Infeksi Post Partum
Infeksi Post Partum
Oleh Kelompok 4 :
Dosen Pengampu :
Ari Damayanti W, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas
tentang “Asuhan Keperawatan pada ibu dengan Infeksi Post Partum”. Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas 2. Kami
juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada ibu Ari Damayanti W,
S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu
dalam menyusun makalah ini.
Usaha serta kerja keras telah kami upayakan untuk menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya, namun kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari
kata kesempurnaan sebagai manusia biasa kita tidak jauh dari kesalahan serta kekhilafan,
oleh karena itu apabila ada kesalahan-kesalahan baik dari segi kata-kata atau penulisan
yang tidak sesuai dengan pedoman penulisan makalah yang kami sengaja maupun tidak
kami sengaja, kami mohon maaf.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN KONSEP..............................................................................................6
1. Definisi Infeksi Post Partum...............................................................................6
2. Etiologi................................................................................................................. 6
3. Klasifikasi............................................................................................................. 7
4. Tanda dan Gejala.................................................................................................9
5. Patofisiologi.......................................................................................................10
6. Pengobatan dan Tatalaksana...........................................................................13
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................22
3.1.1 Pengobatan Non farmakologi / herbal.........................................................23
3.1.2 Pengobatan Farmakologi..........................................................................26
BAB IV PENUTUP............................................................................................................27
4.1 Kesimpulan........................................................................................................27
4.2 Saran..................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari infeksi post partum
2) Untuk mengetahui tanda gejala dari infeksi post partum
3) Untuk mengetahui asuhan keperawatan terhadap pasien post partum yang
berhubungan dengan personal hygiene
4) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan non medis dari infeksi post
partum yang berhubungan dengan personal hygiene
BAB II
TINJAUAN KONSEP
c) Tingkat 3
Robekan tingkat 3 mencakup robekan pada kulit, otot perineum, hingga otot
yang mengelilingi anus. Robekan ini tergolong parah dan harus dijahit di
ruang operasi. Pada kasus tertentu, ibu yang mengalami robekan perineum
yang berat ini bisa mengalami komplikasi berupa inkontinensia tinja dan
nyeri saat berhubungan seksual.
d) Tingkat 4
5. Patofisiologi
Infeksi nifas setelah pervaginam terutama mengenai tempat implantasi
plasenta dan desidua serta miometrium di dekatnya. Pada sebagian kasus, lochea
yang keluar berbau, banyak, berdarah dan kadang-kadang berbusa. Pada kasus
lain lochea hanya sedikit dan ini menyebabkan involusi uterus dapat terhambat.
Potongan mikroskopis mungkin memperlihatkan lapisan bahan nekrotik di
superfisial yang mengandung bakteri dan sebukan leukosit padat. Sewaktu
persalinan, bakteri yang mengkoloni serviks dan vagina memperoleh akses ke
cairan amnion, dan post partum. Bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati
di tempat histerektomi. Kemudian terjadi selulitis para metrium dengan infeksi
jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disebabkan oleh
penyebaran limfogen organisme dari tempat laserasi serviks atau insisi/ laserasi
uterus yang terinfeksi. Proses ini biasanya terbatas pada jaringan para vagina dan
jarang meluas ke dalam panggul.
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum.
Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat
itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel
fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut
inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan
jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka
sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit
kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu
rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk
flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).
Kuman Patogen
Endogen, Eksogen,
Autogen
Vulvilitas Peritonium
Kontaminasi
Jaringan sekitar bakteri
Defisiensi
membengkak dan merah
Pengetahunan
Peradangan
Jaringan mudah
Nyeri lepas
Penumpukan
Hipertermi cairan rongga
Luka terbuka peritonium
Istirahat Gangguan
Kerusakan Ulkus dan pus terganggu Pola Tidur
Integritas Jaringan
6. Pengobatan dan Tatalaksana
Medis
1. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
2. Perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominan dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
3. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut
dengan masker yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan
masuk ke kamar bersalin.
4. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang dan lakukan bila ada indikasi
dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
5. Gunakan chlorhexidine-alcohol untuk mempersiapkan kulit
6. Pemberian analgesic dan kolaborasi pemberian antibiotic
Non Medis
1. Koitus pada hamil tua dihindari atau dikurangi dan dilakukan dengn berhati-
hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Bila terjadi infeksi akan
mudah masuk dalam jalan lahir. Hindari partus terlalu lama dan ketuban
pecah terlalu lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
2. Mandi dengan antiseptic pada pagi hari
3. Cukur rambut kemaluan dengan lippers dibandingkan dengan pisau cukur.
4. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus steril.
Luka perineum adalah robekan pada perineum yang terjadi pada hampir
semua persalinan normal pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat (Prawirohardjo,
2010). Pada primigravida, pemeriksaan ditemukan tanda-tanda perineum utuh,
vulva tertutup, himen pervoratus, vagina sempit dengan rugae. Pada persalinan
akan terjadi penekanan pada jalan lahir lunak oleh kepala janin. Dengan perineum
yang masih utuh pada primi akan mudah terjadi robekan perineum (Diane, 2009).
Dari faktor janin, bisa karena kepala janin besar atau janin itu sendiri besar. Kepala
janin besar dan janin besar dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum (Diane,
2009).
Adanya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih
maupun jalan lahir. Infeksi yang terjadi karena adanya luka atau robekan pada
jalan lahir menyebabkan kuman akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh,
sehingga bakteri patogen akan berkembang biak dan menjadi sarang kuman
tersebut. Selain menghambat proses penyembuhan pada luka, infeksi juga dapat
menyebabkan kerusakan pada sel penunjang. Hal tersebut disertai oleh faktor
penyebab infeksi post partum yang disebabkan oleh daya tahan tubuh yang lemah,
perawatan nifas yang kurang baik, kurang gizi atau malnutrisi, anemia, dan
tindakan hygiene yang kurang sempurna. Infeksi post partum yang terjadi pada ibu
menimbulkan rasa tidak nyaman yang berakibatkan ibu akan mengalami nyeri
pada infeksi yang terjadi dan mobilitas fisik ibu semakin terbatas.
Penyembuhan pada luka perineum dapat dilakukan dengan medis
konvensional maupun dengan terapi komplementer. Pengobatan komplementer
memanfaatkan bahan yang bersifat alami dan tradisional. Pengobatan yang
berasal dari bahan alam seperti halnya herbal terbukti efektif sebagai alternatif
dalam perawatan masa nifas yang dapat membantu dalam mengurangi nyeri
perineum dan mempercepat penyembuhan luka perineum. Berikut beberapa hasil
literature review terkait pemanfaatan herbal dalam penyembuhan luka perineum
yaitu :
3.1.1 Pengobatan Non farmakologi / herbal
3.1.1.1 Lidah Buaya (aloevera)
Lidah buaya merupakan suatu tanaman yang telah digunakan
sejak jaman kuno. Secara in vitro ekstrak atau kandungan komponen
yang terdapat pada lidah buaya dapat membantu dalam merangsang
poliferasi beberapa jenis sel. Lidah buaya dapat dikemas dalam bentuk
gel yang dapat membantu dalam meningkatkan penyembuhan luka
perineum serta menurunkan nyeri lebih cepat.Kandungan lendir pada
lidah buaya terdiri dari beberpa glikoprotein yang dapat mencegah inflasi
rasa sakit dan membantu penyembuhan pada luka internal maupun
eksternal. Lidah buaya juga terdiri dari polisakarida yang bisa membantu
untuk merangsang penyembuhan luka dan pertumbuhan kulit baru. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan gel lidah buaya lebih
cepat menyembuhkan luka serta menurunkan nyeri lenih cepat pada
perineum dibandingkan dengan penggunaan normal salin, dikarenakan
penggunaan gel aloevera dalam penyembuhan luka membantu dalam
mengisolasi pertumbuhan organisme atau bakteri.
3.1.1.2 Kayu Manis (Cinnamon)
Kayu manis merupakan tanaman herbal yang memiliki kandungan
senyawa aktif yang mempunyai efek farmakologi antara lain sebagai
antiinflamasi, antioksidan, dan antimikroba. Kandungan seperti
antiinflamasi dan analgesik dalam kayu manis dapat membantu dalam
penyembuhan luka serta mengurangi rasa nyeri. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Mohammadi A et al didapatkan hasil bahwa
penggunaan salep dengan ekstrak kayu manis lebih cepat dalam
menurunkan intensitas nyeri dan penyembuhan luka secara signifikan
lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan salep plasebo.
3.1.1.3 Teh Hijau (Camellia Sinensis)
Teh hijau mempunyai aktivitas antioksidan dan sifat antiinflamasi.
Stress oksidatif berimplikasi pada berbagai proses degeneratif dan
terjadinya penyakit termasuk kondisi inflamasi akut maupun kronis seperti
penyembuhan luka. Di dalam teh terkandung senyawa katekin yang
berperan dalam kesehatan seperti menghilangkan bau, menghambat
pertumbuhan jamur, bakteri, tumor, serta virus (Anjarsari,2016). Katekin
yang terkandung dalam teh hijau juga dapat membantu mempercepat
penyembuhan luka.
Katekin yang terkandung dalam daun teh hijau, terutama
Epigallocatechin gallate (EGCG) diketahui memiliki efek bakteriostatik dan
bakteriosidal tergantung konsentrasinya. Senyawa katekin, khususnya
epicatechin gallate memiliki efek untuk mempercepat pembentukan
pembuluh darah di area luka, sehingga bermanfaat dalam pendistribusian
nutrisi yang kuat untuk penyembuhan luka. EGCG bekerja dengan cara
merusak suatu dinding sel bakteri dan membran sitoplasma sehingga
menyebabkan denaturasi protein (Ainiah,2018). Selain itu, Quercetin juga
telah diketahui memiliki efek dalam membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri, yaitu dengan cara menghambat DNA girase,
sehingga menghentikan proses pembentukan DNA untai ganda pada
bakteri. Selain EGCG dan Quercetin, teh hijau juga mengandung tanin yang
telah diketahui memiliki efek sebagai antibiotik. Tanin mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengkoagulasi protein protoplasma
bakteri, sehingga terjadi denaturasi pada protein tersebut dan pada
akhirnya akan menyebabkan lisisnya bakteri (Taylor PW, 2009). Suprapto,
(2012) menyatakan bahwa senyawa tanin mengandung anti-bakteri dimana
senyawa tersebut membantu mengkerutkan dinding sel atau membran sel
sehingga menghambat permeabilitas bakteri untuk berkembang.
3.1.1.4 Putih Telur
Protein atau zat putih telur ayam kampung yang dikonsumsi sebagai
bahan utama dalam pembentukan sel jaringan yang rusak dan disebut juga
sebagai unsur zat pembangun (Moehji, 2017). Protein dari telur dibutuhkan
sebagai zat pembangun yang membentuk jaringan otot tubuh dan
mempercepat penyembuhan luka jahit pada perineum ataupun jalan lahir
(Walyani, 2017). Di dalam telur rebus mengandung zat kolin yang
mempunyai efek memperbaiki sel tubuh yang rusak sehingga dapat
membantu proses pembentukan jaringan baru dan sehat menggantikan
jaringan yang sudah aus (Yogya, 2017)
3.1.1.5 Daun Binahong (Anredera Cordifiola)
Daun binahong mengandung beberpa kandungan kimia yaitu
flavonoid, asam oleanolik, protein, saponin dan asam askorbat. Kandungan
pada asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilasi
dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat membantu dalam proses
penyembuhan pada luka. Flavonoid dapat berperan langsung sebagai
antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri
dan virus. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen
sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Alkaloid memiiliki aktivitas
hipoglikemik. Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik
membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel –sel
tubuh. Sedangkan saponin dapat menurunkan kolesterol, mempunyai sifat
sebagai antioksidan, antivirus dan antikarsinogenik dan manipulator
fermentasi rumen.
Mutiara, Nurdiana & Utami (2015) dalam artikelnya juga menyatakan
bahwa binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dapat sebagai
antiinflamasi. Hal ini diperkirakan karena adanya senyawa golongan
flavonoid dan asam ursolat. Mekanisme flavonoid dalam menghambat
proses terjadinya inflamasi melalui efek penghambatan pada jalur
metabolisme asam arakhidonat, pembentukan prostaglandin, dan
pelepasan histamin pada radang. Jadi pada fase ini makrofag bisa dengan
mudah menjalankan fungsinya sebagai fagosit bagi sel-sel debris dan
mikroorganisme lain yang ada dalam luka.
3.1.2 Pengobatan Farmakologi
3.1.2.1 Povidone Iodine 10%
Povidone Iodine 10% mampu membunuh semua mikroorganisme
penyebab infeksi yang secara perlahan – lahan melepaskan iodium bila
kontak dengan kulit/mukosa. Bila digunakan berulang kali akan berkumulasi
didalam kulit yang mengakibatkan efek antiseptiknya dapat bertahan dalam
waktu yang relatif lama. Providone Iodine 10% dapat digunakan untuk
berbagai macam luka diantaranya yaitu: luka abrasi,ulserasi, luka bedah,
luka bakar, dan lain-lainnya. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi,
reaksi toksik dari Iodine akan mengakibatkan iritasi pada beberapa orang
yang sensitif, kombinasi dengan PVP (Polyvinypylroiodine) akan
mengurangi efek iritasinya tetapi berkurang efek antimikrobanya; kulit
terbakar; dan perubahan warna kulit. Penggunaan Iodine dapat mengubah
pigmentasi kulit menjadi merah gelap, efek ini juga berkurang dengan
adanya kombinasi dengan PVP (Polyvinypylroiodine). (Fauziah, 2010)
3.1.2.2 Eusol
Eusol merupakan desinfektan yang digunakan untuk mendesinfeksii
bermacam-macam permukaan dengan zat-zat kimiawi, yaitu dengan
mematikan atau menghentikan pertumbuhan pathogen yang terdapat pada
luka. Tujuan penggunaan eusol ini pada kulit adalah untuk membasmii
mikroorganisme yang kebetulan berada di permukaan kulit, tetapi tidak
memperbanyak diri ditempat itu dan pada umumnya akan mati sendiri
(transien flora). Begitu pula resident flora, yakni jasad-jasad renik yang
merupakan penghuni alamiah di kulit dan terutam terdiri dari mikrokok
patogen, seperti Staphylococus epidermidis, Corynebacteri, Propioni
bacteri, dan kadang-kadang Staphylococus aureus. Flora ini terdapat ada
lokasi yang lebih dalam dan lebih sukar dihilangkan daripada flora transien.
( Fauziah, 2010)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi yang terjadi pada luka post partum disebabkan adanya kuman
yang masuk ke dalam tubuh yang berkembangbiak dan menyebabkan
terjadinya luka infeksi. Infeksi yang terjadi pada ibu post partum jika tidak
segera ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian pada ibu. Infeksi
yang terjadi karena adanya luka atau robekan pada jalan lahir menyebabkan
kuman akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh, sehingga bakteri patogen
akan berkembang biak dan menjadi sarang kuman tersebut.
Infeksi post partum yang terjadi pada ibu menimbulkan rasa tidak
nyaman yang berakibatkan ibu akan mengalami nyeri pada infeksi yang terjadi
dan mobilitas fisik ibu semakin terbatas. Robekan terjadi di lapisan kulit dan
jaringan sekitar vagina, namun belum mencapai otot. Robekan yang terjadi
lebih dalam dan tidak hanya melibatkan kulit dan jaringan sekitar vagina, tapi
juga otot. Robekan tingkat 3 mencakup robekan pada kulit, otot perineum,
hingga otot yang mengelilingi anus. Robekan tingkat 4 lebih dalam dari otot
anus, bahkan mencapai usus. Sama seperti robekan tingkat 3, robekan tingkat
4 juga dapat menimbulkan komplikasi meski sudah dijahit. Komplikasi tersebut
dapat berupa inkontinensia tinja dan rasa nyeri yang bisa berlangsung selama
berbulan-bulan. Pada saat ini banyak cara untuk mencegah maupun
mengatasi terjadinya infeksi pada post partum. Tindakan tersebut dilakukan
untuk mencegah Angka Kematian Ibu yang cukup tinggi di negara Indonesia.
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengobatan komplementer dengan memanfaatkan bahan yang
bersifat alami, mengambil dari alam seperti herbal terbukti efektif
sebagai alternatif dalam perawatan masa nifas. Penggunaan
tanaman seperti lidah buaya, kayu manis, daun sirih merah, daun
pegagan, dan teh hijau terbukti efektif dalam mengurangi nyeri
perineum dan mempercepat penyembuhan luka perineum.
2. Penyembuhan Luka selama 3 hari dengan menggunakan Eusol
yaitu terdiri atas penyembuhan luka dengan kategori lama
sebanyak 6 responden (60%) dan penyembuhan luka dengan
kategori sedang sebanyak 2 responden (40%) sedangkan
penyembuhan luka dengan kategori cepat adalah 0 responden (0
%).
3. Penyembuhan Luka selama 6 hari dengan menggunakan
povidineiodine yaitu penyembuhan luka dengan kategori lama
sebanyak 2 responden (40%) dan penyembuhan luka dengan
kategori sedang sebanyak 3 responden (60%) sedangkan
penyembuhan luka dengan kategori cepat adalah 0 responden (0
%).
4.2 Saran
Saran kelompok dari asuhan keperawatan pada ibu dengan infeksi post
partum adalah kita sebagai seorang perawat hendanya memberikan edukasi
atau pengetahuan kepada ibu post partum untuk melakukan beberapa hal
yang dapat mencegah atau menghindari infeksi pada daerah perineum
contohnya, seperti memberikan pengetahuan tentang cara personal hygiene /
vulva hygiene, cara melakukan senam nifas dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Armini, Ni Ketut Alit, et al. "Buku Ajar Keperawatan Maternitas 2." (2016).
BAB, I., and KONSEP DASAR POSTNATAL CARE. "1.2 Klasifikasi."
Manoe, Tiara. Asuhan Keperawatan Post Partum Pada Ny. NL Dengan G2 P2ao Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase, Kota Kupang. Diss. Poltekkes Kemenkes Kupang,
2019.
Mutdinia, Gaharuni Sahika. "ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA POST
PARTUM SPONTAN DENGAN EPISIOTOMI." (2019).
Siagian, N. A., Nusaibah, S., & Manalu, A.B. (2019). Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap
Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Cesaria. Jurnal Keperawatan
Medik, 2(1), 14-17
Timbawa, S., Kundre, R., & Bataha, Y. (2015). Hubungan vulva hygiene dengan
pencegahan infeksi luka perineum pada ibu post partum Di Rumah Sakit
Pancaran Kasih Gmim Manado. Jurnal Keperawatan, 3(2)
Tulas, Verby Divini Prety, Rina Kundre, and Yolanda Bataha. "Hubungan Perawatan Luka
Perineum Dengan Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum Di Rumah Sakit
Pancaran Kasih Gmim Manado." Jurnal Keperawatan 5.1 (2017).
Timbawa, Sriani, Rina Kundre, and Yolanda Bataha. "Hubungan vulva hygiene dengan
pencegahan infeksi luka perineum pada ibu post partum Di Rumah Sakit
Pancaran Kasih Gmim Manado." Jurnal Keperawatan 3.2 (2015).
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12065/2/T1%20_462008062_BAB
%20II.pdf
Pratiwi, Y. S., Handayani, S., & Hardaniyati, H. (2020). Pemanfaatan Herbal Dalam
Penyembuhan Luka Perineum. Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, 8(1), 22-28.
Yufdel, Y., Nasution, S. K., & Harahap, S. (2015). PERBEDAAN PENGARUH
PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN POVIDONE IODINE DAN EUSOL
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA PASIEN POST
PARTUM DI RS FAJAR MEDAN TAHUN 2015. Jurnal Ilmiah PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 10(1),
111-120.