Anda di halaman 1dari 25

RENCANA DAFTAR ISI

SURAT PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................

1.2 RumusanMasalah ............................................................................


1.3 Batasan Masalah.......................................................................
1.4 TujuanPenelitian ................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Siklus Hidrologi .................................................................................
2.1.1 Sistem Penyaliran Tambang .....................................................
2.1.2 Mine Drainage ..........................................................................
2.1.3 Mine Dewatering ......................................................................
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang ....
2.2.1 Permeabilitas ............................................................................
2.2.2 Rencana Kemajuan Tambang ..................................................
2.2.3 Keadaan Topografi Daerah Penambangan ...............................
2.2.4 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area) ...........................
2.2.5 Curah Hujan .............................................................................
2.2.6 Limpasan Permukaan ...............................................................
2.3 Layout Sistem Penyaliran Tambang ...................................................

2.4 Sumuran (Sump) .................................................................................


2.4.1 Volume Sump ..........................................................................
2.4.2 Dimensi Sump ..........................................................................
2.5 Pompa (Pump) ....................................................................................

2.6 Pipa ....................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………….
3.2 Teknik pengumpulan data……………………………………..................
3.3 Teknik Pengolahan Data
3.4 Analisis Data

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN


1.1 SARAN……………………………………………………………………
1.2 KESIMPULAN……………………………………………………………
...

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam industri pertambangan metode penambangan terbuka akan


menyebabkan terbentuknya cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk
menjadi daerah tampungan air. pada saat kondisi cuaca ekstrim berupa adanya
curah hujan yang tinggi maka air yang berasal dari limpasan permukaan dapat
menggenangi lantai dasar dan menyebabkan berlumpurnya front penambangan.

Air permukaan dan air tanah yang biasanya dapat mengganggu proses produksi
atau penambangan, khususnya tambang terbuka dan tambang bawah tanah,
dimana penyebab utama dari meningkatnya volume air di permukaan bumi yaitu
karena curah hujan yang tinggi, dan terakumulasi di dasar tambang atau elevasi
terendah dari kegiatan penambangan. Sehingga menjadi masalah dan menghambat
kerja efektif dari suatu kegiatan produksi, air yang tergenang di lokasi tambang
merupakan hal yang harus ditangani dengan cepat agar tidak terjadi hal-hal yang
dapat merugikan perusahaan maka dalam proses penambangan juga harus terus
dilakukan pengontrolan dan penanganan yang lebih lanjut antara lain control
curah hujan rata-rata, debit air maksimum, pemompaan dan pengendapan partikel
pada kolam pengendapan.

Agar proses produksi atau penambangan berjalan dengan lancar maka dilakukan
penanganan berupa upaya mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam tambang
dimana metode ini disebut Mine dewatering. Cara penanganannya dengan
membuat sump (sumuran tunda), system paritan dan system pemompaan. Itu lah
yang melatarbelakangi saya untuk melakukan pengamatan dan penelitian lebih
lanjut mengenai metode mine dewatering dengan judul “STUDI SISTEM
PENYALIRAN TAMBANG MENGGUNAKAN METODE MINE
DEWATERING PADA PT. IMN CAMP KAB. MOROWALI UTARA
POROVINSI SULAWESI TENGAH.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka yang jadi masalah penelitian
ini adalah:

1. Berapa kapasitas sump yang dibutuhkan agar dapat menampung debit air yang
masuk ke pit ?

2. Berapa kebutuhan pompa yang dibutuhkan untuk dapat mengeluarkan air dari
pit?

1.3 BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini yakni hanya membahas masalah


sistem mine dewatering pada PT. IMN Camp yang berhubungan dengan
kapasitas sump dan kebutuhan pompa.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui cara menentukan kapasitas sump sehingga dapat menampung


debit air yang masuk ke pit.

2. Untuk mengetahui cara menentukan jumlah pompa yang digunakan untuk


mengeluarkan air dari pit.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


a. Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang sistem penyaliran tambang,
khususnya dengan metode mine dewatering.

b. Bagi perusahaan

Membantu perusahaan dalam merancang sistem dewatering agar masalah air

dapat ditangani dengan baik.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah gerakan air ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah
dan akhirnya mengalir ke sungai atau ke laut. Hujan merupakan komponen utama
dalam proses hidrologi dan sangat berpengaruh pada sistem penirisan. Siklus
hidrologi merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara keseluruhan
dan juga menunjukan semua hal yang berhubungan dengan air.
Siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang dihasilkan
dibawah ke udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap
tersebut terkondensi membentuk awan yang pada akhirnya menghasilkan
presipitasi yang jatuh ke bumi menyebar dengan arah berbeda - beda dalam
beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut untuk sementara tertahan
pada tanah di tempat dekat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfir
oleh penguapan (Evaporasi) dan pemeluhan (Transpirasi) oleh tanaman. Sebagian
air mencari jalannya sendiri melalui permukaan atau bagian atas tanah menuju
sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam tanah menjadi
bagian dari air tanah (Groundwater). Dibawah pengaruh gravitasi baik air
permukaan (Surface Stream flow) maupun air dalam tanah bergerak menuju
tempat yang lebih rendah yang akhirnya dapat mengalir ke laut.
Penguapan di seluruh permukaan bumi yang diakibatkan oleh matahari baik
penguapan melalui tumbuhan maupun penguapan melalui permukaan air
menyebabkan terjadinya hujan. Air yang jatuh ke daratan sebagian akan menguap,
sebagian akan meresap kedalam tanahdan sebagian lagi mengalir ke permukaan
menuju ke tempat yang rendah seperti sungai dan akhirnya akan kembali ke danau
atau ke laut, kemudian akan terjadi penguapan dan daur hidrologi dimulai kembali
(Gambar 3.1).
Sumber : Ir. Sosrodarsono, Hidrologi Untuk Pengairan
Gambar 3.1
Siklus Hidrologi

2.2 Sistem Penyaliran Tambang


Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk
ke daerah penambangan. terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air
dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem
penyaliran tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat,
sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada daerah tersebut mempunyai umur
yang lama.
Sumber air yang masuk ke lokasi penambangan dapat berasal dari air permukaan
maupun air tanah. Air permukaan merupakan air yang terdapat dan mengalir di
permukaan tanah. Jenis air ini meliputi, air limpasan permukaan, air sungai, rawa
atau danau yang terdapat di daerah tersebut, air buangan (limbah), dan mata air.
Sedangkan air tanah merupakan air yang terdapat di bawah permukaan tanah.
Secara hidrologis air tanah dapat dibedakan menjadi air pada daerah jenuh dan air
pada daerah tak jenuh. Daerah tak jenuh pada umumnya terdapat pada bagian
teratas dari lapisan tanah dicirikan oleh gabungan antara material padatan, air
dalam bentuk air adsorpsi, air kapiler, dan air infiltrasi serta gas/udara. Daerah ini
dipisahkan dari daerah jenuh oleh jaringan kapiler. Air yang berada pada daerah
jenuh disebut air tanah.
Penanganan masalah air, dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan menjadi
dua yaitu :

2.2.1 Mine Drainage


Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal ini
umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari sumber
air permukaan. Beberapa metode penyaliran mine drainage yaitu:
a. Siemens Method
Yaitu suatu cara dimana casing dimasukkan pada lubang bor
agar air mudah masuk ke dalam pipa untuk dipompa keluar.
b. Small Pipe System With Vacum Pump
Yaitu suatu cara dengan membuat lubang bor tanpa diberikan casing tetapi diberi
pipa berdiameter lebih kecil daripada diameter lubang bor. Agar lubang bor tidak
vakum maka antar pipa dan lubang bor dimasukkan material pasir sebagai
saringan.
c. Deep Well Pump Method
Yaitu suatu cara drainase untuk material dengan permeabilitas rendah dimana
dibuat lubang bor dengan diameter yang agak lebih besar, kemudian diberi casing.
d. Electro Osmosis System
Yaitu suatu metode drainase yang digunakan pada daerah dengan permeabilitas
rendah dan kuantitas air yang sangat minim, dimana dibuat dua lubang bor yang
berdiameter besar dijadikan sebagai katoda dan lubang bor yang berdiameter kecil
dijadikan sebagai anoda. Pada katoda ion H+ akan mengikat ion OH- sehingga
akan terjadi netralisasi H+ dengan OH- dan membentuk air (H2O) yang
terkumpul di pompa.
e. Cara Paritan
Merupakan penyaliran dengan cara yang lebih mudah yaitu dengan pembuatan
paritan (saluran) pada lokasi disekitar penambangan. Pembuatan parit ini
bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan. Air
limpasan akan masuk ke saluran-saluran yang kemudian dialirkan ke suatu kolam
pengendapan.
2.2.2 Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air
hujan. Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut:
a. Cara Paritan
Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu
dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan parit
ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi penambangan.
Air limpasan akan masuk ke saluran–saluran yang kemudian dialirkan ke dalam
sump atau di buang langsung ke tempat pembuangan dengan memanfaatkan gaya
gravitasi.
b. Sistem Kolam Terbuka
Semua genangan air yang ada pada jenjang dialirkan melalui parit-parit atau
saluran menuju jenjang terbawah dan ditampung pada sumuran. Setelah
tertampung, air tersebut dipompa untuk selanjutnya dibuang ke luar areal
tambang. Jumlah pompa yang digunakan disesuaikan dengan volume air yang
terakumulasi.

Gambar 3.2
Kolam Terbuka

c. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang
mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari tempat kerja
menembus ke shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke
dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan
oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang


Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang sistem penyaliran
pada tambang terbuka adalah :
2.3.1 Permeabilitas
Disamping parameter-parameter lain, permeabilitas merupakan salah satu yang
perlu diperhitungkan. Secara umum permeabilitas dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu fluida bergerak melalui pori rongga massa batuan.
keluar
pompa
pompa
pipa
Sump / penampungan
2.3.2 Rencana Kemajuan Tambang
Rencana kemajuan tambang nantinya akan mempengaruhi pola alir saluran yang
akan dibuat sehingga saluran tersebut menjadi efektif dan tidak menghambat
sistem kerja yang ada.
2.3.3 Keadaan Topografi Daerah Penambangan
Keadaan topografi daerah penambangan sangat berpengaruh terhadap sistem
drainase penambangan dimana pada daerah yang terjal akan menghasilkan laju
dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah
yang landai sehingga penentuan sistem drainase harus disesuaikan dengan
keadaan daerah penambangan tersebut daerah topografi ini meliputi area original
(area yang asli yang belum dilakukan penambangan) dan area penambangan itu
sendiri yaitu disposal atau area buangan material ( disposal/waste area).

2.3.4 Daerah Tangkapan Hujan (catchment area)


Daerah tangkapan hujan adalah daerah yang diperkirakan berpotensi untuk
mengalirkan air limpasan menuju suatu daerah kerja, dengan kata lain curah hujan
yang jatuh dalam daerah tersebut dapat berkumpul dalam suatu tempat terendah
dari daerah tersebut.
2.3.5 Curah Hujan
Curah hujan adalah banyaknya air hujan yang jatuh ke bumi persatu satuan luas
permukaan pada suatu jangka waktu tertentu. Curah hujan merupakan salah satu
faktor penting dalam suatu sistem penyaliran dan sangat berpotensi terjadi erosi,
karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi besar kecilnya air
limpasan.
a. Periode Ulang Hujan (T)
Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah
hujan akan berulang pada periode tertentu yang dikenal dengan
periode ulang hujan. Periode ulang hujan didefenisikan sebagai waktu
dimana curah hujan dengan besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui sekali dalam jangka waktu tertentu. Misalnya periode ulang
hujan (T) 10 tahun, maka hujan akan terjadi rata-rata sekali setiap
periode 10 tahun, berarti 10 kali dalam periode 100 tahun, 25 kali
dalam periode 250 tahun dan seterusnya. Periode ulang hujan ini
memberi gambaran bahwa semakin besar periode ulang hujan
semakin besar pula hujan rencananya,dalam hal ini tidak terkandung
pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap
kali ulang tersebut.
Untuk menetukan periode ulang dapat digunakan persamaan
sebagai berikut :
n+1
T= ....................................................................... (3.1)
m
Dimana :
T = periode ulang hujan (tahun)
n = jumlah data pengamatan
m = nomor rangking terbesar data pengamatan dicapai
selama jangka pengamatan.

b. Curah Hujan Rencana


Curah hujan adalah besarnya air hujan yang jatuh
kepermukaan bumi pada satuan luas. Satuan curah hujan dinyatakan
dalam millimeter (mm). Jadi curah hujan merupakan jumlah air hujan
yang jatuh pada suatu satuan luas.
Curah hujan pada daerah penelitian sangat berpengaruh
terhadap sistem penyaliran, karena besar kecilnya curah hujan akan
mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus diatasi. Data
curah hujan yang akan dianalisis adalah data curah hujan harian
maksimum dalam satu tahun selama minimal 10 (sepuluh) tahun.

c. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif
singkat, dinyatakan dalam mm/jam, mm/menit, mm/detik. Intensitas hujan
biasanya dinotasikan dengan huruf ”I” dengan satuan mm/jam, yang artinya
tinggi atau kedalaman yang terjadi dalam waktu satu jam adalah sekian mm.
Besarnya curah hujan 1 (satu) jam dihitung dengan cara Partial Series, yaitu
data curah hujan dalam satu jam maka perhitungan intensitas hujan satu jam
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut:

Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan rencana dalam 24 jam (mm)
t = Lamanya curah hujan (jam)

2.3.6 Limpasan Permukaan


Bila curah hujan melampaui kapasitas penyerapan (infiltrasi), maka besarnya
limpasan permukaan akan segera meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas
hujan, akan tetapi besarnya air limpasan ini tidak sebanding dengan peningkatan
curah hujan karena disebabkan oleh efek penggenangan di permukaan tanah. Air
limpasan disebut juga dengan air permukaan tanah. Besarnya air limpasan adalah
besarnya curah hujan dikurangi besarnya penyerapan dan penguapan.
Besarnya air limpasan tergantung pada banyak faktor. Dari sekian banyak faktor
yang paling banyak atau besar pengaruhnya adalah kondisi penggunaan lahan dan
kemiringan atau perbedaan ketinggian daerah
Faktor-faktor tersebut di atas digabungkan dan dinyatakan oleh suatu angka yang
disebut koefisien limpasan (Tabel 3.3). Penentuan besar debit air limpasan
maksimum ditentukan dengan metode “Rasional”.
a. Koefisien Limpasan Permukaan
Merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan besarnya limpasan
permukaan dengan intensitas hujan yang terjadi pada daerah tangkapan hujan.
Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda (Tabel 3.3).
Tabel 3.3

Sumber : Rudy Sayoga Gautama, 1999, Sistem Penyaliran Tambang, Institut


teknologi Bandung
b. Debit Limpasan Permukaan
Debit limpasan permukaan adalah bagian air hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah. Penentuan besar debit air limpasan maksimum ditentukan
dengan
metode “Rasional”. Metode ini hanya berlaku untuk menghitung limpasan curah
hujan yang dinyatakan dalam rumus :
Q = 0,275 x C x I x A ....................................................................... (3.3)
Dimana :
Q = debit limpasan maksimum (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2), bila dalam km2 faktor koreksi (fk)
= 0,278 dan dalam Ha = 0,00278.

c. Volume Limpasan
Volume limpasan dapat dihitung dengan rumus :
V = Q x tc ……………………………………................................ (3.4)
Keterangan :
V = Volume air (m3)
Q = Debit air (m3/s)
tc = Waktu konsentrasi (s)
Waktu konsentrasi (tc) dihitung dengan menggunakan persamaan Kirpich
sebagai berikut :
Tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,382 ……………………………………......... (3.5)
Keterangan :
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Jarak terpanjang yang ditempuh oleh air untuk mengalir menuju titik terendah
(m).
S = Beda ketinggian antara titik terjauh dengan tempat berkumpulnya air di bagi
dengan panjang jarak terjauh.
2.4 Layout Sistem Penyaliran Tambang
Layout atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tata letak adalah pengaturan
tulisan-tulisan dan gambar-gambar. Sebuah layout dapat bekerja dan mencapai
tujuannya bila pesan-pesan yang akan disampaikan dapat segera ditangkap dan
dipahami oleh pengguna dengan suatu cara tertentu. Selanjutnya, sebuah layout
harus ditata dan dipetakan secara baik supaya pengguna dapat berpindah dari satu
bagian ke bagian yang lain dengan mudah dan cepat.
Layout sistem penyaliran tambang umumnya terdiri dari :
a. Peta topografi yang dilengkapi dengan jenis-jenis kontur
b. Penentuan daerah lembah dan daerah punggung
c. Lokasi daerah tambang
d. Trace saluran
e. Pembagian/pengukuran daerah pengaliran pada saluran
f. Penentuan letak sumuran
g. Penentuan letak sediment pond
h. Penentuan letak pompa
i. Pengukuran/perhitungan kemiringan memanjang saluran.
2.5 Sumuran (Sump)
Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dipompa keluar
tambang. Dengan demikian dimensi sump ini sangat tergantung dari jumlah air
yang masuk serta keluar dari dalam sump. Dalam pelaksanaan kegiatan
penambangan biasanya dibuat sump sementara yang disesuaikan dengan keadaan
kemajuan medan kerja (front) penambangan. Jumlah air yang masuk ke dalam
sump merupakan jumlah air yang dialirkan oleh saluran-saluran, jumlah air
limpasan permukaan langsung mengalir ke dalam sump serta curah hujan yang
langsung jatuh ke dalam sump. Sedangkan jumlah air yang keluar dapat dianggap
sebagai yang berhasil dipompa, karena penguapan dianggap tidak terlalu berarti.
Dengan melakukan optimalisasi antara masukan (input) dan keluaran (output),
maka dapat ditentukan volume dari sump.
2.5.1 Volume Sump
Rencana pembuatan sump harus mempertimbangkan debit air yang masuk ke pit.
Volume sump harus lebih besar atau sama dengan volume air yang masuk. Untuk
menghitung volume sump yang dibutuhkan kita dapat menggunakan persamaan
berikut ini:

Vsump = Volume limpasan (Q) + (sediment material (20%) ) ..... (3.6)


Dimana :
Volume limpasan = Q x t
Sediment material = partikel lumpur yang terbawah oleh air
limpasan (diperkirakan sekitar 20%)

2.5.2 Dimensi Sump


Untuk mendapatkan dimensi sumuran terlebih dahulu kita
menentukan volume sump dengan persamaan :
1
Volume = ((Luas permukaan sump + luas dasar sump) x ) x tinggi.. (3.7)
2
2.6 Pompa (Pump)
Pompa merupakan sebuah mesin atau alat yang berfungsi untuk
memindahkan massa zat cair atau fluida dari suatu tempat (inlet) ke tempat
lain (outlet) dengan menggunakan prinsip mengubah tekanan dari zat cair
tersebut. Dimana zat cair atau fluida akan berpindah tempat atau mengalir
dari tempat yang memiliki tekanan yang tinggi ketempat yang tekanannya
lebih rendah. Prinsip inilah yang menjadi dasar kerja dari suatu mesin pompa.
 Pump selection
Dalam menentukan tipe pompa yang akan digunakan, ada
beberapa parameter yang harus dipertimbangkan :
a. Metode aplikasi yang digunakan
b. Fluida yang akan dipompakan
c. Total static head sampai akhir tugas pemompaan
d. Minimum dan maksimum flowrate yang ingin dicapai
e. Estimasi panjang pipa pada jalur buang
 Rangkaian Dewatering Pump Pada Sump
Pada dewatering pump, penginstalan rangkaian pemompaan terbagi menjadi dua
macam yaitu :

a. Single Stage
Single stage merupakan salah satu rangkaian dalam sistem pemompaan pada
dewatering pump yang mana mesin pompa yang digunakan berjumlah satu.

Gambar 3.3
Single Stage
b. Multi Stage
Pada jenis rangkaian ini, jumlah mesin pompa yang digunakan dalam sistem
pemompaan berjumlah lebih dari satu (multi). Dalam rangkaian multi stage mesin
pompa yang dipasang adalah dalam bentuk rangkaian seri. Artinya, mesin pompa
yang pertama terletak dibawah baru kemudian pada instalasi pipa buang
(discharge) ditambahkan mesin pompa demikian seterusnya

Gambar 3.4
Multi Stage
Yang menjadi dasar utama dalam penentuan rangkaian mana yang akan
digunakan dalam dewatering pump adalah dilihat dari jumlah debit air yang akan
dipindahkan. Semakin besar debit air yang ingin dipindahkan maka semakin besar
peluang untuk memilih rangkaian multi stage.
Selain itu juga, kemampuan dari mesin pompa menjadi faktor penentu dalam
pemilihan rangkaian mana yang akan digunakan. Pemilihan rangkaian multi stage
pada dewatering pump bisa disebabkan karena perbedaan elevasi antara inlet dan
outlet sangat besar sekali. Sehingga mesin pompa tidak cukup kuat untuk
mendorong air keatas (outlet), maka untuk bisa memindahkan air dalam kondisi
tersebut digunakanlah rangkaian multi stage.
 Daya Pompa
Perhitungan debit koreksi pompa dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Hs
Qcorr = Qspec x
√ TDH
......………………………………... (3.8)

Dimana :
Qcorr = Debit koreksi (l/s)
Qspec= Debit air yang didapat dari perpotongan pada grafik (l/s)
Hs = Head statis (m)
TDH = Total Dinamik Head (m)
 Head Total System Pemompaan
Head adalah energy yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
air pada kondisi tertentu atau energy persatuan berat jenis air. Semakin
berat debit air yang dipompa maka head juga akan semakin besar.
Pada analisis sistem pemompaan sudah tentu harus selalu
diperhatikan mengenai head yang diatasi sehingga dapat menilai apakah
sistem yang sudah ada sudah efektif atau belum disesuaikan dengan
standar head yang biasa diatasi oleh jenis pompa yang digunakan dalam
sistem.
Untuk menentukan total dynamic head dapat menggunakan persamaan :
TDH =Hs + Hv + Hf ....…………………………………….... (3.9)
Dimana :
Hs = Head statis (m)
Hv = Head velocity (m)
Hf = Friction head (m)

1. Head Statis (Hs)


Head statis adalah kehilangan energy yang disebabkan oleh perbedaan tinggi
antara elevasi inlet dan elevasi outlet.
Hs = h2 – h1 ....……………………………………........... (3.10)
Dimana :
Hs = Head statis (m)
h2 = Elevasi inlet (m)
h1 = Elevasi outlet (m)
2. Velocity Head (Hv)
Velocity head adalah kehilangan yang disebabkan oleh kecepatan air yang melalui
pompa.
Hv = v2 / 2 x g ....…………………………………….... (3.11)
v = Q / A ....…………………………………….... (3.12)
A = π . r2 ....…………………………………….... (3.13)
Dimana :
Hv = Head kecepatan (m)
v = Kecepatan aliran air dalam pipa (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m2/s)
Q = Debit aliran air dalam pipa (m3/s)
r = Jari-jari dalam pipa (m)
3. Friction Head (Hf)
Friction head adalah kehilangan akibat gesekan air atau fluida yang melalui pipa
atau dinding pipa.
Hf = (L x 10.67 x Q1.85) / (C1.85 x d4.87) ...……………….... (3.14)
Dimana :
Hf = Friction head (m)
L = Panjang pipa (m)
Q = Debit aliran air dalam pipa (m3/s)
C = Koefisien friksi pipa
d = Diameter dalam pipa (m)
 Perhitungan Kebutuhan Pompa
Untuk menentukan jumlah pompa yang digunakan dapat menggunakan
persamaan:
 Jumlah pompa = Jumlah line x jumlah pompa tiap line
 Jumlah line = Plan of outflow / total flowrate
 Plan of outflow = Plan inflow / days of pump
 Total flowrate = Plan of flowrate / 1000 x 3600 x WH
 WH = Jam kerja pompa (20 jam)
 Days of pump = Jumlah hari pompa sebelum terjadi pengendapan.
Diasumsikan 5 hari sebelum terjadi pengendapan.
2.7 Pipa
Pemilihan pipa yang sesuai untuk kebutuhan pemompaan adalah penting untuk
mendukung kerja pompa dalam memaksimalkan performa yang ada. Penggunaan
pipa yang tidak sesuai dalam aplikasi dapat mengakibatkan penambahan head
yang berlebihan pada pemompaan sehingga memungkinkan terjadinya kapasitas
dan penurunan performa pompa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
pompa:
a) Material Pipa
Bahan/material pipa yang akan digunakan adalah tergantung dari jenis cairan yang
akan dipompakan pada ketahan material tersebut terhadap abrasive. Beberapa
material yang biasa digunakan pada aplikasi dewatering adalah Steel, HDPE,
PVC, dan Layflat.
b) Spesifikasi pipa
Ketahanan pipa dalam menahan tekanan dan tingkat kekerasan dalam menahan
abrasive dalam sebuah pipa adalah berbeda-beda dan juga mempengaruhi
terhadap nilai head loose yang akan ditimbulkan. Berikut adalah penjelasan
spesifikasi yang umum digunakan:
PN atau nilai ketahanan sebuah pipa dalam menampung tekanan dalam sebuah
BAR.
PE – kelas material, bahan PE berdasarkan Minimum Required Stress (MRS) dan
diklasifikasikan sebagai PE63, PE80, dan PE100. Ketika pipa dibuat dengan
dimensi yang sama, tetapi dari berbagai bahan PE Rated, maka pipa akan
memiliki peringkat tekanan yang berbeda.
SDR (standard dimensi Rasio) = outside diameter/wall thickness.

c) Kemampuan Pipa
Kemampuan sebuah pipa dalam mempertahankan aliran linier adalah memiliki
maksimal yang berbeda sesuai nominal diameter dan spesifikasinya. Semakin
besar nominal diameter yang dimiliki makin semakin besar pula kapasitas
maksimum aliran yang diizinkan. Nominal diameter sebuah pipa juga
mempengaruhi nilai gesekan cairan yang melewati pipa tersebut, semakin besar
diameter pipa maka semakin kecil head loose yang dihasilkan.
d) Panjang Pipa
Penggunaan pipa yang panjang akan sangat mempengaruhi nilai head loose yang
ditimbulkan dari panjang tersebut. Semakin panjang pipa maka semakin besar
nilai head loose yang dihasilkan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. IMN Camp Morowali Utara kabupaten


Morowali provinsi Sulawesi Tengah.

Penlitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan dan diharapkan dapat
dilaksanakan pada bulan JULI – SEPTEMBER. Ada pun jadwal penelitian
yang akan dilakukan Yaitu :

No NamaKegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu


I II III IV V VI VII VIII
1 Obserasi
Lapangan
2 Pengumpulan
Data
3 Pengolahan
Data
4 Pembuatan
Laporan

1.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun data yang akan diperoleh berupa data :


1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan ataupun dialog
langsung dengan pembimbing lapangan yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
a. Debit air permukaan

b. Volume sump

c. Debit pompa

d. Daerah tangkapan hujan (Catchment area)


2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah ada baik yang bersumber dari studi
literatur, hasil penelitian sebelumnya ataupun instansi yang memberikan
penjelasan atau gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan informasi-
informasi yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, data-data
sekunder antara lain :
a. Lokasi/Kesampaian daerah penelitian

b. Geologi daerah penelitian

c. Geografi daerah penelitian

d. Spesifikasi pompa dan pipa yang digunakan

e. Data curah hujan

f. Peta topografi

1.3.3 Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara
menggunakan teori dan persamaan yang ada kemudian memasukkan data
pengukuran di lapangan untuk diolah dan dianalisis.

1.3.4 Analisis Data

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal, dilakukan studi


komparatif terhadap data yang diperoleh selama penelitian dengan hasil
perhitungan berdasarkan teori-teori yang ada sehingga nantinya bisa dipergunakan
dalam mengambil kesimpulan

BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal permohonan penelitian tugas akhir ini saya buat untuk

memenuhi persyaratan pengajuan permohonan penelitian di perusahaan yang

bapak pimpin. Selama menjalani kegiatan penelitian ini saya akan mentaati segala

peraturan yang diberlakukan oleh perusahaan. Berkenaan dengan data yang

didapat, saya pergunakan hanya untuk keperluan akademis. Serta hasil penelitian

tugas akhir ini akan saya berikan kepada pihak perusahaan PT. IMN Camp

dalam bentuk hard copy.

Saya sangat mengharapkan bantuan dan kerjasama dari pihak instansi

perusahaan, semoga saya dapat melaksanakan kesempatan penelitian yang sangat

berharga ini dan semoga saya bisa diterima di perusahaan ini dalam menjalankan

penelitian tugas akhir. Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih, atas

perhatian dan bantuan dari PT. IMN CAMP KAB. MOROWALI UTARA

LAMPIRAN 1
RENCANA DAFTAR PUSTAKA
Awang Suwandhi, 2003, “Penirisan Tambang Terbuka”, Pusdiklat Teknologi
Mineral Dan Batubara, Bandung.
Gautama Yudi Sayoga, 1993, “Pengantar Penirisan Tambang”, Institut
Teknologi Bandung.
Robet J, Kodoatie, 1991, “Pengantar Hidrologi Teknik”, Penerbit Andi
Yokyakarta.
Sasrodarsono Suyono, Takeda Kensaku, 1993, “Hidrolika Untuk Pengairan”,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Sri Harto Br, 1993, “Analisis Hidrologi”, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Soemarto, Ir. , CD, B.I.E. , Dipl. , H. , 1991 “Hidrologi Teknik”, Penerbit Usaha
Nasional, Surabaya Indonesia.
Wanny Alidarma, Ir. , Dipl. , H. , 1991, “Mengenal Dasar – Dasar Hidrologi”,
Penerbit Nova.
Yandi Hermawan. Ir, 1986, “Hidrolika Untuk Insinyur”, Penerbit Erlangga.

LAMPIRAN 2
RENCANA DAFTAR ISI

SURAT PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................

1.2 RumusanMasalah ............................................................................


1.3 Batasan Masalah.......................................................................
1.4 TujuanPenelitian ................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Siklus Hidrologi .................................................................................
2.1.1 Sistem Penyaliran Tambang .....................................................
2.1.2 Mine Drainage ..........................................................................
2.1.3 Mine Dewatering ......................................................................
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang ....
2.2.1 Permeabilitas ............................................................................
2.2.2 Rencana Kemajuan Tambang ..................................................
2.2.3 Keadaan Topografi Daerah Penambangan ...............................
2.2.4 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area) ...........................
2.2.5 Curah Hujan .............................................................................
2.2.6 Limpasan Permukaan ...............................................................
2.3 Layout Sistem Penyaliran Tambang ...................................................

2.4 Sumuran (Sump) .................................................................................


2.4.1 Volume Sump ..........................................................................
2.4.2 Dimensi Sump ..........................................................................
2.5 Pompa (Pump) ....................................................................................

2.6 Pipa ....................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………….
3.2 Teknik pengumpulan data……………………………………..................
3.3 Teknik Pengolahan Data
3.4 Analisis Data

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN


1.3 SARAN……………………………………………………………………
1.4 KESIMPULAN……………………………………………………………
...

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

Anda mungkin juga menyukai