Anda di halaman 1dari 91

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.

28 TH 2014
TENTANG HAK CIPTA TERHADAP KESADARAN MUSISI
MENGENAI HUKUM HAK CIPTA MUSIK
DI KOMUNITAS SALBAI 34 VENUE
(Studi Deskriptif Komunitas Musisi Salbai 34 Venue Kota Serang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang


Skripsi Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan

Rohmatullah
3101141336

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BANTEN JAYA

2021
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.28 TH 2014
TENTANG HAK CIPTA TERHADAP KESADARAN MUSISI
MENGENAI HUKUM HAK CIPTA MUSIK
DI KOMUNITAS SALBAI 34 VENUE
(Studi Deskriptif Komunitas Musisi Salbai 34 Venue Kota Serang)

Serang, 04 Februari 2021

Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Anton Aulawi, SH., MH. Ade Millatus Sa’adiyyah, SH., MH.


NIDN. 0412077904 NIDN. 0416108302

Mengetahui,
Ka. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lina Marlina, S.Pd., M.Pd.


NIDN. 0421038904
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Rohmatullah

NPM : 3101141336

Judul Proposal : Implementasi Undang-Undang No.28 Th. 2014


Tentang Hak Cipta Terhadap Kesadaran Musisi
Mengenai Hukum Hak Cipta Musik Di Komunitas
Salbai 34 Venue

Tanggal Sidang : 16 Februari 2021

Telah Diuji dan Disetujui oleh Tim Penguji Skripsi,

Penguji I
Aryanti Dwi Untari, S.Pd., M.Pd.. :..…………...…………………………….....
NIDN. -

Penguji II
Lina Marlina, S.Pd., M.Pd. :…….……………………………………………....
NIDN. 0421038904

Penguji III
Ade Millatus Sa’adiyyah, SH., MH. :…………………………………………...
NIDN. 0416108302
Serang, 22 Februari 2021

Ketua Program Studi


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Lina Marlina, S.Pd., M.Pd.


NIDN. 0421038904
PERNYATAAN
Saya, yang bertanda tangan berikut ini,

Nama : Rohmatullah

NPM : 3101141336

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Menyatakan bahwa judul Skripsi “Implementasi Undang-Undang No.28 Th. 2014

Tentang Hak Cipta Terhadap Kesadaran Musisi Mengenai Hukum Hak Cipta

Musik Di Komunitas Salbai 34 Venue (Studi Deskriptif Komunitas Musisi Salbai

34 Venue Kota Serang)” merupakan karya saya sendiri. Atas pernyataan ini saya

siap menanggung resiko atau sanksi kepada saya apabila ternyata terdapat

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Serang, 04 Februari 2021


Yang membuat pernyataan,

(Rohmatullah)
ABSTRAK
Implementasi Undang-Undang No.28 Th 2014 Tentang Hak Cipta
terhadap kesadaran musisi mengenai hukum hak cipta musik di
komunitas salbai 34 yang bertujuan untuk mengetahui kesadaran
musisi terkait undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta
serta terjadinya pelanggaran hak cipta khususnya hak cipta lagu di
Kota Serang. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu
pengamatan, wawancara serta dokumentasi. Hasil penelitian skripsi
bahwa kesadaran musisi tentang hukum dan ketaatan hukum sangat
mempengaruhi tentang terjadinya pelanggaran hak cipta lagu
dikarenakan sesungguhnya musisi menyadari hal itu melanggar hak
cipta orang lain namun mereka tetap saja ada yang tidak taat hukum.
Pengaruh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta
khususnya dalam bidang hak cipta lagu di Kota Serang hingga saat ini
belum efektif yang disebabkan kurangnya pemahaman aparat penegak
hukum tentang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan hak cipta
pada khususnya, juga disebabkan oleh nilai/kultur hukum masyarakat
kita yang tidak menghargai hasil karya orang lain dan menganggap
tindakan mereka itu adalah hal biasa dilakukan. Sehingga pengetahuan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta sangatlah
penting bagi musisi demi terwujudnya efektivitas dalam menjalankan
undang-undang tersebut.
Kata Kunci: Kesadaran Musisi, Hak Cipta, Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014

i
ABSTRACT
Implementation of Law No.28 Th 2014 on Copyright to musicians'
awareness of music copyright law in salbai community 34 which
aims to know the awareness of musicians related to law No.28,
2014 about copyright infringement and copyright infringement,
especially song copyright in Serang City.The type of research used
is research with qualitative approach with data collection
techniques, namely observation, interview and documentation.The
results of the thesis research that musicians' awareness about the
law and legal observance greatly influence about the occurrence
of copyright infringement of the song because the musician
realizes it violates the copyright of others but they still do not obey
the law.The influence of Law No.28 of 2014 on copyright,
especially in the field of song copyright in Serang City to date has
not been effective due to the lack of understanding of law
enforcement officials about intellectual property rights in general
and copyright in particular, also due to the legal values / culture
of our society that does not respect the work of others and
considers their actions are commonplace.So the knowledge of Law
No.28 of 2014 on copyright is very important for musicians in
order to realize effectiveness in carrying out the law.
Keywords: Musician Awareness, Copyright, Law Number 28 of
2014

ii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur hanya tertuju bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Skripsi Penelitian ini yang Alhamdulillah tepat pada

waktunya, dengan judul “Implementasi Undang-Undang No.28 Th.

2014 Tentang Hak Cipta Terhadap Kesadaran Musisi Mengenai

Hukum Hak Cipta Musik Di Komunitas Salbai 34 Venue”. Shalawat

dan salam terjunjung bagi Nabi Muhammad SAW yang telah

melestarikan keindahan hidup dalam ajaran perdamaiannya.

Mengingat keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman

yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti menyadari akan

kemungkinan kekurangan dan juga kesalahan dalam penyususnan

Skripsi Penelitian ini. Meskipun demikian, peneliti berharap agar hasil

usaha yang telah terwujud sebagaimana adanya masih ada makna dan

manfaatnya.

Tidak lupa peneliti ucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan memberikan semangat sehingga

terselesaikannya Skripsi Penelitian ini. Terima kasih setulusnya

peneliti ucapkan kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan curahan nikmat

kepada hambaNya dan selalu menemani peneliti dalam keadaan

apapun.

2. Orang tua dan keluarga yang senantiasa mendukung dan

mendoakan.

iii
3. Rektor Universitas Banten Jaya Bapak Dr. Sudaryono, SP., S.Pd.,

M.Pd.

4. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ibu Sisca Wulan

Sari Saputri, M.Pd.

5. Kaprodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Ibu Lina

Marlina, S.Pd., M.Pd.

6. Dosen Pembimbing Proposal Skripsi Bapak Anton Aulawi, SH.,

MH dan Ibu Ade Millatus Sa’adiyyah, SH., MH

7. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Banten Jaya yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang dapat membantu peneliti

dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

8. Rekan–rekan musisi di Salbai 34 Venue yang telah membantu dan

membagi pengetahuannya dalam proses menyusun proposal skripsi

ini.

Akhir kata peneliti mengharapkan skripsi penelitian ini dapat

bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi semua

pembaca terutama mahasiswa Universitas Banten Jaya.

Serang, 02 Februari 2021

Peneliti

Rohmatullah
3101141336

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Fokus Masalah ................................................................................... 6
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
E. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori .................................................................................. 9
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................... 15
C. Kerangka Berfikir .............................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian .............................................. 26
B. Metode Penelitian .............................................................................. 27
C. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 27
D. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................... 30
E. Analisis Data ...................................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian ............................................................... 39
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 44
C. Pengolahan Data................................................................................. 56
D. Pembahasan ....................................................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 70
B. Saran .................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72


LAMPIRAN
A. Pedoman Wawancara ........................................................................ 74
B. Pedoman Observasi ........................................................................... 75
C. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 76
D. Surat Izin Penelitian .......................................................................... 77
E. Surat Balasan Izin Penelitian ............................................................. 78
H. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi ................................................ 79
RIWAYAT HIDUP PENELITI .................................................................... 81

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan,

paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang

berlaku. Dengan berjalannya kesadaran hukum di masyarakat maka

hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada

warga yang benar-benar terbukti melanggar hukum. Hukum berisi

perintah dan larangan. Hukum memberitahukan kepada kita mana

perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang bila dilakukan akan

mendapat ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap perbuatan yang

bertentangan dengan hukum tentu saja dianggap melanggar hukum

sehingga mendapat ancaman hukuman. Kesadaran hukum sebenarnya

merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri

manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang

diharapkan ada. Sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang

fungsi hukum dan bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian-

kejadian yang konkrit dalam masyarakat yang bersangkutan. (Ellya.

Rosana, 2014:03)

Indonesia adalah negara hukum bukan negara kekuasaan.

Pernyataan tersebut dijelaskan secara eksplisit dalam pasal 1 ayat 3

UUD 1945. Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki banyak sekali

ketentuan undang-undang. Salah satu ketentuan undang-undang

tersebut adalah undang-undang tentang Hak Cipta. Berbicara hak

1
2

cipta, maka sejatinya hak cipta tersebut masuk dalam lingkup hukum

Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Sebagaimana halnya merek, paten,

disain industri dan rahasia dagang. Secara yuridis formal Indonesia

diperkenalkan dengan masalah hak cipta pada tahun 1912 yaitu pada

saat diundangkannya Auteurswet (Wet van, 23 September 1912,

Staatblad 1912 Nomor 600), yang mulai berlaku 23 September 1912

(Rachmadi Usman, 2003: 56)

Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual

yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena

mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di

dalamnya mencakup pula program komputer. Perkembangan ekonomi

kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai negara

dan berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi

mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak Cipta,

mengingat Hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif

nasional. (Sumber, https://www.dgip.go.id/pengenalan-hak-cipta)

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta secara

umum mengatur tentang:

1. Pelindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang

sejalan dengan penerapan aturan di berbagai negara sehingga jangka

waktu pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama

hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta

meninggal dunia.
3

2. Pelindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta

dan/atau Pemilik Hak Terkait, termasuk membatasi pengalihan hak

ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat).

3. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi,

arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan

pidana.

4. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat

penjualan dan/atau pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di

pusat tempat perbelanjaan yang dikelolanya.

5. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan

objek jaminan fidusia.

6. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah

dicatatkan, apabila ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma

susila, ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, serta

ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait menjadi

anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan

atau Royalti.

8. Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan Royalti

untuk ciptaan atau produk Hak Terkait yang dibuat dalam hubungan

dinas dan digunakan secara komersial.

9. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan

mengelola hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib

mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri.


4

10.Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia

untuk merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak cipta secara umum

adalah sepanjang hidup penciptanya ditambah 70 tahun untuk karya

yang diketahui penciptanya dan karya kolaboratif atau 50 tahun

setelah pertama kali diumumkan atau dipublikasikan atau dibuat untuk

karya yang dibuat oleh badan hukum, fotografi, dan karya anonim

(UU 28/2014 bab IX dan pasal 58), kecuali 20 tahun setelah pertama

kali disiarkan untuk karya siaran (UU 28/2014 bab IX dan pasal 63).,

atau tanpa batas waktu untuk hak moral pencantuman nama pencipta

pada ciptaan dan untuk hak cipta yang dipegang oleh Negara atas

folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama

rundang-undangan yang berlaku" (UU 28/2014 bab IX dan pasal 38).

Dengan adanya Undang-Undang Hak Ci\pta tersebut para musisi

tidak ragu lagi mengekspos karyanya untuk dapat dinikmati khalayak

umum dan dapat pula menjadi mata pencaharian demi menghidupi

kebutuhan sehari-harinya. Dalam mencapai kesejahteraan tentunya

sangat dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya para Musisi harus

mendaftarkan karyanya melalui Asosiasi Hak Cipta yang telah

terafiliasi oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia agar

memiliki kekuatan hukum jika suatu saat ada pihak yang mengklaim

demi mendapatkan keuntungan secara finansial ataupun keuntungan

secara ekonomi.
5

Berdasarkan pra observasi yang peneliti lakukan kepada

komunitas musisi yang tergabung di Salbai 34 Venue. Salbai 34

Venue merupakan tempat berkumpulnya musisi yang berlokasi di

Kota Serang yang biasanya di jadikan tempat untuk berdiskusi

maupun sharing terkait hal-hal yang sedang menjadi tren di dunia

hiburan. Pada kesempatan ini peneliti mewawancarai seorang manajer

salah satu band yang merintis karir musik di Kota Serang yang

bernama Arif Rahman dan mewawancarai terkait hak cipta yang

dalam hal ini seharusnya Arif cukup tau tentang Undang-Undang Hak

Cipta tersebut karena menyangkut apa yang sedang dirintisnya untuk

saat ini. Pada kesempatan ini (pada wawancara tersebut) Arif

mengatakan bahwasanya tidak benar-benar paham terkait Undang-

Undang Hak Cipta, bagaimana proses untuk mendaftarkan karya yang

telah diciptakanya dalam hal ini yaitu musik dan apa tujuan dari hak

cipta yang sebenarnya. Karena yang Arif ketahui, hak cipta bertujuan

untuk melindungi karya yang telah dibuatnya dan untuk seterusnya

Arif masih belum paham bagaimana cara mendaftarkan hak ciptanya

tersebut. Kesimpulannya adalah arif tahu tentang adanya undang-

undang hak cipta, akan tetapi untuk memahami isi dari undang-

undang tersebut arif cukup kesulitan memahaminya karena

pengetahuannya tentang hukum belum cukup dan bahasa dari undang-

undang tersebut sulit dipahami.

Selain wawancara dengan Arif selaku manajer band, peneliti juga

berkesempatan untuk mewawancarai seorang informan dari Musisi


6

musik yang dapat dibilang sudah lama dalam dunia hiburan. Informan

tersebut bernama Agung Wahyudi, dari hasil penelitian tersebut

mempunyai alasan tersendiri. Penjelasan yang disampaikan oleh

Agung, bahwa sebuah karya yang diciptakan oleh kreatifitas

seseorang patut untuk dihargai dan didukung demi keberlangsungan

orang tersebut menciptakan karya yang lebih baik lagi, seperti contoh:

Sebuah band mengeluarkan lagunya untuk dinikmati oleh khalayak

umum dan bukan untuk dikomersilkan orang lain, lalu ada band yang

mengkomersilkan lagu tersebut melalui beberapa situs web tanpa

seijin pemiliknya. Maka pemilik lagu berhak untuk menuntut. Namun

disini Agung belum mengerti bagaimana cara untuk menuntut band

yang mengkomersilkan lagu tanpa ijin. Dan bagaimana cara

mendaftarkan lagu tersebut agar memiliki kekuatan hukum.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Implementasi Undang-Undang No.28

Th. 2014 Tentang Hak Cipta Terhadap Kesadaran Musisi Mengenai

Hukum Hak Cipta Musik Di Komunitas Salbai 34 Venue. Pada

masalah ini difokuskan terhadap Implementasi dari Undang-Undang

No.28 Th. 2014 Terhadap Kesadaran Musisi mengenai Hak Cipta di

lingkungan Salbai 34 Venue yang berlokasi di Kota Serang.

B. Fokus Masalah

Yang melatarbelakangi mengapa peneliti melakukan peneliatian

di Salbai 34 Venue, karena peneliti ingin tahu seberapa paham hukum

musisi yang berada di lingkungan Kota Serang tentang Undang-


7

Undang Hak Cipta. Salbai 34 Venue sendiri adalah salah satu wadah

atau tempat bagi para musisi yang ingin berdiskusi maupun sharing

dengan musisi satu sama lain yang berlokasi di Kota Serang sehingga

dapat mengantisipasi pelanggaran tentang hak cipta. Untuk itu peneliti

ingin mengetahui lebih jauh mengenai implementasi dari undang-

undang hak cipta terhadap kesadaran musisi tentang hukum hak cipta

dan bagaimana bentuk-bentuk kesadaran musisi di Kota Serang.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi undang-undang terhadapa kesadaran

musisi mengenai hukum hak cipta musik di Salbai 34 Venue

yang berlokasi di Kota Serang?

2. Bagaimana bentuk-bentuk kesadaran hukum hak cipta musik

yang tercermin di komunitas musisi Salbai 34 Venue yang

berlokasi di Kota Serang tentang Hak Cipta ditinjau dari

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi dari undang-undang terhadap

kesadaran musisi mengenai hukum hak cipta musik di Salbai 34

Venue yang berlokasi di Kota Serang.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk kesadaran hukum

hak cipta musik yang tercermin di komunitas musisi Salbai 34


8

Venue yang berlokasi di Kota Serang tentang Hak Cipta ditinjau

dari Undang-Undang No. 28 Tahun 2014.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Untuk menambah khazanah keilmuan khususnya pada diri

sendiri, mahasiswa, musisi, pelaku seni dan masyarakat pada

umumnya terkait masalah hak cipta.

2. Secara Praktis

a. Institusi/lembaga

Hasil studi ini kiranya dapat dimanfaatkan oleh institusi

atau lembaga terkait maupun sebagai studi lanjut (road map

penelitian) bagi para mahasiswa, dan pihak-pihak yang

membutuhkan.

b. Umum

Kiranya hasil studi ini dapat menjadi tambahan

pengetahuan bagi masyarakat serta menjadi bahan untuk

diskusi maupun sharing pengetahuan tentang undang-undang

hak cipta.

c. Musisi di lingkungan Salbai 34 Venue

Untuk memberikan gambaran kepada musisi di

lingkungan Salbai 34 Venue yang berlokasi di Kota Serang

mengenai hak cipta.


9
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Implementasi

Terdapat berbagai pendapat para ahli dan akademisi yang

mengemukakan tentang pengertian dari implementasi. Hal ini perlu

dijelaskan agar pemahaman tentang implementasi dapat

disinkronisasikan dari konsep penelitian terhadap suatu kebijakan

atau peraturan perundangan-undangan yang menjadi fokus utama

dalam penelitian ini. Karena implementasi merupakan kegiatan

yang penting dari keseluruhan proses perencanaan kebijakan.

Adapun pengertian implementasi tersebut dapat dilihat

dalam beberapa pendapat di bawah ini.

“Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-


tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini
berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi
pola-pola operasional serta berusaha mencapai
perubahanperubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah
diputuskan sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga
merupakan upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah
program dilaksanakan. Dalam tataran praktis, implementasi adalah
proses pelaksanaan keputusan dasar”. Mulyadi (2015:12)

Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:

a. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.

b. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.

c. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.

d. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.


e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi

pelaksana.

f. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.

Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa

hal penting yakni:

1) Penyiapan sumber daya, unit dan metode.

2) Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang

dapat diterima dan dijalankan.

3) Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.

2. Konsep/Tinjauan Tentang Kesadaran Hukum

a. Pengertian Kesadaran

Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan

hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri

(melalui panca inderanya) dan mengadakan pembatasan

terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri melalui

perhatian. (Sunaryo, 2004:77)

“Kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai


yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang
ada atau tentang hukum yang diharapkan ada. Sebenarnya
yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum
dan bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian-
kejadian yang konkrit dalam masyarakat yang
bersangkutan”. (Soejono Soekanto, 1982:182)

Kesadaran hukum merupakan konsepsi abstrak didalam

diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban dan

ketentraman yang dikehendaki atau sepantasnya. Kesadaran

hukum sering dikaitkan dengan pentaatan hukum, pembentukan


hukum, dan efektivitas hukum. Kesadaran hukum merupakan

kesadaran/nilai-nilai yang terdapat dalam manusia tentang

hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan oleh

masyarakat luas.

b. Pengertian Hukum

Menurut Prof. Mr. j. Van Kan Hukum ialah keseluruhan

ketentuan-ketentuan penghiudupan yang bersifat memaksa yang

diadakan untuk melindungi kepentingan orang dalam

masyarakat. Hukum dapat di definisikan sebagai peraturan-

peraturan yang mengatur tingkah laku manusia di dalam

masyarakat dan terdapat sanksi bagi para pelanggarnya. Hukum

mempunyai sifat memaksa, mengikat, dan mengatur hubungan

manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat, serta

masyarakat dengan masyarakat. Dan tujuan dibentuknya hukum

adalah untuk dapat menciptkan kebaikan, menjamin keadilan,

dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum juga

dapat dijadikan sebagai sebuah alat untuk menciptakan tatanan

suatu kelompok bangsa dan berlaku pada suatu wilayah tertentu.

(R. Soeroso, S.H, 1993:23)

c. Pengertian Kesadaran Hukum

Kesadaran hukum secara sederhana yaitu tanggapan

seketika, pengalaman langsung yang dapat berupa kesan,

perasaan dan keinginan dari seseorang terhadap hukum. Selain


pengertian tersebut, kesadaran hukum dapat dipahami sebagai

berikut:

“Pertama, kesadaran hukum yang berarti bahwa hukum itu


merupakan kaidah yang fungsinya untuk melindungi
kepentingan orang. Kepentingan tiap orang berbeda. Seperti
halnya kepentinganmu dengan kepentingan temanmu tentu
berbeda”. (Sri Kartini, 2020:07)

“Kedua, kesadaran tentang kewajiban hukum kita terhadap


orang lain. Di sini, ketika menuntut hak akan hukum kamu
dibatasi oleh hak orang lain terhadap hukum itu. Dengan kata
lain, seseorang akan melakukan apa yang seharusnya
dilakukan atau tidak dilakukan terhadap hukum.” (Sri Kartini,
2020:08)

3. Pengertian Musisi

Pengertian musisi adalah individu yang memainkan ataupun

menulis musik, serta memiliki kemampuan dalam salah satu atau

lebih alat musik, menghabiskan sejumlah waktu untuk mempelajari

hal-hal berkaitan dengan musik, menampilkan pertunjukan musik,

dan mendengarkan musik dengan seksama. Menurut The American

Heritage Dictionary of the English Language (2000), musisi adalah

sesorang yang menciptakan, memimpin, dan menampilkan musik.

Musisi dapat mempelajari keahliannya secara otodidak melalui

pengalaman-pengalaman pribadi, ataupun dengan pendidikan

formal bersama seorang instruktur pribadi atau guru dalam suatu

lembaga Musisi dapat bersifat amatir maupun professional, hal ini

memiliki definisi yang meluas. Musisi memiliki level aktivitas dan

ambisi dalam bermusik, yang seringkali membuat musik menjadi

sebuah hobby maupun profesi. Musisi professional menganggap

kegiatan bermusik sebagai suatu hal yang bersifat “menyatu”


dengan musik, yang menggambarkan hubungan yang berkelanjutan

dan aktif, terutama setelah menyelesaikan pendidikan formal.

(Kamal Pada Situs Jurnal Musik, 2017)

4. Konsep Tentang Hak Cipta

a. Pengertian Hak Cipta

Dalam Undang-Undang N0.28 Th.2014 Pasal 1 Hak Cipta

adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Dasar Hukum tentang Hak Cipta

Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014

tentang Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul

secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu

ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Indonesia mengalami banyak perubahan dalam

Undang-Undang mengenai Hak Cipta.

Sejak UU Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU

Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan UU 6 tahun 1982

tentang Hak Cipta, UU Nomor 12 tahun 1987 tentang Perubahan

UU Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah

diubah dengan UU Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan UU

6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, kemudian dicabut dan diubah


dengan UU Nomor 19 tahun 1982 tentang Hak Cipta, dan

terakhir hingga saat sekarang ini adalah UU Nomor 28 tahun

2014 tentang Hak Cipta.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

secara umum mengatur tentang:

1) Pelindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih

panjang sejalan dengan penerapan aturan di berbagai negara

sehingga jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang

tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70

(tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia.

2) Pelindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para

Pencipta dan/atau Pemilik Hak Terkait, termasuk membatasi

pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat).

3) Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi,

arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk

tuntutan pidana.

4) Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas

tempat penjualan dan/atau pelanggaran Hak Cipta dan/atau

Hak Terkait di pusat tempat perbelanjaan yang dikelolanya.

5) Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat

dijadikan objek jaminan fidusia.

6) Menteri diberi kewenangan untuk menghapus Ciptaan yang

sudah dicatatkan, apabila Ciptaan tersebut melanggar norma

agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan


keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundang-

undangan.

7) Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait menjadi

anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik

imbalan atau Royalti.

8) Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan

Royalti untuk Ciptaan atau produk Hak Terkait yang dibuat

dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial.

9) Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun

dan mengelola hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak

Terkait wajib mengajukan permohonan izin operasional

kepada Menteri.

10) Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana

multimedia untuk merespon perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi.

B. Penelitian Yang Relevan

Agar tidak terjadi pengulangan pembahasan maupun

pengulangan penelitian dan juga dapat melengkapi wacana yang

berkaitan dengan penelitian maka diperlukan pengetahuan tentang

penelitian yang diperlukan dalam pegetahuan tentang penelitian

sejenis yang diteliti sebelumnya. Terkait dengan penelitian ini,

sebelumya telah ada beberapa orang peneliti yang mengangkat tema

yang sama yakni mengenai Hak Cipta yaitu:


1. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Suryo Komputro Sebagai

Mahasiswa Bagian Hukum Masyarakat Dan Pembangunan

Universitas Hasanuddin Makassar yang mengambil judul

“Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Efektifitas Undang-

Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Dalam Bidang

Hak Cipta Lagu Di Kota Makassar” dari penelitian ini

menunjukan bahwasannya Kesadaran dan ketaatan hukum

masyarakat sangat mempengaruhi terjadinya pelanggaran hak cipta

lagu di kota Makassar. Karena sesungguhnya masyarakat

menyadari bahwa hal itu melanggar hak cipta orang lain namun

mereka tetap saja tidak taat hukum. Dalam hal ini, masyarakat di

kota Makassar memiliki kesadaran hukum yang buruk dan ketaatan

hukum bersifat compliance.

Tabel 2.1 : Perbedaan dan persamaan serta hasil penelitian

yang relevan

Perbedaan Persamaan Hasil

Pada penelitian yang Persamaannya Kesadaran dan

sebelumnya berisi terletak pada ketaatan hukum

bahasan tentang kesadaran masyarakat sangat

pembajakan kaset masyarakat dan mempengaruhi

atau CD yang marak musisi terjadinya

terjadi di Kota khususnya, serta pelanggaran hak

Makassar. implementasi cipta lagu di kota

Untuk penelitian undang-undang Makassar. Karena


yang ini lebih no.28 tahun sesungguhnya

membahas tentang 2014. masyarakat

hak cipta yang menyadari bahwa

terjadi di dunia hal itu melanggar

digital. hak cipta orang lain

namun mereka tetap

saja tidak taat

hukum. Dalam hal

ini, masyarakat di

kota Makassar

memiliki kesadaran

hukum yang buruk

dan ketaatan hukum

bersifat compliance.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ngakan Ketut Dunia, SH, M.

Hum, sebagai Mahasiswa Hukum Universitas Udayana Bali

yang mengambil judul penelitian “Pembebanan Hak Cipta

Sebagai Obyek Jaminan Fidusia Dalam Praktik Perbankan

Di Kota Madya (KODYA) Denpasar” dari penelitian ini

bahwasannya Hak Kekayaan Intelektual sebagai bagian dari

sistem hukum sangat erat kaitannya dengan dunia usaha

terutama dengan industri, perdagangan, dan investasi. Dengan

Hak Kekayaan Intelektual dirangsang peningkatan karya-karya

intelektual serta penelitian dan pengembangan yang mampu


menghasilkan Teknik dan teknologi-teknologi baru, yang akan

menggairahkan dunia usaha. Hak cipta merupakan salah satu

bagian dari kekayaan intelektual memiliki ruang lingkup obyek

dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu pengetahuan, seni

dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mecakup pula

program komputer. Hak cipta menjadi basis terpenting dari

ekonomi kreatif nasional dan mampunyai peranan strategis

dalam mendukung pembangunan bangsa dan memajukan

kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tabel 2.2 : Perbedaan dan persamaan serta hasil penelitian

yang relevan

Perbedaan Persamaan Hasil

Pada penelitian yang Persamaan Hak Kekayaan

sebelumnya antara keduanya Intelektual sebagai

membahas tentang hak sama-sama bagian dari sistem

kekayaan intelektual membahas hak hukum sangat erat

secara menyeluruh royalty atas kaitannya dengan

serta membahas karya yang dunia usaha

ekonomi secara dalam. dihasilkan. terutama dengan

Pada penelitian ini industri,

lebih membahas perdagangan, dan

tentang kesadaran investasi

musisi serta
implementasi undang-

undang hak cipta

musik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sulthon Miladiyanto sebagai

Dosen Fakultas Hukum Universitas Kanjuruhan Malang yang

berjudul “Royalti Lagu/Musik Untuk Kepentingan

Komersial Dalam Upaya Perlindungan Hak Cipta

Lagu/Musik” dari penelitian ini menunjukan Mekanisme yang

diberlakukan oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia sudah baku

dimana Yayasan Karya Cipta Indonesia atau lembaga

manajemen kolektif (LMK) sebagai collecting societis yang

memfasilitasi pemungutan royalti dari user untuk diserahkan

kepada para pemegang hak cipta. Mekanisme pemungutan

royalti di Kota Malang dibedakan menjadi 2(dua) yaitu

terhadap tempat karaoke waralaba dan tempat karaoke non

waralaba. Untuk tempat karaoke waralaba, pembayaran royalti

dilakukan langsung oleh pemilik waralaba, sedangkan tempat

karaoke non waralaba pembayaran royalti dilakukan oleh

pemilik karaoke langsung yang bersangkutan.

Tabel 2.3 : Perbedaan dan persamaan serta hasil penelitian

yang relevan

Perbedaan Persamaan Hasil

Pada Penelitian yang Persamaan Mekanisme yang


sebelumnya membahas antara keduanya diberlakukan oleh

tentang mekanisme sama-sama Yayasan Karya

yang diberlakukan membahas hak Cipta Indonesia

oleh Yayasan Karya royalty atas sudah baku dimana

Cipta Indonesia karya yang Yayasan Karya

sebagai Lembaga dihasilkan Cipta Indonesia

Manajemen Kolektif berdasarkan atau lembaga

yang bertugas untuk Undang- manajemen

pememungutan royalty Undang No. 28 kolektif (LMK)

dari user untuk Th. 2014 sebagai collecting

diserahkan kepada para societis yang

pemegang hak cipta. memfasilitasi

Pada penelitian ini pemungutan royalti

lebih membahas dari user untuk

tentang kesadaran diserahkan kepada

musisi serta para pemegang hak

implementasi undang- cipta

undang hak cipta

musik.

C. Kerangka Berfikir

Pemahaman terkait Hak Cipta merupakan hal yang harus

dimiliki bagi setiap musisi maupun orang yang berkecimpung di

industri permusikan, karena hal ini sangat berhubungan erat dengan

perlindungan dari setiap karya yang diciptakan oleh musisi agar tidak
disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan

mengambil keuntungan baik secara finansial maupun eksistensi.

Karena terdapat unsur yang dapat memberikan dampak ekonomi

bagi seorang pemilik karya, maka dalam hal ini pemahaman terkait

perlindungan Hak Cipta sudah seharusnya dimiliki oleh musisi

tersebut baik bagi pencipta, pemain pertunjukan, serta orang-orang

yang berkecimpung di industri permusikan agar tidak ada pihak-pihak

yang dirugikan baik secara finansial maupun moral.

Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak cipta secara umum

adalah sepanjang hidup penciptanya ditambah 70 tahun untuk karya

yang diketahui penciptanya dan karya kolaboratif atau 50 tahun

setelah pertama kali diumumkan atau dipublikasikan atau dibuat untuk

karya yang dibuat oleh badan hukum, fotografi, dan karya anonim

(UU 28/2014 bab IX dan pasal 58), kecuali 20 tahun setelah pertama

kali disiarkan untuk karya siaran (UU 28/2014 bab IX dan pasal 63).,

atau tanpa batas waktu untuk hak moral pencantuman nama pencipta

pada ciptaan dan untuk hak cipta yang dipegang oleh Negara atas

folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama

rundang-undangan yang berlaku" (UU 28/2014 bab IX dan pasal 38).

Dengan adanya Undang-Undang Hak Cipta tersebut para Musisi

maupun kreatif tidak ragu lagi mengekspos karyanya untuk dapat

dinikmati khalayak umum dan dapat pula menjadi mata pencaharian

demi menghidupi kebutuhan sehari-harinya. Dalam mencapai

kesejahteraan tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak hal salah


satunya para Musisi harus mendaftarkan karyanya melalui Asosiasi

Hak Cipta yang telah terafiliasi oleh Kementrian Hukum dan Hak

Asasi Manusia agar memiliki kekuatan hukum jika suatu saat ada

pihak yang mengklaim demi mendapatkan keuntungan secara

finansial ataupun keuntungan secara ekonomi.


Bagan Alur Kerangka Berfikir

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.28 TH 2014


TENTANG HAK CIPTA TERHADAP KESADARAN MUSISI
MENGENAI HUKUM HAK CIPTA MUSIK
DI KOMUNITAS SALBAI 34 VENUE

Variabel Y Variabel X
KESADARAN HAK CIPTA MUSIK
HUKUM MUSISI DITINJAU DARI UU No. 28
TAHUN 2014

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Faktor-faktor yang
Kesadaran Hukum: mempengaruhi:
Faktor ekonomi Kurangnya sosialisasi
tentang UU No. 28
Faktor tradisi atau
Tahun 2014 oleh
kebiasaan instansi terkait kepada
Faktor pendidikan Masyarakat/khususnya
Faktor moral pekerja seni
musik/Musisi
Isi Undang-Undang terlalu
sulit untuk dipahami
Upaya yang harus dilakukan: oleh Musisi yang awam
Ketegasan dalam hukum
penegakan hukum
Membuat lembaga khusus
yang dapat mengakomodir
keluhan para musisi Upaya yang harus dilakukan:
Sosialisasikan
hukum dengan
bahasa yang mudah
dimengerti

TERBENTUKNYA
KESADARAN
MUSISI TENTANG
HUKUM DI TINJAU
DARI UU NO.28
TH.2014 TERKAIT
HAK CIPTA

Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir


1. Variabel Y

Dilihat dari variabel Y (Kesadaran Hukum Musisi) yang

mempengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: Faktor ekonomi,

faktor tradisi atau kebiasaan, faktor Pendidikan dan faktor moral

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

penyalahgunaan karya untuk dijadikan ladang uang melalui

platform digital yang menyediakan iklan berbayar. Kurangnya

pendidikan merupakan salah faktor yang disebabkan oleh faktor

ekonomi yang menyebabkan musisi dengan seenaknya menjual

karya orang lain melalui platform digital yang menyediakan iklan

berbayar tanpa seizin pemiliknya. Adapula yang disebabkan adanya

faktor tradisi dan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus

sehingga lupa akan karya orang lain yang terus di cover oleh musisi

tersebut. Serta Faktor Moral yang sering terjadi dimana pemilik

karya kurang terkenal dibanding musisi yang mengcover karyanya.

Dengan terbentuknya kesadaran hukum ini diharapkan dapat

meminimalisir terbentuknya mafia-mafia di industri kreatif

khususnya di permusikan.

2. Variabel X

Dilihat dari variabel X Faktor-faktor yang mempengaruhinya

yaitu faktor Kurangnya sosialisasi tentang UU No. 28 Tahun 2014

oleh instansi terkait kepada Masyarakat/khususnya pekerja seni

musik/Musisi dan isi Undang-Undang yang terlalu sulit untuk


dipahami oleh musisi yang awam hukum. Kurangnya Sosialisasi

hukum yang dilakukan oleh aparat terkait kepada Musisi.

Kurangnya pendidikan dapat mempengaruhi kesadaran hukum

musisi, tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan musisi

kurang mengerti ataupun memahami mengenai hukum. Sosialisasi

hukum pun menjadi faktor yang sangat penting untuk membangun

kesadaran hukum bagi musisi agar musisi lebih sadar dan paham

terhadap hukum. Faktor yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah terbentuknya kesadaran hukum bagi musisi di lingkungan

Salbai 34 Venue yang berlokasi di Kota Serang mengenai aturan

hukum Hak Cipta khususnya di industri permusikan agar tidak

adalagi musisi yang takut akan karyanya disalahgunakan oleh

orang-orang yang hanya mengambil keuntungan dan tidak

bertanggungjawab.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat dalam penelitian ini adalah Salbai 34 Venue, yang

berlokasi di Jl. Saleh Baimin No.34, Cimuncang, Serang-Banten.

Karena di tempat inilah salah satu tempat yang menaungi beberapa

musisi lokal hingga nasional.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan

November tahun 2020 sampai dengan bulan Desember 2020. Jika

sumber data belum memenuhi maka waktu dapat diperpanjang

hingga Januari 2021.

3. Subjek Penelitian

Untuk mendapatkan data yang tepat maka perlu ditentukan

informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan

data. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dari

undang-undang no.28 tahun 2014 serta bentuk-bentuk kesadaran

dari masing-masing musisi. Subjek pada penelitian ini yaitu

komunitas musisi yang berada di Salbai 34 Venue yang berlokasi

di Kota Serang-Banten.
B. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menggambarkan suatu

keadaan dan gejala yang ada pada objek yang akan diteliti. Penelitian

kualitatif lebih diarahkan untuk memahami fenomena-fenomena sosial

dari perspektif partisipan. Ini diperoleh melalui pengamatan

partisipatif dalam kehidupan orang-orang yang menjadi partisipan.

(Sudaryono, 2018:75)

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah Deskriptif.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian

ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai implementasi

dari undang-undang no.28 tahun 2014 tentang hak cipta serta bentuk-

bentuk dari kesadaran musisi mengenai hak cipta.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti

pada penelitian ini adalah sebagai:

1. Pengamatan (Observation)

Yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

Apabila objek penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia, dan

fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar),

proses kerja, penggunaan responden kecil. Observasi atau


pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang

sedang berlangsung. (Sudaryono, 216:2018)

Pada proses pengumpulan data dilakukan pengamatan

terlebih dahulu karena pada penelitian ini diharapkan untuk lebih

objektif terhadap sumber data yang akan di ambil agar tepat dan

meminimalisir kesalah data.

2. Wawancara

Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap

muka dengan musisi di lingkungan Salbai 34 Venue dan beberapa

musisi yang berada di Kota Serang. Wawancara yang ditujuakan

untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara

individual. Pewawancara adalah petugas pengumpul informasi

yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dan mencatat

semua informasi yang dibutuhkan dengan benar. Dalam hal ini

peneliti akan mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah

disediakan dan terstruktur yang kemudian diperdalam untuk

memperoleh keterangan lebih lanjut sehingga jawaban yang

diperoleh meliputi semua variabel dengan keterangan yang

lengkap dan mendalam. (Sudaryono, 212:2018)

Ada beberapa kelebihan pengumpulan data melalui

wawancara, diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak

langsung dengan musisi yang akan dinilai, data diperoleh secara

mendalam, yang di wawancara dapat mengungkapkan isi hatinya


secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan

diarahkan yang lebih bermakna.

Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak terstruktur

pada subjek penelitian dengan pedoman yang telah dibuat. Teknik

wawancara digunakan untuk mengungkapkan data tentang

implementasi undang-undang no.28 tahun 2014 tentang hak cipta

serta bentuk-bentuk kesadaran musisi terhadap hak cipta yang di

tinjau dari undang-undang no.28 tahun 2014.

Adapun objek yang ingin di wawancara antaralain:

Tabel 3.1: Daftar objek wawancara

No Nama Asal Sebagai


1 Agung Wahyudi Ril Contradiction Vokalis
2 Arif Baehaki Paduraksa Guitaris
3 Danang Tongkat Kayu Guitaris
4 Aldo Mahirs Mahirs Band Guitaris
5 M.Q Rizki S34 Pro Sound Enginer
6 Imam W.P S34 Pro Lighting Man
7 Dendi Insomnia.Ent Peneliti Redaksi
8 Aldi Suherlan Suherlan Brother Produser Musik
9 Suherlandika Suherlan Brother Manajer Band
10 Ilham Wiracahaya TM Makmur Vokalis
11 Ari Solois Ari and Friends Vokalis
12 Arif Rahman Kickschool Manajer Band
13 Asdrie Rivaldie Javaka Band Vokalis
14 Nayl Author Nayl Author Vokalis
15 Nedi Efek Rumah Dinas Vokalis

3. Dokumentasi

Peneliti akan melakukan dokumentasi untuk memperoleh

data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang

relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film


documenter, data yang relevan penelitian. Dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. (Sudaryono. 219:2018)

Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip

kegiatan seperti, surat tanda bukti bahwa telah mendaftarkan

karyanya melalui aggregator musik.

D. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam pengecekan data peneliti menggunakan teknik pemeriksaan

keabsahan data yaitu triangulasi. Triangulasi merupakan teknik

pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di

luar data itu keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu. Peneliti menggunakan teknik ini untuk menghilangkan

perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks

suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian

dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain, peneliti

dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkan dari

berbagai sumber, metode, atau teori (Lexy J. Moleong, 330:2018).

1. Uji Kredibilitas

Dalam pengujian kredibilitas data terdapat bermacam-macam

cara pengujian. Menurut Sugiyono (2016:270) menegaskan

sebagaimana berikut:

“Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil


penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan
perpenjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif, dan membercheck”. Sugiyono (2016:270).
Berdasarkan pernyataan diatas menjelaskan bahwa triangulasi

merupakan salah satu cara pengujian kredibilitas data dimana

triangulasi berfungsi sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji kredibilitas

data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber yang ditelah ditentukan oleh

peneliti dimana dalam penentuannya berdasarkan keterkaitannya

dengan penelitian.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik berbeda, dimana teknik yang dimaksud

diantaranya adalah wawancara, observasi, serta pertanyaan dan

dokumentasi.

c. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di malam hari

pada saat narasumber selesai melakukan aktifitasnya untuk

mendapatkan waktu senggang, agar tidak mengganggu waktu

dari narasumber tersebut dan akan memberikan data yang lebih

valif sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian


kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

2. Uji Transfelability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam

penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkkan derajat

ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi

dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan

kenyataan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau

digunakan dalam situasi lain. Sugiyono (2016: 276)

Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil

penelitian kualitatif yang peneliti lakukan sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian ini, maka peneliti

dalam membuat laporan memberikan uraian yang rinci, jelas,

sistematis, dan dapat dipercaya, dengan demikian peneliti berharap

pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat

menentukan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil

penelitian tersebut di tempat lain.

3. Uji Defenability

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut juga

reliabilitas. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain

dapat mengulangi/merefleksi proses penelitian tersebut. Dalam


penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan mengaudit

terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak

melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan

data. Penelitian seperti ini perlu diuji dependability. Sugiyono

(2016: 368)

Berkaitan uji dependability, peneliti bekerjasama dengan

pembimbing untuk mengaudit terhadap keseluruhan proses

penelitian dengan maksud supaya peneliti dapat menunjukkan jejak

aktivitas di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh

rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukkan

masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukkan sumber data,

melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai

membuat kesimpulan.

4. Uji Konfirmability

Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut

juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan

obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam

penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji

dependability, sehingga pengujian dapat dilakukan secara

bersamaan. Confirmability berarti menguji hasil penelitian,

dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian

merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka

penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Sugiyono (2016: 368)


Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menguji hasil

penelitian tersebut secara bersama-sama dan disepakati banyak

orang. Karena pada dasarnya ketika suatu penelitian ada data tetapi

tidak ada proses, maka penelitian tersebut mesti diragukan

konfirmabilitinya.

Langkah yang digunakan dalam teknik triangulasi data ini

adalah dengan menggunakan sumber dan metode. Triangulasi

dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda. Dengan menggunakan teknik ini peneliti dapat

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang didepan

umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan

apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan

apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan keadaan

dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan

orang seperti rakyat biasa, orang berada, orang pemerintahan, dan

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan (Lexy J. Moloeng, 2018: 331).

Triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama

(Lexy J. Moleong, 2018: 331).


Dengan cara ini penelitian dapat menarik kesimpulan yang

mantap tidak hanya dari satu cara pandang sehingga bisa diterima

kebenarannya. Penerapannya, peneliti membandingkan data hasil

pengamatan dengan hasil wawancara serta dokumentasi yang

berkaitan. Dengan demikian, apa yang diperoleh dari sumber yang

satu bisa lebih teruji kebenarannya, bilamana dibandingkan data

sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif, karena data yang sudah dikumpulkan dengan

melakukan analisis dan kemudian dipaparkan secara deskriptif

(uraian), guna mendapatkan hasil dan kesimpulan. Data disebut

kualitatif karena data yang diperoleh merupakan informasi naratif

bukan berupa angka namun data tersebut adalah detail, terperinci.

Dalam penelitian kualitatif biasanya kegiatan analisis itu dilakukan

secara terus menerus pada setiap tahapan kegiatan, selanjutnya

interpretasi atau penafsiran atas data yang sudah dianalisis dilakukan

dengan selalu merujuk pada teori yang berhubungan dengan kajian.

Analisis data dilakukan oleh para peneliti agar mendapatkan makna

yang terkandung dalam sebuah data, sehingga interpretasinya tidak

sekedar deskripsi belaka.

Analsis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga kegiatan

yang terjadi secara bersamaan yaitu redaksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2016:334).


Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang

dan menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling

menyusul.

a) Reduksi Data

“Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan

untuk mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan

menitikberatkaan pada hal-hal yang dianggap penting oleh

peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah

pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data

yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci”. (Sugiyono,

2016:334).

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencari bila diperlukan.

b) Display Data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah

tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran

penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci

dan menyeluruh selanjutnya dicari pada hubungan untuk

mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya


disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil

penelitian diperoleh (Sugiyono, 2016:335).

c) Kesimpulan/varifikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses untuk

memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Proses

pengolahan data dimulai dengan penataan data lapangan (data

mentah), kemudian direduksi dalam bentuk unifikasi dan

kategorisasi data. Demikian prosedur pengolahan data dan yang

dilakukan peneliti dalan melakukan penelitian ini, dengan tahap-

tahap ini diharapkan peneliti yang dilakukan peneliti dapat

memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu

penelitian (Sugiyono, 2016:335).

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka dalam penelitian ini

pada tahap awal setelah diadakan pengumpulan data melalui teknik

wawancara dengan berbagai sumber data yang dianggap mengetahui

tentang Implementasi Undang-Undang No.28 Th. 2014 Tentang

Hak Cipta Terhadap Kesadaran Musisi Mengenai Hukum Hak

Cipta Musik Di Komunitas Salbai 34 Venue, yang berlokasi di Jl.

Saleh Baimin no.34, Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Kota

Serang-Banten. Selain itu dikumpulkan pula hasil observasi dan

dokumentasi yang diperoleh sesuai dengan rumusan masalah dalam

penelitian ini.

Data-data telah terkumpul dan dipilah-pilah sesuai dengan

permasalahan yang diteliti, kemudian disajikan dalam bentuk naratif


atau dideskriptifkan secara gamblang yang sebenarnya yang ditemui

dari hasil penelitian penyajian data tersebut disajikan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian

1. Profil Salbai 34 Venue Kota Serang

Ekonomi kreatif (Ekraf) akan menjadi sektor ekonomi yang penting

pada masa depan karena berbasis kreativitas yang merupakan sumber

daya terbarukan. Berbeda dengan sektor lain yang sangat tergantung

pada eksploitasi sumber daya alam, kekuatan ekonomi kreatif lebih

bertumpu kepada keunggulan sumber daya manusia. Ekonomi kreatif

sebagai kegiatan ekonomi dimana input dan output utamanya adalah

kreativitas dan gagasan diharapkan dapat menciptakan kesejahteraan

serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya

kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Salbai 34 Production adalah pengembangan dari Salbai 34 Venue

yang bergerak di bidang industri ekonomi dan seni kreatif. Berdirinya

Salbai 34 Production dilatari oleh penyelenggaraan event dewasi ini,

yang seolah menjadi sebuah “ritual” yang menyuguhkan hiburan

hingga pendidikan kepada khalayak luas. Event bisa menjadi sarana

komunikasi antara penyelenggara maupun penonton yang hadir

menikmati event tersebut. Bahkan tak sedikit yang menjadikan event

sebagai media menunjukkan identitas penyelenggara.

Penyelenggaraan event juga adalah cara untuk memikat orang-

orang dengan berbagai tujuan, baik promosi wisata, produk, maupun

yang lainnya. Maka harus diakui, event dapat memperkuat positioning

dalam mempromosikan identitas daerah, program, maupun produk.


Sebagai sarana atraksi dan pemberi citra destinasi, maka pengemasan

sebuah event harus direncanakan secara matang sekaligus didukung

dengan sarana yang baik.

Salbai 34 Venue sendiri adalah wadah bagi para komunitas yang

salah satunya yaitu komunitas musik, motor, jurnalis dan masih

banyak lagi yang berhubungan dengan industry kreatifitas yang ada di

Banten dan Kota Serang khususnya. Salbai 34 Venue hadir dari

keresahan komunitas-komunitas yang tidak memiliki wadah untuk

berdiskusi secara santai dan berbagi pengetahuan dengan orang-orang

yang memiliki pengalaman di bidangnya.

2. Aktifitas Komunitas Salbai 34 Venue Kota Serang

Berikut adalah salah satu kegiatan yang ada di Salbai 34 Venue

Kota Serang:

a. Dilarang Disalbai (DLDS)

Musik sebagai root dan signature dari HOS 34 Venue selama

bertahun-tahun, sulit rasanya untuk mengeyampingkan konsep ini.

Dengan elemen HOS 34 Venue “reborn”, sajian musik yang dikemas

kali ini akan sedikit berbeda. Unsur musik, akan didominasi dengan

menghadirkan berbagai musisi lintas genre bahkan lintas generasi. Di

Larang Di Salbai tidak cuma akan menjadi ruang bagi musisi lokal,

namun juga kolektif musik lain dari berbagai daerah yang

membutuhkan sarana promosi dengan ambience yang tak biasa. Talent

yang terlibat dalam DiLarang Di Salbai, akan dimanjakan dengan


kualitas tata suara dan tata cahaya yang tidak bisa didapatkan dari

tempat lain dengan skala lokacipta sejenisnya.

b. Dilanjut Disalbai (DLDS)

Banyak potensi pelaku industri seni kreatif di Kota Serang dan

sekitarnya yang mulai tenggelam dengan dilatari berbagai faktor.

Padahal, potensi mereka merupakan aset yang semestinya terus

dipoles agar semakin bersinar. Atau setidaknya, aset itu dipelihara

sebagai “arsip” yang harus diketahui generasi millenials. Di Lanjut Di

Salbai, adalah konten untuk mengangkat kembali “mutiara-mutiara”

yang sempat tertanam dalam lumpur. Konsepnya yang berupa dialog

terbuka dan bersifat empat arah, diyakini akan membuat suasana yang

interaktif. Penyampaian yang dilontarkan narasumber, diharapkan

menjadi pelajaran dan motivasi bagi siapa pun yang menyimaknya.

c. Dilawan Disalbai (DLDS)

Lawan dalam konotasi ini bukan merujuk pada perspektif buruk.

Lawan di sini dirancang untuk melawan kegelisahan, kemuakan,

hingga keresahan individu atau kelompok tertentu, terhadap

pandangan berbeda dari orang lain. Di Lawan Di Salbai menjadi suatu

bentuk defence terhadap kebenaran, kesukaan, maupun kecintaan

terhadap apa yang kita yakini. Di Lawan Di Salbai membawa

semangat untuk memberi kesempatan pada individu atau kelompok

dalam menjawab berbagai pertanyaan orang-orang, terhadap suatu

yang mereka yakini selama ini. DiLawan Di Salbai membuka ruang

diskusi membahas suatu permasalahan yang menjadi pro kontra, dan


menyita perhatian khalayak dalam bidang tertentu (selain politik dan

SARA). Sebagai contoh kasus, relevansi mengoleksi rilisan fisik di

tengah mewabahnya layanan musik digital.

d. Record Store Day (RSD)

HOS 34 Venue sebagai pionir penyelenggaraan Record Store Day,

sebuah hajatan merayakan hari rilisan fisik, dibilangan Kota Serang

dan sekitarnya, berkomitmen untuk tetap melanjutkan program

strategis ini. Budaya menghargai dan mengapresiasi karya musisi

melalui pembelian rilisan fisik (merchandise atau album) kiranya

perlu terus disampaikan. Hal itu semata-mata agar “usia” para musisi

lebih panjang. Tahun ini akan menjadi tahun ketiga perhelatan RSD

yang siap digelar di HOS 34 Salbai. Dua tahun ke belakang, RSD

Serang sudah menjadi jembatan sejumlah musisi dari berbagai daerah,

meluncurkan album fisiknya. Rata-rata, mereka sengaja memilih

perayaan RSD untuk mencatatkan sejarahnya dalam industri musik di

tanah jawara.

e. Salbai Stories (SS)

Meng-cover karya musisi lain, bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi

membuatnya bukan hanya sekadar enak didengar, tapi juga mampu

menghasilkan "dollar". Tentu hal itu menjadi pekerjaan yang sukar.

Kemajuan digital menuntut kita menciptakan suatu hal yang

fenomenal supaya menjadi viral. Tapi viral saja tidak cukup kalau

tidak dibarengi dengan hasil yang mengesankan. Akibatnya, usaha

yang dilakukan bisa saja berujung kegagalan. Salah satu penyebabnya,


bisa jadi karena konten yang disajikan kurang menarik untuk

disaksikan. Salbai Stories digagas untuk menggiring ke arah yang

dimaksud. Mengingat, banyak talent lokal yang sudah mencicipi

manisnya benefit yang didapat dari kemajuan digital dengan

memanfaatkan media sosial. Berbekal kreativitas dan skill yang

jempolan, mereka mampu menjadi creator music cover yang

diperhitungkan. Salbai Stories sebuah asupan bergizi untuk para

penggila musik aksi.

f. Salbai Selecta

Karaoke massal belakangan ini memang tengah digandrungi

kelompok “Echo Boomers” hingga melanda ke generasi Z. Konsep

karaoke massal ini menjadi media alternatif meluapkan kegembiraan

demi menghapus kesedihan. Karaoke yang selama ini identik dengan

ruang privat, pun dipatahkan dengan mewabahnya karaoke massa.

Dibe berapa kali kegiatan diberbagai daerah, karaoke massal berhasil

membuat keseruan melalui paduan suara yang dikomandoi disjoki.

Konsep ini kemudian akan diadopsi oleh HOS 34 Venue melalui

Salbai Selecta. Yang berbeda, karaoke massal y ang diinisiasi nanti,

akan lebih interaktif dan persuasif karena melibatkan pengunjung

dalam menentukan lagu yang dimainkan oleh disjoki. Sebelumnya,

disjoki akan mengkurasi berbagai lagu yang dijadikan sebagai song

list. Tidak hanya itu, Salbai Selecta pun akan dibuat tematik setiap

pekannya. Konsep tematik itu, akan dibuatkan daft ar putar

berdasarkan kategori genre ataupun era.


B. Hasil Temuan Penelitian

Pengolahan data merupakan suatu langkah yang penting di dalam

penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang

dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, pengolahan data

perlu adanya suatu analisis data melalui proses menyusun,

mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang

diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Untuk

penelitian ini analisis data dilakukan selama proses penelitian, adapun

tahapan analisis data dilakukan melalui redukasi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Dengan demikian secara umum di mulai dengan mencatat data

yang sesuai ada di lapangan, setelah itu di tulis kembali kategorisasi

data, kemudian data di rangkum, di redukasi di sesuaikan dengan apa

yang menjadi fokus masalah penelitian. Selanjutnya data tersebut di

analisis dan di periksa kembali keabsahan datanya.

1. Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk

melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian

bersifat perilaku, tindakan manusia, dan fenomena alam (kejadian-

kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, penggunaan

responden kecil.

Pada proses pengumpulan data dilakukan pengamatan terlebih

dahulu karena pada penelitian ini diharapkan untuk lebih objektif


terhadap sumber data yang akan di ambil agar tepat dan

meminimalisir kesalah data.

Beradasarkan obsevasi yang dilakukan mengenai Implementasi

Undang-Undang No.28 Th. 2014 Tentang Hak Cipta Terhadap

Kesadaran Musisi Mengenai Hukum Hak Cipta Musik Di Komunitas

Salbai 34 Venue cukup apatis dalam kesadaran hukum walaupun

aturan tersebut sangat berpengaruh untuk dirinya dalam berkarir di

industri permusikan. Akan tetapi tak jarang pula dari musisi di Kota

Serang yang buta akan hukum secara sosialisasi dari undang-undang

tersebut belum menyeluruh.

2. Hasil Wawancara

Pada kesempatan ini, pewawancara akan mewawancarai salah satu

narasumber yang berkecimpung di dunia permusikan sebagai salah

seorang player dari sebuah band yang sudah terbentuk dari tahun 2011

dan sedang dalam proses menuju indutri permusikan yang lebih besar

lagi. Narasumber tersebut adalah Agung Wahyudi yang biasa disapa

Agung.

Agung (28) mengungkapkan “bahwa belum pernah membaca


undang-undang tersebut secara keseluruhan. Menurut agung,
untuk urusan seperti legalitas atau aturan-aturan yang harus
dipatuhi oleh musisi itu sudah ada bagian yang mengurusi dan
harus orang yang berkompeten dibidang tersebut. Karena musisi
disini bertugas untuk membuat sebuah karya yang bagus. Jika
sebatas mengetahui undang-undang Hak Cipta itu ada pasti
hampir semua musisi tahu itu. Karena musisi yang sudah benar-
benar fokus di industri permusikan pasti akan menghindari
pelanggaran yang akan terjadi tapi hanya beberapa aturan saja
yang diketahui”.
Pengaruhnya bagi agung antara lain pada era digitalisasi sekarang

ini cukup mempermudah para musisi untuk dapat menyebarkan

karyanya melalui platfrom-platfrom digital berbayar yang dimana

karya tersebut dapat menghasilkan royalty nantinya. Untuk

menyebarkan karyanya ke khalayak umum, langkah pertama yang

ditempuh oleh agung yaitu mendaftarkan karyanya melalui publisher

yang nantinya dari publisher tersebut akan disalurkan ke media musik

atau platfrom-platfrom penyedia layanan musik berbayar. Agung

mengungkapkan bahwasannya ada beberapa jenis perjanjian yang

ditawarkan oleh publisher kepada pemegang hak royalty yang

nantinya akan diberikan. Perjanjian untuk skala musisi indie yang

tidak memiliki keterikatan label musik, musisi diberikan wewenang

untuk memilih persentase pembagian hasil dari kerjasama terhadap

publisher dan adapula perjanjian yang di awali dengan pembayaran

administrasi di awal dan untuk pembagian hasil 100% (Seratus

Persen) diberikan kepada pemilik hak yaitu musisinya sendiri.

Pada wawancara selanjutnya. Peneliti mewawancarai salah satu

musisi indie yang sudah memiliki beberapa karya yang telah di

publish ke beberapa platfrom digital berbayar. Arief Baihaki (26) atau

yang biasa disapa Baihaki adalah pentolan dari group band bernama

Paduraksa group band yang bergenre Musikalisasi Puisi dan telah

beberapa tahun berkecimpung dalam dunia permusikan indie di Kota

Serang.
Baihaki (26) mengungkapkan dirinya “baru membaca beberapa

bagian saja yang terdapat di dalam undang-undang no.28 tahun 2014.

Akan tetapi untuk memahami undang-undang tersebut dirasa cukup

sulit karena banyak point-point dimana orang yang awam hukum akan

kesulitan untuk menafsirkannya”.

Pengaruhnya untuk beberapa musisi lokal yang hanya sekedar

meluapkan hobinya dalam bermusik, pengaruh undang-undang

tersebut belum terlalu penting dikarenakan pada setiap karya yang di

publish hampir rata-rata belum memenuhi untuk mendapatkan royalty

perbulan karena beberapa aturan platfrom digital yang menaruh

batasan untuk mendapatkan royalty dari setiap karya yang di

perdengarkan. Bukan tanpa tujuan platfrom tersebut menaruh aturan

seperti itu. Karena umumnya bagi musisi yang benar-benar ingin

mendapat bayaran dari setiap karya yang di perdengarkan orang lain.

Musisi atau band tersebut di lihat seberapa seriuskah dalam

mempromosikan karyanya tersebut sehingga menarik orang untuk

mendengarkan memalui platfrom tersebut sehingga pemasukan iklan

lebih banyak masuk dan dari situlah musisi mendapatkan bayarannya

melalui iklan tersebut. Adapun yang di permasalahkan oleh Baihaki

terkait aturan Performing Right yang dimana aturan tersebut apakah

berlaku bagi musisi yang notabene nya memiliki bayaran yang sampai

saat ini belum ada yang mengatur terkait bayaran untuk setiap

pertunjukan yang dalam hal ini untuk Kota Serang sendiri apakah

sudah ada Lembaga Kolektif yang memiliki kebijakan dalam


mengatur rate bayaran untuk setiap musisi yang akan membawakan

karya orang lain di setiap pertunjukannya secara langsung. Sampai

saat ini penyelenggara tidak dibebankan oleh aturan Performing Right

sehingga pihak penyelenggara dapat seenaknya memberikan bayaran

kepada musisi untuk membawakan lagu-lagu yang di mintanya untuk

di bawakan dalam acaranya. Menurut Baihaki mungki hal ini pihak

penyelenggara masih belum teredukasi untuk hal tersebut. Maka dari

itu Baihaki berpendapat terkait Undang-undang No.28 Th. 2014

belum terlalu penting untuk musisi kecil lokal yang berada di Kota

Serang.

Narasumber selanjutnya adalah masih dari seorang musisi dari

group band bernama Tongkat Kayu. Band yang sudah cukup

berpengalaman dalam dunia permusikan. Dan pada kesempatan ini

pewawancara mewawancarai seorang yang bernama Danang. Untuk

Undang-undang Hak Cipta danang sendiri mengaku belum paham isi

dari aturan tersebut karena danang sendiri tidak pernah membacanya

secara langsung dan hanya mendapakan info-info akan hak cipta dari

hasil berdiskusi dan sharing dari beberapa temannya saja. Untuk

urusan pengkaryaan danang sendiri lebih mempercayai pihak kedua

yang dalam hal ini adalah publisher. Karena menurut danang jika

melihat aturan kerjasama yang ditawarkan pihak publisher cukup

mudah untuk dipahami oleh danang serta rekan satu group-nya. Salah

satunya adalah pembagian royalty, ambang batas minimal untuk


mendapatkan royalty perlagu, dan platfrom digital mana saja yang

akan bekerjasama dengan bandnya.

Hampir setiap musisi membutuhkan wadah yang dapat menampung

serta mensuplai karyanya hingga ke telinga si pendengar. Mungkin ini

adalah salah satu keuntungan yang ditawarkan oleh pihak-pihak yang

memiliki kewenangan untuk mengatur kekayaan intelektual di era

digital ini. Maka dari itu danang berpendapat bahwasanya pada

pelaksanaannya diharapkan pihak-pihak terkait dapat memikirkan

nasib para musisi kecil yang masih merintis karir dan benar-benar

ingin hidup dalam dunia hiburan dan juga semoga pemerintah dapat

mensosialisasikannya terhadap musisi-musisi lokal.

Pada wawancara yang selanjutnya masih dari seorang musisi

sekaligus Sound Engineer untuk Post Production yang sudah cukup

banyak pengalaman dalam dunia permusikan dan telah melewati

banyak asam garamnya industri permusikan di tanah air. Mulai dari

kerjasamanya bersama label besar hingga berkarir secara indie sampai

saat ini. Beliau adalah Aldo Mahirs yang kerap disapa mas aldo ini

mengungkapkan bahwa undang-undang tentang hak cipta memang

sudah cukup lama akan tetapi untuk undang-undang tentang

permusikan dapat di bilang baru-baru ini cukup eksis didalam

lingkungan musisi apalagi sudah banyak sekali musisi-musisi besar

yang memberikan tanggapannya memalui kanal youtube-nya.

Menurut aldo untuk mengetahui secara detail isi dari undang-undang

tersebut sepertinya untuk sekelas beliau cukup mudah dipahami akan


tetapi secara pelaksanaannya belum banyak impek yang diberikan

oleh pemerintah untuk musisi kecil apalagi musisi yang masih

berkarya di daerah serang yang notabene-nya belum cukup orang-

orang yang dapat memotivasi mereka ke hal-hal yang bersangkutan

dengan hukum. Sedikit pengalaman dari mas aldo “jika kita ingin

benar-benar menikmati hasil dari karya kita secara finansial

seharusnya kita paham bagaimana cast flow nya industri permusikan

yang ada di tanah air. Mulai dari hulu ke hilir nya sebuah karya yang

dilahirkan oleh musisi. Jika diibaratkan karya adalah anak yang harus

kita jaga dan kita besarkan, sedangkan bagaimana agar karya kita

dapat diakui oleh negara? Salah satunya adalah kita harus

mendaftarkannya melalui aggregator musik yang ada di negara ini.

Dan setelah didaftarkan barulah kita memiliki hak atas karya

tersebut”.

a. Bagaimana implementasi undang-undang terhadap

kesadaran musisi mengenai hukum hak cipta musik di

Salbai 34 Venue yang berlokasi di Kota Serang?

Pengembangan HKI terwujud dalam kebutuhan akan

perlindungan hukum yang berintikan pada pengakuan terhadap

HKI tersebut, dan hak untuk atau dalam waktu tertentu dapat

dieksploitasi-komersialisasi atau menikmati sendiri kekayaan

tersebut. Selama kurun waktu tertentu orang lain hanya dapat

menikmati atau menggunakan atau mengeksploitasi hak

tersebut atas izin pemilik hak. Karenanya perlindungan dan


pengakuan hak tersebut hanya diberikan khusus kepada orang

yang memiliki kekayaan tadi, maka sering dikatakan bahwa hak

seperti itu eksklusif sifatnya (exclusive right).

Adanya perlindungan hukum seperti itu dimaksudkan agar

pemilik hak dapat menggunakan atau mengeksploitasi

kekayaan tadi dengan aman. Pada gilirannya, rasa aman itulah

yang kemudian menciptakan iklim atau suasana yang

memungkinkan orang dapat berkarya guna menghasilkan

ciptaan atau temuan berikutnya. Sebaliknya, dengan

perlindungan hukum pula, pemilik diminta untuk mengungkap

jenis, bentuk, dan cara kerja serta manfaat dari kekayaan itu. la

dapat aman mengungkapkan karena adanya jaminan

perlindungan hukum, sebaliknya masyarakat dapat ikut

menikmati atau menggunakln atas dasar izin atau bahkan

mengembangkannya secara lebih lanjut. Dalam hal ini hukum

bukan hanya berfungsi mendisiplinkan ekonomi, tetapi

terwujud dalam kegiatan-kegiatan ekonomi itu sendiri. Ini

berarti bahwa kehadiran sistem peraturan (hukum) merupakan

syarat mutlak untuk dapat berlangsungnya kegiatan ekonomi

atau bisnis.

Untuk menjaga keseimbangan kepentingan pribadi individu

dengan kepentingan masyarakat, sistem HKI didasarkan pada

prinsip-prinsip, antara lain, prinsip keadilan. Prinsip ini

menunjukkan bahwa seorang atau kelompok pencipta sebuah


karya atau orang lain yang bekerja padanya, yang membuahkan

hasil dari kemampuan intelektualnya wajar memperoleh

imbalan. Imbalan tersebut dapat merupakan materi maupun

bukan materi, seperti adanya rasa aman karena dilindungi dan

diakui atas hasil karyanya. Hukum memberikan perlindungan

tersebut demi kepentingan pencipta berupa suatu kekuasaan

untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut, yang

disebut hak.

Menurut Baihaki (26), “pengaruhnya untuk beberapa

musisi lokal yang hanya sekedar meluapkan hobinya dalam

bermusik, pengaruh undang-undang tersebut belum terlalu

penting dikarenakan pada setiap karya yang di publish hampir

rata-rata belum memenuhi untuk mendapatkan royalty perbulan

karena beberapa aturan platfrom digital yang menaruh batasan

untuk mendapatkan royalty dari setiap karya yang di

perdengarkan”.

Bukan tanpa tujuan platfrom tersebut menaruh aturan

seperti itu. Karena umumnya bagi musisi yang benar-benar

ingin mendapat bayaran dari setiap karya yang di perdengarkan

orang lain. Musisi atau band tersebut di lihat seberapa seriuskah

dalam mempromosikan karyanya tersebut sehingga menarik

orang untuk mendengarkan memalui platfrom tersebut sehingga

pemasukan iklan lebih banyak masuk dan dari situlah musisi

mendapatkan bayarannya melalui iklan tersebut.


Implementasi undang-undang hak cipta bagi Agung antara

lain pada era digitalisasi sekarang ini cukup mempermudah

para musisi untuk dapat menyebarkan karyanya melalui

platfrom-platfrom digital berbayar yang dimana karya tersebut

dapat menghasilkan royalty nantinya.

Jika diibaratkan karya adalah anak yang harus kita jaga

dan kita besarkan, sedangkan bagaimana agar karya kita dapat

diakui oleh negara? Salah satunya adalah kita harus

mendaftarkannya melalui aggregator musik yang ada di negara

ini. Dan setelah didaftarkan barulah kita memiliki hak atas

karya tersebut.

Seperti itu implementasi undang-undang hak cipta untuk

musisi yang berada di Kota Serang dan Salbai 34 Venue

khususnya.

b. Bagaimana bentuk-bentuk kesadaran hukum hak cipta

musik yang tercermin di komunitas musisi Salbai 34 Venue

yang berlokasi di Kota Serang tentang Hak Cipta ditinjau

dari Undang-Undang No. 28 Tahun 2014?

Bagi Agung Untuk menyebarkan karyanya ke khalayak

umum, langkah pertama yang ditempuh oleh agung yaitu

mendaftarkan karyanya melalui publisher yang nantinya dari

publisher tersebut akan disalurkan ke media musik atau

platfrom-platfrom penyedia layanan musik berbayar.


Karena dalam hal ini Agung sadar betul, untuk setiap

karya yang dihasilkan harus mendapat pengakuan dan sebagai

salah satu bentuk menghargai sesama musisi

Kondisi obyektif yang terjadi di Kota Serang

menunjukkan bahwa bukan hanya aparat penegak hukum yang

memiliki tingkat pengetahuan yang sangat minim di bidang

hak cipta, akan tetapi Pencipta dan Pemegang hak cipta pun

masih kurang pemahamannya untuk aturan-aturan yang

berlaku dalam undang-undang hak cipta.

Seperti kata Baihaki (26) “untuk memahami undang-


undang tersebut dirasa cukup sulit karena banyak point-
point dimana orang yang awam hukum akan kesulitan
untuk menafsirkannya. Dan ditambah sosialisasi
pemerintah untuk mensosialisasikannya secara langsung
belum pernah ada di Kota Serang ini”.

Menurut Danang (30) “hampir rata-rata musisi yang ada di

Kota Serang mendapat pemahaman terkait hak cipta melalui

diskusi-diskusi kecil antar musisi dan sumber media

terpercaya”.

Jika menurut Aldo (34) “pemahaman itu akan muncul

ketika musisi mulai terjun ke dalam industri musik yang lebih

serius dan lebih besar lagi. Dari situlah musisi terpancing

untuk mempelajari dan memahami pola aturan yang diberikan

oleh label agar musisi tidak dapat dibohongi oleh pihak-pihak

yang ingin mengambil untung dari karyanya”.


3. Dokumentasi

Foto Wawancara

Gambar 4.1: Dokumentasi kegiatan wawancara

Untuk mengetahui apakah karya dari musisi sudah

terdaftar atau belum dapat langsung mengecek platfrom yang

di daftarkan oleh musisi tersebut antara lain:

Spotify
Yotube

Gambar 4.2: Dokumentasi Copy Right

C. Pengolahan Data Hasil Temuan

1. Pemeriksaan Keabsahan Data

Dan untuk menguji keobjektifan dan keabsahan suatu data atau

informasi-informasi yang pada peneliti ini, untuk itu peneliti

menggunakan teknik trianggulasi. Adapun trianggulasi yang di

lakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan trianggulasi dengan

memanfaatkan sumber dan trianggulasi dengan metode sebagai

berikut:

a. Trianggulasi Sumber

Tabel 4.1: Triangulasi Sumber

1. Agung Wahyudi 1. Menurut Agung

2. Arif Baihaki implementasi aturan

3. Danang tersebut akan berdampak

4. Aldo Mahirs baik bagi musisi-musisi

yang sudah benar-benar


memilki market yang jelas.

2. pengaruhnya untuk

beberapa musisi lokal yang

hanya sekedar meluapkan

hobinya dalam bermusik,

pengaruh undang-undang

tersebut belum terlalu

penting dikarenakan pada

setiap karya yang di publish

hampir rata-rata belum

memenuhi untuk

mendapatkan royalty

perbulan karena beberapa

aturan platfrom digital yang

menaruh batasan untuk

mendapatkan royalty dari

setiap karya yang di

perdengarkan”.

3. Menurut Danang

adanya aturan tersebut

dirasa penting bagi Sebagian

musisi yang benar-benar

merawat karyanya.

4. Aldo berpendapat
bahwa setiap karya yang di

hasilkan harus memiliki

legalitas untuk di akui.

b. Trianggulasi Metode

Tabel 4.2: Triangulasi Metode

Observasi Wawancara Dokumentasi


Beradasarkan Selain
obsevasi yang melakukan
dilakukan mengenai observasi peneliti
kesadaran musisi juga melakukan
tentang undang- wawancara ke
undang hak cipta beberapa
diperoleh informan baik
kesimpulan bahwa dari komunitas
aturan memang musisi, produser
semestinya ada maupun content
untuk menghargai creator yang
setiap karya yang bergerak di
diciptakan industry seni
2. Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan analisis data yang dilakukan

melalui tiga kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: Reduksi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

a. Reduksi Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dengan proses wawancara dan

informan penelitian, yaitu dari beberapa musisi di Salbai 34 Venue,

dan seorang penata bunyi bagian post production.

Kesadaran hukum merupakan konsep abstrak di dalam diri manusia

tentang keserasian antara ketertiban dan ketentraman yang

dikehendaki atau yang sepantasnya. Kesadaran hukum mencakup

beberapa indikator, yakni pengetahuan dan pemahaman tentang

hukum, dan pola perilaku hukum. Masing-masing indikator tersebut

hendak dihubungkan dengan kepatuhan hukum, untuk mengetahui

informasi tentang seberapa jauh indikator-indikator itu berpengaruh

kepada tingkat ketaatan hukum masyarakat.

Pertama, berdasarkan data yang diperoleh melalui survey lapangan

dapat dikemukakan bahwa pengetahuan musisi mengenai hak cipta

yang berlaku di Indonesia, dalam hal ini Undang-Undang No.28

Tahun 2014 Tentang hak cipta adalah relatif cukup memadai. Hal ini

dapat diamati dari salah satu indikator kesadaran hukum, yakni

pengetahuan hukum musisi. Dan kurangnnya sosialisasi hukum yang

dilakukan aparat terkait kepada musisi. Padahal, penyuluhan atau

sosialisasi suatu hukum adalah prasyarat penting agar hukum dapat


dilaksanakan dan dapat dipatuhi oleh masyarakat dan musisi

khususnya.

Kedua, dalam membahas hubungan antara sikap hukum dengan

kepatuhan hukum musisi. Mengenai persepsi musisi tentang aturan

yang menentukan bahwa setiap karya yang diciptakan harus

didaftarkan melalui dirjen HKI atau aggregator musik yang ada di

Indonesia, hampir seluruh responden menjawab setuju. Jadi, secara

perspektif musisi mengakui nilai manfaat karya yang didaftarkan.

Artinya, pencatatan hak cipta adalah gagasan yang positif guna

mencapai tertib administrasi dan keteraturan musisi dalam menghargai

setiap karya orang lain. Maka dapat dikatakan bahwa sikap hukum

responden adalah cukup memadai

b. Display Data

Penyajian data ini menggunakan pengumpulan data dokumentasi,

dimana dokumentasi ini sebagai cara pengumpulan data melalui foto

dan rekaman suara. Seperti foto responden yang sedang diwawancarai

oleh peneliti.

c. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dapat lihat sebagai berikut:

1. Dirjen HKI memiliki peran penting dalam meningkatkan

kesadaran dan kepatuhan hukum musisi di Kota Serang.

2. Perlu adanya lembaga kolektif yang menaungi para musisi di

Kota Serang serta menampung karya-karya musisi yang ada di


Kota Serang agar mereka tidak bingung dan apatis terhadap

hukum yang berlaku demi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

D. Pembahasan

Pada sub bab ini Peneliti akan menyajikan pembahasan sesuai

dengan temuan penelitian sehingga dari hasil temuan tersebut akan

dicocokan dengan teori yang ada. Sebagaimana yang telah ditegaskan

dalam metode penelitian yang digunakan, yaitu menggunakan

kualitatif (pemaparan) dari data-data yang telah di dapat melalui

observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan informan/responden

yang kompeten dan mengetahui data apa saja yang dibutuhkan,

selanjutnya dari hasil temuan penelitian tersebut dikaitkan dengan

teori yang sesuai.

1. Implementasi undang-undang terhadap kesadaran musisi

mengenai hukum hak cipta musik di Salbai 34 Venue yang

berlokasi di Kota Serang?

Dalam Undang-Undang N0.28 Th.2014 Pasal 1 Hak Cipta

adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

a. Pelindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang

sejalan dengan penerapan aturan di berbagai negara sehingga

jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu


diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh)

tahun setelah Pencipta meninggal dunia.

b. Pelindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para

Pencipta dan/atau Pemilik Hak Terkait, termasuk membatasi

pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat).

c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi,

arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk

tuntutan pidana.

d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat

penjualan dan/atau pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait

di pusat tempat perbelanjaan yang dikelolanya.

e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat

dijadikan objek jaminan fidusia.

f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus Ciptaan yang

sudah dicatatkan, apabila Ciptaan tersebut melanggar norma

agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan

keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundang-

undangan.

g. Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait menjadi

anggota Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik

imbalan atau Royalti.

h. Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan

Royalti untuk Ciptaan atau produk Hak Terkait yang dibuat

dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial.


i. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan

mengelola hak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib

mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri.

j. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana

multimedia untuk merespon perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi.

Untuk beberapa musisi lokal yang hanya sekedar meluapkan

hobinya dalam bermusik, pengaruh undang-undang tersebut belum

terlalu penting dikarenakan pada setiap karya yang di publish

hampir rata-rata belum memenuhi untuk mendapatkan royalty

perbulan karena beberapa aturan platfrom digital yang menaruh

batasan untuk mendapatkan royalty dari setiap karya yang di

perdengarkan. Bukan tanpa tujuan platfrom tersebut menaruh

aturan seperti itu. Karena umumnya bagi musisi yang benar-benar

ingin mendapat bayaran dari setiap karya yang di perdengarkan

orang lain. Musisi atau band tersebut di lihat seberapa seriuskah

dalam mempromosikan karyanya tersebut sehingga menarik orang

untuk mendengarkan memalui platfrom tersebut sehingga

pemasukan iklan lebih banyak masuk dan dari situlah musisi

mendapatkan bayarannya melalui iklan tersebut. Adanya

perlindungan hukum seperti itu dimaksudkan agar pemilik hak

dapat menggunakan atau mengeksploitasi kekayaan tadi dengan

aman. Pada gilirannya, rasa aman itulah yang kemudian

menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan orang dapat


berkarya guna menghasilkan ciptaan atau temuan berikutnya.

Sebaliknya, dengan perlindungan hukum pula, pemilik diminta

untuk mengungkap jenis, bentuk, dan cara kerja serta manfaat dari

kekayaan itu. la dapat aman mengungkapkan (discloses) karena

adanya jaminan perlindungan hukum, sebaliknya masyarakat dapat

ikut menikmati atau menggunakln atas dasar izin atau bahkan

mengembangkannya secara lebih lanjut. Dalam hal ini hukum

bukan hanya berfungsi mendisiplinkan ekonomi, tetapi terwujud

dalam kegiatan-kegiatan ekonomi itu sendiri. Ini berarti bahwa

kehadiran sistem peraturan (hukum) merupakan syarat mutlak

untuk dapat berlangsungnya kegiatan ekonomi atau bisnis.

b. Bentuk-bentuk kesadaran hukum hak cipta musik yang

tercermin di komunitas musisi Salbai 34 Venue yang berlokasi

di Kota Serang tentang Hak Cipta ditinjau dari Undang-

Undang No. 28 Tahun 2014?

1) Bentuk Kesadaran Hukum Hak Cipta Musisi

Salah satu bentuk dari kesadaran hukum dari para musisi yang

berada di Salbai 34 Venue antara lain:

a) Musisi sering melakukan check terhadap copyright sebelum

menerbitkan album maupun mini album baik berupa Design

Artwork maupun ornamen-ornamen dari setiap gambar yang

akan dimasukan ke dalam rilisan album fisik mereka.

b) Setiap Official video clip yang mengambil potongan-

potongan vidio yang akan mereka masukan kedalam


content mereka akan selalu memperhatikan berapa detik

durasi yang digunakan untuk kebutuhan vidio mereka agar

tidak terjadi pelanggaran hak cipta di kemudian hari.

c) Jenis gaya tulisan yang di gunakan untuk tulisan nama band

maupun album mereka selalu melakukan izin terlebih

dahulu untuk menggunakan tulisan tersebut kepada pemilik

gaya tulisan tersebut atau bisa pula membeli hak lisensi

untuk di sebarluaskan.

d) Setiap Artwork untuk Official Merchandise Band mereka

selalu melalui proses izin maupun kontrak kerjasama

terhadap pembuat artwork tersebut untuk diperjual belikan

kepada hal layak umum.

Hal tersebut dilakukan karena sebagai musisi harus paham betul

bagaimana caranya menghargai sesama seniman agar tidak terjadi

kasus-kasus penuntutan hak cipta kedepannya dan terlebih saling

menghargai adalah etika yang harus dimiliki setiap orang.

2) Bentuk Pelanggaran Hak Cipta Musisi

Pelanggaran hak cipta dapat berupa perbuatan mengambil,

merekam, memperbanyak dan mengumumkan ciptaan orang lain.

Baik sebagian maupun seluruhnya tanpa izin pencipta atau

pemegang hak cipta, yang bertentangan dengan Undang-undang

Hak Cipta, artinya tidak sesuai atau melanggar ketentuan Undang-

undang Hak Cipta.


Kejahatan pelanggaran Hak Cipta pada HKI katanya dapat

dibedakan atas dua yaitu:

a) Mengambil atau mengutip sebagian ciptaan orang lain dan

dimasukkan ke dalam ciptaan sendiri seolah-olah itu ciptaan

sendri atau mengakui ciptaan orang lain seolah-olah ciptaan

sendiri. Perbuatan ini disebut Plagiat. Hal ini dapat terjadi pada

lagu, lirik lagu dan notasi lagu.

b) Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan

diumumkan sebagaimana aslinya tanpa mengubah bentuk,

pencipta atau pengarang, penerbit atau perekam. Perbuatan ini

disebut Pembajakan. Pembajakan banyak dilakukan pada karya

tulis berupa buku dan karya rekaman audio dan video seperti

kaset lagu dan kaset video atau Compact Disc (CD)

Pada kasus diatas cukup sering ditemui para musisi baik ada yang

melanggar maupun yang dilanggarnya.

Menurut Danang hal seperti itu cukup sering iya temukan bahkan

danang sendiripun pernah melakukan pelanggaran hak cipta musik

Ketika danang membuat sebuah konten dan memakai backsong dari

lagu milik orang lain dan meng upload konten tersebut ke media

sosialnya. Danang menyadari bahwa danang telah melanggar aturan

hak cipta akan tetapi menurut pasal yang mana danang sendiri tidak

tahu. Karena pemberitahuan yang masuk ke danang tidak menjelaskan

secara spesifik pasal yang telah dilanggarnya.


Pada kasus yang terjadi kepada danang memang sering di temukan

baik bagi musisi atau Content Creator karena mereka hanya

memikirkan bagaimana terus membuat konten yang bagus dan disukai

banyak orang tapi tidak memikirkan bagaimana aturan yang berlaku.

Akan tetapi hal ini bukanlah kasus besar yang harus menempuh

jalur hukum untuk menyelesaikannya karena kasus ini dapat

diselesaikan dengan kesadaran dari masing-masing orang yang

melanggarnya. Tidak seperti kasus yang pernah dialami oleh Aldo

yang rugi besar secara finansial karena hak ciptanya dimiliki oleh

orang lain dan royalty yang masuk tidak kepada Aldo melainkan

orang lain. Kasus itu terjadi ketika produk Ring Back Tone masih

kencang-kencangnya beredar dimasyarakat dan masih memiliki

market pasar yang besar.

Jika pada era sebelum berkembangnya digitalisasi kasus seperti

pembajakan memang cukup marak terjadi dan dalam hal ini banyak

pihak-pihak yang dirugikan baik dari label rekaman maupun dari

pihak musisinya. Akan tetapi kasus seperti itu turun drastis ketika era

digitalisasi masuk dan mulai merubah pasar industri permusikan yang

tadinya menjual melalui fisik dan sekarang menjualnya melalui digital

dimana diharuskan untuk merubah strategi pemasaran maupun secara

legalitas untuk melindungi hak ciptanya.

Royalti merupakan pembayaran sebagai bentuk penghargaan atas

penggunaan hasil karya cipta musik dan lagu yang dipergunakan

untuk keperluan komersial. Undang-Undang Hak Cipta memang tidak


memberikan defenisi mengenai royalti, namun Pasal 45 UUHC

menyebutkan bahwa:

1) Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak

lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2) Kecuali diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi semua perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 berlangsung selama jangka waktu

lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara

Republik Indonesia.

3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban

pemberian royalti kepada pemegang hak cipta oleh penerima

lisensi.

4) Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada pemegang hak

cipta oleh penerima lisensi adalah berdasarkan kesepakatan

kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan

organisasi profesi.

Pembayaran royalti merupakan bagian konsekuensi dari

menggunakan jasa/karya orang lain, sebab dalam kehidupan sehari-

hari, lagu merupakan salah satu sarana penunjang dalam kegiatan

usaha atau komersial. Alasan inilah yang mendasari kewajiban

publisher membayar royalti, sebab lagu adalah suatu karya intelektual

manusia yang mendapat perlindungan hukum dan untuk itu jika pihak
lain menggunakannya sudah sepatutnya meminta izin kepada pemilik

atau pemegang hak cipta.

Jumlah penerimaan royalti sebuah lagu setiap tahunnya akan

berbedabeda, karena bisa saja di tahun ini lagu itu terkenal dan

didengarkan dimana-mana, tetapi tahun berikutnya lagu itu hampir

tidak diperdengarkan lagi.

Harus diakui bahwa Budaya Masyarakat merupakan salah satu

kendala yang terbesar dalam melaksanakan perlindungan hukum. Hal

ini disebabkan kondisi masyarakat kita yang terbiasa untuk menerima

seenaknya saja dan sikap skeptis masyarakat dalam memandang

sebuah persoalan, masyarakat selalu menghendaki sesuatu

sesederhana mungkin walaupun kemudian mengabaikan rasa

kepatuhan terhadap hukum. Kondisi seperti ini tidak hanya dalam

bidang hak cipta, akan tetapi hampir dalam setiap bidang yang

melibatkan masyarakat sebagai obyek. Akar permasalahan dari

budaya masyarakat seperti itu sangatlah ditentukan oleh pengetahuan

dan kepatuhan masyarakat itu sendiri terhadap suatu aturan hukum

yang dalam istilah sosiologisnya bahwa kepatuhan atau kesadaran

ataukah ketaatan hukum warga masyarakat terhadap suatu aturan

sangat ditentukan oleh nilai-nilai intrinsik yang dianut oleh

masyarakat itu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Pengaruh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

terhadap perlindungan hukum terhadap hak musisi yang berada di

Salbai 34 Venue yang berlokasi di Kota Serang, adalah belum efektif,

efektivitas Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

dalam melindungi hak cipta lagu di Kota Serang belum efektif. Hal ini

terlihat masih banyaknya terjadi pelanggaran hak cipta, baik oleh

musisi maupun content creator. Hal ini disebabkan selain karena

kurangnya pemahaman aparat penegak hukum tentang Hak kekayaan

Intelektual pada umumnya dan hak cipta pada khususnya, juga

disebabkan oleh nilai/kultur hukum masyarakat kita yang tidak

menghargai hasil karya orang lain dan menganggap tindakan mereka

itu adalah hal biasa dilakukan.

2. Tingkat kesadaran hukum musisi, di lingkungan Salbai 34 Venue yang

berlokasi di Kota Serang tentang Hak Cipta ditinjau dari Undang-

Undang No. 28 Tahun 2014 adalah belum sadar. Kesadaran hukum

musisi sangat mempengaruhi terjadinya pelanggaran hak cipta lagu di

Kota Serang. Karena sesungguhnya musisi menyadari bahwa hal itu

melanggar hak cipta orang lain. Dalam hal ini, musisi di Kota Serang

cukup apatis dalam kesadaran hukum walaupun aturan tersebut sangat

berpengaruh untuk dirinya dalam berkarir di industri permusikan.

Akan tetapi tak jarang pula dari musisi di Kota Serang yang buta akan

hukum.
B. Saran

1. Untuk Pemerintah Dinas terkait, perlu adanya sosialisasi yang

berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum

masyarakat, termasuk aparat penegak hukum itu sendiri yang

berkaitan dengan hak cipta terutama hak cipta musik.

2. Untuk aparat penegak hukum perlu lebih aktif lagi dalam menjalankan

tugasnya agar masyarakat taat hukum (hukum berjalan efektif), perlu

ada komitmen yang kuat dari aparat untuk melakukan tindakan tegas

terhadap pelanggar hak cipta

3. Perlu adanya lembaga kolektif yang menaungi para musisi di Kota

Serang serta menampung karya-karya musisi yang ada di Kota Serang

agar mereka tidak bingung dan apatis terhadap hukum yang berlaku

demi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

4. Kepada musisi yang berada di Kota Serang harus saling menghargai

sesama musisi, saling mengayomi musisi-musisi yang baru terjun ke

industri permusikan serta menjaga nama baik scene permusikan di

Kota Serang. Harus aktif dalam mengadakan diskusi-diskusi yang

membahas tentang permusikan. Serta perlu adanya bimbingan dari

aparat penegak hukum maupun pihak-pihak yang bergerak di industri

permusikan seperti orang-orang yang sudah memiliki pengalaman

dalam music business dan pengalaman-pengalaman seputar industri

permusikan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Lexy J. Moleong, (2018) Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
R. Soeroso, (2002) Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Sudaryono, (2018) Metodologi Penelitian. Depok: Rajawali Pers.
Sugiyono, (2016) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D.
Bandung: Alfabeta. CV
Sunaryo, (2002) Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sri Kartini, (2020) Kesadaran Hukum. Semarang: Alprin finishing and
bindery shop
Tim Lindsey BA, LL.B., Blitt, Ph.D., (2003) Hak Kekayaan Intelektual
Suatu Pengantar. Bandung: Asian Law Group Pty Ltd & PT.
Alumni.
B. Sumber Jurnal Ilmiah

Ellya. Rosana, (2014). Kepatuhan Hukum Sebagai Wujud Kesadaran


Hukum Masyarakat. 10:02-25
Emma Valentina Teresha Senewe. (2015). Efektifitas Pengaturan Hukum
Hak Cipta Dalam Melindungi Karya Seni Tradisional Daerah.
02:12-23
Sulthon Miladiyanto, (2015). Royalti Lagu/Musik Untuk Kepentingan
Komersial Dalam Upaya Perlindungan Hak Cipta Lagu/Musik.
10:01-15
C. Jurnal Skripsi/Tesis

Agus Suryono Komputro. (2016). Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap


Efektifitas Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Dalam Bidang Hak Cipta Lagu Di Kota Makassar. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Universitas Hasanuddin Makasar.
Ngakan Ketut Dunia, SH, M. Hum. (2016) Pembebanan Hak Cipta
Sebagai Obyek Jaminan Fidusia Dalam Praktik Perbankan Di
Kota Madya (KODYA) Denpasar. Simdos.unud.ac.id. Universitas
Udayana Bali.
73

D. Sumber Website/Internet/E-book

Kamal Babay (2017) Arti Musisi, Tersedia di:


http://kamalbabay.blogspot.com
E. Sumber Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.


74
PEDOMAN WAWANCARA

Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengemukakan rencana

wawancara secara garis besar yang akan dikembangkan lebih

mendalam pada saat wawancara dilakukan terhadap informan

sehingga diharapkan perolehan informasi yang lengkap, aktual dan

akurat.

Adapun beberapa pedoman pertanyaan dalam wawancara itu

adalah sebagai berikut:

No Pertanyaan Topik Informan

Apakah sudah tau


1. Musisi
tentang adanya
1 Kesadaran 2. Produser
Undang-undang Hak
Musik
Cipta?

Apakah sudah
1. Musisi
membaca tentang
2 Pelaksanaan 2. Produser
Undang-undang
Musik
No.26 Th.2014?

Bagaimana
1. Musisi
implementasi dari
3 Implementasi 2. Produser
Undang-undang
Musik
tersebut?

74
75

PEDOMAN OBSERVASI

Nama : Rohmatullah
Jurusan : Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila
Instansi : Universitas Banten Jaya
Lokasi : Salbai 34 Venue
Hari/Tanggal : Rabu, 9 Desember 2020

No Aspek yang diamati Baik Cukup Kurang


Pengetahuan
tentang Undang-
1
Undang No. 28
Th.2014
Pemahaman tentang
2 Undang-Undang
No. 28 Th.2014
Memiliki karya
3 musik yang sudah
di Publish
Keaktifan
4
Band/Personel
Keaktifan dalam
menjawab
5
pertanyaan
wawancara
Kesadaran tentang
6 Undang-Undang
No. 28 Th.2014
76

Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai