel('Jumlah Sekuen (n)')
ylabel('Amplitudo sekuen')
title('Sinyal Sekuen Konstan')

Pada saat program dijalankan akan muncul perintah untuk menginputkan nilai Panjang
gelombang, ini sebagai syarat agar program dapat bekerja sesuai input masukkan dan untuk
mengatur seberapa Panjang sinyal yang akan ditampilkan. Dari gambar diatas dapat diamati
bahwa seluruh sinyal dari tiap urutan akan ditampilkan. Selain itu tampak bahwa semua sinyal
juga memiliki amplitude yang sama yakni satu. Karena input masukan hanya berupa satu jenis
yaitu Panjang gelombang maka sinyal yang ditampilkan akan memiliki bentuk dan kerapatan
yang sama. Hanya saja Panjang sinyal dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, dengan
kata lain kondisi sinyal yang muncul adalah tetap/konstan dari awal muncul hingga batas
sekuen yang ditentukan.

4.5. Tugas
Mencoba membuat program pada m-file untuk membangkitkan sebuah sinyal sekuen
rectangular (persegi) yang berada pada posisi 1-4 , 2-6, 4-8 dan 6-10 dengan amplitudo
sebesar 5. Plot hasil percobaan dalam 1 figure. Beri komentar bagaimana pengaruh perubahan
posisi sinyal rectangular yang telah dicoba.

%File Name: sd_5.m


%Pembangkitan Sekuen Step
L=40;
for n=1:L
if (n>=1&n<=4)
step(n)=5;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
subplot(411); stem(x,step)
axis([0 L -1 5])
title('Posisi 1-4')

for n=1:L
if (n>=2&n<=6)
step(n)=5;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
subplot(412); stem(x,step)
axis([0 L -1 5])
title('Posisi 2-6')

for n=1:L
if (n>=4&n<=8)
step(n)=5;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
subplot(413); stem(x,step)
axis([0 L -1 5])
title('Posisi 4-8')

for n=1:L
if (n>=6&n<=10)
step(n)=5;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
subplot(414); stem(x,step)
axis([0 L -1 5])
title('Posisi 6-10')
Dari hasil plot sinyal diatas dapat diamati bahwa sekuen sinyal yang muncul sesuai dengan
command program yang ditentukan. Terlihat pula sinyal yang ditampilkan bergeser sesuai
dengan instruksi program namun ini tidak mempengaruhi sinyal itu sendiri. Contohnya,
amplitude, Panjang sinyal, dan frekuensi sampling nya pun tetap seperti pada awalnya. Jadi
program diatas hanya berfungsi untuk memunculkan sinyal pada posisi atau sekuen tertentu.

C. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
 Pembangkitan sinyal dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sekuen step, sekuen pulsa,
sinus waktu diskrit, dan sekuen konstan.
 Pembangkitan sinyal dengan sekuen step dilakukan dengan menginputkan Panjang
gelombang dan Panjang sekuen.
 Pembangkitan sinyal dengan sekuen pulsa dilakukan dengan menginputkan Panjang
gelombang dan posisi pulsa.
 Pembangkitan sinyal dengan sinus waktu diskrit dilakukan dengan mengubah-ubah frekuensi
samplingnya.
 Pembangkitan sinyal dengan sekuen konstan dilakukan dengan menginputkan panjang
gelombang yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai