Petani
Sugianto
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Secara sederhana, pertanian organik didefinisikan sebagai sistern pertanian yang
mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti
pendaur ulangan unsur hara dan bahan‑bahan organik, rotasi tanaman,
pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan
pestisida sintetik
Secara sederhana, pertanian organik didefinisikan sebagai sistern pertanian yang
mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti
pendaur ulangan unsur hara dan bahan‑bahan organik, rotasi tanaman,
pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan
pestisida sintetik
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan
terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Disamping itu,
pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang
yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan.
Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam pertanian organic adalah :
(1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura
(terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya
dukung alam; (2) proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan
secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan
eksternalitas pada masyarakat; (3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi
dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada
lingkungan (limbah dan sampah); (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan
secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan
perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis
hortikultura ini.
Perkembangan pertanian organik di Indonesia masih sangat lambat. Namun minat
bertani dengan sistem organik akhir-akhir ini sudah mulai tumbuh. Hal ini
diharapkan akan berdampak positif terhadap pengembangan petanian organik yang
waktu-waktu yang akan datang. Banyak kendala dalam pengembangan pertanian
organik yang bersifat makro antara lain peluang pasar, penelitian dan
pengembangan, dan kondisi iklim. Sejak dua dasawarsa terakhir permintaan pasar
dunia terhadap produk pertanian organik mulai tumbuh.
b. Tujuan
Konsultasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
pelaku utama dalam menerapkan sistim pertanian organik.
c. Rumusan
Pelaku utama belum memahami keuntungan dari penerapan pertanian organik.
II. METODE KONSULTASI
Maka secara hakikatnya, pertanian organik mendidik para petani untuk berdikari,
yakni berdiri di atas kaki sendiri dan tidak bergantung kepada para suplayer yang
senantiasa mengisi kebutuhan petani konvensional.Seperti halnya para penyalur bibit
varietas unggul yang merupakan hasil rekayasa genetika dan hanya diproduksi oleh
lembaga-lembaga tertentu, penyalur pupuk sintetis dan pestisida yang juga
diproduksi oleh pihak lain. Dari kesemuanya itu, tujuan mulia untuk “memerdekakan”
petani dari biaya produksi yang terus menerus mengalami kenaikan bakal dapat
diatasi.
IV. PENUTUP
a. Kesimpulan
Maka secara hakikatnya, pertanian organik mendidik para petani untuk berdikari,
yakni berdiri di atas kaki sendiri dan tidak bergantung kepada para suplayer yang
senantiasa mengisi kebutuhan petani konvensional.Seperti halnya para penyalur
bibit varietas unggul yang merupakan hasil rekayasa genetika dan hanya diproduksi
oleh lembaga-lembaga tertentu, penyalur pupuk sintetis dan pestisida yang juga
diproduksi oleh pihak lain. Dari kesemuanya itu, tujuan mulia untuk
“memerdekakan” petani dari biaya produksi yang terus menerus mengalami
kenaikan bakal dapat diatasi.
b. Saran
Diharapkan dari hasil konsultasi ini dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan pelaku utama dalam menerapkan atau melaksanakan pertanian
organik.