Anda di halaman 1dari 4

Nama:Nova Anggela

NIM:201510090

Kelas:UBD1D

Pancasila akhir- akhir ini sering digaungkan sebagai ideologi negara. Akan tetapi jika kita
retropeksi pada awal mula bangsa Indonesia berdiri ialah pancasila sebagai landasan falsafah
negara bukan dasar negara atau ideologi.

Istilah landasan falsafah negara bermula saat sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang mana dr. Radjiman Wedyodiningrat bertanya
Philosophische gronslag atau landasan falsafah sebuah negara. Dalam sidang inilah
rumusanpancasila muncul, akan tetapi bukan sebagai ideologi.

Falsafah secara umum ialah anggapan, gagasan dan sikap yang paling dasar dimiliki oleh
orang atau masyarakat atau sebagai pandangan hidup. Pancasila sebagai falsafah negara
berdasarkan ucapan Soekarno yang menyatakan bahwa pancasila adalah isi jiwa bangsa
Indonesia.

Melalui pemikiran Soekarno, Mohammad Yamin dan Soepomo rumusan pancasila


muncul, ketiganya memiliki rumusan yang berbeda urutan tapi mempunyai kesamaan dalam
setiap rumusan. Pembahasan rumusan pancasila berlanjut dalam sidang panitia Sembilan
beranggotakan Sembilan orang, yang diketuai oleh soekarno. Diakhiri 18 agustus 1945 rumusan
pancasila tidak berubah satu katapun.

Philosophische gronslag bukanlah ideologi melainkan pemikiran mengenai kehendak


untuk hidup bersama dari segala suku, ras, agama, serta golongan bangsa Indonesia dalam suatu
negara walaupun pada saat itu republik Indonesia masih sebatas angan yang dalam
mewujudkannya ditentukan oleh Jepang.

Secara etimologi Philosophische gronslag berasal dari bahasa belanda yang berarti
bersifat filsafat (philosophische) , grands (dasar), dan norma (lag). Dengan demikian Pancasila
adalah pedoman yang mengatur kehidupan penyelenggaraan Negara.

Seiring berjalannya waktu pancasila pun dapat diartikan sebagai Ideologi Negara. Makna
pancasila sebagai Ideologi Negara adalah nilai- nilai terkandung didalam pancasila menjadi cita-
cita normatif dalam penyelenggaraan Negara, antara lain sebagai visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dasar- dasar yang termaktub dalam
pancasila.

Artinya nilai yang terkandung dalam setiap butir Pancasila harus dijadikan sebagai
pedoman dasar dalam melangsungkan kehidupan bernegara.
Ideologi berasal dari kata kata “idea” yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita dan “logos” berarti ilmu. Ideologi secara umum dapat diartikan kumpulan suatu ide,
gagasan atau cita-cita yang mencakup nilai yang menjadi dasar serta pedoman Negara dan
kehidupannya.

Pancasila sebagai Ideologi Negara tercantum dalam TAP MPR No.18 tahun 1998 tentang
pencabutan dari TAP MPR No. 2 tahun 1978 mengenai pedoman penghayatan dan pengamalan
pancasila dan penetapan tentang penegasan pancasila sebagai dasar Negara.

Dalam pasal 1 TAP MPR tersbut mengatakan Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan itulah
kedudukan Pancasila sebagai ideologi Negara.

Nilai -nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai yang disepakati secara
bersama oleh karena itu juga sebagai sarana pemersatu masyarakat dengan berbagai golongan.

Pancasila sebagai falsafah negara maupun ideologi negara berarti bahwa wawasan dan
nilai yang terkandung secara kultural tertanam dalam sanubari serta kepribadian yang
menggambarkan kebiasaan perilaku dan kegiatan masyarakat Indonesia.

Nilai yang terkandung pun menjadi cita- cita normatif dalam penyelenggaraan berbangsa
dan bernegara. Lima dasar yang ada dalam pancasila memberikan makna hidup serta menjadi
tujuan hidup yang mengikat seluruh masyarakat Indonesia.

Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dan Makna Filosofisnya dalam Pembaharuan
Hukum Pidana Nasional

Merujuk pend a pat Barda Nawawi Arief. bahwa pembaharuan hukum hakikatnya
merupakan pembaharuan terhadap pokok-pokok pemikiran/konsep/ide dasar, bukan sekedar
mengganti perumusan pasal secara tekstual, 11 maka pembaharuan hukum pidana-sebagai
bagian dari pembaharuan h ukum nasional-juga tidak dimaksudkan sekedar mengganti
perumusan pasal- pasal dal am hukum pidana. Pembaharuan hukum pidana dengan demikian
perl u diorientasikan pada upaya untuk menggali nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia khususnya nilai-nilai dasar yang menjadi sumber nilai dalam pembaharuan
hukum pidana itu. Mengingat, Pancasila sebagai dasar falsafah negara membawa implikasi
terhadap keharusan terimplementasikannya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
berbegara, maka nilai- nilai Pancasila menjadi nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat yang harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tennasuk
dalam pembaharuan hukum pidana nasional. lnilah hakikat makna filosofis Pancasila sebagai
dasar falsafah negara dalam pembaharuan hukum pidana nasional.

Upaya melakukan pembaharuan hukum pidana nasional dirasa urgen-tidak saja karena
hukum pidana yang ada hingga kini masih merupakan hukum pidana warisan jajahan-tetapi juga
dalam upaya meningkatkan peran dan fungsi hukum pidana sebagai salah satu sarana untuk
mewujudkan tujuan nasional, khususnya terciptanya kesejahteraan masyarakat (social welfare).
Karenanya, "pembaharuan" hukum pidana harus diorientasikan sebagai "reformasi"-yang
mengandung makna "peningkatan kualitas yan~ lebih baik", karena "to reform" mengandung
makna "to make better', "become better', "change for the better', a tau "re tum to a former good
state"18 -hukum pidana untuk menciptakan hukum pidana yang lebih baik. Dengan kata lain,
pembaharuan hukum pidana haruslah diarahkan pada upaya "perubahan hukum pidana menuju
kualitas yang lebih baik" atau secara singkat "peningkatan kualitas hukum pidana". Sebagaimana
di muka dikemukakan, maka ukuran "kualitas" dalam pembaharuan hukum pidana tersebut
adalah sejauhmana hukum pidana yang akan diwujudkan itu benar-benar dapat merefleksikan
nilai-nilai yang menjadi sumber dari segala sumber hukum, yaitu nilai-nilai Pancasila. Dengan
merujuk Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, maka keberhasilan pembaharuan
hukum pidana nasional juga hakikatnya diukur dari seberapa jauh pembaharuan hukum pidana
itu dapat melahirkan konstruksi- konstruksi hukum pidana yang berjiwa dan beresensi nilai-nilai
Pancasila. Oengan kata lain, sejauhmana kristalisasi nilai-nilai luhur yang terumuskan dalam
Pancasila dapat diwujudkan dalam bangunan hukum pidana nasional. Pada hemat penulis, pada
konsistensi mewujudkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila inilah sebuah
pembaharuan hukum pidana nasional dapat dikatakan sebagai upaya untuk "to m ake better'.
Orientasi "to make better' dari pembaharuan hukum pidana juga terlihat dari makna dan hakikat
pembaharuan hukum pidana yang dikemukakan Barda Nawawi Arief seperti berikut:

1. Dilihat dari sudut pendekatan kebijakan :

a.Sebagai bagian dari kebijakan sosial, pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya
merupakan bagian da ri upaya untuk mengatasi masalah-masalah sosial dalam rangka
mencapai tujuan nasional.

b. Sebagai bagian dari kebijakan kriminal, pembahruan hukum pidana pada hakikatnya
merupakan bagian dari upaya perlindungan masyarakat.

c. Sebagai bagian dari kebijakan penegakan hukum, pembaharuan hukum pidana pada
hakikatnya merupakan bagian dari upaya memperbaharui substansi hukum dalam rangka
lebih mengefektifkan penegakan hukum.

2. Dilihat dari sudut pendekatan nilai : Pembahruan hukum pidana pada hakikatnya merupakan
bagian dari upaya melakukan peninjauan dan penilaian kembali nilai-nilai sosiopolitik,
sosiofilosofik dan sosiokultural yang melandasi dan memberi isi terhadap muatan normatif dan
substantif hukum pidana yang dicita-citakan.
Referensinya:

https://www.lintasberita.id/pancasila-sebagai-ideologi-negara-atau-falsafah-negara/

https://media.neliti.com/media/publications/165082-ID-pancasila-sebagai-dasar-falsafah-negara.pdf

Anda mungkin juga menyukai