Proposal M. Rifki Ananda
Proposal M. Rifki Ananda
SURAT PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
PENDAHULUAN
Air permukaan dan air tanah yang biasanya dapat mengganggu proses produksi
atau penambangan, khususnya tambang terbuka dan tambang bawah tanah,
dimana penyebab utama dari meningkatnya volume air di permukaan bumi yaitu
karena curah hujan yang tinggi, dan terakumulasi di dasar tambang atau elevasi
terendah dari kegiatan penambangan. Sehingga menjadi masalah dan menghambat
kerja efektif dari suatu kegiatan produksi, air yang tergenang di lokasi tambang
merupakan hal yang harus ditangani dengan cepat agar tidak terjadi hal-hal yang
dapat merugikan perusahaan maka dalam proses penambangan juga harus terus
dilakukan pengontrolan dan penanganan yang lebih lanjut antara lain control
curah hujan rata-rata, debit air maksimum, pemompaan dan pengendapan partikel
pada kolam pengendapan.
Agar proses produksi atau penambangan berjalan dengan lancar maka dilakukan
penanganan berupa upaya mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam tambang
dimana metode ini disebut Mine dewatering. Cara penanganannya dengan
membuat sump (sumuran tunda), system paritan dan system pemompaan. Itu lah
yang melatarbelakangi saya untuk melakukan pengamatan dan penelitian lebih
lanjut mengenai metode mine dewatering dengan judul “STUDI SISTEM
PENYALIRAN TAMBANG MENGGUNAKAN METODE MINE
DEWATERING PADA PT. IMN CAMP KAB. MOROWALI UTARA
POROVINSI SULAWESI TENGAH.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka yang jadi masalah penelitian
ini adalah:
1. Berapa kapasitas sump yang dibutuhkan agar dapat menampung debit air yang
masuk ke pit ?
2. Berapa kebutuhan pompa yang dibutuhkan untuk dapat mengeluarkan air dari
pit?
b. Bagi perusahaan
LANDASAN TEORI
Gambar 3.2
Kolam Terbuka
c. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka yang
mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari tempat kerja
menembus ke shaft yang dibuat di sisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke
dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan
oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.
c. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif
singkat, dinyatakan dalam mm/jam, mm/menit, mm/detik. Intensitas hujan
biasanya dinotasikan dengan huruf ”I” dengan satuan mm/jam, yang artinya
tinggi atau kedalaman yang terjadi dalam waktu satu jam adalah sekian mm.
Besarnya curah hujan 1 (satu) jam dihitung dengan cara Partial Series, yaitu
data curah hujan dalam satu jam maka perhitungan intensitas hujan satu jam
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut:
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan rencana dalam 24 jam (mm)
t = Lamanya curah hujan (jam)
c. Volume Limpasan
Volume limpasan dapat dihitung dengan rumus :
V = Q x tc ……………………………………................................ (3.4)
Keterangan :
V = Volume air (m3)
Q = Debit air (m3/s)
tc = Waktu konsentrasi (s)
Waktu konsentrasi (tc) dihitung dengan menggunakan persamaan Kirpich
sebagai berikut :
Tc = 0,0195 . L0,77 . S-0,382 ……………………………………......... (3.5)
Keterangan :
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
L = Jarak terpanjang yang ditempuh oleh air untuk mengalir menuju titik terendah
(m).
S = Beda ketinggian antara titik terjauh dengan tempat berkumpulnya air di bagi
dengan panjang jarak terjauh.
2.4 Layout Sistem Penyaliran Tambang
Layout atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tata letak adalah pengaturan
tulisan-tulisan dan gambar-gambar. Sebuah layout dapat bekerja dan mencapai
tujuannya bila pesan-pesan yang akan disampaikan dapat segera ditangkap dan
dipahami oleh pengguna dengan suatu cara tertentu. Selanjutnya, sebuah layout
harus ditata dan dipetakan secara baik supaya pengguna dapat berpindah dari satu
bagian ke bagian yang lain dengan mudah dan cepat.
Layout sistem penyaliran tambang umumnya terdiri dari :
a. Peta topografi yang dilengkapi dengan jenis-jenis kontur
b. Penentuan daerah lembah dan daerah punggung
c. Lokasi daerah tambang
d. Trace saluran
e. Pembagian/pengukuran daerah pengaliran pada saluran
f. Penentuan letak sumuran
g. Penentuan letak sediment pond
h. Penentuan letak pompa
i. Pengukuran/perhitungan kemiringan memanjang saluran.
2.5 Sumuran (Sump)
Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dipompa keluar
tambang. Dengan demikian dimensi sump ini sangat tergantung dari jumlah air
yang masuk serta keluar dari dalam sump. Dalam pelaksanaan kegiatan
penambangan biasanya dibuat sump sementara yang disesuaikan dengan keadaan
kemajuan medan kerja (front) penambangan. Jumlah air yang masuk ke dalam
sump merupakan jumlah air yang dialirkan oleh saluran-saluran, jumlah air
limpasan permukaan langsung mengalir ke dalam sump serta curah hujan yang
langsung jatuh ke dalam sump. Sedangkan jumlah air yang keluar dapat dianggap
sebagai yang berhasil dipompa, karena penguapan dianggap tidak terlalu berarti.
Dengan melakukan optimalisasi antara masukan (input) dan keluaran (output),
maka dapat ditentukan volume dari sump.
2.5.1 Volume Sump
Rencana pembuatan sump harus mempertimbangkan debit air yang masuk ke pit.
Volume sump harus lebih besar atau sama dengan volume air yang masuk. Untuk
menghitung volume sump yang dibutuhkan kita dapat menggunakan persamaan
berikut ini:
a. Single Stage
Single stage merupakan salah satu rangkaian dalam sistem pemompaan pada
dewatering pump yang mana mesin pompa yang digunakan berjumlah satu.
Gambar 3.3
Single Stage
b. Multi Stage
Pada jenis rangkaian ini, jumlah mesin pompa yang digunakan dalam sistem
pemompaan berjumlah lebih dari satu (multi). Dalam rangkaian multi stage mesin
pompa yang dipasang adalah dalam bentuk rangkaian seri. Artinya, mesin pompa
yang pertama terletak dibawah baru kemudian pada instalasi pipa buang
(discharge) ditambahkan mesin pompa demikian seterusnya
Gambar 3.4
Multi Stage
Yang menjadi dasar utama dalam penentuan rangkaian mana yang akan
digunakan dalam dewatering pump adalah dilihat dari jumlah debit air yang akan
dipindahkan. Semakin besar debit air yang ingin dipindahkan maka semakin besar
peluang untuk memilih rangkaian multi stage.
Selain itu juga, kemampuan dari mesin pompa menjadi faktor penentu dalam
pemilihan rangkaian mana yang akan digunakan. Pemilihan rangkaian multi stage
pada dewatering pump bisa disebabkan karena perbedaan elevasi antara inlet dan
outlet sangat besar sekali. Sehingga mesin pompa tidak cukup kuat untuk
mendorong air keatas (outlet), maka untuk bisa memindahkan air dalam kondisi
tersebut digunakanlah rangkaian multi stage.
Daya Pompa
Perhitungan debit koreksi pompa dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Hs
Qcorr = Qspec x
√ TDH
......………………………………... (3.8)
Dimana :
Qcorr = Debit koreksi (l/s)
Qspec= Debit air yang didapat dari perpotongan pada grafik (l/s)
Hs = Head statis (m)
TDH = Total Dinamik Head (m)
Head Total System Pemompaan
Head adalah energy yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
air pada kondisi tertentu atau energy persatuan berat jenis air. Semakin
berat debit air yang dipompa maka head juga akan semakin besar.
Pada analisis sistem pemompaan sudah tentu harus selalu
diperhatikan mengenai head yang diatasi sehingga dapat menilai apakah
sistem yang sudah ada sudah efektif atau belum disesuaikan dengan
standar head yang biasa diatasi oleh jenis pompa yang digunakan dalam
sistem.
Untuk menentukan total dynamic head dapat menggunakan persamaan :
TDH =Hs + Hv + Hf ....…………………………………….... (3.9)
Dimana :
Hs = Head statis (m)
Hv = Head velocity (m)
Hf = Friction head (m)
c) Kemampuan Pipa
Kemampuan sebuah pipa dalam mempertahankan aliran linier adalah memiliki
maksimal yang berbeda sesuai nominal diameter dan spesifikasinya. Semakin
besar nominal diameter yang dimiliki makin semakin besar pula kapasitas
maksimum aliran yang diizinkan. Nominal diameter sebuah pipa juga
mempengaruhi nilai gesekan cairan yang melewati pipa tersebut, semakin besar
diameter pipa maka semakin kecil head loose yang dihasilkan.
d) Panjang Pipa
Penggunaan pipa yang panjang akan sangat mempengaruhi nilai head loose yang
ditimbulkan dari panjang tersebut. Semakin panjang pipa maka semakin besar
nilai head loose yang dihasilkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penlitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan dan diharapkan dapat
dilaksanakan pada bulan JULI – SEPTEMBER. Ada pun jadwal penelitian
yang akan dilakukan Yaitu :
b. Volume sump
c. Debit pompa
f. Peta topografi
BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal permohonan penelitian tugas akhir ini saya buat untuk
bapak pimpin. Selama menjalani kegiatan penelitian ini saya akan mentaati segala
didapat, saya pergunakan hanya untuk keperluan akademis. Serta hasil penelitian
tugas akhir ini akan saya berikan kepada pihak perusahaan PT. IMN Camp
berharga ini dan semoga saya bisa diterima di perusahaan ini dalam menjalankan
penelitian tugas akhir. Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih, atas
perhatian dan bantuan dari PT. IMN CAMP KAB. MOROWALI UTARA
LAMPIRAN 1
RENCANA DAFTAR PUSTAKA
Awang Suwandhi, 2003, “Penirisan Tambang Terbuka”, Pusdiklat Teknologi
Mineral Dan Batubara, Bandung.
Gautama Yudi Sayoga, 1993, “Pengantar Penirisan Tambang”, Institut
Teknologi Bandung.
Robet J, Kodoatie, 1991, “Pengantar Hidrologi Teknik”, Penerbit Andi
Yokyakarta.
Sasrodarsono Suyono, Takeda Kensaku, 1993, “Hidrolika Untuk Pengairan”,
Pradnya Paramita, Jakarta.
Sri Harto Br, 1993, “Analisis Hidrologi”, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Soemarto, Ir. , CD, B.I.E. , Dipl. , H. , 1991 “Hidrologi Teknik”, Penerbit Usaha
Nasional, Surabaya Indonesia.
Wanny Alidarma, Ir. , Dipl. , H. , 1991, “Mengenal Dasar – Dasar Hidrologi”,
Penerbit Nova.
Yandi Hermawan. Ir, 1986, “Hidrolika Untuk Insinyur”, Penerbit Erlangga.
LAMPIRAN 2
RENCANA DAFTAR ISI
SURAT PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................