Anda di halaman 1dari 11

ULKUS DEKUBITUS

Pembimbing:

dr. Emil, Sp.BP-RE(K)

Disusun Oleh :

Aldo Putra Rambe 190131005


Angeline 190131011
Jeannis Clarissa 190131078
Muhammad Owen 190131109
Rosarina 190131151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Ulkus Dekubitus”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Bedah,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam
penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2

2.1 Definisi...................................................................................................9

2.2 Epidemiologi..........................................................................................9

2.3 Etiologi.................................................................................................10

2.4 Faktor Resiko .......................................................................................11

2.5 Patofisiologi..........................................................................................12

2.6 Diagnosis..............................................................................................20

2.7 Diagnosis Banding ...............................................................................21

2.8 Penatalaksanaan....................................................................................22

2.9 Prognosis...............................................................................................26

2.10 Komplikasi.........................................................................................27

BAB III STATUS PASIEN...................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Terminologi ulkus dekubitus, luka baring, dan luka tekan sering dipertukarkan. Istilah
ulkus dekubitus berasal dari bahasa latin decumbere yang berarti berbaring. Penggunaan ulkus
dekubitus dinilai kurang tepat untuk menggambarkan luka tekan ini karena ulkus dekubitus tidak
hanya terjadi pada pasien yang berbaring tetapi bisa pada pasien yang menggunakan kursi roda
atau protesa. Nama lain dari ulkus dekubitus adalah pressure sore, bed sore, pressure ulcers,
pressure inducek skin injury, pressure-induced soft tissue injury.1,2

Toleransi dari jaringan lunak terhadap tekanan dan pergeseran dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti iklim, nutrisi, perfusi, komorbiditas, dan kondisi jaringan lunak. Ulkus dekubitus
paling sering ditemukan pada daerah sacrum, tapak, lengan, oksiput, skapula, iscium, dan
kalkaneus. Ulkus tersebut dapat bermanifestasi dalam kulit yang masih intak ataupun ulkus terbuka
yang sangat nyeri.2

Di negara maju, presentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam
dua minggu pertama perawatan. Prevalensi ulkus dekubitus stadium II atau lebih pada pasien rawat
akut di rumah sakit berkisar antara 3 sampai 11 persen, dengan insidensi selama perawatan di
rumah sakit antara 1-3 persen. Pada pasien yang diperkirakan harus berbaring atau duduk selama
paling tidak 1 minggu, prevalensi ulkus stadium II atau lebih meningkat hingga 28 persen, dengan
insidensi selama perawatan berkisar antara ,7 dan 29,5 persen. Ulkus dekubitus umumnya terjadi
pada 2 minggu pertama perawatan di rumah sakit, dan pada pasien yang mengalami ulkus, 54
persennya timbul setelah masuk rumah sakit. Prevalensi ulkus dekubitus pada lanjut usia yang
dirawat di panti werdha dilaporkan sama dengan yang ada di rumah sakit.6

1
BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.7 Diagnosis Banding


Diagnosa banding ulkus dekubitus yaitu dermatitis terkait inkontinensia, ulkus insufisiensi
vena, ulkus insufisiensi arteri, kulit robek. Dermatitis terkait inkontinensia dibedakan dari
pemeriksaan fisik yaitu eritema di daerah sakral/perianal saat ditekan terlihat pucat sedangkan pada
ulkus dekubikum saat ditekan warna tidak berubah. Sebagian besar ulkus insufisiensi vena terjadi
di regio medial tungkai distal. Umumnya terjadi di lokasi yang tidak menahan tekanan. Gejala
umumnya menyertai maag dan termasuk nyeri tungkai setelah lama berdiri, tungkai terasa berat,
dan bengkak. Ini dibedakan berdasarkan pemeriksaan fisik oleh penampilan, bentuknya tidak
teratur dan dangkal, biasanya dengan granulasi dan jaringan fibrosa dan jarang dengan jaringan
nekrotik. Pada ulkus insufisiensi arteri terjadi permukaan lateral atau medial pergelangan kaki atau
di jari distal. Penampilan pada ulkus insufisiensi arteri yaitu perbatasan berbatas tegas, kering, luka
pada jaringan nekrotik. Dan umumnya terjadi di lokasi yang tidak menahan tekanan. Gejala
biasanya menyertai tukak dan klaudikasio (nyeri kaki saat berolahraga atau saat istirahat), nyeri
memburuk dengan pengangkatan kaki dan membaik dengan ketergatungan. Tanda- tanda termasuk
ekstremitas dingin, denyut nadi perifer yang buruk, rambut rontok, kulit atrofi, dan penundaan
waktu pengisian kapiler. Ini dibedakan berdasarkan tanda dan gejala yang menyertainya. Pada kulit
robek disebabkan oleh gesekan atau pergeseran. Awalnya akut, tidak seperti luka tekan. Dibedakan
pada pemeriksaan fisik dengan bukti adanya pemisahan epidermis dan dermis.4

2.8 Pentalaksanaan
Tujuan pengobatan dari ulkus dekubitus adalah menyediakan kebutuhan nutrisi yang
adekuat seta perawatanluka, menangani rasa nyeri, mengatasi infeksi yang menyertai, mencegah
komplikasi seperti osteomyelitis, mencegah cedera berulang. Indikasi rawat ulkus decubitus yang
membutuhkan antibiotik sistemik berhubungan dengan infeksi local atau sistemik yang berat
seperti osteomyelitis, SIRS, atau sepsis. 7
Terapi biasanya dikombinasikan, sebagai berikut, antiseptik topical, balutan luka,
pembersihan luka dan surgical debridement,negative pressure injury therapy, biophysical agent
(stimulasi elektrik atau elektromagnetik), terapi nutrisi, perubahan posisi pasien. Pemilihan
pengunaan terapi topikal (antiseptic dan balut) untuk meningkatkan proses penyembuhan
didasarkan kebutuhan pasien, karekteristi dari ulkus, dan pengalaman klinis. Masih belum
diketahui pembalut atau agen topical mana yang paling efektif menyembuhkan ulkus decubitus.
Bedah rekonstruktifi basanya dilakukan untuk ulkus decubitus yang dalam dan/ sulit untuk
sembuh. Bedah rekonstruktif dilakukan untuk menghilangkan jaringan mati, mengunakan lemak,
otot, atau kulit dari bagian tubuh lain untuk mengisi kavitas ulkus. Meskipun umumnya dilakukan
pada kasus lanjut, hanya ada sedikit bukti yang mendukung atau menyangkal peran operasi
rekonstruktif dalam manajemen ulkus tekanan. 7
Nilai kembali ulkus dekubitus yang tidak terinfeksi setidaknya setiap minggu, menggunakan
skoring yang telah divalidasi seperti pressure ulcer scale for healing. Kategorikan ulkus menurut
luas permukaan, eksudat, dan jenis jaringan. 7
 Posisi

Posisikan pasien sesering mungkin dengan interval tetap untuk mengurangi tekanan
di area yang terganggu. Tidak ada bukti menyarankan interval optimal untuk memposisikan
ulang pasien, meskipun disarankan setiap 2 jam berdasarkan pendapat ahli. Penggunaan
pelapis kasur dan busa, gel, atau kasur udara dibandingkan dengan kasur rumah sakit
standar harus digunakan untuk mencegah cedera tekanan pada pasien risiko tinggi. Periksa
perangkat penghilang tekanan untuk "bottoming out ”dengan memasukkan tangan (telapak
tangan ke atas) di antara perangkat dan tempat tidur di bawah area sakral pasien. Alat
tersebut dianggap tidak efektif jika pemeriksa tidak dapat menggeser tangan dengan bebas.
Untuk individu yang tidak bisa bergerak, angkat tumit dengan menyangga bantal di bawah
kaki pasien. 8
 Debridement
Debridement terdiri dari beberpa metode, debridemmen dapat mempercepat waktu
untuk pembersihan luka. Metode debridemen terdiri dari: 8
- Mekanik: pembalutan basah hingga kering, membersihkan jaringan yang viable dan
terdevitalized. Metode ini menyebabkan nyeri.
- Bedah: menggunakan pisau bedah, gunting, forcep untuk melepaskan jaringan yang
terdevitalisasi. Metode ini cepat dan efektif serta dilakukan oleh klinisi yang ahli.
Harus dilakukan saat dicurigai terjadinya infeksi. Menyebabkan rasa nyeri.
- Enzimatik: debridemen dengan agen topical untuk melarutkan jaringan nekrotik.
Digunakan saat tidak ada tanda dan gejala infeksi local.
- Autolitik: pembalutan sintetik yang menyebabkan melemahnya jaringan dan
kemudian dicerna sendiri oleh enzim dari cairan ulkus. Direkomendasikan untuk
pasien yang tidak dapat mentolerir debridemen. Membutuhkan waktu yang lama
untuk menjadi efektif. Biasa digunakan dengan luka yang paliatif.
- Biosurgery: menguakan larva untuk mencerna jaringan yang rusak.
 Antiseptic topical

Pertingkan pengunaan untuk ulkus decubitus yang tidak diperkirakan sembuh dan
terkolonisasi secara kritis/terinfeksi secara topical. Agen yang sering menjadi pilihan yang
berpotensi menyembuhakan ulkus decubitus adalah: 7
o Senyawa perak (termasuk perak sulfadiazine): merupakan agen yang banyak
dipilih pada banyak kasus karena toksisitasnya yang rendah dan mudah
diaplikasikan. Digunakan pada pada nonhealing pressure injury. Krim perak
sulfadiazine topical 1% untuk dewasa, remaja, dan anak-anak, setelah ulkus
dibersihkan dan didebridemen, oleskan dengan ketebalan sekitar 1,6mm dua
kali sehari. Gunakan kembali kapanpun diperlukan ke area dimana obat
terhapus saat beraktivitas atau ganti baju.
o Iodine: gel candesomer iodine 0,9% topical. Pada dewasa digunakan setelah
dilakukan pembersihan dan debridemen, dioles 2-3 kali per minggu atau saat
kapanpun diperlukan pada area dimana obat terhapus karna aktivitas atau
ganti pakaian, doksis makasimal 150g dalam seminggu.
o Larutan sodium hipklorit topical. Pada dewasa, remaja, dan anak-anak dioles
1-2 kali per hari pada daerah yang terkena. Hetikan penggunaan bila terjadi
kemerahan, iritasi, bengkak, atau nyeri bertambah buruk. Lindungi bagian
yang berdektan dengan pelembab atau pelindung kulit.
o Larutan asam asetat 0,25%: untuk dewasa, remaja, dan anak: dioles 1-2 kali
seriap hari pada area yang terkena. Hetikan penggunaan bila terjadi
kemerahan, iritasi, bengkak, atau nyeri bertambah buruk. Lindungi bagian
yang berdektan dengan pelembab atau pelindung kulit.
 Pembersihan ulkus

Gunakan larutan pembersih dengan surfaktan untuk menghilangkan debris yang menempel.
7

 Pembalutan

Pembalutan yang digunakan dipilih berdasarkan derajat ulkus decubitus:7


 Derajat I: dibalut dengan plester transparan semi – oklusif untuk perlindungan
 Derajat II: gunakan pembalut yang menjaga kelembaban luka. Hundari pembalut yang
basah ke kering, balut dengan plester transparan semioklusif atau oklusif (hidrokoloid
atau hidrogel)
 Derajat III/IV: umumnya dibutuhkan debridemen jaringan nekrotik
- Pembalut hidrokoloid

Digunakan untuk ulkus derajat 2 dan tidak terinfeksi, dan ulkus derajat
dangkal yang memiliki potensi dalam berkurangannya ukuran ulkus.
Gunakan isiian pembalutan dibawah pembalut hidrokoid pada ulkus yang
dalam. 7,8
- Plester pembalut transparan: diaplikasikan diatas area yang membutuhkan
pencegahan cedera gesek atau untuk debridemen autolitik. Gunakan sebagai
adjuvant bersama dengan alginat atau isiian/bantalan lainnya. Kontraindikasi
untuk ulkus eksudat sedang hingga berat. jangan gunakan sebagai penutup
untuk debridemen enzimatik. 7,8
- Pembalut hydrogel: gunakan pada ulkus yang dangkal/tidak dalam, eksudat
yang minimal, ulkus decubitus yang tidak terinfeksi dan nyeri (derajat III
atau IV). Gel membantu untuk melembabkan dasar ulkus dank arena itu
dapat digunakan pada ulkus yang kering. 7,8
- Pembalut alginate: gunakan pada ulkus decubitus eksudatif sedang sampai
berat dan dengan infeksi (derajat III atau IV). Irigasi pembalut terlebih
dahulu akan membantu melepaskan pembalutan sebelum dilakukan
penggantian. 7,8
- Pembalut kolagen: digunakan pada nonhealing wound derajat III dan IV 7
- Pembalut foam: mempunyai daya absorbsi, digunakan untuk luka eksudat
untuk mengabsorbsi kelembaban (derajat II dan derajat III yang
dangkal/tidak dalam). Dapat diguakan untuk luka diatas permukaan tulang
dan kavitas. 7,8
- Silver imperginated: digunakan untuk ulkus yang terinfeksi atau dengan
kolonisasi berat. hindari ppenggunaan jangka panjang. Hentikan saat luka
dapat dikendalikan. 8

 Negative pressure wound theraphy

Diperkirakan dapat meningkatkan penyembuhan luka dengan meningkatkan aliran


darah, mengurangi edema, dan meningkatkan pemberntukan jaringan granulasi.
Diindikasikan untuk ulkus derajat III dan IV yang dalam. Dikontraindikasikan untuk pasien
keganasan atay luka dengan infeksi yang aktif, osteomyelitis yang tidak tertangani, pasien
fistula nonenterik atau dengan riwayat alergi yang belum diketahui atau sensitive terhadap
perekat akrilik, penempatan yang akan menimbulkan kontak dengan pembuluh darah,
organ, atau saraf yang terbuka. Keefektifannya masih belum jelas. 7
 Agen biofisik
- Stimulasi elektrik; digunakan sebagai terapi adjuvant pada ulkus derajat II,III, dan
IV yang sulit diobati untuk mempercepat penyembuhannya. 7
- Agen elektromagnetik: digunakan sebagai terapi adjuvant pada ulkus derajat II,III,
dan IV yang sulit diobati. 7
 Nutrisi

Pada pasien dengan ulkus dekubitus dari kebanyakan kasus terjadi kekurangan
nutisi akibat penyakit penyerta. Sumplemntasi protein atau asam amino boleh
dipertimbangkan untuk membantu proses penyembuhan. 7,8

2.9 Komplikasi

Morbiditas dan mortalitas pasien yang mempunyai predisposisi untuk terjadinya ulkus
dekubitus akan meningkat karena ada kemungkinan terjadinya komplikasi berupa infeksi. Infeksi
adalah komplikasi penting dan sering pada ukus dekubitus. Infeksi yang terjadi pada ulkus
dekubitus dapat melibatkan kuman aerob dan anaerob.5

Kematian dilaporkan lebih banyak terjadi pada pasien rawat inap akut dengan ulkus
dekubitus (67%) dibandingkan dengan pasien tanpa ulkus dekubitus (15%).5 Komplikasi yang
dapat terjadi selain infeksi antara lain keterlibatan jaringan tulang sendi seperti periostitis, osteitis,
osteeomielitis (38%), artitis septik, Sepsis, Anemia, Hipoalbuminemia, kematian dengan angka
mortalitas mencapai 48%.6

2.10 Prognosis

Prognosis pada ulkus dekubitus tahap awal sangat baik dengan pengobatan yang tepat dan
tepat waktu, tetapi penyembuhan biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu. Setelah 6
bulan pengobatan, >70% ulkus dekubitus pada stadium 2, 50% ulkus stadium 3, dan 30% ulkus
stadium 4 sembuh. Ulkus dekubitus sering berkembang pada pasien yang menerima perawatan
suboptimal dan atau/ memiliki kelainan signifikan yang menganggu penyembuhan luka (seperti,
diabetes, kurang gizi, penyakit arteri perifer). Jika perawatan ulkus dan penatalaksanaan dari
gangguan penyakit ini terjadi bersamaan sulit diperbaiki maka hasilnya buruk, bahkan jika
penyembuhan luka dalam jangka pendek sembuh. 3
DAFTAR PUSTAKA

1. Kwon R, R Juan, dan Janis J. Pressure Sore. Plastic Surgery: Volume 4 Lower Extremity, Trunk,
and Burns, 4th Edition. 2018

2. Welesko M, Javier N. Pressure Injury. Ferri’s Clinical Advisor.2021

3. Grada A, Phillips T. Pressure Ulcers. MSD Manual Professional Version. 2019

4. Morton LM et al: Wound healing and treating wounds: differential diagnosis and evaluation of
chronic wounds. J Am Acad Dermatol. 74(4):589-605; quiz 605-6, 2016

5. Thomas D. Prevention and Treatment of Pressure Ulcers. Journal of the American Medical
Directors Association. 7(1), 46-59. 2006

6. Mamoto N, Gessal J. Rehabilitasi Medik pada Pasien Geriatri Ulkus Decubitus. Jurnal Medik dan
Rehabilitasi. 2018

7. Clinical Key. “Pressure Injury.” Clinicalkey.com, Elsivier, 2020,


www.clinicalkey.com/#!/content/clinical_overview/67-s2.0-2f41d0dd-ff5f-471e-b88a-
33ae27011a31#goals-heading-31.

8. Rakel, Rick D. Conn’s Current Therapy 2021. Elsevier, 2020.

Anda mungkin juga menyukai