Anda di halaman 1dari 39

Struktur APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


 Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat rakyat, pemerintah dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya harus memiliki rencana yang matang. Rencana
tersebut akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap pelaksanaan tugas negara
termasuk pula dalam hal pengurusan keuangan
 Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana triliunan rupiah
melalui APBN. Penyusunan APBN merupakan rangkaian aktifitas yang melibatkan
banyak pihak termasuk departemen , lembaga dan DPR, peran DPR dalam hal ini
sebagai otoritas yang mengawasi arus keluar dana APBN
 Sesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dala bentuk Undang-undang, dalam hal ini
Presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan Rancangan APBN kepada DPR.
RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan
penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan defisit dan kebijakan
pemerintah.

Ruang Lingkup APBN


 APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung dalam satu
rekening yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral
(Bank Indonesia). Pada dasarnya semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah
harus dimasukkan dalam rekening tersebut.
 Sesuai dengan peraturan pemerintah perundangan yang terkait dengan pengelolaan
APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam APBN. Dengan
kata lain pada saat pertanggungjawaban APBN, semua realisasi penerimaan dan
pengeluaran dalam rekening harus dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua
penerimaan dan pengeluaran yang telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah
merupakan penerimaan dan pengeluaran “on budget”

Perkiraan APBN
Perkiraan-perkiraan APBN terdiri dari:
 penerimaan
 pengeluaran
 transfer
 surplus/defisit dan
 pembiayaan

Sejarah Format APBN


 Selama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN menggunakan format T-
account.
 Format ini dirasakan masih mempunyai kelemahan antara lain tidak memberikan
informasi yang jelas mengenai pengendalian defisit dan kurang transparan sehingga
perlu disempurnakan
 Mulai TA 2000 format APBN diubah menjadi I-account, disesuaikan dengan
Government Finance Statistics (GFS)

Tujuan Perubahan Format APBN


Tujuan perubahan format dari T-account ke I-account adalah :
 Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN
 Untuk mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam pelaksanaan dan
pengelolaan APBN
 Untuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget negara lain
 Untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang
didistribusikan oleh pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan
UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah

T-Account
 Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dipisahkan di kolom yang
berbeda
 T-account mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamis
 Dalam versi T-account, format seimbang dan dinamis diadopsi. Seimbang berarti sisi
penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah
pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan, kemudian kekurangannya
ditutupi dari pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri

T-Account (Cont’d)
Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerah
 Versi T-account tidak menunjukan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan akibat dari sistem anggaran
yang terpusat
 Pada format T-account, pinjaman luar negeri dianggap sebagai penerimaan
pembangunan dan pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap sebagai
pengeluaran rutin

I-Account
 Dalam I-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran tidak dipisahkan atau dalam
satu kolom
 I-account menerapkan anggaran defisit/surplus
 Dalam versi I-account, anggaran surplus/defisit diadopsi. Perubahan – perubahan itu
dengan jelasnya digambarkan oleh posisi overall balance

I-Account (Cont’d)
 Defisit/surplus adalah perbedaan antara jumlah penerimaan dan hibah, dan jumlah
pengeluaran. Perbedaan negatif-jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah
penerimaan- berarti defisit.
 Jika perbedaan adalah positif –jumlah penerimaan dan hibah lebih besar dari jumlah
pengeluaran- itu berarti surplus.
 Sumber – sumber pembiayaan untuk menutup defisit mungkin berasal dari
pembiayaan dalam dan luar negeri

I-Account (Cont’d)
Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerah
 versi I-account dengan jelas menunjukan komposisi jumlah anggaran yang dikelola
oleh pemerintah daerah
 I-account, pinjaman luar negeri dan pembayaran cicilannya dikelompokan sebagai
pembiayaan anggaran

Format I-Account APBN


Dengan format baru ini pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang,
sehingga jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan
cicilan pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang

Format I-Account APBN


A. Pendapatan dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Pajak
2. Penerimaan Bukan Pajak
II. Hibah
B. Belanja Negara
I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
1. Pengeluaran Rutin
2. Pengeluaran Pembangunan
II. Dana Perimbangan
III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)
E. Pembiayaan
I. Dalam Negeri
II. Luar Negeri

Penjelasan Komposisi APBN


A. Penerimaan
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak
lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan
Non Pajak, diantaranya penerimaan dari sumber daya alam, laba BUMN
B. Pengeluaran
Secara umum, pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun anggaran harus
ditutup dengan penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Berbeda dengan
anggaran penerimaan negara yang diperlakukan sebagai target penerimaan
pemerintah dan diharapkan dapat dilampauinya, anggaran pengeluaran merupakan
batas pengeluaran yang tidak boleh dilampaui.
C. Pengeluaran (Cont’d)
Secara Umum, proses terjadinya pengeluaran melalui 4 tahap, yaitu:
1. Kewenangan Anggaran
2. Pelimpahan Kewenangan Anggaran
3. Kewajiban
4. Realisasi Pengeluaran (outlays)
D. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah dalam rangka program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi
hasil penerimaan, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus
E. Dana Otonomi Khusus
Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik
khusus yang membedakan dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat
dana alokasi yang lebih besar untuk mengatasi masalah yang kompleks di
wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya dan mengurangi ketertinggalan dari propinsi lainnya.
F. Defisit dan Surplus
Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.
Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan
yang melebihi pengeluaran disebut surplus.
G. Keseimbangan
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu :
keseimbangan primer, dan keseimbangan umum.
Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak
termasuk pembayaran bunga, sedangkan
Kesembangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total pengeluaran
termasuk pembayaran bunga
H. Pembiayaan
Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber
pembiayaan yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi
penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, dan pembiayaan luar negeri
meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman program dan
penjadwalan kembali utang

Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Penyusunan APBN
Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional atas nama Presiden
mempunyai tanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyusunan APBN. Menteri
Keuangan bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran
belanja rutin. Sementara itu Bappenas dan Menteri Keuangan bertanggungjawab dalam
mengkoordinasikan penyusunan anggaran belanja pembangunan
Proses penyusunan APBN dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu:
1. Pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR
2. Pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN
1. Pembicaraan Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan
DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan
dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi
penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran. Tahapan ini
diakhiri dengan finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah
2. Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN
Hal ini dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan Panitia anggaran, maupun
antara komisi dengan departemen. Hasil pembahasan ini adalah UU APBN yang
memuat alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan
kegiatan yang disebut satuan 3.
2. Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)
Berdasarkan satuan 3 (alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, sub
sektor, program dan kegiatan), Dirjen Anggaran dan Menteri Membahas detail
pengeluaran rutin berdasarkan pedoman penyusunan DIK dan indeks satuan biaya
yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Untuk pengeluaran pembangunan, Dirjen
Anggaran, Bappenas, dan Menteri teknis membahas detail pengeluaran untuk tiap-
tiap kegiatan.
2. Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)
Apabila DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah tersebut , maka
pemerintah menggunakan APBN tahun sebelumnya. Hal ini berarti maksimum yang
dapat dilakukan pemerintah harus sama dengan pengeluaran tahun lalu.

Hasil pembahasan diatas didokumentasikan kedalam dokumen-dokumen berikut:


• Daftar Isian Kegiatan, dokumen yang berlaku sebagai otorisasi untuk pengeluaran
rutin pada masing-masing unit organisasi.
• Daftar Isian Proyek, dokumen anggaran berlaku sebagai otorisasi untuk pengeluaran
pembangunan untuk masing-masing proyek pada unit organisasi.
• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin (SPAAR), dokumen yang menetapkan
besaran alokasi anggaran rutin untuk setiap kantor/satuan kerja di daerah yang
selanjutnya akan dibahas anatara Kantor Wilayah DJA dan Instansi Vertikal
Departemen/ Lembaga untuk kemudian dituangkan dalam DIK.
• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Pembangunan (SPAAP), dokumen yang
menetapkan besaran alokasi anggaran pembangunan untuk setiap proyek/bagian
proyek yang selanjutnya akan dibahas antara Kantor wilayah DJA dengan instansi
vertikal/dinas untuk kemudian dituangkan dalam DIP.
• Surat Keputusan Otorisasi (SKO), dokumen otorisasi untuk penyediaan dana kepada
departemen/lembaga/pemerintah daerah dan pihak lain yang berhak baik untuk rutin
maupun pembangunan.

PERATURAN PELAKSANAAN:
 PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
 PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-KL) Tahun 2005
 PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
 PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis Penyelesaian Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
 PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2005
 PMK Nomor 54/PMK. 02/2005 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan
RKA-KL

PERUBAHAN FORMAT ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT :


1. Penerapan sistem penganggaran terpadu (unified budged), melalui penyatuan
anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang sebelumnya
dipisahkan; dan
2. Reklasifikasi rincian belanja negara menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja,
yang sebelumnya dirinci menurut sektor dan jenis belanja.

SASARAN PERUBAHAN FORMAT ANGGARAN BELANJA NEGARA :


 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan belanja negara, melalui:
a. Minimalisasi duplikasi rencana kerja dan penganggaran dalam belanja negara
b. Meningkatkan keterkaitan antara keluaran (output) dan hasil (outcomes) yang
dicapai dengan penganggaran organisasi
 Penyesuaian dengan klasifikasi internasional

PENELAAHAN RKA-KL DAN DIPA 2005


 Kementerian Keuangan cq. DJAPK menelaah kesesuaian RKA-KL dengan pagu
sementara, standar biaya, dan prakiraan maju; dan
 Bappenas menelaah sinkronisasi program dalam RKA-KL dengan RKP.
Penelaahan tersebut dilakukan pada minggu kedua
Juli sampai dengan awal Agustus
 Kementerian Keuangan cq DJPbn menelaah kesesuaian antara DIPA dengan Keppres
tentang Rincian APBN 2006 (yang diterbitkan selambat-lambatnya November 2005)

PENYUSUNAN RKA-KL 2006 DAN DIPA 2006


 Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan (cq DJAPK) dan Bappenas
dimulai pada minggu kedua Juli sampai awal Agustus 2005
 Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (paling lambat November 2005)
 Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga paling lambat minggu kedua
Desember 2005
 Kementerian Keuangan cq Direktur Jenderal Perbendaharaan melakukan penelaahan
kesesuaian antara konsep DIPA yang diajukan oleh kementerian/lembaga dengan
Keppres tentang Rincian APBN 2006
 Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran paling lambat 31 Desember 2005
 Pelaksanaan APBN 2006 mulai 1 Januari 2006

Reformasi penganggaran :
a. Unifikasi anggaran, yang mengkonsolidasi pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan;
b. Penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expediture
framework/MTEF), yang mempererat perencanaan dan penganggaran serta
meningkatkan derajat prediksi kemampuan anggaran jangka menengah; dan
c. Penerapan penganggaran berbasis kinerja dan untuk tingkatkan efisiensi dan
efektifitas pelayanan pemerintah.

Struktur Anggaran Pendapatan Belanja Daerah


Struktur APBD
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui
oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi
mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan
Secara garis besar, struktur APBD terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah,
dan pembiayaan daerah
• Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
• Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
• Pembiayaan Daerah adalah semua kegiatan pemerintah untuk menutup defisit
anggaran atau memanfaatkan surplus
Pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan,
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
– PAD mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
– Dana Perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil (Pajak dan Sumber Daya Alam),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
– Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup hibah (barang atau uang dan/atau
jasa), dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana
penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau
pemerintah daerah lainnya.
Belanja daerah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja tidak
langsung dan belanja langsung.
– Belanja Tidak Langsung
Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung ini terdiri atas
belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan, dan belanja tidak terduga.
– Belanja Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dari suatu kegiatan terdiri dari
belanja pegawai (honorarium/upah), belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Struktur APBD

Surplus APBD
Surplus APBD dapat dimanfaatkan antara lain:
• Untuk pembayaran pokok utang
• Penyertaan modal (investasi) daerah
• Pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain
• Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial, yang diwujudkan dalam bentuk
program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada SKPD.
Pembentukan dana cadangan juga dapat dilakukan ketika terjadi surplus

Defisit APBD
Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup
defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari:
• Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya,
• Pencairan dana cadangan,
• Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
• Penerimaan pinjaman,
• Penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang

Klasifikasi APBD
Untuk kepentingan administratif, monitoring, dan evaluasi, struktur APBD
diklasifikasikan menurut
• urusan pemerintahan daerah
– 25 (dua puluh lima) urusan wajib pemerintahan daerah
– 8 (delapan) urusan pilihan pemerintahan daerah
• organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut
sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Struktur APBD
A.Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah didefinisikan sebagai semua penerimaan uang melalui
rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam
satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah
dikelompokkan atas:
 pendapatan asli daerah
 dana perimbangan
 lain-lain pendapatan daerah yang sah

Pendapatan Asli Daerah


Kelompok pendapatan asli daerah (PAD) dibagi menurut jenis pendapatan yang
terdiri atas
– pajak daerah,
– retribusi daerah,
– hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
– dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan
undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Sedangkan jenis hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang
mencakup:
• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD
• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN
• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok
usaha masyarakat

Penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi
daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dimasukkan ke dalam
jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain:
– hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
– jasa giro
– pendapatan bunga
– penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah
– penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah
– penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
– pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
– pendapatan denda pajak
– pendapatan denda retribusi
– pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
– pendapatan dari pengembalian
– fasilitas sosial dan fasilitas umum
– pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
– pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan

Dana Perimbangan
Kelompok pendapatan daerah yang kedua adalah Dana Perimbangan, yaitu dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Kelompok ini
dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:
 dana bagi hasil (DBH)
 dana alokasi umum (DAU)
 dana alokasi khusus (DAK)

Lain-lain Pendapapatan yang Sah


Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:
 hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi
swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri
yang tidak mengikat
 dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/ kerusakan akibat
bencana alam
 dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota
 dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
 bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya
Struktur APBD
B.Belanja Daerah
Untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
provinsi atau kabupaten/kota, pemerintah daerah membuat anggaran belanja setiap
tahunnya. Belanja daerah ini meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah
yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran
dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

Struktur APBD
Dalam APBD, belanja daerah dirinci menurut
 urusan pemerintahan
(urusan wajib atau urusan pilihan)
 organisasi
 program
 kegiatan
 kelompok
 jenis
 obyek dan rincian obyek belanja

Belanja Daerah
Belanja menurut kelompok belanja terdiri atas belanja tidak langsung dan belanja
langsung,
 Belanja Tidak Langsung
Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja
yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi
hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

 Belanja Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan
Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja
yang terdiri dari:
 belanja pegawai,
 belanja barang dan jasa, dan
 belanja modal
Ketiga jenis belanja langsung untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan
daerah ini dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan.

Belanja Daerah
Klasifikasi belanja menurut fungsi, bertujuan untuk keselarasan dan keterpaduan
pengelolaan keuangan negara. Pengklasifikasian menurut fungsi ini terdiri dari:
 pelayanan umum
 ketertiban dan ketentraman
 ekonomi
 lingkungan hidup
 perumahan dan fasilitas umum
 kesehatan
 pariwisata dan budaya
 pendidikan
 perlindungan sosial

Struktur APBD
C.Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit
atau untuk memanfaatkan surplus. Dalam APBD, pembiayaan daerah dirinci menurut
urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek
pembiayaan.

Pembiayaan Daerah
Pembiayaan terdiri atas:
 Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.
 Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali balk pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan mencakup:
 sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)
 pencairan dana cadangan
 hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
 penerimaan pinjaman daerah
 penerimaan kembali pemberian pinjaman
 penerimaan piutang daerah
Pengeluaran Pembiayaan
Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:
 pembentukan dana cadangan
 penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah
 pembayaran pokok utang
 pemberian pinjaman daerah

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui


oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Untuk menyusun APBD,
pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun:
– Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk jangka waktu 1
(satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah

 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. RKPD
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
Hal-hal yang harus termuat dalam RKPD adalah:
– Rancangan kerangka ekonomi daerah
– Prioritas pembangunan dan kewajiban daerah (mempertimbangkan prestasi capaian
standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan)
– Rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran
berkenaan. Tata cara penyusunannya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD berdasarkan RKPD


dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat antara lain:


 Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan
pemerintah daerah
 Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan
 Teknis penyusunan APBD
 Hal-hal khusus lainnya

Dalam menyusun rancangan kebijakan umum APBD, kepala daerah dibantu oleh
tim anggaran pemerintah daerah yang dikoordinasi oleh sekretaris daerah. Rancangan
kebijakan umum APBD yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris daerah selaku
koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada awal
bulan Juni.
Rancangan kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah kepada DPRD
untuk dibahas paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama Panitia
Anggaran DPRD. Rancangan Kebijakan Umum APBD yang telah dibahas selanjutnya
disepakati menjadi kebijakan umum APBD paling lambat minggu pertama bulan Juli
tahun anggaran berjalan

Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah


menyusun rancangan PPAS dengan tahapan sebagai berikut:
– Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan
– Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan
– Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program

Kepala daerah menyampaikan rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara


yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli
tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah
bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya
disepakati menjadi prioritas dan plafon anggaran sementara paling lambat akhir bulan
Juli tahun anggaran berjalan.

Kebijakan umum APBD serta PPAS yang telah disepakati masing-masing


dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala daerah dan
pimpinan DPRD
Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPAS, Tim Anggaran Pemda menyusun
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKA-SKPD) sebagai acuan bagi SKPD dalam menyusun RKA-SKPD

Pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:


– Prioritas dan plafon anggaran sementara yang dialokasikan untuk setiap program
SKPD
– Sinkronisasi program nasional dengan program pemerintah daerah dan antar program
SKPD terkait dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan
minimal yang ditetapkan
– Batas waktu penyampaian RKA-SKPD
– Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-
prinsip peningkatan efisiensi, efektivitas, tranparansi dan akuntabilitas penyusunan
anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja
– Dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon
anggaran sementara, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, standar analisis
belanja, dan standar harga.

Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD, Kepala SKPD menyusun RKA-


SKPD. RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah daerah, penganggaran terpadu, dan penganggaran berdasarkan prestasi
kerja

• Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun


prakiraan maju. Prakiraan maju berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program
dan kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Sedangkan pendekatan penganggaran
terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran
di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran. Dan
pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari
kegiatan dan hasil yang diharapkan dari program termasuk efisiensi dalam pencapaian
hasil dan keluaran tersebut

• Demi terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan kerangka


pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja serta terciptanya kesinambungan RKA-SKPD, kepala
SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran
sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan. Evaluasi
tersebut bertujuan untuk menilai program dan kegiatan yang belum dapat
dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya akan dilaksanakan
dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya
dari tahun yang direncanakan.

Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk
pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, harus dianggarkan pada tahun yang
direncanakan. Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja didasarkan pada:
a. Indikator kinerja
– Ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari program dan kegiatan yang
direncanakan.
b. Capaian atau target kinerja
– Merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang berwujud kualitas,
kuantitas, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.
c. Analisis standar belanja.
– Merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk
melaksanakan suatu kegiatan.
d. Standar satuan harga
– Harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Daerah.
e. Standar pelayanan minimal
RKA SKPD
– Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat
Daerah
RKA SKPD 1
– Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 2.1
– Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 2.2
– Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan
Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 2.2.1
– Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per Kegiatan Satuan
Kerja Perangkat Daerah
RKA SKPD 3.1
– Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah
RKA SKPD 3.2
– Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah
• RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas
lebih lanjut oleh TAPD, hal ini dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-
SKPD dengan Kebijakan Umum APBD, prioritas dan PPAS, prakiraan maju yang
telah disetujui, serta capaian kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja,
standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Jika pada hasil pembahasan
RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian maka SKPD melakukan penyempurnaan.

• RKA-SKPD yang telah disempurnakan SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai


bahan penyusunan Raperda APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD. Raperda tentang APBD yang telah disusun disampaikan kepada
kepala daerah. Selanjutnya Raperda tentang APBD ini disampaikan kepada DPRD
untuk dibahas lebih lanjut. Akan tetapi, sebelum disampaikan kepada DPRD, Raperda
tentang APBD harus disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi ini bersifat
memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah.

• Ringkasan APBD
• Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi SKPD
• Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, pendapatan,
belanja dan pembiayaan
• Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, program
dan kegiatan
• Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan
daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara
• Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan
• Daftar piutang daerah
• Daftar penyertaan modal (investasi) daerah
• Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah
• Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain
• Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan
dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini
• Daftar dana cadangan daerah
• Daftar pinjaman daerah dan obligasi daerah.

 Ringkasan penjabaran anggaran pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan


daerah
 Penjabaran APBDmenurut urusan pemerintahan daerah, organisasi skpd, program,
kegiatan, kelompok, jenis, objek, rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

 Untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang direncanakan, tarif


pungutan/harga
 Untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga satuan,
lokasi kegiatan, dan sumber pendanaan kegiatan
 Untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan pembiayaan
dan tujuan pengeluaran pembiayaan.

 Setelah mendapatkan persetujuan DPRD, Raperda APBD diserahkan kepada


Gubernur/Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi. Setelah melewati tahapan evaluasi,
dapat dilakukan penetapan RAPBD menjadi APBD yang dituangkan dalam Peraturan
Daerah.

ILUSTRASI APBD
Dasar Perundangan APBD Berbasis Kinerja

UU No. 22/99 ttg


Pemerintahan Daerah

UU No. 25/99 ttg


Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah Anggaran Berbasis
Kinerja
PP 105/2000 ttg pengelolaan
dan pertanggungjawaban
keuangan daerah

KepMen DN No.29/2000
ttg keuangan daerah&
APBD

Perubahan Penganggaran

Line Item Performance


Budgeting Budgeting

Tidak dapat dinilai Mengaitkan setiap


efisiensi dan efektifitas pengeluaran dengan
program manfaatnya
Berorientasi jangka pendek dapat dinilai efisiensi dan
Belum mengaitkan setiap efektifitas program
pengeluaran dengan Berorientasi jangka
manfaatnya panjang
Penyusunan Anggaran Kinerja
PROSES PENYUSUNAN APBD

1. Kegiatan Penetapan strategi


Pendahuluan organisasi (visi dan misi)

2. Arah dan
Kebijakan Umum
APBD
Penetapan Aktivitas
3. Strategi &
Prioritas APBD

4. Rencana Anggaran
Satuan Kerja (RASK)

5. Evaluasi dan Pembuatan


seleksi RASK Tujuan
operasional
6. Pembahasan
RAPBD
Review dan Ranking
APBD

Proses Penyusunan APBD


 Langkah penyusunan APBD dilakukan dengan berdasar pada Rencana Strategis
Daerah (RENSTRADA) à dokumen strategi jangka panjang (strategic planning) yang
dimiliki Pemda
 Siklus RENSTRADA biasanya lima tahunan à yang akan dijabarkan dalam bentuk
tujuan operasional yang bersifat tahunan

1. Kegiatan Pendahuluan
 Penjaringan aspirasi masyarakat sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik
 Evaluasi kinerja tahun lalu untuk mendapat feedback bagi penyusunan APBD
sekarang
 Hasil penjaringan masyarakat dan feedback dan penjabaran Renstrada sebagai
dasar penentuan arah dan kebijakan umum APBD

2. Arah dan Kebijakan Umum APBD

RENSTRAD
Kebijakan A
Pemerintah
Pusat

MASYARAKAT
(Tokoh,LSM,Orm
Evaluasi as, dll
kinerja
masa lalu
Pokok
pikiran
DPRD

PEMDA DPRD
(eksekutif) (Legislatif)
Arah dan
Kebijakan
umum
APBD
Kesepakatan

2. Arah dan Kebijakan Umum APBD (cont’d)


Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :
 Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang ditetapkan dalam
Rencana Strategis Daerah dan dokumen perencanaan lainnya.
 Sesuai aspirasi masyarakat dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan
daerah.
 Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang sebagai pedoman
penyusunan strategi dan prioritas APBD serta penyusunan rancangan APBD
dalam satu tahun anggaran.
 Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah.

3. Strategi & Prioritas APBD


 Merupakan penjabaran lebih lanjut dari arah dan kebijakan umum
 Merupakan strategi operasional jangka pendek, sedangkan RENSTRADA
merupakan strategi jangka panjang
 Strategi dan prioritas APBD adalah pendekatan (metode) yang diprioritaskan
dalam rangka pemanfaatan sumber daya yang dimiliki pemerintah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3. Strategi & Prioritas APBD (cont’d)
Contoh arah dan kebijakan umum APBD:
- Peningkatan rasio guru dengan siswa menjadi 1:30
- Peningkatan jumlah guru berkeahlian pada tingkat pencapaian 10%
Contoh Strategi dan Prioritas APBD:
- Pengangkatan dan penempatan guru
- Pembinaan dan pengembangan karier guru
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)
 Aktivitas dalam penyusunan APBD dijelaskan dalam RASK
 RASK dibuat oleh unit-unit kerja pemerintah, sehingga sifatnya usulan yang akan
dibahas dan dibuat penetapan oleh panitia anggaran yang dibentuk oleh Kepala
Daerah bersama DPRD
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) (cont’d)
 RASK dibagi menjadi 3, yaitu :
S.1 : berisi tentang pernyataan strategi organisasi (visi, misi, tujuan, dsb)
S.2 : berisi tentang rincian program dan kegiatan
S.3 : berisi tentang anggaran atas program dan kegiatam yang direncanakan

Contoh untuk “program pembinaan dan pengembangan karier guru”:


- Seminar tentang psikologi pengajaran
- Pelatihan teknik-teknik pengajaran yang diadakan setiap 3 bulan

5. Evaluasi dan seleksi RASK


 Usulan dalam RASK dibahas dan direview oleh Pemerintah (belum melibatkan
DPRD).
 Hasilnya adalah Dokumen RAPBD yang diajukan ke DPRD untuk dibahas
bersama
6. Pembahasan dan Penetapan APBD
 Hasil pembahasan Pemerintah dengan DPRD à APBD yang dituangkan dalam
Perda untuk dilaksanakan Pemda

CONTOH
RENCANA STRATEGIS DAERAH

RENCANA STRATEGIS UNIT DINAS


KESEHATAN DAERAH X

VISI

MENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA


MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT

MISI

Kesehatan
Kesehatan MENINGKATKAN SARANA DAN PRASANA KESEHATAN

Restrukturi
Restrukturi
sasi
sasi
MENCIPTAKAN STRUKTUR BIROKRASI YANG EFISIEN
Organisasi
Organisasi DAN EFEKTIF
Restrukturisasi
Restrukturisasi
Kesehatan
Kesehatan Organisasi
Organisasi

Perspektif Masyarakat
Meningkatkan
Meningkatkan
Kuantitas Meningkatkan
Meningkatkan
Kuantitas dan
dan
Kualitas Kepuasan
Kepuasan
Kualitas Tenaga
Tenaga
Medis Masyarakat
Masyarakat
Medis

Perspektif Keuangan

Perspektif Internal Proses

Meningkatkan
Meningkatkan Meningkatkan
Meningkatkan
Produktivitas
Produktivitas kualitas
kualitas
Kerja
Kerja layanan
layanan

Perspektif Tumbuh dan Belajar

Meningkatkan
Meningkatkan Meningkatkan
Meningkatkan
Pengetahuan
Pengetahuan Kesejahteraan
Kesejahteraan
Manajemen
Manajemen Pegawai
Pegawai
TRANSLASI RENSTRA UNIT DINAS KESEHATAN DAERAH X
VISI MISI INDIKATOR TARGET TUJUAN INDIKATOR TARG
DAMPAK MANFAAT ET

MENJADI M.1. KESEHATAN INDEX 75 T.1. Meningkatkan Index Kualitas 80


PENGGERAK DAN KESEHATAN Kualitas Pelayanan
PENDORONG MASYARAKAT Pelayanan Kesehatan
TERCIPTANYA Kesehatan
MASYARKAT DAN T.2.Meningkatkan Index 80
LINGKUNGAN
Lingkungan Lingkungan
YANG SEHAT Sehat & Bersih Sehat & Bersih

TUJUAN PROGRAM INDIKATOR TAR KEGIATAN INDIKATOR KELUARAN TAR


HASIL GET GET

T.1. P.1. Tingkat 80 K.1. Jumlah Tenaga Medis / 5


Meningkatka Peningkatan Kepuasan Penambahan Tenaga puskesmas
n Kualitas Sarana dan Masyarakat Medis
Pelayanan Prasarana
Kesehatan Kesehatan K.2. Tingkat Keahlian 8
Pelatihan Tenaga
Medis
K.3. Jumlah puskesmas / 1
Bantuan Penyediaan kecamatan
Fasilitas Kesehatan
T.2. P.1. Tingkat 70 K.1. Jumlah Kehadiran KK / 60
Meningkatka Pembinaan Kesadaran Sosialisasi Pentingnya Sosialisasi
Sehat dan Lingkungan Lingkungan dan Bersih
Bersih

INDEX
INDEX NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE

KESEHATAN INDEX KUALITAS PELAYANAN 70


1 25 % 17.5
SEBELUM
SEBELUM KESEHATAN

ANGGARAN
ANGGARAN 2 INDEX AIR BERSIH 25 % 50 12.5

INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN


3 25 % 60 15
BALITA

INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN


4 25 % 60 15
BERSIH

INDEX KESEHATAN 60

INDEX
INDEX NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE
KUALITAS
KUALITAS
1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 30 % 70 21
PELAYANAN
PELAYANAN
KESEHATAN
KESEHATAN 2
TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
40 % 70 28
SEBELUM
SEBELUM PELAYANAN

ANGGARAN
ANGGARAN 70
3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 21

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 70

TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT SEBELUM


1
ANGGARAN
70
PENYUSUNAN ANGGARAN KEGIATAN

Unit Kerja : DINAS KESEHATAN DAERAH X

Program : Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Kegiatan : Penambahan Tenaga Medis

INDIKATOR TOLOK UKUR TARGET

Masukan : Jumlah Dana Anggaran Kegiatan Rp. 70,000,000


Keluar : Jumlah Tenaga Medis / Puskesmas 5
Hasil : Tingkat Kepuasan Masyarakat 80
Manfaat : Index Kualitas Pelayanan Kesehatan 80
Dampak : Index Kesehatan 75
NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE

INDEX
INDEX INDEX KUALITAS PELAYANAN 80
1 25 % 20
KESEHATAN KESEHATAN

2 INDEX AIR BERSIH 25 % 70 17.5

INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN


3 25 % 70 17.5
BALITA

INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN


4 25 % 90 22.5
BERSIH

INDEX KESEHATAN 77.5

NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE


INDEX
INDEX
KUALITAS
KUALITAS 1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 30 % 75 22.5
PELAYANAN
PELAYANAN TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
KESEHATAN
KESEHATAN 2
PELAYANAN
40 % 80 32

3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 85 25.5

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 80

1 TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT 85


INDEX
INDEX
KESEHATAN
SCORE SCORE SCORE
NO INDIKATOR TARGET
SEBELUM SESUDAH KINERJA

1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 17.5 20 20 100 %

2 INDEX AIR BERSIH 12.5 17.5 17.5 100 %

3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 15 17.5 17.5 100 %

4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 15 22.5 20 112.5 %

INDEX KESEHATAN 60 77.5 75 103.33%

INDEX
INDEX KUALITAS
KUALITAS PELAYANAN
PELAYANAN
KESEHATAN
KESEHATAN

SCORE
SCORE SCORE
NO INDIKATOR TARGET KINERJA
SEBELUM SESUDAH

1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 21 22.5 24 93.75 %

2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 28 32 32 100 %

3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 21 25.5 24 106.25 %

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 70 80 80 100 %

Anda mungkin juga menyukai