Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330846094

Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Fermentasi Silase Kombinasi Stay Green


Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) – Indigofera zolingeriana dengan
Perberbedaan Komposisi

Article · January 2019

CITATIONS READS

0 444

6 authors, including:

Teguh Wahyono
Badan Tenaga Nuklir Nasional
38 PUBLICATIONS   24 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

gamma irradiation for feed processing View project

New Mutant Lines Sorghum as Forage View project

All content following this page was uploaded by Teguh Wahyono on 04 February 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


p-ISSN: 2406-7489Kurniawan
e-ISSN: 2406-9337 Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis,
et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Topis 6(1):62-69
Januari 2019, 6(1):62-69
Terakreditasi
Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti http://ojs.uho.ac.id/index.php/peternakan-tropis
Keputusan No: 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018

Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Fermentasi Silase Kombinasi Stay Green


Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) – Indigofera zolingeriana dengan
Perberbedaan Komposisi
Widhi Kurniawan1*, Teguh Wahyono2, Natsir Sandiah1, Hamdan Has1, La Ode Nafiu1,
Astriana Napirah1
1
Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo
Jl. H.E.A. Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma, Anduonohu, Kendari 93232
2
Bidang Pertanian, Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jl. Lebak Bulus Raya No. 49 Pasar Jumat, Jakarta Selatan Kotak Pos 7002 JKSKL
*Email korespondensi: kurniawan.widhi@uho.ac.id
(Diterima: 14-12-2018; disetujui 2-1-2019)

ABSTRAK
Ketersediaan hijauan pakan ternak haruslah memenuhi aspek kuantitas, kualitas dan
kontinyuitas. Teknologi pengawetan pakan dengan membuat silase berbahan tanaman pakan yang
sesuai diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pakan tersebut. Sorgum memiliki potensi sebagai bahan
silase yang baik namun perlu ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan hijauan yang tinggi
kandungan protein kasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas dan karakteristik
fermentasi silase kombinasi sorgum dan leguminosa. Penelitian ini dilakukan dengan
mengkombinasikan Stay green dan Indigofera zolingeriana (100:0, 60:40, 50:50, dan 40:60%) sebagai
bahan silase untuk dievaluasi pH, kandungan bahan kering (BK), bahan organik(BO), protein kasar
(PK) dan Nilai Fleigh. Silase dibuat dalam silo ukuran 1 liter yang difermentasi selama 21 hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya persentase Indigofera zolingerianadalam silase
meningkatkan pH silase, BK, dan PK silase. Peningkatan pH tersebut berakibat pada terjadinya
proteolisis pada PK silase. Penggunaan Indigofera zolingeriana dalam silase kombinasi dengan
sorgum Stay green pada persentase 40% masih memungkinkan untuk memperoleh silase kombinasi
yang berkualitas baik (Nilai Fleigh 70,13) dan kandungan protein kasar mencapai 15,68%. Kualitas
tersebut selanjutnya akan menurun apabila persentase Indigofera zolingeriana dinaikkan walaupun
kandungan protein kasar meningkat.
Kata Kunci: Silase, Kombinasi, Kualitas, Evaluasi, Nilai Fleigh.

ABSTRACT
Feed availability has to meet quantity, quality and continuity aspect. Feed preservation
technology by making silage from suitable forage plants is expected to meet these needs. Sorghum has
the potential as a good silage material but needs to be improved in quality by adding other forage
which have high crude protein content. This study was aimed to evaluate the quality and
characteristics fermentation of sorghum and legumecombination silage. This research was conducted
by combining Stay greensorghum and Indigofera zolingeriana (100: 0, 60:40, 50:50, and 40: 60%
combination) as silage material to be evaluated for pH, dry matter content (DM), organic matter (OM),
crude protein (CP) and Fleighpoint. Silage was made in 1 liter size silos which are fermented for 21
days. The results showed that the increasing percentage of Indigofera zolingeriana in silage could
increase silage, pH, DM, and CP silage. The increase in pH resulted in proteolysis of silage protein.
The added of Indigofera zolingeriana in silage combination at 40% was still possible to obtain good
quality silage (Fleighpoint 70.13) and reaching 15.68% of silage CP content. The silage quality was
decrease if the percentage of Indigofera zolingeriana increased, even though the silage CP content
could increasesafterward.
Keywords: Silage, Combination, Quality, Evaluation, Fleigh point

62
Kurniawan et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Topis 6(1):62-69

PENDAHULUAN sorgum memiliki kandungan WSC dan


kandungan gula batang (obrix) relatif tinggi
Ketersediaan pakan dalam usaha
namun kandungan lignin yang rendah sehingga
peternakan merupakan salah satu faktor yang
menjadikan tanaman sorgum cocok untuk
sangat penting. Secara langsung pakan mampu
dijadikan bahan silase (Kurniawan 2014,
mempengaruhi produktivitas ternak yang
Kurniawan et al. 2016b, Kurniawan et al. 2016a,
dikombinasikan dengan faktor genetika,
Kurniawan et al., 2017). Adapun kelemahan
lingkungan dan manajemen. Pentingnya upaya
pemanfaatan sorgum sebagai bahan silase adalah
mengefisienkan pakan dikarenakan komponen
rendahnya kandungan protein kasar (PK) yang
pakan merupakan biaya terbesar dalam suatu
hanya berkisar 7-8% (Kurniawan 2014). Sorgum
usaha peternakan. Biaya yang harus dikeluarkan
Stay green merupakan sorgum galur baru yang
oleh peternak untuk penyediaan pakan mencapai
memiliki kelebihan tetap bertahan hijau
70-80% dari total biaya produksi (Bunyamin et
menjelang pembungaan dan pengisian bijinya.
al., 2013).Ketersediaan akan pakan, yang salah
Hal tersebut memungkinkan untuk tetap
satunya adalah hijauan pakan ternak tersebut
mempertahankan kualitas hijauannya menjelang
haruslah memenuhi aspek kuantitas, kualitas dan
panen pada umur yang lebih tua, di mana
kontinyuitas. Sumber-sumber pakan ternak
biomasa yang dihasilkan telah tinggi.
diharapkan dapat berasal dari tanaman-tanaman
Mengingat potensi yang dimiliki sorgum
pakan yang memiliki potensi besar dan
tersebut di atas, maka perlu dilakukan kombinasi
adaptifuntuk dikembangkan sehingga mampu
bahan silase yang kaya akan kandungan PK agar
menghasilkan biomasa yang tinggi yang
dihasilkan silase yang memiliki nilai nutrisi
berkualitas.Indonesia merupakan salah satu
tinggi. Hijauan yang dapat digunakan sebagai
negara beriklim tropis yang memiliki dua musim
bahan silase dan memiliki kandungan PK tinggi
dengan karakteristik berbeda. Pada saat musim
adalah leguminosa. Salah satu leguminosa
penghujan hijauan tumbuh dengan bagus
potensial yang diharapkan mampu meningkatkan
sehingga ketersediaannya sangat melimpah,
kualitas silase adalah Indigofera zolingeriana.
sebaliknya saat musim kemarau ketersediannya
Sebagai bahan yang tinggi kandungan PK
akan turun dengan drastis. Hal tersebut menjadi
(nitrogen) yang bersifat basa, akan mengalami
tantangan tersendiri untuk mewujudkan
masalah terkait dengan buffering capacity, yaitu
ketahanan pangan demi menjaga stabilitas
kondisi di mana pH silase sulit turun akibat sifat
produksi ternak yang bermuara pada terwujudnya
basa N. Oleh karena itu perlu dilakukan
ketahanan pangan asal hewan.
penelitian kombinasi silase sorgum Stay green
Pembuatan silase merupakan salah satu
dan Indigofera zolingeriana yang terbaik untuk
teknologi sederhana yang dapat diandalkan guna
menghasilkan silase berkualitas sebagai pakan
memenuhi keutuhan pakan saat ketersediaan
ternak.
hijauan pakan menurun. Silase adalah salah satu
teknik preservasi pakan,khususnya hijauan
MATERI DAN METODE
dengan kandungan kadar air tertentu melalui
proses fermentasi mikrobial oleh bakteri asam Penelitian ini dilakukan pada bulan
laktat yang disebut ensilasi dan berlangsung di Agustus sampai dengan Oktober 2018 dengan
dalam tempat yang disebut silo (McDonald et al., dua tahapan penelitian. Tahapan pertama, yaitu
2002). pembuatan silase dilakukan di Laboratorium Unit
Spesies tanaman hijauan yang cocok Teknologi pakan dan tahapan kedua yaitu
sebagai bahan baku silase hendaknya memiliki evaluasi kualitas silase dilakukan di
produksi bahan kering (BK) yang tinggi di Laboratorium Unit Analisis Pakan, Laboratorium
lapangan dan kecernaan yang lebih tinggi pula, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP),
kemudian memiliki kapasitas buffer yang rendah, Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
dan kandungan karbohidrat larut air/ water Materi yang digunakan dalam penelitian
soluble carbohydrate (WSC) yang lebih tinggi ini adalah:
(Demirel 2011). Sorgum sebagai sumber 1. Sorgum galur Stay green (Sorghum bicolor. L.
karbohidrat sangat cocok sebagai bahan pakan Moench) berumur 80 hari dengan kandungan
berbasis fermentasi. Tanaman sorgum utuh dan BK dan PK 21,56 dan 9,54 % secara berturut
beberapa hasil sampingan terhadap bioprosesnya turut (Tabel 1). Sorgum ini merupakan galur
dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak mutan diperoleh dari Badan Tenaga Nuklir
(Whitfield et al., 2012). Selain itu, tanaman

63
Kurniawan et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Topis 6(1):62-69

Nasional (BATAN), yang dibudidayakan di silo tersebut disimpan selama 21 hari pada ruang
Kendari, penyimpanan yang terhindar dari sinar matahari
2. Legum Indigofera zolingerianadengan langsung (Komalasari et al., 2015).
kandungan BK dan PK 20,78 dan 27,60% Evaluasi kualitas dan karakteristik
secara berturut turut (Tabel 1) yang fermentasi silase dilakukan dengan mengamati
dibudidayakan di Laboratorium Unit parameter penelitian dengan prosedur sebagai
Agrostologi, Laboratorium INTP Fakultas berikut:
Peternakan UHO Kendari, 1. pH silase diukur dengan menggunakan
3. Peralatan pembuatan silase: toples kapasitas 1 Cheetah pH meterPHBJ-260. pH meter yang
liter sebagai silo, plastic tape, pencacah, telah dikalibrasi dengan larutan standar (pH 4
4. Perlangkapan uji kualitas silase: blender, pH dan 7), kemudian dimasukan ke dalam
Meter merek Cheetah type PHBJ-260, oven, saringan air dari5 gram silasedicampur 50 ml
perlalatan dan bahan analisa proksimat, aquades yang dihancurkan dengan blender
Tabel 1. Kandungan bahan kering dan protein kasar
selama ±1 menit. Pembacaan pH dilakukan
bahan silase setelah indikator pH stabil atau setelah 30
detik (Despal et al., 2011),
Bahan Kering Protein Kasar
Bahan
(BK) % (PK) %BK
2. Bahan kering (BK) dan bahan organik (BO)
Sorgum diukur dengan mengambil sampel silase yang
21,56 9,54 ditimbang kemudian dioven dengan suhu
Stay green
Indigofera 60oC selama 2x24 jam dan dilanjutkan dengan
20,78 27,60 oven 105oC selama 24 jam, dan tanur bersuhu
zolingeriana
Hasil analisa Lab. Unit Analisis Pakan Lab. INTP FPt 800oC dan dihitung sesuai rumus AOAC
UHO 2018 (2005),
Pembuatan silase dilakukan dengan 3. Nilai Fleigh(NF) merupakan milai yang
mencacah bahan bahan penyusun silase (sorgum digunakan untuk menilai kualitas silase
utuh dan daun Indigofera zolingeriana) berdasarkan kandungan bahan kering (BK)
sepanjang 2-3 cm yang kemudian dilayukan dan pH silase. NF dihitung menggunakan
selama 24 jam untuk menurunkan kadar air bahan dengan rumusNF = 220 + [(2 x BK(%)) – 15]
tersebut hingga mencapai kurang lebih 60% yang – (40 x pH).Kisaran nilai Fleigh dan
merupakan kadar air yang optimal untuk proses gambaran kualitas fermentasi silase yang
fermentasi (Umiyasih & Wina, 2008). dicapai;
Bahan-bahan pembuat silase yang telah a. NF = 85 – 100 (baik sekali),
dilayukan selanjutnya dicampur sesuai dengan b. NF = 60 – 80 (baik),
perlakuan secara homogen. Penelitian ini c. NF = 40 – 60 (cukup baik),
menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap d. NF = 20 – 40 (sedang), dan
(RAL) 4 perlakuan dan 4 ulangan. Proporsi e. NF = <20 (kurang baik) (Ozturk et al.,
pencampuran merupakan jenis perlakuan dalam 2006).
penelitian ini. Adapun perlakuan tersebut adalah 4. Protein kasar (PK) silase diukur dengan
sebagai berikut: metode proksimat sesuai dengan tata cara
S1I0 : Silase berbahan 100% sorgum Stay green analisis Kjedahl (1883).
S2I1 : Silase berbahan 60% sorgum Stay green Data pH, BK, BO, PK dan NF yang
dan 40% Indigofera zolingeriana diperoleh selanjutnya dianalisismenggunakan
S3I2 : Silase berbahan 50% sorgum Stay green sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui
dan 50% Indigofera zolingeriana pengaruh perlakuan terhadap parameter, dan jika
S4I3 : Silase berbahan 40% sorgum Stay green terdapat pengaruh, dilanjutkan dengan uji
dan 60% Indigofera zolingeriana Duncan Multiple Range Test (DMRT) menurut
Campuran bahan tersebut dimasukan ke Gaspersz (1991).
dalam toples (silo) dan dipadatkan sepadat
HASIL
mungkin agar oksigen di dalam
siloterminimalisasi, sehingga fase respirasi Sebagai upaya konservasi pakan, silase
aerobdalam silo menjadi semakin pendek. memiliki beberapa kriteria evaluasi untuk
Selanjutnya silo ditutup dan dieratkan dengan menentukan kualitasnya. Silase yang berkualitas
plastic tapeuntuk menjaga kondisi agar kedap baik yaitumemiliki aroma asam, warna segar
udara (anaerob). Silase yang telah masuk dalam seperti aslinya, tidak terdapat jamur, tidak

64
Kurniawan et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Topis 6(1):62-69

berlendir dan tekstur tidak menggumpal, secara Keunggulan silase berbahan sorgum adalah
laboratoris banyak mengandung asam laktat, kandungan Water Soluble Carbohydrate (WSC)
kadar N (amonia) rendah yaitu di bawah 10%, yang tinggi. Kurniawan et al. 2016b menyatakan
tidak mengandung asam butirat, dengan kadar pH bahwa sorgum (sorgum manis dan bmr) memiliki
rendah 3,5sampai 4(Subekti. 2009). kandungan WSC yang cukup tinggi, yaitu
berkisar antara 10,92 hingga 22,91%. Hal
pH Silase
tersebut sangat memungkinkan penggunaan
pH merupakan salah satu kriteria utama
sorgum sebagai bahan silase tanpa penambahan
untuk mengevaluasi fermentasi silase. Secara
substrat untuk menumbuhkan bakteri asam laktat
umum pH yang lebih rendah mencerminkan
secara cepat. Bakteri menggunakan karbohidrat
pengawetan yang lebih bagus dan silase yang
mudah larut atau WSC untuk menghasilkan asam
lebih stabil (Seglar 2003) dan tingginya
laktat (Rezaei et al., 2009).Bakteri asam laktat
kandungan asam laktat (Amer et al. 2012).Hasil
akan berkembang dengan baik selama proses
penelitian menunjukkan bahwa pH silase secara
ensilase sehingga keadaaan ini akan menghambat
nyata (p<0,05) dipengaruhi oleh persentase
proses respirasi, proteolisis dan mencegah
Indigofera zolingeriana dalam silase (Tabel 3).
aktifnya bakteri Clostridia. Semakin banyak
Silase yang berbahan 100% sorgum memiliki pH
asam laktat yang diproduksi, maka semakin cepat
paling rendah, yaitu 3,67±0,05, hal ini
laju penurunan pHsehingga diperoleh kualitas
membuktikan bahwa tanaman sorgum merupakan
silase yang baik(Levitel et al. 2009).
tanaman yang mampu menghasilkan proses
fermentasi silase yang bagus (Kurniawan, 2014). Kandungan Bahan Kering dan Bahan
Penambahan Indigofera zolingeriana Organik Silase
dalam silase secara linier meningkatkan pH silase Terdapat dua faktor yang mempengaruhi
dari 4,47 hingga 4,93 pada perlakuan 40 dan kandungan BK dan BO silase. Faktor pertama
60%. Indigofera zolingeriana merupakan adalah kandungan keduanya dalam bahan baku
leguminosa yang memiliki kandungan PK tinggi silase. Kandungan BK hijauan sebelum diensilase
(Tabel 1) dan hal tersebut berkontribusi merupakan salah satu faktoryang dapat
meningkatkan kandungan PK silase sesuai mempengaruhi kualitas silase. Faktor selanjutnya
dengan persentasenya. Apabila bahan silase adalah proses silase yang mempengaruhi besar –
memiliki kandungan PK cukup tinggi, maka kecilnya degradasi keduanya. Setelah proses
pencapaian pH yang ideal untuk proses ensilasi ensilase akan mencerminkan kandungan nutrisi
akan menjadi lebih lambat, karena kapasitas yang masih terkandung di dalamnya.
buffer silase menjadi lebih besar, sehingga pH Tabel 2. Perhitungan Kandungan PK dan BK Silase
menjadi sulit untuk turun (Despal et al., 2011). Kombinasi
Derajat keasaman (pH) yang optimum untuk Parameter S1I0 S2I1 S3I2 S4I3
silase sekitar 3,8 sampai 4,2, bertekstur halus dan Bahan 21,56 21,25 21,17 21,09
berwarna hijau kecoklatan (Ratnakomala et al., Kering (%)
2006).Pada penelitian ini pH yang diperoleh Protein 9,54 16,76 18,57 20,38
melebihi definisi pH optimal tersebut, dan hal Kasar (%)
tersebut akan mempengaruhi nilai Fleigh silase. S1I0: 100% Stay green Sorgum,
Hijauan segar dengan kapasitas buffer yang S2I1: 60% Stay green Sorgum – 40% Indigofera
tinggi memerlukan lebih banyak asam untuk zolingeriana,
S3I2: 50% Stay green Sorgum – 50% Indigofera
mengurangi pH dibandingkan dengan hijauan
zolingeriana, dan
yang memiliki kapasitas bufferyang lebih S4I3: 40% Stay green Sorgum – 60% Indigofera
rendah(Kung, 2010).pH yang cenderung tetap zolingeriana
(tinggi) menyebabkan bakteripembusuk dapat
berkembang dan hidup pada lingkungan tersebut Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(McDonald et al., 2010). Nilai pH tersebut penambahan presentase Indigofera zolingeriana
nantinya akan berkorelasi dengan variabel dalam silase memberikan pengaruh nyata
penelitian lainnya, seperti nilai Fleigh.Nilai pH (p<0,05) terhadap kandungan BK silase (Tabel
silase yang rendah akan menghambat 3). Penggunaan 50 dan 60% Indigofera
pertumbuhan bakteri yang merugikanseperti zolingeriana dalam silase meningkatkan BK
Clostridium dan Enterobacterium(Heinritz, sekitar 3% (Gambar 1). Hubungan antara
2011). peningkatan kandungan BK dengan peningkatan
persentase penggunaan Indigofera zolingeriana

65
Kurniawan et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Topis 6(1):62-69

tersebut mungkin saja terjadi karena perbedaan memadai dan mengindikasikan tingginya daya
penyusun BK (bahan bahan organik dan mineral) recovery(pemulihan) silase (Yosef et al., 2009).
kedua bahan silase tersebut, walau masih Kandungan bahan organik (BO) silase
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dalam penelitian ini tidak dipengaruhi (p>0,05)
mengkonfirmasinya. oleh persentase penggunaan Indigofera
zolingeriana dalam silase. Hal ini menunjukkan
BK PK
bahwa tidak terdapat perbedaan potensi

3,55

3,54
kecernaan silase secara umum, walaupun ini
masih perlu dikaji lebih lanjut.
Kandungan Protein Kasar Silase
Salah satu nutrien penting yang akan
dipreservasi pada teknologi ensilasi hijauan
0,62

adalah protein kasar (PK). Selama proses ensilase


0,08

bakteri asam laktat yang ada pada hijauan akan


memanfaatkan hijauan sebagai sumber energi dan
1 2 3 4 menghasilkan asam-asam organik terutama asam
-0,40

laktat, sehingga protein mengalami perombakan.


-0,96
-0,99

Protein ya ng terdapat pada bahan silase akan


-1,08

mengalami penguraian saat ensilase, protein akan


Gambar 1. Selisih antara PK - BK Bahan dengan PK - dirombak menjadi asam amino dan polipeptida,
BK Silase Kombinasi dan kemudian diurai lebih lanjut menjadi
Keterangan: ammonia- nitrogen (N-NH3), VFA (Volatile fatty
1 :S1I0: 100% Stay green Sorgum, acid)dan CO2. Kondisi ini terjadi secara intensif
2 :S2I1: 60% Stay green Sorgum – 40% Indigofera apabila suplai oksigen mencukupi(Jasin dan
zolingeriana, Sugiyono, 2014).
3 : S3I2: 50% Stay green Sorgum – 50% Indigofera Hasil penelitian menunjukkan bahwa
zolingeriana, dan kandungan PK silase dipengaruhi secara nyata
4 :S4I3: 40% Stay green Sorgum – 60% Indigofera (p<0,05) oleh penambahan persentase Indigifera
zolingeriana
zolingeriana. Peningkatan tersebut terlihat secara
Secara umum, kandungan bahan kering linier, dimana semakin tinggi persentase
yang dihasilkan pada penelitian ini tergolong penggunaan Indigofera zolingeriana dalam
tinggi, yaitu di atas 20%. Analisa BK terhadap silase, maka kandungan PK akan semakin tinggi.
bahan penyusun silase (Tabel 2) menunjukkan Persentase Indigofera zolingeriana 50% telah
bahwa kedua bahan tersebut memiliki kandungan mampu mendapatkan kandungan PK
BK lebih dari 20%. Kandungan BK yang kurang 18,17±1,20% yang tidak berbeda dengan
dari 20% akanmenyebabkan resiko pembusukan penggunaan 60% Indigofera zolingeriana.
dan kehilangan BK selama proses Apabila dilihat dari kehilangan/ perombakan PK
ensilasesemakin tinggi (Despal et al., 2011). selama proses ensilasi (Gambar 1), maka
Tingginya kandungan bahan kering diketahui bahwa seitan penggunaan Indigofera
mencerminkan proses silase tersebut mampu zolingeriana dalam silase memiliki kehilangan
menjaga/mengawetkan bahan dan aditif silase PK antara 0,40 hingga 1,08%. Givens dan
sumber karbohidrat mudah larut untuk Rulquin (2004) melaporkan bahwa kandungan
menaikkan bahan kering, membantu protein kasar mengalami penurunan dari
mempercepat proses fermentasi, dan 0,8%menjadi 0,6% pada awal proses
mempertahankan atau meningkatkan nutrien ensilase.NH3 silase merupakan zat yang
bahan pakan yang diawetkan (Yosef et al., dihasilkan di dalam silase akibatproses
2009).Hal ini didukung dengan pendapat Ward pembusukan oleh Clostridum sp,atau bakteri
(2008) yang menyatakan semakin cepat pembusuk lainnya. Bakteri Clostridia ini
penurunan pH, maka akan semakin terjaga mempunyaiperanan yang paling dominan
kandungan bahan kering dalam proses terhadap terjadinya fermentasi sekunder dan
fermentasi.Kehilangan materi yang minimal, selamafermentasi ini asam laktat dikonversi
rendahnya pH, struktur dan aroma silase menjadi asam butirat, atau degradasi protein,
menunjukkan proses ensilase berjalan dengan

66
Kurniawan et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Topis 6(1):62-69

Tabel 3. Kualitas Silase; pH, BO, BK, Nilai Fleigh, dan PK


Parameter S1I0 S2I1 S3I2 S4I3
pH 03,67±0,05a 04,47±0,20b 04,84±0,31c 04,93±0,03c
Bahan Kering (%) 20,57±0,06b 21,87±0,84b 24,72±1,85a 24,63±1,67a
Bahan Organik (%) 89,65±1,40 89,39±0,28 89,10±0,06 88,78±0,88
Protein Kasar (%) 09,62±0,91b 15,68±1,70b 18,17±1,20a 19,42±0,48a
Nilai Fleigh 99,53±1,83a 70,13±7,62b 61,05±8,86bc 57,25±2,70c
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda yang signifikan (p<0.05)
S1I0: 100% Stay green Sorgum,
S2I1: 60% Stay green Sorgum – 40% Indigofera zolingeriana,
S3I2: 50% Stay green Sorgum – 50% Indigofera zolingeriana, dan
S4I3: 40% Stay green Sorgum – 60% Indigofera zolingeriana
peptida dan asam amino menjadi amina dan
Nilai Fleigh Silase
amonia.Amonia berasal dari gugus amin yang Evaluasi kualitas fermentasi silase dapat
terlepas akibat proses degradasi protein oleh dilakukan dengan menggunakan Nilai Fleigh.
bakteri (Adesoganet al., 2004).Kejadian penting Nilai Fleigh (NF) akan tinggi apabila semakin
pada fase aerob adalah proteolisis atau tinggi kandungan BK dan semakin rendah pH
perombakan kandungan protein hjauan yang silase. Kandungan BK yang tinggi mencerminkan
mencapai 50% menjadi asam amino, amoniak proses silase tersebut mampu menjaga atau
dan amina. Aktivitas enzim yang bekerja pada mengawetkan bahan, sedangkan rendahnya nilai
proteolisis yang akan berhenti saat meningkatnya pH akan memberi gambaran bahwa proses
kondisi keasamaan. Fase ini harus dilalui secepat ensilasi berjalan dengan baik (Yosef et al. 2009).
mungkin untuk menjagasilase yang dihasilkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa silase
tetap memilikikadar nutrisi yang tinggi sorgum memiliki NF tertinggi, yaitu 99,53±1,83
(Schroeder, 2013). yang dikategorikan dalam kualitas baik sekali.
Leguminosasecara alamiah membawa Sedangkan penambahan persentase Indigifera
bakteri seperti Clostridia dan fungi yang zolingeriana dalam silase secara nyata (p<0,05)
jumlahnya lebihtinggi dibandingkan jumlah menurunkan NF hingga 57,25±2,70 pada
bakteri asam laktat serta memilikikandungan perlakuan S4I3 (Tabel 3).
protein kasar yang lebih tinggi dibanding NF silase mengalami penurunan
tanaman jenis serealia seperti jagung signifikan ketika komposisi Indigofera
zolingeriana dalam silase melebihi 40%, hal
(McDonaldet al., 2010).Dengan asumsi tersebut,
tersebut berkorelasi dengan keasaman silase, di
maka dapat dipahami bahwa meningkatnya
mana pH juga mulai naik secara signifikan pada
persentase Indigofera zolingeriana memicu persentase Indigofera zolingeriana di atas 40%.
perombakan protein lebih besar juga. Selain Pada penggunaan Indigifera zolingeriana sebesar
kehadiran Clostridia yang lebih tinggi, keadaan 60%, NF silase masih dikategorikan sebagai
lingkungan yang lebih basa akibat kapasitas silase yang berkualitas cukup baik, walaupun pH
buffer yang lebih tinggi (sehingga pH tetap yang diperoleh merupakan kondisi yang sudah
tinggi) akan sangat berhubungan dengan tidak optimal untuk proses fermentasi silase.
degradasi protein. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Schroeder (2013), bahwa tingkat KESIMPULAN
proteolisis dalam silasetergantung pada laju
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
penurunan pH. Keadaan lingkungan yang lebih bahwa penggunaan Indigofera zolingeriana
asam pada silase akan mengurangi aktivitas dalam silase kombinasi dengan sorgum Stay
protease. Kemampuan menurunkan pH pada awal green pada persentase 40% masih
ensilase sangat bermanfaat untuk mencegah memungkinkan untuk memperoleh silase
proteolisis hijauan. Aktivitas normal protease kombinasi yang berkualitas baik (Nilai Fleigh
terjadi pada pH 4-7 tergantung kepada bahan 70,13) dan kandungan protein kasar mencapai
yang digunakan (Sloner dan Bertilsson, 2006). 15,68%. Kualitas tersebut selanjutnya
Proteolisis terjadi selama pembuatan silase akanmenurun apabila persentase Indigofera
apabila tingkat keasaman belum tercapai (Sun et zolingerianadinaikkan walaupun kandungan
al., 2009). protein kasar meningkat.

67
Kurniawan et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Topis 6(1):62-69

DAFTAR PUSTAKA bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi


PO terhadap kualitas silase rumput gajah
[AOAC] Association of Official Analytical
(Pennisetum purpureum). Jurnal
Chemists. 2005. Official methods of
Peternakan Indonesia 16(2):96-103.
analysis. Washington DC (US):
Association of Official Analytical Kjeldahl, J. 1883. A new method for the
Chemists. determination of nitrogen in organic
matter. Zaitschreft fur Analitische Chemie
Adesogan, A., T. N. Krueger., M. B. Salawu., D.
22:366.
B. Dean., &C. R. Staples. 2004. The
influence of treatment with dual purpose Komalasari, Liman,& T.Y.S. Syahrio,. 2015.
bacterial inoculants or soluble Efek suplementasi akselerator pada silase
carbohydrates on the fermentation and limbah tanaman singkong terhadap nilai
aerobic stability of Bermudagrass. J. Dairy fleigh kadar asam sianida dan kualitas
Sci. 87:3407-3416. fisik. Bandar Lampung. Peternakan
Terpadu 3(2):31-35.
Amer S., F. Hassanat, R. Berthiaume, P. Seguin,
& A.F. Mustafa. 2012.Effects of water Kung, L. 2010. Understanding the biology of
soluble carbohydrate content on ensiling silage preservation to maximize quality
characteristics, chemical composition and and protect the environment. Proceedings
in vitro gas production of forage millet and California Alfalfa and Forage Symp. pp:
forage sorghum silages.Animal Feed 41-54.
Science and Technology 177 (2012):23-29.
Kurniawan, W. 2014. Potensi sorgum numbu,
Bunyamin. Z, R. Efendi, & N.N. Andayani.2013. cty-33, dan bmr sebagai pakan pada
Pemanfaatan limbah jagung untuk industri beberapa level pupuk kandang di tanah
pakan ternak. Proseding Seminar Nasional sedimentasi ultisol. Tesis. Sekolah
Inovasi Teknologi Pertanian. Balai Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pengkajian Teknologi Pertanian Bogor.
Kalimantan Selatan. Banjarbaru, 26-27
Kurniawan, W., L. Abdullah, Supriyanto. 2016a.
Maret 2013. Hlm. 153-166.
Fiber content of bmr sorghum as promising
Demirel R., F. Akdemir, V. Saruhan, D.S. future forage. Proceedings the 6th Annual
Demirel, C. Akinci,& F. Aydin. 2011. The Basic Science International Conference.
determination of qualities in different 268-271. Malang. Indonesia.
whole-plant silages among hybrid maize
Kurniawan, W., S. Rahadi, Rahman, L. Abdullah,
cultivars. Afr. J. Agri. Res. Vol. 6(24), pp.
& P.D.M. Karti. 2016b. Silage quality of
5469-5474, 26 October 2011.
bmr sorghum and sweet sorghum growth
Despal, I. G. Permana, S. N. Safarinadan A. J. on sedimentation ultisol soil. Proceedings
Tatra. 2011. Penggunaan berbagai sumber the 17th Asian-Australasian Association
karbohidrat terlarut air untuk of Animal Production Societies Animal
meningkatkan kualitas silase daun rami. Science Congress. Fukuoka. pp:877-880.
Media Peternakan, 34(1):69-76.
Kurniawan, W., H. Has, Rahman. 2017. Early
Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan evaluation of 65th days after sowing bmr
Percobaan. Armico. Bandung. sorghum productivity grown on swamp
soil applied with different levels of
Givens, D.I. & H. Rulguin. 2004. Utilization by
biochar. Proceedings of International
ruminants of nitrogen compounds in silage
Conference on Sustainable Animal
based diet. Anim. Feed Sci. Technol. 114:
Agriculture for Developing Countries.
1-18.
161-164. Malang.
Heinritz, S. 2011. Ensiling suitability of high
Levitel, T.,A. F. Mustafaa, P. Seguin, & G.
protein tropical forages and their
Lefebvrec. 2009. Effects of a propionic
nutritional value for feeding pigs. Diploma
acid-based additive on short term ensiling
Thesis. University of Hohenheim. Stutgart.
characteristics of whole plant maize and on
Jasin, I. & Sugiyono. 2014. Pengaruh dairy cow performance. Anim. Feed Sci.
penambahan tepung gaplek dan isolat Technol. 152:21-32.

68
Kurniawan et al./Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Topis 6(1):62-69

McDonald P, R. Edwards, & J. Greenhalgh. during ensilage. Anim. Feed Sci. Technol.
2002. Animal Nutrition 6th. New York 127:101-111.
(US): Scientific and Tech John Willey &
Subekti, E. 2009. Ketahanan Pakan Ternak
Sons. Inc.
Indonesia.Semarang. Mediagro 5(2):63-71.
McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D.
Sun, Z.H., S. M. Liu, G. O. Tayo, S. X. Tang, Z.
Greehalgh, C. A. Morgan, L. A. Sinclair,
L. Tan, B. Lin,Z. X. He, X. F. Hang, Z. S.
&R. G. Wilkinson. 2010. Animal
Zhou & M. Wang. 2009. Effect of
Nutrition. 7thEdition. Pearson, United
cellulose or lactic acid bacteria on silage
Kingdom.
fermentation and in vitro gas production of
Ozturk, D., M. Kizilsimsek., A. Kamalak., O. several morphological fraction of maize
Canbolat., & C.O. Ozkan. 2006. Effects of stover. Anim. Feed Sci. Technol. 152:219-
ensiling alfalfa with whole-crop maize on 231.
the chemical compocition and nutritive
Umiyasih, U., & E. Wina. 2008. Pengolahan dan
value of silage mixtures. Asian-
nilai nutrisi limbah tanaman jagung
Australasian Journal of Animal Science
sebagai pakan ternak ruminansia.Bogor.
19(4):526–532.
Wartazoa. 18(3):127-136.
Ratnakomala, S., R. Roni, K. Gina, & W.
Ward, R.T. 2008. Fermentation analysis of
Yantyati. 2006. Pengaruh inokulum
silage: use and interpretation.Cumberland
Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1BL-2
Valley Analytical Services, Inc.
terhadap 53 kualitas silase rumput gajah
Hagerstown.
(Pennisetum purpureum). Biodiversitas
7(2): 131–134. Whitfield M.B., M.S. Chinn,& M.W. Veal.2012.
Review: processing of materials derived
Rezaei, J.,Y. Rouzbehan, & H. Fazaeli. 2009.
from sweet sorghum for biobased products.
Nutritive value of fresh and ensiled
Industrial Crops and Products 37(2012):
amaranth (Amaranthus hypochondriacus)
362-375.
treated with different levels of
molasses.Anim Feed Sci. Technol. 151: Yosef, E., A. Carmi, M. Nikbachat, A. Zenou, N.
153-160. Umiel, & J. Miron. 2009. Characteristics
of tall versus short-type varieties of forage
Schroeder J.W., 2013. Silage fermentation and
sorghum grown under two irrigation levels,
preservation. Quality Forage NDSU
for summer and subsequent fall harvests,
Extension Service. North Dacota State
and digestibility by sheep of their silages.
University. North Dacota USA.
Anim. Feed Sci. Technol. 152:1-11.
Sloner, D. & J. Bertilsson. 2006. Effect of
ensiling technology on protein degradation

69

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai