NIM : 180722639557
Mata Kuliah : Pengembangan Sumberdaya Manusia
TUGAS 3
1. Rangkuman Diskusi
Physical Quality Life Index (PQLI) diperkenalkan oleh Moris D. Morris pada
tahun 1979. PQLI di terjemahkan juga sebagai indeks kualitas hidup. Indikator utama
yang dipakai yaitu tingkat harapan hidup usia satu tahun, tingkat kematian bayi serta
tingkat melek huruf. Berdasarkan indikator tersebut diketahui merupakan pengukuran
non-ekonomi karena mengesampingkan fakstir pendapatan nasional. PQLI secara
keseluruhan menurut Moris dan MC Alpin (1982) dapat mencakup keseluruhan hasil
pembangunan sosial ekonomi.
Angka kematian Bayi dan angka harapan hidup satu tahun secara bersama-
sama dapat merupakan indikator bagi aspek kemajuan sosial antara lain dampak dari
keadaan gizi, kesehatan, pendapatan dan lingkungan masyarakat. Dan secara terpisah
kedua indikator tersebut merefleksikan aspek - aspek interaksi sosial yang cukup
berbeda. Angka kematian bayi secara peka menggambarkan taraf ketersediaan air
bersih, kondisi dalam rumah dan kesejahteraan ibu. Sementara angka harapan hidup
satu tahu merefleksikan taraf gizi dan keadaan lingkungan luas di luar rumah.
Sedangkan angka Melek Huruf merupakan indikator yang menggambarkan taraf
ketrampilan dan kualitas masyarakat.
2. Pengukuran Physical Quality of Life Index Kabupaten Trenggalek berdasarkan
sensus penduduk 2020
Tabel 1. Physical Quality of Life Index Kabupaten Trenggalek Tahun 2020
No. INDIKATOR SKOR/KINERJA
1. Tingkat Harapan Hidup 73,75 tahun
2. Angka Kematian Bayi 6,20/1000 kelahiran hidup
3. Angka Melek Huruf 93,47%
4. Rata-rata Lama Sekolah 7,55 tahun
5. IPM 69,74 tahun
6. Pendapatan Perkapita 9,63 juta/tahun
IMR = (Jumlah Kematian Bayi umur < 1 tahun/Jumlah Kelahiran bayi Hidup)
X
1000
IMR = 53/8.548 X 1000
= 6,20
Angka Kematian Bayi merujuk pada jumlah bayi yang meninggal antara fase
kelahiran hingga bayi umur < 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian
bayi pada tahun 2020 tercatat sebanyak 53 bayi, yang dimana memiliki IMR sebesar
6,20 per 1000 kelahiran hidup.
= 0,9872771869649 X 100
= 98,73%
Sex Ratio adalah rasio jenis kelamin, yakni perbandingan antara jumlah
penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di suatu daerah / negara pada
periode tertentu. Jadi, jika dilihat hasil sex ratio diatas menunjukkan bahwa sex ratio
kabupaten Trenggalek sebesar 98,73% berarti menunjukkan bahwa penduduk laki-
laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan.
C. Dependency Ratio
Dependency ratio atau angka beban tanggungan adalah perbandingan antara
banyaknya penduduk yang berusia produktif dengan penduduk yang berusia non
produktif. Dependency ratio berguna sebagai satu indikator untuk mengukur tingkat
perekonomian negara. Berdasarkan kelompok usia penduduk, penduduk dapat dibagi
menjadi tiga kelompok umur besar yaitu :
Atau
219.000
ABT = 479.000 𝑋100%
ABT = 46%
2. Umur >65
= 17%
Berdasarkan dari perhitungan Rasio Ketergantungan >65 tersebut, didapatkan
hasil sebesar 17%. Hasil tersebut memiliki arti bahwa setiap 17 orang yang sudah
tidak produktif menjadi tanggungan dari 100 orang yang berusia kerja (produktif).
3. Umur <14
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 <14
ABT <14 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑋100%
𝑢𝑚𝑢𝑟 14−64
138.000
= 𝑋100%
479.000
= 29%
Berdasarkan dari perhitungan Rasio Ketergantungan <14 tersebut, didapatkan
hasil sebesar 29%. Hasil tersebut memiliki arti bahwa setiap 29 orang yang belum
produktif menjadi tanggungan dari 100 orang yang berusia kerja (produktif).
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Jawa Timur. 2020. Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2010 – 2020
Provinsi Jawa Timur. Jakarta: Badan Pusat Statistika
BPS Kabupaten Trenggalek. 2020. Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2020. No. 3/Th.
XXI, 15 Januari 2021. Trenggalek: Badan Pusat Statistika
BPS Kabupaten Trenggalek. 2020. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Trenggalek
2020. ISBN: 4101002.3503. Trenggalek: Badan Pusat Statistika