Anda di halaman 1dari 7

KONSULTASI

1. Nama Petani : Sunyoto


2. Jabatan : Bendahara Kelompok Tani Mugi Rahayu
3. Alamat : Desa Boilan
4. Hari / Tanggal : Selasa, 24 Maret 2020
5. Permasalahan : Panen dan Pasca Panen Padi Sawah

Petani

Sunyoto
I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan pokok dan komoditas politik yang sangat strategis.
Dewasa ini, dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, total konsumsi beras di
Indonesia mencapai 33 juta ton per tahun dan akan terus meningkat sejalan dengan
partumbuhan penduduk. Kekurangan pasokan beras berpotensi mengganggu stabilitas
sosial, ekonomi, dan politik negara, sehingga bisa menyebabkan runtuhnya kekuasaan
suatu rezim pemerintahan. Itulah alasan utama mengapa peningkatan produksi beras
masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian Indonesia (Sudaryanto et
al., 1999; Sudaryanto and Swastika, 2008).
Tantangan saat ini adalah bagaimana meraih kembali dan mempertahankan
swasembada beras secara berkelanjutan. Keterbatasan dana pembangunan telah
mendorong pemerintah untuk mengurangi berbagai bentuk subsidi sarana produksi
pertanian. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi di tingkat petani.
Pesatnya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian serta jenuhnya
tingkat penerapan teknologi budidaya padi merupakan kendala serius bagi upaya
peningkatan produksi padi. Selain itu, tingkat kehilangan hasil pada panen dan
pascapanen yang masih relatif tinggi, dapat mengganggu upaya pencapaian target
produksi beras nasional. Upaya penurunan tingkat kehilangan hasil merupakan salah
satu potensi peningkatan produksi yang prospektif, di tengah jenuhnya penerapan
teknologi budidaya dan sulitnya mencegah konversi lahan.
Pascapanen padi adalah tahapan kegiatan yang meliputi pemungutan (panen)
perontokan, pengeringan, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan menjadi beras
untuk dipasarkan. Penanganan pascapanen bertujuan untuk menurunkan kehilangan
hasil, menekan tingkat kerusakan, dan meningkatkan daya simpan dan daya guna
komoditas untuk memperoleh nilai tambah (Setyono et al., 2008). Teknologi
pascapanen untuk menurunkan kehilangan hasil sudah berkembang pesat. Namun
demikian, penerapannya di tingkat lapangan masih belum memadai, karena berbagai
kendala (Swastika and Mardjan, 2010).

b. Tujuan
Konsultasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
dalam pengelolaan kegiatan panen dan pasca panen yang baik.

c. Rumusan
Pelaku utama belum memahami tentang pengelolaan kegiatan panen dan pasca
panen yang baik.
II. METODE KONSULTASI

a. Gambaran Tentang Responden dan Usahatani-nya


Responden merupakan salah satu petani yang ada di Desa Boilan yang sangat aktif
baik di tingkat kelompok maupun di tingkat Desa, hal ini dibuktikan dengan
dipercayakan-nya beliau sebagai bendahara kelompok tani dari tahun 2018 sampai
dengan sekarang, dalam hal usahatani padi responden sudah cukup lama bergelut
dengan kegiatan usahatani padi sawah dan memiliki luasan lahan yang di olah
seluas 2 Ha. Setiap musimnya hasil yang diperoleh dari usahataninya fluktuatif
sekitar 7,3 – 7,8 Ton/Ha GKP.

b. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan konsultasi dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2020, bertempat di
lahan usahatani responden

c. Teknik Pemberian Konsultasi


Konsultasi dilakukan dengan metode diskusi dan demonstrasi cara.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil (saran yang akan dilaksakan oleh petani)


Dari hasil diskusi dan yang dilakukan bersama responden, ada beberapa saran
yang di harapkan bisa ditindak lanjuti oleh responden, yaitu :
- Panen sebaiknya dilakukan pada saat gabah 90 – 95 % menguning atau 50 –
60 hari setelah pembungaan, bergantung pada jenis varietas.
- Penjemuran / pengeringan, sebaiknya dilakukan 12 jam setelah padi di panen.
- Penggilingan disarankan dilakukan apabila gabah sudah benar-benar kering
dengan kadar air 12 %.

b. Pembahasan (acuan teori, kerangka teori untuk pemecahan masalah)


Penanganan pasca apanen padi merupakan kegiatan sejak padi dipanen sampai
menghasilkakan produk antara (intermediate produck) yang siap dipsarkan. Dengan
demikian kegiatan pasca panen padi meliputi beberapa tahapan kegiatan  yaitu
pemanenan , penumpukan dan pengumpulan , perontokan, pembersihan,
pengangkuatan, pengeringan , pengemasan, dan penyimpanan serta pengeringan.

Adapun tahapan kegiatan pasca panen antara lain:

- Penentuan Saat Panen

Saat panen harus tepat karena kalau tidak tepat dapat menimbulkan kehilangan
hasail yang tinggi dan mutu gabah/ beras rendah.

Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan:

 Pengamatan visual : dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan


sawah, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 – 95 % butir padi pada
malai sudah berwarna kuning atau kuning keemasan, pada kondisi ini akan
menghasilakan gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan rendeman giling
yang baik.
 Pengamatan Teoritis : dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan
mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi varietas
padi umur panen yang tepat adalah 30 – 35 hari setelah berbunga merata atau
135 – 145 HST, berdasarkan kadar air umur padi optimal dicapai setelahkadar
air gabah mencapai 22 -23 % pada musim kemaraudan antara 24 – 26 % pada
musim penghujan.
- Pemanenan

1. Umur panen padi

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
 90 -95 % gabah tampak sudah menguning
 Malai berumur 30 – 35 hari setelah bunga merata
 Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan mouisture tester

2. Alat dan mesin pemanen padi

Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan
teknis, kesehatan dan ekonomi. Alat dan mesin pemanen padi telah berrkembang
dari ani – ani menjadi sabit bergerigi biassa kemudian sabit bergerigi dengan bahan
baja yang sangat tajam,dan yang terakhir yang telah diproduksi adalah Reaper,
striper, dan combine harvester.

- Sitem Panen
Sitem panen harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
 Panen dilakukan dengan sistem beregu atau berkelompok
 Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh kelompok pemanen
 Jumlah pemanen antara 7 – 10 orang yang dilengakapi 1 unit pedal thester.

- Penumpukan dan Pengumpulan


Ketidaktepatan dalam penumpukan dan pengumpulan dapat menyebabkan
kehilangan hasil yang sangat tinggi. Dengan menggunakan alas dan wadah pada
saat penumpukan dan pengumpulan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 –
2,36 %
- Perontokan
Ketidaktepatan dalam melakukan perontokan bisa mengakoibatkan kehilangan
hasil sampai 5 % lebih, cara perontokan padi telah mengalami perkembngan
dengan cara digebot ataupun diinjak dan dipukul –pukul telah beralih dengan
menggunakan mesin perontok.
- Pengeringan
Pengeringan merupakan penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu
sehingga siap untuk diolah dan digiling atau aman untuk disimpan dalamwaktu
yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam dalam melakukan proses
pengeringan dapat mencapai 2 – 13 %, saat sekarang cara pengeringan sudah
berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan.
- Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah / beras agar
dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu . akibat yang ditimbulkan kalau
salah dalam melakukan penyimpanangabah atau beras antara lain: tunbuhnya
jamur, serangan serangga, kutu beras yang dapat menurunkan kualitas gabah atau
beras.cara penyimpanan gabah atau beras bisa dengan sistem curah dan juga
dengan sistem kemasan atau wadah seperti kaerung plastik, karung goni dan
sebagainya.
- Penggilingan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah / beras agar
dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu . akibat yang ditimbulkan kalau
salah dalam melakukan penyimpanan gabah atau beras antara lain: tumbuhnya
jamur, serangan serangga, kutu beras yang dapat menurunkan kualitas gabah atau
beras.
IV. PENUTUP

a. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, di peroleh kesimpulan bahwa penanganan pasca panen
yang baik dan benar dapat menekan kehilangan hasil produksi dan dapat
mengefisienkan waktu kerja.

b. Saran
Diharapkan dari hasil konsultasi ini dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan pelaku utama dalam pengelolaan kegiatan panen dan pasca panen,
sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu beras dan mengurangi kehilangan
hasil dari setiap proses kegiatan panen dan pasca panen

Anda mungkin juga menyukai