Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Konsep Askep Keganasan Dan Kongenital Pada Sistem Hematologi Pada Anak

LEUKIMIA

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2

Dosen pengampu : Ns. Liliek Fauziah,M.Kep

Di susun oleh :

Nur Intan Mutia Farawahdini 1420119031 Ridwan Prawira Kusuma 1420119016


Ribka Savira 1420119025 Pipit Pratiwi 1420119032
Riski Aditia 1420119036 Resti Rahmawati 1420119062
Nomi Kogoya 1420119046 Shalsabila Febrianti 1420119040
Sabrina Eka Puteri Dianti 1420119033 Petrus Raymundo Romero S 1420119049
Rida Silpia 1420119053

SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
JL. KH.WAHID HASYIM NO.161 KOTA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
pernyertaan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini berjudul
“Konsep Askep Keganasan Dan Kongenital Pada Sistem Hematologi Pada Anak”, dengan
dibuatnya makalah ini sebagai salah satu syarat dalam memenuhi sebagian tugas Keperawatan
Anak 2. Maka dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : Ibu Ns.
Liliek Fauziah,M.Kep. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Anak 2 yang telah
membimbing dalam proses pengerjaan makalah ini.

Dalam proses penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Selain
itu, kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak-
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan
menumbuhkan semangat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Kami sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Kami
berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bandung, 07 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI 3

2.2.1 Pengertian Leukimia 3


2.2.2 Etiologi /Penyebab Leukimia 3
2.2.3 Tanda dan Gejala Leukimia 4
2.2.4 Klasifikasi Penyakit Leukemia 5
2.2.5 Patofisiologi Penyakit Leukemi 7
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik Pada Penyakit Leukemia 7
2.2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Pada Penyakit Leukimia 8
2.2.8 Rencana Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Leukimia 9
2.2.8.1 Pengkajian 10
Pemeriksaan Fisik Pada Leukimia 11
Analisa Data 15
Pemeriksaan Diagnostik 15
2.2.8.2 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 16
2.2.8.3 Intervensi Keperawatan 17
2.2.8.4 Implementasi Keperawatan 19
2.2.8.5 Evaluasi Keperawatan 19

BAB 3 PENUTUP 20

3.3.1 Kesimpulan 20
3.3.1 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1, Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsaperbesaran 5

Gambar 2, Leukemia Mielositik Akut 5

Gambar 3 LLK, Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa 6

Gambar 4, LMK 6

Tabel Intervensi Keperawatan 17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang. Penyakit ini dijumpai pada anak dan dewasa, yang dapat terjadi jika
terdapat perubahan dalam proses pengaturan sel normal sehingga mengakibatkan
proliferasi sel-sel punca hematopoietik dalam sumsum tulang.
Leukemia adalah kanker yang paling sering dijumpai pada masa anak-anak,
menyerang kurang lebih 2500 anak setiap tahun di Negara Berkembang.
Leukimia terklasifikasi menjadi beberapa macam. Klasifikasi leukemia pada anak
penting untuk memahami patofisiologi penyakit dan perkembangan metode terapi yang
lebih spesifik. Leukemia pada anak dapat diklasifikasikan sebagai akut, kronik atau
kongenital (Rudolph, 2006).
Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk leukemia yang paling
lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat pada usia 3-7 tahun. Leukemia akut
ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk.
Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu
hingga hari.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah “Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak dengan Leukimia ?”.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien anak dengan leukimia.
2. Tujuan Khusus

1
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien anak dengan
leukimia.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien anak dengan leukimia.
c. Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada klien anak dengan
leukimia.
d. Mampu melaksanakan intervensi asuhan keperawatan pada klien dengan leukimia.
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien anak dengan leukimia.

1.3 Manfaat

1. Bagi penulis

Hasil makalah ini diharapkan penulis dapat menegakkan diagnose


keperawatan, menentukan intervensi dengan tepat untuk klien dengan masalah
keperawatan pada sistem kekebalan tubuh, khususnya dengan klien anak dengan
diagnosa medis leukimia.

2. Bagi pembaca

Hasil makalah ini di harapkan dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi
terapan bidang keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien anak
dengan leukimia.

2
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori

2.2.1 Pengertian Leukimia

Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang sering ditemui pada
anak- anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang dan sistem limfatik (Wong
et al, 2009).

Leukemia adalah suatu tipe dari kanker yang berasal dari kata Yunani leukos-putih,
haima-darah. Penyakit ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu membelah tidak
terkontrol dan menggangu pembelahan sel darah normal. Leukemia (kanker darah) adalah
jenis penyakit kanker yang menyerang sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang
(bone marrow) (Padila, 2013).

Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).

Jadi dapat kita simpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya
proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah
yang berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

2.2.2 Etiologi /Penyebab Leukimia

Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :

1. Faktor Eksogen

a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan leukemia


meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan dysplasia sumsum tulang

3
belakang,anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T Leukemia
Virus ) dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit dan
sejak itu diisolasi dari sample serum penderita leukemia sel T.

2. Faktor Endogen

a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seperti


sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20 x lipat dan riwayat leukemia
dalam keluarga . insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang
terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot.
b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang tidak
diturunkan.

(Price, 2006 : 248)

2.2.3 Tanda dan Gejala Leukimia

Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura merupakan hal
yang umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf
pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein yang
meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat beberapa hubungan
antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
1) Pucat
2) Malaise
3) Keletihan(letargi)
4) Perdarahan gusi
5) Mudah memar
6) Petekia dan ekimosis
7) Nyeri abdomen yang tidak jelas
8) Berat badan turun
9) Iritabilitas
10) Muntah
11) Sakit kepala (pusing)
(Hidayat, 2006 : 45)

4
2.2.4 Klasifikasi Penyakit Leukemia

Menurut (Price, 1999), Leukemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu :

1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia granulositik akut (LGA) yang
dikarakteristikkan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi pada semua
usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan
ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan
infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan orang lain, (gambar 1).

(Gambar 1, Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsaperbesaran)

2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan persentase 75% - 80%. LLA
menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar
(trombositopeni), dan infeksi 19(neutropenia). Limfoblas biasanya di temukan dalam darah
tepi dan selalu ada di sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya limfedenopati,
splenomegali, dan hepatomegali 70% anak dengan leukemia limfatik akut ini bisa
disembuhklan, (gambar 2).

5
(Gambar 2, Leukemia Mielositik Akut).

3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan peningkatan jumlah leukosit
disertai limfositosis, Perjalanan penyakit biasanya jinak dan indikasi pengobatan adalah
hanya jika timbul gejala, (gambar 3).

(Gambar 3 LLK, Hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa).

4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)

LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK), gambaran menonjol adalah,
(gambar 4) :

a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah kromosom abnormal
yang ditemukan pada sel-sel sumsumtulang.
b. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tibatiba dari jumlah besar
mieloblast.

(Gambar 4, LMK).

6
2.2.5 Patofisiologi Penyakit Leukemi

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan
tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal


yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan
angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur
termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua
kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah
dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati,
limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik Pada Penyakit Leukemia

a. Hitung darah lengkap :

1) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.

2) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/ mm).

3) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan sel darah putih
imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel blast leukemia.

7
b. Pemeriksaan sel darah tepi : Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga
dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel yang beredar.

c. Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat.

d. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih dari
sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast, dengan prekusor
eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun.

e. Biopsi nodus limfa : Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal dan granulosit.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan
sumsum tulang. (Doengoes, 2000)

2.2.7 Penatalaksanaan Keperawatan Dan Medis Pada Penyakit Leukimia

a. Keperawatan

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pursed lips).
2. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
3. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan).
4. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian diet pasien.
5. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
6. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
7. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
8. Pantau selalu intake dan out put pasien.
9. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar pasien
merasa nyaman.

b. Medis

8
1. Transfusi darah Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan
transfuse trombosit.
2. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan
gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan
dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan
prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk daerah kraniospinal dan
injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan
pada system saraf pusat. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin
penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama).
4. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno
terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian
imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar
terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
5. Transplantasi sumsum tulang.

2.2.8 Rencana Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Leukimia

Asuhan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta
kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari secara mandiri, (UNIMUS, Nurilawati, 2016). Di dalam memberikan asuhan
keperawatan menurut (UNIMUS, Nurilawati,2016) terdiri dari beberapa tahap atau langkah-
langkah proses keperawatan yaitu :

9
2.2.8.1 Pengkajian

a. Identitas pasien yang meliputi nama, no RM, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status
tanggal MRS, dan tanggal pengkajian.
b. Keluhan utama Anak yang menderita leukemia sering mengalami keluhan-keluhan yang
tidak spesifik sehingga diduga anak hanya mengalami sakit yang sifatnya ringan, sehingga
tidak segera dibawa ke dokter. Data-data yang perlu di kaji adalah data yang didapatkan pada
anak berkaitan dengan kegagalan sumsum tulang dan adanya infiltrasi ke organ lain,
diantaranya sebagai berikut : (Susilaningrum, 2013)
1. Kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah mengakibatkan berbagai
keluhan dan gejala yaitu sebagai berikut:
a) Anemia Seperti bahasan terdahulu tentang gejala anemia, anak pada leukemia
juga mengalami pucat, mudah lelah, dan kadang-kadang sesak nafas. Anemia
terjadi karena sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah.
b) Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Adanya penurunan leukosit secara
otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena yang berfungsi
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
Konsekuensi dari semua itu adalah tubuh akan mudah terkena infeksi yang
bersifat lokal atau sistemik dan sering berulang. Adanya suhu tubuh yang
meningkat akibat ada infeksi kuman secara sistemik (sepsis).
c) Perdarahan, tanda-tanda perdarahan dapat kita lihat dan kita kaji dari adanya
perdarahan mukosa, seperti gusi, hidung (epistaksis), atau perdarahan bawah
kulit yang sering disebut dengan petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma, tergantung kadar trombosit dalam darah. Bila
kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
2. Adanya sel-sel darah abnormal yang melakukan infiltrasi ke organ tubuh lain dapat
mengakibatkan hal sebagai berikut :
a) Nyeri pada tulang dan sendi, adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke sistem
muskuloskeletal membuat anak merasa tidak nyaman pada persendian
terutama bila digerakkan.
b) Pembesaran kelenjar getah bening, selain tulang belakang, kelenjar getah
bening merupakan salah satu tempat untuk membentuk limfosit yang
mempunyai salah satu fungsi untuk mekanisme pertahanan diri. Limfosit
merupakan salah satu bagian dari leukosit.
c) Hepatosplenomegali, lien atau limpa juga merupakan salah satu organ yang
berfungsi untuk membentuk sel darah merah pada masa bayi dalam
kandungan. Bila sumsum tulang mengalami kerusakan, lien atau hepar dapat
mengambil alih fungsinya untuk pertahanan diri.
d) Penurunan kesadaran, adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
3. Selain data-data tersebut, perlu juga kita kaji data yang tidak spesifik yang biasanya
dialami anak yang sakit, misalnya :
a) Pola makan, biasanya mengalami penurunan nafsu makan

10
b) Kelemahan dan kelelahan fisik
c) Pola hidup, terutama dikaitkan dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang tergolong karsinogenik, yaitu makanan yang beresiko mempermudah
timbulnya kanker karena mengandung bahan pengawet/kimia.
d) Apabila pasien yang kita kaji sedang dalam pemberian sitostatika, perlu
diperhatikan efek samping yang kemungkinan timbul, seperti rambut rontok,
mual, kuku yang menghitam atau stamatitis.
e) Pengkajian pola nutrisi meliputi anak sering mengalami penurunan nafsu
makan dan anoreksia, sehingga berat badan anak sangat rendah dan asupan
nutrisi tidak adekuat, dapat dikaji dengan metode: A (antropometric
measurement) pengukuran antropometri, B (biochemical data) data biomedis,
C (clinical sign) tanda-tanda klinis status gizi, D (dietary) diet. Data mayor
yang dapat dikaji pada defisit nutrisi adalah penurunan berat badan minimal
10% dari rentang normal adapun data minornya meliputi cepat kenyang
setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus
hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane mukosa
pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan dan diare.

Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi :

1. Biodata
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b) Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas danperdarahan.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
a) Riwayat kehamilan/persalinan.
b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
c) Riwayat pemberian imunisasi.
d) Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
e) Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.

PEMERIKSAAN FISIK

a) Keadaan Umum

Meliputi : Baik, jelek, sedang.

b) Tanda-tanda vital

11
- TD : Tekanan Darah

- N : Nadi

- P : Pernapasan

- S : Suhu

c) Antropometri

- TB : Tinggi Badan

- BB : Berat Badan

d) Sistem pernafasan

Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi


tambahan ronchi dan wheezing.

e) Sistem cardiovaskular

Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan
darah dan capylary reffiling time.

f) Sitem Pencernaan

Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi
abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah
meningkat atau tidak.

g) Sistem Muskuloskeletal

Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.

h) Sistem Integumen

Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak.

Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban.

Kuku : Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.

i) Sistem endokrin

Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.

12
j) Sitem Pengindraan

Mata : Lapang pandang dan visus.

Hidung : Kemampuan penciuman.

Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.

k) Sistem reproduksi

Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistemreproduksi.

1) Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma
Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnial :
- Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas
alkohol).
- Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus, penglihatan
perifer.
- Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.
- Nervus IV (Troklearis) :
Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.
- Nervus V (trigemenus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien merapatkan giginya
dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak
dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi
disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata yang berwarna dengan
lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks
kornea.

13
- Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata secara lateral.
- Nervus VIII (Fasialis) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi Larutan manis (gula), Asam (jus
lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior.
Kaji fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih besar untuk tersenyum,
menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum
dan menangis).
- Nervus VIII (akustikus) :
Uji pendengaran Klien.
- Nervus IX (glosofharingeus) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah
posterior.
- Nervus X (vagus) :
Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan spatel
lidah ke posterior faring untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf
cranial IX dan X mempengaruhi respon ini), jangan menstimulasi refleks
muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi
tengah.
- Nervus XI (aksesorius) :
Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan, minta anak
untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.
- Nervus XII (hipoglosus) :
Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. Periksa lidah terhadap deviasi
garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak menangis
dan tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan
spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji
kekuatannya.

6) Fungsi motorik :

Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.

7) Funsi sensorik :

Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.

14
8) Funsi cerebrum :

Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.

ANALISA DATA

a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut:
1. Lelah
2. Letargi
3. Pusing
4. Sesak
5. Nyeri dada
6. Napas sesak
7. Priapismus
8. Hilangnya nafsu makan
9. Demam
10. Merasa cepat kenyang
11. Waktu yeng cukup lama
12. Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Obiektif

Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :

1. Pembengkakan Kelenjar Lympa


2. Anemia
3. Perdarahan
4. Gusi berdarah
5. Adanya benjolan tiap lipatan
6. Ditemukan sel-sel muda
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Penunjang diagnosis pemeriksaan yang sering dilakukan yaitu :

a) Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil Hb dan eritrosit menurun,


leukosit normal, menurun, atau meningkat, trombosit menurun
(trombositopeni), kadang-kadang jumlahnya sedikit, Hapusan darah
homokrom, normasiter, dan hampir selalu dijumpai blastosit abnormal.
b) Pemeriksaan sumsum tulang, anak yang diduga menderita leukemia,
pemeriksaan sumsum tulang (boneage) mutlak dilakukan. Hasil pemeriksaan
hampir selalu penuh dengan balstosit abnormal dan sistem hemopoitik normal
terdesak.

Pemeriksaan medis

15
1) Hitung darah lengkap :
Menunjukkan normostik, anemia normostik.

Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.

Retikulosit : Jumlah biasanya rendah.

Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/ mm).

SDP : Mungkin lebih dari 50.000/ cm dengan peningkatan SDP imatur


(“menyimpang ke kiri”), mungkin ada sel blast leukemia.

1) PT/ PTT : Memanjang.


2) LDH : Mungkin meningkat.
3) Asam urat serum/ urine : Mungkin meningkat.
4) Muramidase serum (lisozim) : Penikngkatan pada leukemia monositik Akut dan
mielomositik.
5) Copper serum : Meningkat.
6) Zink serum : Menurun.
7) Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih darin
sel blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.
8) Foto dada dan biospy nodus limfe : Dapat mengidentifikasi derajat keterlibatan.

2.2.8.2 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

Menurut buku NANDA (2015) dan buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
atau SDKI (2016 & 2017), diagnosa keperawatan yang akan muncul adalah :

1. Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen Injury Biologi.


2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kurangnya Suplai O2 Ke Jaringan
Otak.
3. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat (penurunan
Hb).
6. Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Berlebihan
(muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual, anoreksia).
7. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Anoreksia.

16
8. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.
9. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi.

2.2.8.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Diagnosa : Nyeri Kronik Tujuan : Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan dengan Agen Injury intervensi 3x 24 jam, nyeri secara komprehensif
Biologi. diharapkan Nyeri Kronik termasuk lokasi,
DS : berkurang dan teratasi. karakteristik, durasi,
1. Laporan secara verbal Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
DO : 1. Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi.
1. Posisi untuk menahan nyeri. (tahu penyebab nyeri, 2. Observasi reaksi
2. Tingkah laku berhati-hati. mampu menggunakan nonverbal dari
3. Gangguan tidur (mata sayu, tehnik nonfarmakologi ketidaknyamanan.
tampak capek, sulit atau gerakan untuk mengurangi nyeri, 3. Bantu pasien dan
kacau, menyeringai. mencari bantuan). keluarga untuk mencari
4. Terfokus pada diri sendiri. 2. Melaporkan bahwa nyeri dan menemukan dukungan.
5. Fokus menyempit (penurunan berkurang dengan 4. Kontrol lingkungan yang
persepsi waktu, kerusakan proses menggunakan manajemen dapat mempengaruhi nyeri
berpikir, penurunan interaksi dengan nyeri. seperti suhu ruangan,
orang dan lingkungan). 3. Mampu mengenali nyeri pencahayaan dan
6. Tingkah laku distraksi, contoh : (skala, intensitas, frekuensi kebisingan.
jalan-jalan, menemui orang lain dan tanda nyeri). 5. Kurangi faktor
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang- 4. Menyatakan rasa nyaman presipitasi nyeri.
ulang). setelah nyeri berkurang. 6. Kaji tipe dan sumber
7. Respon autonom (seperti 5. Tanda vital dalam nyeri untuk menentukan
diaphoresis, perubahan tekanan rentang normal. intervensi.
darah, perubahan nafas, nadi dan 6. Tidak mengalami 7. Ajarkan tentang teknik
dilatasi pupil). gangguan tidur non farmakologi: napas
8. Perubahan autonomic dalam tonus dala, relaksasi, distraksi,
otot (mungkin dalam rentang dari kompres hangat/ dingin.
lemah ke kaku). 8. Berikan analgetik untuk
9. Tingkah laku ekspresif (contoh : mengurangi nyeri: ……...
gelisah, merintih, menangis, waspada, 9. Tingkatkan istirahat.
iritabel, nafas panjang/berkeluh 10. Berikan informasi
kesah). tentang nyeri seperti
10. Perubahan dalam nafsu makan penyebab nyeri, berapa
dan minum. lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
2 Diagnosa : Pola Nafas Tidak Efektif Tujuan : Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien untuk
beruhubungan dengan Kurangnya intervensi 3x 24 jam, memaksimalkan ventilasi.
Suplai O2 Ke Jaringan Otak. diharapkan Pola Nafas 2. Auskultasi suara nafas,
DS : Kembali Efektif. Kriteria catat adanya suara
1. Dypnea. Hasil : tambahan.
2. Nafas Pendek. 1. Mendemonstrasikan 3. Monitor respirasi dan

17
batuk efektif dan suara status O2.
DO : nafas yang bersih, tidak ada 4. Pertahankan jalan nafas
1. Penurunan tekanan inspirasi/ sianosis dan dyspneu yang paten.
ekspirasi. (mampu mengeluarkan 5. Atur peralatan
2. Penurunan pertukaran udara per sputum, mampu bernapas oksigenasi.
menit. dengan mudah, tidak ada 6. Monitor adanya
3. Menggunakan otot pernafasan pursed lips). kecemasan pasien terhadap
tambahan. 2. Menunjukkan jalan nafas oksigenasi.
4. Orthopnea. yang paten (klien tidak 7. Monitor TD, nadi, suhu,
5. Pernafasan pursed-lip. merasa tercekik, irama dan RR sesudah dan
6. Tahap ekspirasi berlangsung sangat nafas, frekuensi pernapasan sebelum, selama, dan
lama. dalam rentang normal, tidak setelah aktivitas.
7. Penurunan kapasitas vital. 8. ada suara nafas abnormal). 8. Monitor pola pernapasan
Respirasi < 11-24x/menit. 3. Tanda-tanda vital dalam abnormal.
rentang normal (tekanan 9. Monitor suhu, warna,
darah, nadi, pernafasan). dan kelembapan kulit.
10. Monitor sianosis
perifer.
3 Diagnosa : Resiko Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Pertahankan teknik
berhubungan dengan Pertahanan intervensi 3x 24 jam, aseptif.
Sekunder Inadekuat (penurunan Hb). diharapkan Defisit 2. Batasi pengunjung bila
Faktor-faktor resiko : Perawatn Diri pasien perlu.
1. Prosedur Infasif. teratasi. 3. Cuci tangan setiap
2. Kerusakan jaringan dan Kriteria Hasil : sebelum dan sesudah
peningkatan paparan lingkungan. 1. Klien bebas dari tanda tindakan keperawatan.
3. Malnutrisi. dan gejala infeksi. 4. Gunakan baju, sarung
4. Peningkatan paparan lingkungan 2. Menunjukkan tangan sebagai alat
patogen. kemampuan untuk pelindung.
5. Imonusupresi. mencegah timbulnya 5. Ganti letak IV perifer
6. Tidak adekuat pertahankan infeksi. dan diressing sesuai
sekunder (penurunan Hb, 3. Jumlah leukosit dalam dengan petunjuk umum.
Leukopenia, penekanan respon batas normal. 6. Gunakan kateter
inflamasi). 4. Menunjukkan perilaku intermiten untuk
7. Penyakit kronik. hidup sehat. menurunkan infeksi
8. Imunosupresi. 5. Status imun, kandung kencing.
9. Malnutrisi. gastrointestinal, genitouria 7. Tingkatkan intake
10. Pertahanan primer tidak adekuat dalam batas normal. nutrisi.
(kerusakan kulit, trauma jaringan, 8. Berikan terapi antibiotik.
gangguan peristaltik). 9. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.
10. Pertahankan teknik
isolasi k/p.
11. Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase.
12. Monitor adanya luka.
13. Dorong masukan
cairan.
14. Dorong istirahat.

18
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi.
16. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap

2.2.8.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan
pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu
persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam, 2009).

Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya mencapai


kebutuhan dasar seperti :

1) Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk mengidentifikasi


masalah baru atau memantau status dan masalah yang ada pada klien.
2) Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan baru
mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau penatalaksanaan
penyimpangan.
3) Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan kesehatannya.
4) Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar
memperoleh arahan yang tepat dan benar.
5) Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan pada klien.
6) Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

2.2.8.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, (Rohmah &
Walid, 2012). Evaluasi berisi Subjektif(S), Objektif(O), Analisis(A), dan Planning
(P).

19
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima berarti
darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang yang disebabkan oleh sel
darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika sel darah yang bersifat kanker
membelah tak terkontrol dan seeara mengganggupembelahan sel darah normal.

Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009).

3.2 Saran

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat memahami dan mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai klien dengan Leukemia karena dengan adanya pengetahuan
dan wawasan yang luas, mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat
mengenai Leukemia, dan faktor-faktor pencetusnya, serta bagaimana pencegahan untuk kasus
tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dzaki, Farid. 2018. “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.A Dengan Penyakit Leukimia Di
Ruangan Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi Tahun
2018.”http://repo.stikesperintis.ac.id/125/1/04%20FARID%20MUHAMMAD%20DZAKI
%2C%20LEUKEMIA.pdf. (diakses tanggal 08 April 2021)

Nurarif .A. H. Dan Kusuma. H.. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jokjakarta: MediAction.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC

Ananda, Annisa. 2016. “Asuhan Keperawatan Leukemia pada Anak1.docx”.


https://www.academia.edu/31690187/Asuhan_Keperawatan_Leukemia_pada_Anak1_docx.
(diakses pada tanggal 08 April 2021)

21

Anda mungkin juga menyukai