Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
dengan keinginan peserta didik sehingga tidak memicu motivasi dan keaktifan
peserta didik yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar peserta didik.
Hal ini disebabkan oleh kurang interaktifnya penggunaan metode yang
diterapkan guru sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam mengikuti
pelajaran IPA khususnya dalam memahami cara perkembangbiakan makhluk
hidup. Hal yang paling tampak adalah pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, sikap peserta didik kurang bergairah, malas dan cepat bosan. Terlihat
rendahnya hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari hasil ulangan harian
tanggal hanya sebanyak 8 peserta didik atau sekitar 40% yang mencapai
KKM dan sebanyak 12 peserta didik lainnya atau 60% peserta didik belum
mencapai KKM.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk
melihat pengaruh menerapkan metode kooperatif tipe learning together (LT).
sebab dalam LT interaksi antara guru dan peserta didik, antar peserta didik dengan
peserta didik, dan suasana baru dan menggairahkan, muncul melalui diskusi
kelompok, bertanya jawab maupun menyampaikan informasi kepada sesame
teman dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik itu sendiri, baik aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor.
Berdasarkan masalah diatas peniliti akan berupaya meningkatkan
kemampuan mendeskripsikan perkembangbiakan makhluk hidup dengan metode
kooperatif tipe learning together (LT). dengan menggunakan metode tersebut
diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan
perubahan cara perkembangbiakan makhluk hidup, lebih aktif, kreatif sehingga
lebih banyak peserta didik yang mencapai ketuntasan dalam belajar kerja sama.
Oleh karena itu peneliti tertarik menulis “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together (LT)
Peserta Didik Kelas VI SDN ”.
2
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan dari penelitian ini yaitu apakah melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together (LT) dapat meningkatkan hasil
belajar IPA pada Peserta Didik Kelas VI SDN ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA peserta
didik kelas VI SDN melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Learning Together (LT).
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharpkan dari hasil penelitian tindakan kelas pada
penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together (LT) sebagai
berikut :
1. Manfaat Bagi Guru
a. Sebagai bahan masukan untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Guru memperoleh sumbangan pemikiran dalam menentukan model
pembelajaran yang tepat serta meningkatkan kemampuan guru dalam
merancang model pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya sehingga
pembelajaran akan lebih efektif, kreatif, efisien dan menyenangkan.
c. Sebagai salah satu informasi dalam menciptakan suasana belajar yang
bersifat menyenangkan sehingga tercipta suatu interaksi belajar mengajar.
2. Manfaat Bagi Peserta Didik
a. Penelitian Tidakan Kelas (PTK) ini diharapkan mampu meningkatkan hasil
belajar dan solidaritas peserta didik untuk menemukan pengetahuan dan
mengembangkan wawasannya dalam pembelajaran IPA.
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis suatu masalah
melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inovatif sehingga peserta
didik dapat lebih aktif dan kreatif dalam belajar dan lebih mudah dalam
memahami konsep-konsep IPA yang diajarkan oleh guru sehingga hasil
belajarnya dapat meningkat.
3
3. Manfaat Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat menggunakan penelitian ini sebagai proses dalam kenaikan
pangkat guru.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian
tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi
pembangunan.
4. Manfaat Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik
pembelajaran guru termasuk sarana dan prasarana agar pembelajaran menjadi
lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta
didik meningkat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang
dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta
fungsional pada umunya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar
merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan
tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku
yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari
pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit
ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari
suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu,
bebulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak
dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang
mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang
nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal didalam diri individu dalam
mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
Menurut Engkoswara (1988 : 2), “Belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku, yaitu dalam bentuk prestasi yang telah direncanakan terlebih
dahulu”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu pola
penguasaan terhadap suatu pengetahuan.
Salah satu tujuan dari mata pelajaran IPA antara lain agar peserta didik
memiliki kemampuan berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
menanggapi hal-hal yang baru karena diharapkan peserta didik menjadi lebih
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
peserta didik yang cerdas, terampil dan berkarakter yang berguna bagi bangsa dan
negara.
Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
Prinsip dari belajar adalah terjadinya perubahan terhadap diri seseorang. Belajar
5
yang efektif sangat dipengaruhi oleh factor-faktor kondisional yang ada,
diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh A. Tabrani (1992 : 23-24)
yaitu :
a. Peserta didik yang belajar harus melakukan banyak kegiatan.
b. Belajar memerlukan latihan dengan Relearning, Recall dan review agar
pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai dan yang belum dikuasi akan
menjadi milik peserta didik.
c. Belajar akan lebih berhasil jika peserta didik merasa berhasil dan mendapat
kepuasan.
d. Peserta didik yang belajar mengetahui apakah Ia gagal atau berhasil dalam
belajar.
e. Factor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman
belajar antara lain yang lama dan yang baru secara berurutan diasodiasikan.
f. Pengalaman masa lampau dan pengertian yang dimiliki peserta didik besar
peranannya dalam proses belajar.
g. Kesiapan belajar, maksudnya peserta didik yang telah siap belajar akan
dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
h. Minat dan usaha, maksudnya adalah dengan minat dan usaha yang baik
akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.
i. Fisiologis, kondisi badan peserta didik sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar.
6
Ia menerima pengalaman belajarnya”. Dalam system pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin S. Bloom yang secara garis
besar membagi menjadi tiga ranah, yaitu :
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
b. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap.
c. Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Menurut A.J Romiszowki (dalam buku Abdurrahman 2009 : 38), “Hasil
Belajar merupakan keluaran (output) dari suatu system pemrosesan masukan
(input), masukan dari system tersebut berupa bermacam-macam informasi
sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)”. Menurut
Keller (dalam Abdurrahman 2009 : 39), “Hasil belajar adalah prestasi actual yang
ditampilkan oleh anak, sedangkan usaha adalah perubuatan terarah pada
penyelesaian tugas-tugas belajar”. Menurut Sumarso (2009), “Hasil belajar
merupakan segala sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil proses
belajar mengajar”. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah Ia menerima pengalaman belajar.
Untuk mencapai hasil belajar tersebut banyak factor yang
mempengaruhinya. Menurut Sumarso (2009), factor yang mempengaruhi hasil
belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi :
a. Faktor Internal (dalam diri peserta didik) yakni keadaan / kondisi jasmani
(biologis) dan rohani (aspek psikologis) seperti tingkat kecerdasan /
intelegensi peserta didik, sikap peserta didik, bakat peserta didik, minat
peserta didik dan motivasi peserta didik.
b. Factor Eksternal (dari luar diri peserta didik), yakni kondisi lingkungan
disekitar peserta didik, terdiri dari dua macam yaitu factor lingkungan sosial
dan lingkungan non sosial.
c. Factor pendekatan (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta
didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.
7
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu tingkat keberhasilan (prestasi) peserta didik dalam proses belajar
mengajar untuk memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam
satu kompetensi dasar yang diperoleh dari tes dan dinyatakan dalam bentuk skor.
8
kebersamaan kelompok sebelum bekerja dan diskusi dalam kelompok tentang
seberapa baik mereka bekerja sama.
b. Langkah-Langkah Learning Together
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran diiringi dengan memotivasi peserta
didik.
2. Menyajikan informasi kepada peserta didik tentang materi pembelajaran.
3. Membagi pseserta didik ke dalam beberapa kelompok.
4. Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat peserta didik
mengerjakan tugas.
5. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan atau
mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan pada hasil belajar peserta didik, baik individu
atau kelompok.
c. Kelebihan Learning Together
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif tipe Learning Together (LT)
yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi
bahan diskusi oleh guru.
2. Meningkatkan kerjasama peserta didik dalam kelompok dengan prinsip
belajar bersama (Learning Together).
3. Peserta didik dilatih untuk berani dan percaya diri karena harus tampil
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
4. Guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator
dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.
5. Peserta didik lebih kreatif karena pembelajarannya menggunakan
pendekatan saling temas yaitu keterkaitan antara teknologi, sains,
lingkungan dan masyarakat.
d. Kelemahan Learning Together
1. Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan.
2. Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap peserta didik karena merkea
bekerja dalam kelompok.
9
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Septiana 2011. Dengan penelitian yang berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Learning Together Bernuansa Kontekstual Pada Luas
Permukaan Serta Volume Kubus Dan Balok Untuk Meningkatkan Aktivitas
Peserta didik Kelas VIIIA Smp Negeri 5 Bondowoso Tahun Ajaran 2010/2011.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together ini diharapkan dapat memotivasi peserta didik dan menjadikan
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.
2. Mediatati, 2012. Peneltian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Learning Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar Peserta didik Kelas IXB pada Mata Pelajaran Pkn di SMK PGRI
Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Penggunaan
Metode Learning Together (LT) untuk meningkatkan kekatifan belajar dan
hasil nelajar Pkn dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IXB
SMK PGRI Salatiga.
3. Fiarika, 2013. Peneltian dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Alam Melalui Model Learning Together Pada Peserta didik Kelas
V Sd Negeri 149 Palembang. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
penerapan model pembelajaran Learning Together dapat meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas peserta didik pada pelajaran IPA di SD Negeri 149
Palembang.
10
C. KERANGKA BERPIKIR
SIKLUS I
Motivasi dan hasil Belajar
Menerapkan pembelajaran IPA sudah mulai
Tindakan meningkat
dengan menggunakan
Metode Pembelajaran
SIKLUS II
Learning Together (LT)
Penggunaan Metode
Pembelajaran Tipe
Learning Together (LT)
pada pembelajaran IPA
D. HIPOTESIS PENELITIAN
“Hipotesis adalah suatu jawabanm yang bersifat sementara terhadap
masalah yang diajukan pada penilaian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul” Arikunto (2010 : 2011).
Hipotesis Penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka piker yang
merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan (Sugiyono. 2009 :
96).
11
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan diatas maka penulis
mengajukan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu dengan menggunakan model
Learning Together dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran IPA peserta didik kelas VI SDN
12
BAB III
METODOLOGI PENDAHULUAN
A. JENIS PENELITIAN
Peneletian ini merupakan tindakan (action research), karena penelitian ini
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriftif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran di terapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Wardani (2008:1.4), “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik
menjadi meningkat”. Sedangkan menurut Arikunto (2008:104) “ Penelitian
tindakan kelas dapat diartikan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat
reflektif, partisipasif, kolaboratif, dan spiral, yang memiliki tujuan untuk
melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, kompetensi, dan situasi.
Tujuan utama PTK adalah perbaikan dan peningkatan kualitas proses
pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1) Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional gutu kepada peserta didik
dalam konteks pembelajaran dikelas.
2) Mendapat pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses
pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.
3) Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual
yang dihadapi sehari – hari.
Sesuai dengan tujuan diatas, maka penelitian tindakan kelas ini
menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali
dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlihat langsung
secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat
kecil. Penelitian ini mengacu pada perbaukan pembelajaran yang
berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988 : 14) menyatakan bahwa model
penelitian tindakan adalah berbentuk spirqal. Tahapan penelitian tindakan pada
13
suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus
ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah
cukup.
B. SETTING PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Lokasi penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di kelas VI SDN
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian
ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada s/d .
Pokok bahasan yang disampaikan mengenai materi Cara Perkembangbiakan
Makhluk Hidup.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik Kelas VI SDN yang berjumlah
peserta didik, terdiri dari laki-laki, dan perempuan. Penelitian ini akan
diterapkan pada mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan sesuai dengan
kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan Cara Perkembangbiakan Makhluk
Hidup.
C. INDIKATOR KERJA
Setelah proses pembelajaran selesai diharapkan aktivitas peserta didik dalam
belajar IPA dapat meningkatkan aktivitas belajarnya, hal ini dapat dilihat dari
indicator hasil belajar peserta didik sebesar 40% berhasil sedangkan 60% belum
mencapai target KKM 65%. Untuk presentasi klasikal ketuntasan hasil belajar
peserta didik didalam penelitian ini ditargetkan minimal 85% peserta didik yang
telah tuntas dalam pembelajaran IPA.
14
D. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua (2) siklus yang masing – masing
siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap siklus meliputi planning (rencana),
action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direfisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1, dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap –
tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :
PERENCANA TINDAKAN
SIKLUS I
REFLEKSI OBSERVASI
PERNCANA TINDAKAN
SIKLUS II
REFLEKSI OBSERVASI
DAN SETERUSNYA
15
hasil atau dampak dari diterapkannya metode kooperatif tipe learning together
(LT).
3) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat.
4) Rancangan/ rencana yang direvisi. Berdasarkan hasil refleksi dari pengamat,
membuat raqncangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus/putaran. Observasi dibagi
dalam dua putara, yaitu putaran 1 dan 2, dimana masing – masing putaran dikenai
perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas dua sub pokok
bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing – masing putaran.
Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran
yang telah dilaksanakan.
16
2. Tes
Menurut Sudjana (2011 : 35), “Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan
yang diberikan kepada peserta didik untuk mendapatkan jawaban dari peserta
didik dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam
bentuk perbuatan (tes tindakan)”. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh
mana daya tangkap peserta didik dan mengukur kemampuan peserta didik baik
kemampuan awal, perkembangan dan kemampuan pada akhir siklus tindakan.
Dan tes ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar peserta
didik dengan menggunakan tes tertulis yang dianalisis dengan membuat tes
formatif yang kemudian dibuat persentasenya untuk mengetahui ketuntasan
belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA.
3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKS)
Lembar kerja peserta didik ini digunakan untuk mengetahui keterampilan
proses dan sikap para peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode Learning Together yang dapat dilihat dari keterampilan
peserta didik dalam mengamati, serta melakukan percobaan yang telah dilakukan
dan melaporkan hasil pada lembar kerjanya dan keaktifan dalam mengajukan
pertanyaan dan dapat menarik kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.
17
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh peserta didik, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan :
X
X=
N
Dengan : X = Nilai Rata-rata
X = Jumlah semua nilai peserta didik
N = Jumlah peserta didik
2. Untuk Ketuntasan Belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar di SDN , yaitu
seorang peserta didik telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau
nilai 65 (KKM) dan kelas disebut tuntas belajar bila dikelas tersebut terdaoat
85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75%. Untuk
menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :
Siswa yang tuntas belajar
P= x 100 %
Siswa
(Aqib dkk, 2011 : 41)
3. Untuk Lembar Observasi
Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together. Untuk menhitung lembar observasi pengelolaan model
pembelajaran Kopperatif tipe Learning Together digunakan rumus sebagai berikut
:
P 1+ P 2
X=
2
Dimana : P1 = Pertemuan 1
P2 = Pertemuan 2
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Pra Siklus
Pra siklus merupakan kondisi awal peserta didik sebelum peneliti
melakukan kegiatan penelitian didalam kelas dengan menggunakan pola
pembelajaran konvesional atau Teacher Center. Selanjutnya berdasarkan hasil
data Pra Siklus yang diperoleh peneliti bersama guru lain (Observer) melakukan
evaluasi mengenai metode / model pembelajaran yang dianggap tepat sebagai
bentuk tindakan perbaikan dari proses pembelajaran.
Kegiatan pengambilan data Pra Siklus dilakukan hari , pukul WIB.
Subjek Pra Siklus adalah peserta didik Kelas VI SDN , dengan jumlah peserta
didik. Pra Siklus dilakukan peneliti dengan cara melaksanakan kegiatan
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode ceramah yang diakhiri dengan
pelaksanaan tes.
19
Hasilnya, proses pembelajaran terlihat monoton dan berpusat pada guru.
Selain itu, tingkat partisipasi peserta didik dalam belajar masih rendah terlihat dari
kondisi peserta didik yang kurang bersemangat dalam belajar. Masih banyak
peserta didik yang tidak memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran
didepan kelas, dengan cara mengobrol bersama antar teman-temannya.
Dampaknya prestasi hasil belajar peserta didik yang rendah, dibuktikan
dengan hasil (Pre-Test) dengan nilai tertinggi 90, terendah 50 dan rata-rata nilai
kelas adalah 63,75. Data selengkapnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Keterangan :
Jumlah siswa yang belum tuntas = 12
Jumlah siswa yang tuntas = 8
Klasikal = Belum Tuntas
20
≥ 65 atau hanya sebesar 40% dari keseluruhan peserta didik yang mencapai
criteria ketuntasan minimal (KKM).
Sehingga, masih terdapat 12 dari 20 peserta didik yang belum tuntas belajar
atau sebanyak 60%. Hasil tersebut lebih kecil dari persentase ketuntasan klasikal
dalam proses pembelajaran IPA yang dikehendaki, yaitu sebesar 85%.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan diatas, peneliti dibantu dengan teman
sejawat melakukan kajian dan telaah yang akan dipergunakan sebagai dasar
pertimbangan memilih strategi pembelajaran yang tepat, dalam upaya melakukan
tindakan perbaikan pembelajaran IPA. Setelah berdiskusi dan mempertimbangkan
berbagai alasan tersebut, peneliti memilih Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Learning Together (LT). Model ini akan dipergunakan dalam PTK yang akan
dialksanakan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dikelas VI SDN
dengan materi pokok cara perkembangbiakan makhluk hidup, yang diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik dikelas tersebut.
Seluruh rangkaian PTK tersebut selanjutnya dibagi menjadi beberapa
tahapan, yang sering disebut siklus. Penerapan siklus merupakan bagian dari
tahapan PTK yang bertujuan untuk mendapatkan data penelitian.
2. Siklus I
Siklus I merupakan tahapan awal dari sebuah PTK, yang akan dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan, dengan masing-masing kegiatan pertemuan akan
meliputi tahapan siklus yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Sebelum melakukan pengumpulan data berupa kegiatan pembelajaran,
peneliti terlebih dahulu menyusun perencanaan kegiatan yang meliputi :
1) Kegiatan Persiapan
a) Melakukan analisa silabus pembelajaran mata pelajaran IPA Kelas VI
semester ganjil.
b) Memilih materi pembelajaran sesuai KD yakni perkembangbiakan
makhluk hidup.
21
c) Membuat perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dalm bentuk Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Learning Together (LT).
d) Mempersiapkan LKS sesuai dengan pembagian kelompok peserta didik.
e) Mempersiapkan soal tes untuk peserta didik.
f) Mempersiapkan lembaran observasi pengelolaan pembelajaran dan
aktivitas peserta didik dan guru.
2) Langkah-langkah pembelajaran
a) Pengorganisasian peserta didik ke dalam 5 kelompok, yang masing-
masing beranggotakan 4 orang.
b) Pembagian LKS dan penjelasan fugsinya.
c) Pelaksanaan diskusi kelompok
d) Pelaksanaan presentasi hasil kerja kelompok.
e) Melakukan pengamatan (Observasi) aktivitas peserta didik selama
pembelajaran.
f) Pemberian test tertulis yang harus dikerjakan secara individu.
g) Pemberian skor atau penilaian yang bersifat kelompok maupun individu.
h) Pemberian ulasan atau evaluasi tentang proses pembelajaran yang baru
dilaksanakan.
i) Pemberian penghargaan (Reward) kepada kelompok terbaik.
j) Penutupan pembelajaran dan memberikan tindak lanjut berupa pemberian
tugas rumah untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
b. Tahap Pelaksanaan
Rencana kegiatan yang telah dirancang pada tahap perencanaan, selanjutnya
dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dengan mengacu pada RPP dalam bentuk
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together (LT) yang telah
dipersiapkan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan dibantu 1 orang teman sejawat yang akan
bertindak sebagai pengamat (Observer).
c. Observasi
Kegiatan pengamatan atau Obeservasi dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Kegiatan obeservasi oleh observer dilakukan
22
selama peneliti melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Adapaun yang
diamati oleh observer meliputi belajar mengajar guru, aktivitas guru dan aktivitas
peserta didik selam proses pembelajaran.
Selain itu pada setiap akhir proses belajar mengajar peserta didik akan
diberikan tes, denga tujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan
peneliti dalam melaksanakan proses pembelajaran.
1. Hasil Tes peserta didik
Berikut hasil tes pada Siklus 1, yang dinyatakan dalam tabel berikut ini
Keterangan :
Jumlah siswa yang belum tuntas = 8
Jumlah siswa yang tuntas = 12
Klasikal = Belum Tuntas
23
Dari tabel dan gambar ketuntasan Siklus I diatas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan metode Koopertif tipe Learning Together terdapat
peningkatan ketuntasan belajar yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada
perbandingan hasil tes untuk pra siklus dan hasil tes yang didapat dari dari siklus
I. Dari hasil tes pra siklus, hanya 40% 8 dari 20 orang peserta didik) peserta didik
yang tuntas dalam melaksanakan tes. Sedangkan, setelah diterapkannya metode
kooperatif tipe Learning Tigether, maka peningkatan hasil tes yang cukup
signifikan ditunjukkan pada hasil tes siklus I, yaitu berhasil diperoleh persentase
peserta didik sebesar 60% 12 dari 20 orang peserta didik yang tuntas dalam
mengikuti tes Siklus I.
Peningkatan jumlah peserta didik yang berhasil mencapai standar
ketuntasan, yaitu 40% (pra siklus) menjadi 60% (siklus I), dapat dikatakan
memuaskan. Namun, nilai tersebut belum mencapai tujuan utama penilaian yang
dikehendaki, yaitu ingin mencapai 85% dari jumlah keseluruhan peserta didik
yang mampu mencapai standar ketuntasan belajar.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan pendapat Nana Sudjana (2009 : 22)
yang mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah Ia menerima pengalaman belajarnya.
1) Pengelolaan Pembelajaran
Adapun data hasil observasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada Siklus I
adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
Penilaian
No Aspek Yang Diamati Rata-Rata
P1 P2
I Pengamaran KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 2 2 2
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2 2 2
3. Menghubungkan dengan pelajaran
2 3 2,5
sebelumnya
4. Mengatur siswa dalam kelompok –
2 3 2,5
kelompok belajar
B. Kegiatan Inti
1. Mempresentasikan langkah – langkah
3 2 2,5
model pembelajaran kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan 2 2 2
24
kegiatan
3. Melatih keterampilan kooperatif 1 3 2
4. Mengawasi setiap kelompok secara
2 3 2,5
bergiliran
5. Memberikan bantuan kepada
1 3 2
kelompok yang mengalami kesulitan
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
2 3 2,5
rangkuman
2. Memberkan evaluasi 1 3 2
II Pengelolaan Waktu
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa antusias 1 3 2
2. Guru antusias 1 2 1,5
Jumlah 24 37 30,5
Keterangan : Nilai Kriteria
1 Tidak Baik
2 Kurang Baik
3 Cukup Baik
4 Baik
Berdasarkan tabel diatas aspek-aspek yang mendapatkan criteria kurang
baik adalah memotivasi peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran,
pengelolaan waktu, dan peserta didik antusias. Keempat aspek yang mendapat
nilai kurang baik diatas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada Siklus I
dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan
pada Siklus II.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1988) yang
mengemukakan pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan
tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu
dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespons) komponen-komponen
pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara
penyampaian kegiatan (metode dan teknik) serta bagaimana mengukurnya
(evaluasi) menjadi jelas dan sistematis.
2) Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Pada siklus I secara garis besar legiatan belajar mengajar dengan metode
kooperatif tipe learning together sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun
25
peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan,
karena model tersebut masih dirasakan baru oleh peserta didik.
Hasil observasi pada penelitian di atas sejalan dengan pendapat (Nanang
Hanafiah, 2010 : 23), yang mengemukakan belajar sangat membutuhkan adanya
aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin
berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan
seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan
perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I, dapat disimpulkan :
1) Guru kurang baik dalam mengevaluasi peserta didik.
2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu.
3) Guru kurang antusias dalam mengajar peserta didik.
4) Guru kurang mengatur peserta didik dalam kelompok – kelompok belajar.
5) Guru kurang mempresentasikan langkah – langkah metode pembelajaran
kooperatif.
6) Guru kurang melatih keterampilan kooperatif
7) Guru kurang mengawasi setiap kelompok secara bergiliran.
8) Guru kurang memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan.
Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan pada aspek aktivitas guru, dapat
disimpulkan :
1) Sikap guru kurang baik dalam menyiapkan tujuan pembelajran.
2) Sikap guru kurang dalam memotivasi peserta didik.
3) Sikap guru kurang mengkaitkan materi dengan pelajaran sebelumnya.
4) Sikap guru kurang menjelaskan materi yang sulit.
5) Sikap guru kurang memberikan umpan balik.
6) Sikap guru kurang membimbing peserta didik dalam merangkum pelajran.
Sementara, berdasarkan hasil pengamatan pada aspek aktivitas peserta didik
dapat disimpulakn :
26
1) Sikap peserta didik kurang dalam mendengarkan / memperhatikan
penjelasan guru.
2) Sikap peserta didik kurang dalam mengerjakan tes evaluasi
3) Sikap peserta didik kurang dalam merangkum pembelajaran
4) Sikap peserta didik kurang dalam menyajikan / menanggapi pertanyaan /
ide.
5) Sikap peserta didik kurang dalam menyajikan hasil pembelajaran.
e. Revisi
Hasil penelitian pada siklus I tersebut diperkuat dengan data dari hasil
lembar wawancara observer peserta ke peserta didik dan lembar wawancara teman
sejawat yang diambil usai pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, sebagai bagian
dari refleksi untuk memperkuat pelaksanaan revisi kegiatan pembelajaran pada
siklus berikutnya.
Adapun hasilnya sebagai berikut :
1) Guru harus lebih terampil dalam mengevaluasi peserta didi, seperti
mengukur kemampuan peserta didik seajuh mana daya serapnya terhadap
pembelajaran yang telah diberikan, dengan cara mengaitkan materi pejaran
dengan pelajaran sebelumnya dan mengulangi materi pelajaran yang
dianggap sulit. Selain itu, guru harus membimbing peserta didik dalam
merangkum pelajaran.
2) Guru harus lebih terampil dalam mengelola waktu, jangan sampai alokasi
waktu yang telah ditetapkan tidak mencapai materi yang telah direncanakan,
seperti pendahuluan yang terlalu lama dengan cara mendistribusikan waktu
dengan baik sesuai alokasi. Salah satunya guru dapat menyampaikan tujuan
pelajaran kepada peserta didik.
3) Guru harus lebih antusias dalam mengajar peserta didik, dengan cara lebih
bersemangat dalam mengajar dan terus memotivasi peserta didik untuk
belajar, contohnya dengan memberikan candy breaking sebelum pelajaran
dimulai atau ketika kondsisi peserta didik sedang jenuh dalam pelajaran.
Selain itu, guru dapat memberikan reward kepada peserta didik yang
berhasil menjawab pertanyaan atau soal.
27
4) Guru harus lebih mengatur peserta didik dalam kelompok – kelompok
belajar, dengan disiplin mengikuti langkah – langkah pembelajran yang
telah ditentukan.
5) Guru harus lebih mempresentasikan langkah – langkah metode
pembelajaran kooperatif, dengan cara mengulangi penjelasannya sampai
peserta didik paham.
6) Guru harus lebih melatih keterampilan kooperatif peserta didik, dengan
melatih teknik cara belajar berkelompok, seperti bagaimana berdiskusi dan
mengeluarkan pendapat, dengan cara memberikan umpan balik
pembelajaran.
7) Guru harus lebih mengawasi setiap kelompok peserta didik secara
bergiliran, bukan duduk ditempat atau memperhatikan kelompokm tertentu
saja. Namun, semua kelompok harus mendapat perhatian yang sama.
8) Guru harus aktif dalam memberikan bantuan kepada kelompok yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model
pembeljaran kooperatif type learning together (LT), telah berjalan dengan baik,
meskipun banyak kekurangannya. Peran guru masih terlihat cukup dominan untuk
memberikan penjelasan dan arahan. Hal ini masih dirasakan wajar, karena type
pembelajaran tersebut masih baru diterima peserta didik.
3. Siklus II
Siklus II merupakan tahapan lanjutan dari sebuah PTK, yang akan
dilaksanakan sebanyak 2 pertemuan, dengan masing – masing kegiatan pertemuan
akan meliputi tahapan siklus yakni perencanaan, pelakasanaan, observasi, dan
refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Sebelum melakukan pengumpulan data berupa kegiatan pembeljaran,
peneliti terlebih dahulu menyusun perencanaan. Kegiatan yang di dilakukan
dalam tahapan ini meliputi :
Kegiatan Persiapan
1) Melakukan analisa silabus pembelajaran mata pelajaran IPA
28
2) Membuat perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dalam bentuk Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning
Together (LT)
3) Mempersiapkan LKS sesuai dengan pembagian kelompok peserta didik.
4) Mempersiapkan soal tes untuk peserta didik
5) Menyiapkan dokumentasi, berupa kamera atau rekaman kamera.
6) Membuat janji dengan observer saat pelaksanaan PTK.
b. Tahap Pelaksanaan
Rencana kegiatan yang telah dirancang pada tahap perencanaan, selanjutnya
dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dengan mengacu pada RPP dalam bentuk
metode kooperatif learning together yang telah dipersiapkan.
Penelitian pada siklus II direncanakan akan dilaksanakan selama 2 kali
pertemuan, dengan waktu 1 kali pertemuan 2 x 35 menit. Sedangkan, waktu
pelaksanaan penelitian pada siklus I sebagai berikut :
Pertemuan Pertama :
Pertemuan Kedua :
Dalam penelitian ini, peneliti akan dibantu 1 orang teman sejawat yang akan
bertindak sebagai pengamat (Observer).
c. Observer
Kegiatan Pengamatan atau Observasi dilaksanakn bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Kegiatan Observasi oleh Observer dilakukan
selama peneliti melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Adapun yang
diamati oleh Observer meliputi pengelolaan belajar mengajar guru, aktivitas guru
dan aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran.
Selain itu, pada setiap akhir proses belajar mengajar peserta didik akan
diberikan tes, dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan
peneliti dalam melaksanakan proses pembelajaran.
1) Hasil tes peserta didik
Berikut hasil tes pada siklus II, yang dinyatakan dalam tabel berikut ini :
29
No. No.
Skor Keterangan Skor Keterangan
Urut Urut
1 70 Tuntas 11 60 Tidak Tuntas
5 70 Tuntas 15 70 Tuntas
6 75 Tuntas 16 70 Tuntas
7 80 Tuntas 17 60 Tuntas
8 90 Tuntas 18 75 Tuntas
9 80 Tuntas 19 70 Tuntas
20 70 Tuntas
10 70 Tuntas
Keterangan:
Jumlah Siswa yang belum tuntas = 3
Jumlah Siswa yang belum tuntas = 17
Klasikal = Tuntas
No
Uraian Hasil Siklus II
.
1. Nilai rata – rata tes formatif 71,75
2. Jumlah siswa yang tuntas belajar 17
3. Presentase ketuntasan belajar 85,00
Pada siklus II secara klasikal peserta didik twlah tuntas belajar, karena
peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 65 telah mencapai 85,00%, lebih besar dari
presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan pendapat Nana Sudjana (2009 : 22)
yang mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang
dimiliki peserta didik setelah ia menerima 1 siklus II adalah sebagai berikut :
30
Tabel 7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Penilaian
Aspek Yang Diamati Rata – Rata
. P1 P2
Pengamatan KBM
A. A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan
3 3 3
pembelajaran
3. Menghubungkan dengan
3 3 3
pelajaran sebelumnya
4. Mengatur siswa dalam
3 3 3
kelompok – kelompok belajar
B. Kegiatan Inti
1. Mempresentasikan langkah –
langkah model pembelajaran 3 3 3
kooperatif
I.
2. Membimbing siswa
3 2 2,5
melakukan kegiatan
3. Melatih keterampilan
3 3 3
kooperatif
4. Mengawasi setiap kelompok
3 4 3,5
secara bergiliran
5. Membrikan bantuan kepada
kelompok yang mengalami 3 3 3
kesulitan
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
3 3 3
rangkuman
2. Memberikan evaluasi 3 3 3
II. Pengelolaan Waktu 3 3 3
Antusiasme Kelas
III. 1. Siswa antusias 3 3 3
2. Guru antusias 3 3 3
Jumlah 42 42 42
Keterangan : Nilai Kriteria
1 Tidak Baik
2 Kurang Baik
3 Cukup Baik
4 Baik
Dari tabel di atas, tanpak aspek – aspek yang di amati pada kegiatan belajar
mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode
31
kooperatif tipe learning together mendapatkan penilaian yang cukup baik dari
pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun
demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada
bberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan
penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek – aspek tersebut adalah memotivasi
peserta didik, membimbing peserta didik, memtuskan kesimpulan/menemukan
konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek – aspek I atas penerapan metode kooperatif
tipe learning together, diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan apa yang
telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan
lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.hasil penelitian ini
sejalan dengan penapat Sudjana (1988) yang mengemukakan pengelolaan
pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan
dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinaSIKn
(mengature dan merespon) komponen – komponen pembelajaran, sehingga arah
kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan metode dan
teknik, serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas.
Hasil pengamatan oleh observer pada siklus II ini mengalami peningkatan
pesat dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II dipengaruhi
meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan metode
kooperatif tipe learning together (LT). Peneliti telah terbiasa dengan model
pembelajaran ini sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi
yang telah diberikan. Pada siklus II juga ketuntasan secara klasikal telah tercapai,
sehingga penelitian diputuskan hanya sampai pada siklus II.
Hasil observasi pada penelitian diatas, sejalan dengan pendapat (Nanang
Hanafiah, 2010:23), yang mengemukakan belajar sangat membutuhkan adanya
aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin
berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan
seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan
perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
d. Refleksi
32
Pada tahap ini apa yang telah menjadi refleksi pada siklus sebelumnya telah
terlaksana dengan baik, terlihat peningkatan hasil belajar, proses belajar mengajar
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dan aktivitas guru
dan peserta didik.
Berdasarkan data – data pengamatan yang telah diperoleh dari observer,
lembar wawancara responden peserta didik dan teman sejawat, dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan pengelolaan
pembelajaran dengan baik. Semua aspek yang telah menjadi kelemahan
telah diperbaiki, bahkan mengalami peningkatan
2) Berdasarkan data hasil pengamatan dapat disimpulkan terjadinya
peningkatan keatifan antara guru dan peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
3) Hasil belajar peserta didik pada siklus II telah mencapai ketuntasan.
e. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan pengelolaan pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together (LT) dengan baik,
aktivitas guru dan peserta didik juga sudah berjalan dengan baik dan hasil belajar
peserta didik juga telah mengalami peningkatan bahkan masuk kategori tuntas.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk
tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah
dicapai.
Tujuannya agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar, selanjutnya pada
saat metode kooperatif tipe learning together (LT) diterapkan, tujuan
pembelajaran tetap dapat tercapai.
B. PEMBAHASAN
1. Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together (LT) memiliki dampak
positif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari
33
semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi
yang telah disampaikan guru saat pelaksanaan siklus. Sehingga berdampak pada
peningkatan peserta didik yang tuntas belajar dari pra siklus 8 orang, siklus I
sebnyak 12 orang dan siklus II menjadi 27 orang peserta didik dari 17 peserta
didik.
Ketuntasan belajar meningkat mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II
yaitu masing-masing 40,00%, 66,00% dan 85,00%. Pada siklus II ketuntasan
belajar peserta didik secara klasikal telah tercapai dan mengalami peningkatan
yang sangat baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8 Perkembangan Hasil Belajar Peserta Didik
Proses Pembelajaran Nilai Rata-rata Ketuntasan
Jumlah Persentase
Pra Siklus 63,75 8 40%
Siklus I 66,00 12 60%
Siklus II 71,75 17 85%
80.00
70.00
60.00
60.00
50.00
40.00
40.00
30.00
20.00
10.00
-
KKM Pra-Siklus KKM Siklus I KKM Siklus II
34
Guru telah mampu memotivasi peserta didik dengan baik, menyampaikan
tujuan pembelajaran secara maksimal, menyampaikan materi pembelajaran
dengan baik yang diikuti dengan kemampuan mengulas dan merangkum dengan
baik.
Selain itu, guru telah mampu menerapkan langkah Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Learning Together (LT) dengan baik, sejak membentuk
kelompok belajar samapi dengan memanage waktu pembelajaran dengan baik
sehingga target materi pembelajaran tercapai. Singkatnya, guru telah berhasil
menjadikan lingkungan belajarnya menjadi kelas yang menyenangkan.
3.5
2.5
Rata - rata Skor
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
35
8 = Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
9 = Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
10 = Membimbing peserta didik membuat rangkuman
11 = Memberikan evaluasi
12 = Pengelolaan waktu
13 = Peserta didik antusias
14 = Guru Antusias
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
36
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut “Pembelajaran dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Type Learning Together dampak positif dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar peserta didik dalam setiap siklus, yaitu Pra-siklus (40%), Siklus
I (60%) dan Siklus II (85%).
B. SARAN
Berdasarkan hasil temuan dan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Learning Together maka disarankan:
a. Kepala sekolah hendaknya memberikan pembinaan kepada guru-guru
bidang eksakta untuk mempertimbangkan penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together
b. Bagi guru bidang studi IPA untuk dapat menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together dan disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan.
c. Bagi teman sejawat sebagai observasi yang akan melaksanakan
penelitian hendaknya lebih memperhatikan ketelitian dalam penyusunan
langkah-langkah dalam prosedur penelitian tindakan kelas (PTK).
DAFTAR PUSTAKA
37
Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Bob Foster, 2002. “Manajemen Ritel”. Alfabeta, Bandung
Depdiknas, 2003. Undang – Undang Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Republik
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas
Engkoswara, 1988, Dasar – Dasar Metedologi Pengajaran, Jakarta : Bina Aksara
I Nyoman Kertiasa, 1977. Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta : Depdikbud.
Jhonson. D. W., & Jhonson, R. T. 1999, Learning Together and Alone (5th ed.).
Boston : Allyn & Bacon
Kemmis Mc Taggart, 1998. The Action Research Planner, University Geeolong
: Victoria
Mediatati, 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning
Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas IX B pada Mata Pelajaran Pkn di SMK PGRI Salatiga.
Niken Triana Septiana, 2011. Penerapan Model Pembelajaran Learning Together
Bernuansa Kontekstual Pada Luas Permukaan Serta Volume Kubus Dan
Balok Untuk Meningkatkan Aktivitas Peserta didik Kelas VIII A smp
Negeri 5 Bomdowoso Tahun Ajaran 2010/2011. Bandung : UT.
Sri, Sulistiyorini. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerupannya
Dalam KTSP, (Yogyakarta : Media Group, 2007 ), 39 – 40
Sudjana, N. 2006. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung :
Remaja Rosdakarya
Wardani, (2008). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka
Yova Fiarika, 2013. Penelitian Dengan Judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Model Learning Together Pada Peserta
didik Kelas V Sd Negeri 149 Palembang
38
39