Anda di halaman 1dari 3

Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan Permukiman

A. Sistem Jaringan Persampahan

Dalam skala Kabupaten Lima Puluh Kota sampah ditangani olehDinas Lingkungan Hidup,

Perumahan dan Permukiman dengan pengangkutan secara komunal yaitu dimana sampah dari tiap

rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sementara

dengan gerobak, dari TPS lalu diteruskan diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) oleh truktruk
sampah. TPA Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat di Lubuak Batingkok. Sarana persampahan

yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah Truk sampah, becak motor dan gerobak sampah.

Truk sampah ada dua unit, becak motor ada enam motor dan gerobak sampah dua unit. Rencana

pengembangan prasarana sampah dengan menggunakan asumsi yang mendasar perhitungan

proyeksi timbulan sampah adalah sebagai berikut :

1. Rencana Tingkat Pelayanan Sampah

Target Millenium Development Goal’s dari Agenda 21 dalam bidang pengelolaan sampah adalah

meningkatkan pelayanan minimal 50 % dari penduduk yang belum dilayani. Maka target

pelayanan tahun 2015 adalah 15,9% % dan pada tahun 2029 target pelayanan 75,42 %. Jika

tidak dilakukan konsep 3 R di sumber sampah dan TPS, maka seluruh timbulan sampah akan

diangkut ke TPA.

2. Rencana Daerah Pelayanan Sampah

Daerah pelayanan akan diperluas dengan menggunakan kriteria kepadatan, jika kepadatan

mencapai > 9,48 jiwa/ha (kepadatan rata-rata) akan dilayani 100 % dan daerah dengan

kepadatan < 9,48 jiwa/ha (kepadatan rata-rata) dan sudah terlayani akan dilayani 100 %.

3. Rencana Pewadahan Sampah

Pewadahan yang digunakan di beberapa tempat belum memenuhi ketentuan SK SNI T-13-1990-

F. Sarana pewadahan diarahkan untuk memperhatikan hal-hal berikut :

a. Alat pewadahan yang disarankan untuk digunakan adalah tipe tidak tertanam (dapat

diangkat) untuk memudahkan operasi pengumpulan.

b. Jenis wadah yang dapat digunakan disesuaikan dengan kemampuan pengadaan dapat

berupa:

1) Tong sampah (plastik, fiberglass, kayu, logam, bambu)

2) Kantong Plastik

c. Ukuran wadah minimal dapat menampung timbulan sampah selama 2 hari pada tempat
timbulan sampah (untuk permukiman 40 liter, sedangkan untuk komunal 100 liter – 1 m3)

d. Wadah mampu mengisolasi sampah dari lingkungan (memiliki tutup)

e. Peruntukan wadah individual

f. Mudah diambil

g. Peruntukan wadah komunal

h. Tidak mengambil lahan trotoar (harus ada lokasi khusus)

i. Tidak dipinggir jalan protokol

j. Tidak mengganggu pemakai jalan

4. Rencana Pengumpulan Sampah

Metode Pengumpulan sampah di kabupaten Lima Puluh Kota yang selama ini dilakukan cukup

berjalan dengan baik, meskipun cakupan layanan terbatas pada wilayah dekat pasar, sehingga

banyak sampah di buang sembarangan. Untuk itu diperlukan perluasan cakupan layanan tidak

hanya sampah dari pasar tetapi juga dari sumber sampah lainnya terutama pada permukiman

padat dan daerah komersial. Sedangkan untuk pernagari yang tidak dilayani karena jumlah

sampah yang dihasilkan kapasitasnya kecil dan daya dukung lingkungan memungkinkan

dianjurkan agar mengolah sampahnya sendiri dengan program 3R (Reduce, Reuse and Recycle).

Program 3R dapat dilaksanakan skala rumah tangga maupun skala kawasan yang dikoordinir

nagari masing-masing agar sampah tidak dibuang sembarangan.

Penanganan pengumpulan sampah dari pasar dengan sistem komunal tidak langsung yaitu

sampah yang berasal dari pasar diangkut dengan gerobak sampah ke TPS baru diangkut ke TPA,

sebaiknya menggunakan sistem komunal langsung dengan menggunakan truk sampah kecuali

jika kapasitasnya kecil

5. Rencana Tempat Penampungan Sementara

1) Kebutuhan TPS/Kontainer

Perlu ada penambahan TPS tetapi diperlukan peninjauan ulang lokasi TPS sesuai dengan

jumlah volume timbulan sampah dan tidak jauh dari sumber timbulan sampah dengan

jangkauan cakupan layanan radius50 m. Diperkirakan hingga tahun 2031 dibutuhkan 34 TPS

yang tersebar di seluruh Kabupaten Lima Puluh Kota.

2) Reduksi dan Pengolahan Sampah di TPS

Hasil perhitungan reduksi dan pengolahan sampah di TPS adalah sebagai berikut :

a. Organik = 77,99 %
b. Plastik dan kertas = 16,60 %

6. Rencana Pengangkutan Sampah

Kebutuhan alat angkut sampah Kabupaten Lima Puluh Kota didasarkan pada asumsi sebagai

berikut :

1) Jika reduksi sampah tidak berhasil pada tingkat sumber maupun TPS,

2) Tanpa memperhitungkan jarak tempuh, kondisi jalan dan waktu tempuh.

3) Kapasitas armada yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup, Perumahan dan

PermukimanKabupaten Lima Puluh Kota

4) Berdasarkan perhitungan perbandingan antara jumlah sampah yang diangkut dan kapasitas

angkutan masih mampu akan tetapi ada faktor lain yang menentukan efektifitas

pengangkutan, lebih jelas sebagai berikut :

 Jalur trayek dimana di Kabupaten Lima Puluh Kota masing-masing kendaraan tidak

memilik trayek jalur tertentu

 Perbedaan topografi di Kabupaten Lima Puluh Kota terutama arah ke perbukitan dan

pegunungan jalannya menanjak hal ini mengakibatkan perbedaaan waktu tempuh

7. Rencana Sistem Pembuangan Akhir

Rencana pengembangan TPA didasarkan pada analisa sebagai berikut:

1) Analisis Timbulan Sampah

a. Area penimbunan sampah

b. Ventilasi gas yang dipasang di area penimbunan tidak berfungsi secara optimal karena

tidak memenuhi kriteria teknis

2) Analisis kebutuhan daerah penyangga

Daerah penyangga diperlukan untuk mencegah penyebaran gas dan bau ke luar area TPA. Menurut
SNI No. 03-3241-1994 tentang lokasi TPA, maka radius 1 km harus bebas dari

bangunan.

Anda mungkin juga menyukai