Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

METODE PEMISAHAN KIMIA


PERCOBAAN KE-III
ELEKTROGRAVIMETRI

Disusun Oleh :
Nama Praktikan : Mira Rustanti
NIM : 19303241037
Kelas : Pendidikan Kimia C

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan, praktikan terampil melakukan pemisahan dengan
metode Elektrogravimetri.

B. DASAR TEORI
Elektrogravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang
menggunakan prinsip pengendapan logam pada elektroda, dimana pada prosesnya
menggunakan bantuan arus listrik. Pada elektrogravimetri ini alat yang digunakan bekerja
dengan cara elektrolisis, yaitu arus listrik yang mengalir dapat menyebabkan terjadinya
reaksi reduksi pada katoda dan reaksi oksidasi pada anoda [ CITATION Did10 \l 1033 ].
Elektrogravimetri menggunakan pengukuran berat analit yang telah dipisahkan dari
semua komponen lainnya termasuk larutannya. Secara umum, elektrogravimetri adalah
pengendapan atau pelapisan suatu logam pada katoda yang sebelumnya telah diketahui
massanya, selanjutnya akan ditimbang kembali guna mengetahui massa logam yang
melapisinya [ CITATION Und99 \l 1033 ].
Energi listrik yang dihasilkan dari suatu sumber luar sel yang mengalir disebut
sebagai sel elektrolisis, kemudian Hukum Faraday dan Hukum Ohm menjelaskan
mengenai perubahan utama yang terjadi pada elektroda-elektroda. Katoda merupakan
elektroda yang mengalami reduksi, sedangkan anoda merupakan elektroda yang
mengalami oksidasi. Di sel elektrolisis tersebut, katoda terletakpada terminal negatif dari
sumber sebab elektron akan meninggalkan sumber dan masuk ke dalam elektrolisis,
sementara itu anoda terletak pada terminal positif dari sumber[ CITATION Bas94 \l 1033 ].
Hukum Faraday I menjelaskan bahwa jumlah zat yang terjadi pada elektoda
berbanding lurus dengan jumlah coulomb yang mengalir. Sedangkan Hukum Faraday II
menjelaskan bahwa apabila jumlah coulomb yang mengalir sama, maka berat zat yang
terjadi pada elektroda akan sebanding dengan gram ekivalen listrik [ CITATION Hog54 \l
1033 ]. Berdasarkan Hukum-Hukum Faraday, apabila W merupakan jumlah zat yang
dihasilkan pada elektroda dan Q merupakan jumlah coulomb yang mengalir dalam
larutan, maka dapat dirumuskan :
W ≈Q
Atau dapat dituliskan dengan rumus berikut :
W ≈ i. t
Kemudian dari kedua Hukum Faraday tersebut dapat diperoleh rumus sebagai berikut :
e .i . t
W=
F
Dengan W = berat zat yang diendapkan (gram)
Q = jumlah listrik yang digunakan (Coulomb)
i = kuat arus listrik (Ampere)
t = waktu (sekon)
e = berat ekivalen
F = bilangan Faraday (96500 Coulomb)
[ CITATION Das77 \l 1033 ].
Pada Hukum Ohm menyatakan bahwa kuat arus yang mengalir melewati suatu
penghantar berbanding terbalik dengan tahanan dan berbanding lurus dengan tegangan,
yang dirumuskan dengan :
E
I=
R
Dengan I merupakan kuat arus (Ampere), E merupakan tegangan (Volt), dan R
merupakan tahanan (Ohm) [ CITATION Soe05 \l 1033 ].
Suatu sel terdiri atas dua elektroda serta satu ataupun lebih larutan yang berada dalam
suatu wadah. Apabila sel tersebut dapat menghasilkan energi listrik dikenal sebagai sel
galvani (volta), sedangkan apabila energi listrik dari suatu sumber eksternal dan
digunakan ke dalam sel dikenal sebagai sel elektrolisis. Pada sel galvani katoda adalah
terminal positif, sedangkan anoda adalah terminal negatif [ CITATION Wid08 \l 1033 ].
Efisiensi arus dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah zat tertentu yang
terdeposisi pada elektroda dengan jumlah teoritis yang seharusnya terdeposisi. Biasanya
deposisi mempunyai efisiensi arus yang rendah dikarenakan reaksi samping yang terjadi
selama proses elektrolisis, misalnya yaitu terjadinya pembentukan hidrogen pada waktu
deposisi logam pada katoda [ CITATION Wid08 \l 1033 ].

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Neraca analitik
2. Seperangkat alat elektrolisis
3. Pipet ukur 25 mL
4. Labu ukur 100 mL
5. Stopwatch
6. Pipet tetes
7. Amplas
Rangkaian alat :

Bahan :
1. Larutan sampel CuSO4
2. Asam nitrat pekat bebas nitrat
3. Larutan heksasianoferat
4. Larutan asam sulfat pekat
5. Akuades

D. CARA KERJA

Membersihkan elektroda yang akan digunakan.

Menimbang elektroda menggunakan neraca analitik.

Mengambil 25 mL larutan Cu (II) menggunakan pipet ukur, memasukkannya ke


dalam labu ukur lalu menambahkannya dengan 2 mL asam sulfat pekat dan 1 mL
asam nitrat pekat.

Mengencerkan larutan dengan akuades hingga volumenya tepat 100 mL.

Merangkai alat elektrolisis.

Melakukan proses elektrolisis pada potensial 3 Volt.

Melakukan uji kualitatif Cu dengan menambahkan reagen heksasianoferat (II). Jika


tidak terdapat endapan, elektrolisis dihentikan.

Menimbang elektroda.

E. DATA PENGAMATAN

No
Data Hasil Pengamatan
.
1 Massa cawan nikel sebelum elektrolisis 52,536 gram
2 Massa cawan nikel setelah elektrolisis 52,868 gram
3 Massa endapan 0,332 gram
4 Massa kawat platina 3,038 gram
5 Beda potensial 3 Volt
6 Kuat arus 0,2 Ampere
7 Volume larutan Cu 25 mL
8 Waktu elektrolisis 90 menit
9 Massa atom relatif Cu 63,546 gram/mol
10 Valensi Cu 2

F. PERHITUNGAN DAN REAKSI


Perhitungan
 Berat tembaga (Cu) berdasarkan teoritis :
e . I .t
W=
F
Ar Cu . I .t
¿
Valensi .96500
gram
63,546 .0,2 A . 5400 s
mol
¿
2 . 96500
68629,68
¿
193000
¿ 0,3556 gram
 Berat tembaga (Cu) berdasarkan percobaan :
Massa endapan Cu = Massa cawan nikel setelah elektrolisis – Massa cawan nikel
sebelum elektrolisis
= 52,868 gram - 52,536 gram
= 0,332 gram
100 Berat endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = x x 100%
100 Volume sampel
100 0,332 gram
=
100
x 25 mL
x 100%
= 1,328%
 Efisiensi arus :
Berat endapan berdasarkan percobaan
Efisiensi= x 100%
Berat endapan berdasarkan teoritis
0,332 gram
¿ x 100%
0,3556 gram
= 93,36%
Reaksi
Reduksi (katoda) : Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
Oksidasi (anoda) : 2H2O(l) → O2(g) + 4H+ (aq) + 4e-

2Cu+(aq) + 2H2O(l) → 2Cu(s) + O2(g) + 4H+ (aq)

G. PEMBAHASAN
Pada hari Kamis tanggal 18 Maret 2021 telah dilakukan percobaan elektrogravimetri
secara virtual dengan video. Percobaan dilakukan dengan tujuan melakukan pemisahan
dengan metode elektrogravimetri. Percobaan tersebut menggunakan metode analisis
kuantitatif berdasarkan pengendapan logam pada elektroda, dimana pada prosesnya
menggunakan bantuan arus listrik. Arus listrik dialirkan menggunakan seperangkat alat
dengan prinsip elektrolisis. Elektrogravimetri ini dapat digunakan untuk menentukan
kadar tembaga dalam sampel. Percobaan menggunakan larutan sampel CuSO4, larutan
asam nitrat pekat, larutan heksasianoferat, larutan asam sulfat pekat, dan akuades.
Sedangkan alat-alat yang digunakan di dalam percobaan tersebut adalah seperangkat alat
elektrogravimetri, labu ukur 100 mL, pipet ukur 25 mL, neraca analitik, stopwatch, dan
pipet tetes.
Percobaan elektrogravimetri ini pada dasarnya menggunakan proses elektrolisis yang
terdiri dari elektrolit berupa larutan CuSO4, serta elektroda yang tersusun atas katoda
berupa cawan nikel dan anoda berupa kawat platina. Prinsip dari elektrolisis itu sendiri
yaitu adanya aliran listrik yang dialirkan dari sumber eksternal ke dalam suatu rangkaian
sel. Pada elektrolisis terjadi reaksi reduksi-oksidasi, elektroda yang mengalami reduksi
adalah katoda, dimana katoda ini tersambung dengan terminal negatif sumber eksternal.
Sebaliknya, elektroda yang mengalami oksidasi adalah anoda yang tersambung dengan
terminal positif. Penggunaan kawat platina sebagai anoda dikarenakan sifat platina yang
inert, artinya platina tidak akan bereaksi dengan komponen-komponen logam pada
rangkaian elektrolisis tersebut. Selain platina, dapat digunakan elektroda lain dengan
syarat bersifat inert contohnya yaitu emas atau karbon.
Praktikum dilakukan dengan membersihkan cawan nikel terlebih dahulu
menggunakan amplas, kemudian menimbang elektroda-elektroda yang akan digunakan
dengan neraca analitik. Setelah itu mengambil 25 mL larutan Cu (II) dan memasukkannya
ke dalam labu ukur, lalu menambahkannya dengan 2 mL asam sulfat pekat dan 1 mL
asam nitrat pekat, serta menambahkan akuades hingga larutan tepat 100 mL. Larutan Cu
(II) tersebut yang akan diendapkan menjadi Cu (0) di katoda secara reduksi, material yang
di dalamnya mengandung Cu harus diubah terlebih dahulu menjadi garamnya, kemudian
dilarutkan dengan campuran H2SO4 dan HNO3. Larutan asam nitrat pekat yang digunakan
harus terbebas dari nitrit, fungsinya agar tidak mengganggu proses melekatnya endapan
pada katoda. Ion nitrat pada larutan dapat berfungsi sebagai depolarisator pada katoda.
Apabila larutan telah siap, seperangkat alat elektrolisis dirangkai, dan melakukan
proses elektrolisis dengan beda potensial sebesar 3 Volt dan mencatat waktu mulainya
elektrolisis. Setelah larutan terlihat jernih, dilakukan uji kualitatif tembaga dengan
menambahkan reagen Heksasianoferat (II) untuk mengetahui tembaga sudah terendapkan
semua atau belum. Tanda bahwa Cu dalam larutan elektrolit telah terendapkan semua
adalah ketika ditetesi dengan reagen heksasianoferat larutan tetap jernih atau tidak
mengalami perubahan, hal tersebut juga menandakan bahwa proses elektrolisis telah
selesai. Sedangkan apabila saat ditetesi dengan reagen heksasianoferat larutan
menunjukkan adanya endapan berwarna merah kecoklatan, berarti Cu belum terendapkan
semua dan masih tersisa dalam larutan elektrolit, ssehingga proses elektrolisis belum
selesai.
Endapan yang diperoleh dari proses elektrolisis akan melekat pada cawan nikel
denagn warna merah kecoklatan. Secara teori, endapan yang ideal adalah endapan yang
halus, rapat, dan melekat pada elektroda dengan baik agar waktu dicuci tidak hilang.
Setelah proses elektrolisis selesai, elektroda kembali ditimbang. Akan tetapi larutan
elektrolit yang tersisa harus dibuang terlebih dahulu agar dapat diketahui berat endapan.
Selisih antara berat cawan nikel setelah elektrolisis dengan berat cawan nikel sebelum
elektrolisis adalah berat endapan yang terbentuk melalui proses elektrolisis. Menentukan
kadar Cu dalam sampel adalah salah satu hal utama dari metode elektrogravimetri. Reaksi
yang dapat terjadi dalam larutan elektrolit yang mengandung tembaga (II) sulfat selama
proses elektrolisis yaitu sebagai berikut :
Reduksi (katoda) : Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
Oksidasi (anoda) : 2H2O(l) → O2(g) + 4H+ (aq) + 4e-
Sedangkan reaksi keseluruhan dalam sel elektrolisis adalah sebagai berikut :
2Cu+(aq) + 2H2O(l) → 2Cu(s) + O2(g) + 4H+ (aq)
Berdasarkan percobaan diperoleh berat endapan sebesar 0,332 gram dari selisih berat
cawan nikel setelah elektrolisis yaitu sebesar 52,868 gram dengan berat cawan nikel
sebelum elektroolisis yaitu 52,536 gram. Sedangkan berdasarkan teori dapat diperoleh
melalui perhitungan dengan menggunakan rumus yang berhubungan dengan Hukum-
Hukum Faraday dengan memperhatikan waktu proses elektrolisis berlangsung yaitu
selama 90 menit atau 5400 sekon, besarnya kuat arus yaitu 0,2 Ampere, valensi Cu
sebanyak 2, dan massa Ar Cu yaitu sebesar 63,546 gram/mol.
e . I .t
W=
F
Ar Cu . I .t
¿
Valensi .96500
gram
63,546 .0,2 A . 5400 s
mol
¿
2 . 96500
68629,68
¿
193000
¿ 0,3556 gram
Setelah mengetahui berat endapan secara percobaan dan teori dapat digunakan untuk
menghitung kadar Cu dalam sampel dan efisiensi arus yaitu :
100 Berat endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = x x 100%
100 Volume sampel
100 0,332 gram
=
100
x 25 mL
x 100%

= 1,328%
Dengan koefisien 100 merupakan volume larutan yang diencerkan. Setelah itu dapat
ditentukan pula efisiensi arus, yaitu :
Berat endapan berdasarkan percobaan
Efisiensi= x 100%
Berat endapan berdasarkan teoritis
0,332 gram
¿ x 100%
0,3556 gram
= 93,36%
Dari perhitungan-perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa selisih berat endapan secara
teoritis dengan hasil percobaan tidak menunjukkan selisih yang besar.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pemisahan Cu
dari larutan sampel dapat dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan
berdasarkan prinsip elektrolisis. Pada percobaan digunakan elektrolit berupa larutan
CuSO4, katoda berupa cawan nikel, dan anoda berupa kawat platina. Kadar Cu dalam
sampel yaitu sebesar 1,328% dan efisiensi arus sebesar 93,36%.

I. JAWABAN TUGAS
1. Hitung kadar tembaga (II) dalam persen dari larutan sampel mula-mula.
Jawab :
Massa endapan Cu = Massa cawan nikel setelah elektrolisis – Massa cawan nikel
sebelum elektrolisis
= 52,868 gram - 52,536 gram
= 0,332 gram
100 Berat endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = x x 100%
100 Volume sampel
100 0,332 gram
=
100
x 25 mL
x 100%
= 1,328%
2. Hitung efisiensi arusnya.
Jawab :
Berat endapan berdasarkan percobaan
Efisiensi= x 100%
Berat endapan berdasarkan teoritis
0,332 gram
¿ x 100%
0,3556 gram
= 93,36%

J. DAFTAR ISI

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Dasli, d. 1977. Diktat Kimia Analitik. Padang: Universitas Andalas.


Didik, & Retno. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hogness. 1954. The Lancet. New York: National Academy of Science.

Soebagio, D., & dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.

Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Widodo, D. S., Hastuti, R., & Gunawan. 2008. Buku Ajar Analisis Kuantitatif. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai